Kesadaran Wajib Pajak Dalam Memenuhi Kewajiban Sebagai Wajib Pajak Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan

(1)

PROPOSAL

PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)

TENTANG

PENYELESAIAN PERMOHONAN KEBERATAN

PAJAK PENGHASILAN PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK MEDAN TIMUR

DISUSUN O L E H

NAMA : RINA LIZA SINULINGGA NIM : 052600041

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ADMINISTRASI PERPAJAKAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri yang berjudul “TINGKAT PENYELESIAN KEBERATAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK MEDAN TIMUR “ dalam waktu yang telah ditetapkan. Adapun tujuan dari penyusunan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini

adalah sebagai salah satu syarat untuk menyelesaiakan pendidikan Diploma III Jurusan Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Laporan ini disusun berdasarkan data-data yang telah diperoleh penulis selama melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Timur.

Dalam kesempatan ini, penulis tidak lupa menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan sebesar – besarnya kepada :

1. Ayahanda dan Ibunda yang penulis banggakan untuk jerih payah, curahan kasih sayang yang tiada ternilai, do’a dan bimbingan serta nasehat, semoga Allah Swt memberi kesehatan, rahmat dan ridho-Nya..

2. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si, selaku dosen pembimbing penulis yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis.


(3)

4. Bapak Drs. M. Husni Thamrin Nasution, selaku Ketua Jurusan D-III Administrasi Perpajakan Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak M. Situmorang selaku Kasie Keberatan KPP Medan Timur.

6. Seluruh Staf dan Karyawan KPP Medan Timur khususnya di Seksi Penkeb. 7. Bang Yudha yang selalu nemanin selama menyelesaikan tugas akhir ini.

8. Solmet-solmetku yang senasib seperjuangan (Liza’BisoL, Isma’Fonbo, Ina’Tobi, Sherly’ijem, Rina’Tolemen, Nella’Tong, Dina Oon-Oon)

9. Teman-teman Perpajakan Stambuk 2005 FISIP USU.

10. Semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan tugas akhir ini. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, hal ini disebabkan keterbatasan penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat berguna bagi para pembaca.

Medan, Mei 2008 Penulis


(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...i-iii DAFTAR ISI ...iv-v BAB I : Pendahuluan

A. Latar Belakang PKLM...1

B. Tujuan dan Manfaat PKLM ...4

C. Ruang Lingkup PKLM...6

D. Metode PKLM...6

E. Metode Pengumpulan Data...7

F. Sistematika Penulisan………...8

BAB II : Gambaran Umum Lokasi PKLM A. Gambaran Umum Kantor Pelayanan Kantor Pajak Medan Timur……….11

B. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Timur...14

C. Tugas dan Fungsi Seksi-seksi di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Timur...15


(5)

BAB III : Gambaran Data

A. Defenisi Keberatan...26

B. Dasar Hukum Keberatan ...26

C. Syarat Pengajuan Keberatan...27

D. Jangka Waktu Pengajuan Keberatan………...28

E. Prosedur Pengajuan Keberatan………...28

F. Penerimaan Berkas Keberatan oleh Direktorat atau Kanwil...33

G. Pembuatan Laporan Pengiriman Berkas Keberatan...34

H. Prosedur Penyelesaian Keberatan……….35

I. Kewajiban Meminta Surat Kuasa Khusus……….………...41

J. Pemberitahuan Tertulis Mengenai Hak & Kewajiban Wajib Pajak……….…..41

K. Permintaan untuk Dilakukan Pemeriksaan dalam Rangka Keberatan………41

L. Pengiriman Data Baru atau Data yang Semula Belum Terungkap dalam Proses Pemeriksaan………..42

M. Konfirmasi Penerimaan Surat Keputusan……….42

BAB IV : Analisis dan Evaluasi Data A. Analisis Data...43


(6)

BAB V : Penutup

A. Kesimpulan……….……..50 B. Saran……….……52

DAFTAR APUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(7)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG PRAKTEK KERJA LAPANGAN MANDIRI

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat terlebih lagi dengan akan terwujudnya era perdagangan bebas di kalangan Asia atau yang lebih dikenal dengan AFTA pada tahun 2008 pada umumnya telah mendorong setiap Negara di dunia dan khususnya di Asia untuk berpacu membangun demi kemajuan negaranya. Dengan alasan ini maka banyak badan usaha baik swasta maupun pemerintah membutuhkan tenaga kerja yang handal, siap pakai, berdedikasi dan berdisiplin tinggi yang nantinya menjawab tantangan global.

