tempat pemakaman tersebut.
60
Obyek ziarah pun terbagi menjadi dua yang pertama merujuk pada kunjungan kepada orang
terkemuka atau orang-orang penting seperti kiai, dan tokoh-tokoh lainnya yang masih hidup, yang tujuannya untuk penghormatan
biasa. Yang kedua ke sebuah tempat suci seperti makam keramat dan peninggalan wali serta orang takwa, yang mengisyaratkan
harapan untuk mendapatkan barakah. Pembahasan tentang ziarah di sini hanya menyangkut kunjungan ke objek yang di
sebut terakhir, yaitu kunjungan ke tempat-tempat sacral, yakni berupa ziarah kubur.
A. Obyek Ziarah
Masyarakat Betawi merupakan masyarakat yang cenderung senang berziarah kubur. Dimana aktivitas yang berlaku di kalangan masyarakat Betawi ini adalah berkunjung ke berbagai
situs, termasuk makam-makam keluarga, Wali dan para Kiyai terkemuka. Kegiatan semacam itu selain ibadah, mempunyai nilai kebaikan. Bagi masyarakat Betawi, berziarah juga dipandang
sebagai suatu aktivitas sosial keagamaan, di mana orang-orang yang berziarah dapat memberikan doa kepada orang yang sudah meninggal.
60
Muhaimin, Islam Dalam Bingkai Budaya Lokal Potret dari Cirebon Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 2001, h. 272-273.
Sebagian besar pula masyarakat Kampung Dukuh menjadikan obyek ziarahnya ke makam ibu, ayah, kakek, nenek, saudara atau sanak familihnya maupun orang-orang tua yang
sudah mendahuluinya, bukti kecintaannya, dan sebagai tempat tujuan penghormatan. Selain itu, Ustdz Ibrohim Usman 31 mengatakan, kegiatan yang sering dilaksanakan
pada masyarakat Kampung Dukuh adalah berkunjung keberbagai pemakaman ulama-ulama Jakarta, seperti makam KH. M. Syafi’i Hadzami bin Muhammad Soleh Roi’di, Kampung
Dukuh Jakarta Selatan, makam Al-Habib Husein bin Abu Bakar Alaydrus, Kramat Luar Batang, Jakarta Utara, makam Al-Habib Ahmad bin Alwi Al- Haddad Habib Kuncung, Kali
Bata Jakarta Selatan, makam Al-Habib Ali bin Husein Al-Aththas Habib Ali Bungur, di dekat masjid al-Hawi Cililitan Jakarta Timur, makam Al-Habib Ali bin Abdurrahman Al-
Habsyi, Kwitang Jakarta Pusat, makam Al-Habib Salim bin Ahmad bin Jindan, Condet Jakarta Timur, makam KH. Mursidi bin H. Maisin Klender Jakarta Timur, dan masih banyak
lagi makam ulama yang ada di Jakarta. Masyarakat Betawi tampaknya lebih senang berkunjung ke makam Wali-wali dan
Ulama-ulama, karena menurut mereka dapat memperbanyak ibadah maupun dapat mengambil manfaat dan keberkahan. Karena ziarah ke makam Wali atau Ulama secara budaya maknanya
adalah bertawasul mencari keberkahan, karena kedekatannya orang-orang shalihin tersebut kepada Allah SWT semasa hidupnya. Karena orang alim matinya bukan mati kayu.
ا ه
ر ﱢبر رﻮ ﺪ ﺟ ﱞ ، ﱞ ا
Orang ahli ilmu hidupnya kekal, walaupun jasadnya di bawa tanah hancur.
61
61
Wawancara pribadi dengan Ustdz Ibrohim Usman 31 ”Pimpinan Majlis Tak’lim Darul As’yiq” , Jakarta 22 Juni 2007.
B. Waktu Ziarah 1.