Pada hakikatnya, manusia mempunyai kepentingan dan kebutuhan yang sama seperti kepentingan akan rumah peribadatan, kebersihan lingkungan, keamanan dan fasilitas-fasilitas umum lainnya. Karena itu dari antara mereka timbulah pertanyaan-pertanyaan seperti :

a. Siapa yang akan membiayai seluruh kepentingan tersebut di atas ? b. Dari mana dana pembangunan diperoleh ?

c. Siapa yang mengurus itu semua ?

Demikian juga halnya dengan Negara. Negara membutuhkan dana pembangunan yang besar untuk membiayai segala keperluannya. Pengeluaran utama Negara adalah untuk pengeluaran rutin seperti biaya pegawai, subsidi, utang, bunga


(8)

dan cicilan utang yang dipenuhi dari penerimaan dalam negeri berupa penerimaam sektor migas dan non migas.

Peranan pajak dalam pembangunan sangatlah penting karena penerimaan negara dari sektor migas dan gas bumi tidak bisa diharapkan lagi sebagai sumber utama penerimaan Negara. Akibatnya sebagai tumpuan dalam membiayai pembangunan Negara, penerimaan dari sektor pajak menjadi prioritas yang utama.

Dalam rangka peningkatan penerimaan pajak, optimalisasi pelayanan kepada Wajib Pajak (WP) adalah merupakan salah satu hal yang penting. Salah satu bentuk pelayanan adalah memenuhi hak-hak Wajib Pajak. Salah satu dari hak-hak Wajib Pajak yang tercantum dalam UU No. 6 tahun 1983 (KUP) jo UU No. 9 tahun 1994 (tentang perubahan Kesatu atas UU No. 6 tahun 1983) jo UU No. 16 tahun 2000 (tentang perubahan Kedua UU No. 6 tahun 1983) dan diperbaharui lagi dalam UU No. 28 tahun 2007 (tentang perubahan Ketiga UU Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan) yaitu salah satunya yang terdapat pada pasal 25 ayat (3) : Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal dikirim surat ketetapan pajak atau sejak tanggal pemotongan atau pemungutan pajak, kecuali apabila Wajib Pajak dapat menunjukan bahwa jangka waktu tersebut tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya.

Penyampaian keberatan dari Wajib Pajak ada yang diterima, dan ada juga yang ditolak. Penolakan terjadi mungkin karena adanya kekurangan persyaratan atau prosedur. Direktur Jendral Pajak dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan sejak tanggal Surat Keberatan diterima, harus memberi keputusan atas


(9)

keberatan yang diajukan. Keputusan Direktur Jendral Pajak atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebahagian, menolak atau menambah besarnya jumlah pajak yang terutang. (Sihaloho, 2003 : 81).

Selain dari itu penulis juga ingin mengetahui perihal tentang penyelesaian keberatan dan peninjauan kembali atas surat keberatan pajak serta respon Wajib Pajak atas keputusan keberatan yang diberikan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Timur.

Demikian pula halnya jika Wajib Pajak merasa kurang atau tidak puas atas suatu ketetapan pajak atau atas pemotongan yang dikenakan kepadanya. Dalam hal ini Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan, keberatan diajukan kepada Direktur Jendral Pajak secara tertulis dalam bahasa Indonesia disertai dengan alasan-alasan yang jelas. Wajib Pajak dapat mengetahui bahwa keberatannya diproses lebih jauh oleh Direktur Jendral Pajak.

Dari hal-hal yang dikemukakan di atas maka penulis tertarik untuk melaksanakan Praktek Kerja Lapangan Mandiri yang judulnya “Penyelesaian Permohonan Keberatan Pajak Penghasilan pada Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur “.

B. TUJUAN DAN MANFAAT

Kegiatan Praktek Kerja Lapangan oleh mahasiswa program Diploma III Administrasi Perpajakan dilaksanakan dengan tujuan agar mahasiswa dapat belajar


(10)

dari dunia kerja dan sekaligus membantu memberikan pemecahan masalah yang dihadapi berdasarkan potensi mahasiswa yang dilaksanakan di lapangan.

Pengaktualisasian dari teori pelajaran sangat perlu dilaksanakan sebelum lengsung berhadapan dengan keadaan sebenarnya di tengah – tengah masyarakat sehingga program pengalaman lapangan dapat dilaksanakan untuk mendukung kepada mahasiwa – mahasiswi perpajakan yang berkenaan dengan aktualisasi kantor juga akan memberi gambaran yang sesungguhnya tentang dunia kerja yang cukup berbagi konsep dan teori dengan persoalan yang dihadapi serta upaya pemecahan.

1. TUJUAN PKLM

Adapun tujuan dari pelaksanaan PKLM adalah untuk memperdalam pengertian dan pernyataan terhadap :

a. Untuk mengetahui cara menyelesaikan permohonan keberatan pajak yang diajukan oleh Wajib Pajak

b. Agar mahasiswa/mahasiswi lebih memahami tentang keberatan pajak penghasilan


(11)

2. MANFAAT PKLM

Adapun manfaat dari Praktik Kerja Lapangan Mandiri bagi mahasiswa, yaitu :

a. Mengaplikasikan teori dan ilmu yang telah dipelajari ke dalam permasalahan yang timbul selama melaksanakan PKLM pada Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur.

b. Merupakan kesempatan yang baik bagi mahasiswa untuk mempraktekkan lengsung ilmu yang diperoleh selama kuliah

c. Menyiapkan mahasiswa sebagai tenaga baru yang terampil dan professional dalam mengahadapi dunia kerja.

Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri bagi Universitas, adalah :

a. Memberikan uji nyata atas disiplin ilmu yang telah disampaikan selama perkuliahan.

b. Promosi sumber daya manusia Universitas Sumatera Utara khususnya program studi Diploma III Administrasi Perpajakan.

c. Meningkatkan kurikulum tepat guna sehingga mampu mencapai standar mutu pendidikan

d. Mempererat hubungan baik antara Universitas dengan Direktorat Jenderal Pajak. e. Mendapatkan masukan berupa ide, saran dan gagasan untuk evaluasi kurikulim

program studi Diploma III Administrasi Perpajakan bagi penyempurnaan dan revisi kurikulum.


(12)

Yang menjadi manfaat PKLM bagi Kantor Pelayan Pajak Medan Timur yaitu:

a. Mempererat hubungan baik antara pihak Direktorat Jenderal Pajak dengan Universitas Sumatera Utara

C. RUANG LINGKUP PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) Penulis akan melakukan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) di Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur, khususnya di seksi Penerimaan dan Keberatan Pajak (PENKEB), yaitu : Mengenai keberatan pajak, syarat-syarat pengajuan keberatan pajak, mengenai produser pengajuan keberatan dan tentang penyelesaian keberatan pajak PPh di Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur.

D. METODE PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) 1. Tahap Persiapan

Penulis melakukan berbagai persiapan yang dimulai dari penentuan dari tempat praktik kerja lapangan mandiri, mencari bahan untuk pembuatan proposal hingga pada tahap konsultasi dengan pihak dosen.

2. Studi Literatur

Penulis mengumpulkan data – data yang menyangkut masalah yang akan dibahas melalui buku – buku, internet, Undang –undang Perpajakan, Keputusan Menteri Keuangan, dan bahan – bahan lainnya yang berhubungan dengan objek pembahasan.


(13)

3. Observasi Lapangan

Di dalam tahap ini penulis melakukan observasi lapangan selama satu bulan mulai mencari key person, mengetahui waktu untuk memberikan syrat penganta. 4. Pengumpulan Data

Dalam hal ini data didapatkan di seksi Penerimaan dan Keberatan. Data yang dikumpulkan dalam peneliti dikelompokkan dalam dua kelompok, yaitu :

a. Data Primer

Dikumpulkan melalui wawancara dan observasi dan data yang dapat langsung dari sumber yang berkompeten dalam permasalahan.

b. Data sekunder

Dikumpulkan melalui dokumen, peraturan-peraturan ataupun buku yang sudah ada di dalam kantor tersebut.

5. Analisa dan Evaluasi Data

Setelah penulis memperoleh data yang diperlukan, penulis akan menganalisa dan mengevaluasi data secara kualitatif yang kemudian akan diinterprestasikansecar objektif, jelas, dan sistematis.

E. METODE PENGUMPULAN DATA

Metode yang digunakan penulis dalam Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) adalah sebagai berikut :


(14)

Dengan menggunakan metode ini penulis mengajukan beberap[a pertanyaan langsung kepada para pegawai dalam instansi yang bersangkutan untuk menambah objektivitas berkaitan dengan kebutuhan penulis untuk melengkapi laporan ini.

2. Daftar Observasi

Dalam metode ini penulis langsung terjun ke lapangan untuk melaksanakan peninjauan dengan mengamati, mendengar, dan mengerjkan tugas-tugas yang diberikan oleh pihak-pihak instansi dengan berpedoman pada ketentuan-ketentuan yang berlaku di dalam instansi tersebut.

3. Daftar Dokumentasi

Dalam metode ini penulis menggunakan dokumentasi yang ada di Kantor Pelayanan Pajask Medan Timur. Mengumpulkan data dan mengkaji dokumen yang mana berupa buku, Undang-undang, serta sumber lain yang berhubungan dengan penulisan laporan.

F. SISTEMATIKA PENULISAN

Dalam laporan pelaksanaan PKLM ini penulis menguraikan penulisan tersusun secara sistematis. Adapun sistematika yang akan dilakukan dalam penulisan PKLM ini adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Di dalam pendahuluan dijelaskan latar belakang dari pelaksanaan PKLM beserta tujuan dan manfaat yang diperoleh oleh penulis.


(15)

Ruang lingkup penulis dalam pelaksanaan PKLM, metode PKLM serta sistematika penulisan laporan PKLM.

BAB II : GAMBARAN UMUM OBJEK DAN LOKASI PRAKTIK

KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)

Dalam BAB II ini menjelaskan tentang gambaran umum Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur, struktur organisasi pada Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur dan tugas dan fungsi seksi-seksi pada Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur.

BAB III : GAMBARAN DATA

Dalam bab III ini menjelaskan mengenai defenisi keberatan pajak, dasar hukum keberatan, syarat-syarat pengajuan keberatan, prosedur pengajuan keberatan, jangka waktu penyelesaian keberatan pajak. BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI

Dalam bab IV ini penulis membuat penelitian formal, penatausahaan dan pengiriman berkas keberatan, penerimaan berkas keberatan oleh Direktorat atau Kanwil, pembuatan laporan pengiriman berkas keberatan, prosedur penyelesaian keberatan, kewajiban meminta surat kuasa khusus, pemberitahuan tertulis mengenai hak dan kewajiban Wajib Pajak, permintaan untuk dilakukan pemeriksaan dalam rangka keberatan, pengiriman data baru atau data yang semula belum terungkap dalam proses pemeriksaan, konfirmasi penerimaan Surat Keputusan.


(16)

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab V ini, penulis kembali menguraikan pembahasan yang ada di dalam bab-bab sebelumnya untuk pegawai maupun Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur.


(17)

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM

A. Gambaran Umum Kantor Pajak Medan Timur

Dengan adanya Keputusan Menteri Republik Indonesia Nomor 535/KMK.01/2001 tentang “ Koordinator Pelaksana Direktorat Jenderal Pajak”, telah diadakan reorganisasi Direktorat Jendral Pajak, yang di dalam keputusan tersebut telah berubahnya sebagian garis instruksi, dan juga terbentuknya Kantor-kantorPelayanan Pajak Bumi dan Bangunan. Adapun sebelum nama sebutan Kantor Pajak adalah Kantor Inspeksi Pajak.

Kantor Pelayanan Pajak-Medan Timur didirikan pada tanggl 1 April 1994, berdasarkan Keputusan Mentri Keuangan Nomor 758/KMK. 01/1993 Tanggal 3 Agustus 1993.Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur merupakan pemekaran dari tiga Kantor Pelayanan Pajak, Yaitu KPP Medan Barat , Medan Utara dan KPP-Medan Selatan, kemudian, terhitung mulai 1 Aprir 1994 berubah menjadi empat wilayah, yaitu Kantor Pelayanan Pajak-Medan Barat, Kantor Pelayanan Pajak-Medan Timur,Kantor Pelayanan Pajak MedanUtara dan Kantor Pelayanan pajak Binjai. Dan sekarang Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur akan segera dimekarkan kembali teritorial kerjanya menjadi dua bagian, yaitu Kantor Pelayanan Pajak-Medan Timur dan Kantor Pelayanan Pajak-Medan Kota, yang akan segera turun SK Menteri Keuangan nantinya.Segala kelengkapan kantor yang dimiliki Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur adalah menggunakan segala sarana dan prasarana yang dahulunya


(18)

adalah milik Kantor Pelayanan Pajak-Medan Selatan dengan kata lain bahwa Kantor inspeksi Pajak-Medan Selatan berganti nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak-Medan Timur.

Kantor Pelayanan Pajak-Medan Timur melayani semua lapisan masyarakat dalam hal pengurusan/pembayaran Pajak Penghasilan Peroarangan (orang Pribadi) dan Badan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Perjualan Atas Barang Mewah dan pajak lainnya yang diatur oleh Undang-undang.

Adapun lingkup pelayanan Kantor Pelayanan Pajak-Medan Timur, meliputi : 1. Kecamatan Medan Timur; Kelurahan Durian, Kelurahan Gaharu, Kelurahan

Glugur Darat I, Kelurahan Glugur Darat II, Kelurahan Pulau Brayan Bengkel, Kelurahan Pulau Brayan Darat I, Kelurahan Pulau Brayan Darat II, Kelurahan Pulau Brayan Sidodadi.

2. Kecamatan Medan Perjuangan; Kelurahan Pahlawan, Kelurahan Pandau Hilir, Kelurahan Sei Kera Hilir I, Kelurahan Sei Kera Hilir II,Kelurahan Sei Kera Hulu, Kelurahan Sidodame Barat I, Kelurahan Sidodame Barat II, Kelurahan Sidodame Timur, Kelurahan Tegal Rejo.

3. Kecamatan Medan Tembung, Kelurahan Bandar Selamat, Kelurahan Bantan, Kelurahan Bantan Timur, Kelurahan Sidorejo, Kelurahan Sidorejo Hilir, Kelurahan Tembung.

4. Kecamatan Medan Area, Kelurahan Kota Matsum I, Kelurahan Kota Matsum II, Kelurahan Kota Matsum IV, Kelurahan Pandan Hulu, Kelurahan Pasar Merah


(19)

Timur, Kelurahan Sei Rengas IV, Kelurahan Suka Ramai I, Kelurahan Suka Ramai II, Kelurahan Tegal Sari I, Kelurahan Tegal Sari II, Kelurahan Tegal Sari III.

Kantor Pelayanan Pajak merupakan unsur pelaksana Direktorat Jendral Pajak di bidang pelayanan pajak yang berada di bawah tanggung jawab langsung Kepala Kantor Wilayah Pajak.

Kantor Pelayanan Pajak dipimpin oleh Kepala, yang bertugas melaksanakan kegiatan operasional pelayanan perpajakan dalam daerah wewenangnya berdasarkan kebijakan teknis yang ditetapkan Direktorat Pajak secara umum tugas Kantor Pelayanan Pajak meliputi (Kep. Men. Kue RI.No. 433/KMK.01/2001) :

1. Mengumpulkan data dan mengolah data, menyajikan informasi perpajakan, pengamatan potensi perpajakan dan ekstensifikasi Wajib Pajak.

2. Penelitian dan penatausahaan Surat Pemberitahuan Tahunan, Surat Pemberitahuan Masa serta bekas Wajib Pajak.

3. Pengawasan pembayaran masa Pajak penghasilan, pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan Atas Barang Mewah dan Pajak Tidak langsung lainnya. 4. Penatausahaan piutang pajak, penerimaan, penagihan, penyelesaian keberatan,

penatausahaan banding dan restitusi Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan Atas Barang Mewah dan Pajak Tidak Langsung lainnya.

5. Pemeriksaan sederhana dan penerapan sanksi perpajakan. 6. Penerbitan Surat Ketepatan Pajak.


(20)

8. Pengurangan sanksi pajak.

9. Penyuluhan dan Konsultasi Pajak.

10. Pelaksanaan Administrasi Kantor Pelayanan Pajak.

B. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur

Struktur organisasi yang digunakan Kantor Pelayanan Pajak-Medan Timur adalah Struktur organisasi lini dan staf, yang dipimpin oleh seorang Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak Sumatera Bagian Utara, dimana seluruh pegawai adalah Pegawai Negeri Sipil di bawah naungan Departemen Keuangan Republik Indonesia.

Kantor Pelayanan Pajak dapat digolongkan menjadi dua tipe, yaitu tipe A dan tipe B, dimana Tipe-A merupakan Kantor Pelayanan Pajak yang tergolong dalam skala yang besar, yang biasanya berada di Ibu Kota Propinsi, sedangkan Tipe-B merupakan Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya tidak melebihi dari wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Tipe-A, dan biasanya berada di Kotamadya dan Kabupaten, jadi berdasarkan uraian diatas maka Kantor Pelayanan Pajak-Medan Timur dapat digolongkan KPP Tipe-A karena berkedudukan di Wilayah Ibukota Propinsi Sumatera Utara.

Namun berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 162/KMK.01/1997 Tanggal 10 April 1997 Tentang peningkatan KPP Tipe-B menjadi A, sehingga dengan adanya Surat Keputusan tersebut maka KPP Tipe-B tidak lagi di Kantor Wilayah I Direktorat Jendral Pajak Sumbagut.


(21)

C. Tugas dan Fungsi Seksi-seksi pada Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur. 1. Sub Bagian Tata Usaha

Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan dan rumah tangga.

Fungsi Sub Bagian Tata Usaha Yaitu : a. Pengurus Keuangan.

b. Pengurusan Tata Usaha dan Kepegawaian. c. Pengurus Rumah Tangga dan Perlengkapan.

Sub Bagian Tata Usaha terdiri dari :

a. Urusan Tata Usaha dan Kepegawaian mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha kepegawaian dan laporan.

b. Urusan Keuangan mempunyai tugas melakukan urusan keuangan.

c. Urusan Rumah Tangga mempunyai tugas melakukan urusan rumah tangga dan perlengkapan.

2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi.

Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai tugas melakukan urusan pengolahan data dan penyajian informasi, panggilan potensi perpajakan serta melakukan tugas ekstensifikasi Wajib Pajak.

Fungsi Seksi Pengolahan Data dan Informasi yaitu : a. Pengumpulan dan Pengolahan.


(22)

b. Penyajian Informasi.

c. Panggilan Potensi Perpajakan. d. Ekstensifikasi Wajib Pajak.

Seksi Pengolahan Data dan Informasi terdiri dari :

a. Sub Seksi Data Masukan dan Keluaran mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha data masukan dan data keluaran serta mengecek kelengkapan dan kebenaran formal data masukan dan data keluaran.

b. Sub Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai tugas melakukan urusan pengolahan data dan informasi.

c. Sub Seksi panggilan Potensi Pajak Ekstensifikasi Wajib Pajak mempunyai tugas melakukan urusan penggalian potensi pajak dan urusan mencari data untuk ekstensifikasi Wajib pajak.

3. Tata Usaha Perpajakan

Seksi Tata Usaha Perpajakan mempunyai tugas melekukan urusan tata usaha Wajib Pajak, Penerimaan dan Pengeceken Surat Pemberitahuan Tahunan serta Penerbitan Surat Ketetapan Pajak.

Fungsi seksi Tata Usaha Perpajakan Yaitu : a. Pendaftaran Wajib Pajak.

b. Penatausahaan penerimaan dan pengecekan Surat Pemberitahuan Tahunan. c. Pengurus kearsipan berkas Wajib Pajak.


(23)

Seksi Tata Usaha Perpajakan Terdiri dari :

a. Sub Seksi Pendaftaran Wajib Pajak mempunyai tugas melakukan urusan pendaftaran Wajib Pajak dan Penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan. b. Sub Surat Pemberitahuan Pajak mempunyai tugas melakukan urusan

penerimaan dan pengecekan Surat Pemberitahuan Pajak.

c. Sub Seksi Ketepatan dan Kearsipan Wajib Pajak mempunyai tugas melakukan urusan penerbitan Surat Ketetapan Pajak dan Kearsipan berkas Wajib Pajak.

4. Seksi Pajak Penghasilan Orang Pribadi

Seksi Pajak Penghasilan Orang Pribadi mempunyai tugas melakukan urusan penatausahaan dan pengecekan Surat Pemberitahuan Masa, memantau da menyusun laporan pembayaran masa serta melakukan verfikasi atas Surat Pemberitahuan Masa dan Tahun Pajak Penghasilan Orang Pribadi, serta Wajib Pajak yang tidak terdaftar dan tidak memasukkan Surat Pemberitahuan.

Fungsi Seksi Pajak Penghasilan Orang Pribadi yaitu :

a. Pemantauan dan penatausahaan pembayaran masa Pajak Penghasilan Orang Pribadi.

b. Pengurusan fikal Luar Negeri.

c. Penjelasan dan penyusunan laporan efektifitas pembayaran masa Pajak Penghasilan Orang Pribadi.


(24)

d. Penerimaan, Penatausahaan dan Pengecekan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Orang Pribadi.

e. Verfikasi atas Surat Pemberitahuan Masa dan Tahun Pajak Penghasilan Orang Pribadi Wajib Pajak yang tidak memasukkan Surat Pemberitahuan.

Seksi Pajak Penghasilan Orang Pribadi terdiri dari :

a. Sub Seksi Pengawasan Pembayaran Masa Pajak Penghasilan Orang Pribadi,Sub Seksi ini mempunyai tugas melakukan urusan penatausahaan dan pengecekan Surat Pemberitahuan serta memantau dan menyusun laporan efektifitas pembayaran masa Pajak Penghasilan Orang Pribadi.

b. Sub Seksi Verfikasi Pajak Penghasilan Orang Pribadi, Sub seksi ini mempunyai tugas melakukan urusan verfikasi atas Surat Pemberitahuan Masa dan Tahunan Pajak Penghasilan Orang Pribadi Wajib Pajak yang tidak terdsaftar dan Wajib Pajak yang tidak memasukkan Surat Pemberitahuan.

5. Seksi Pajak Penghasilan Badan

Seksi Pajak Penghasilan Badan mempunyai tugas melakukan urusan penatausahaan dan pengecekan Surat Pemberitahuan Masa, mementau dan menyusun Tahunan Pajak Penghasilan Pajak.

Fungsi Seksi Pajak Penghasilan Badan yaitu :

a. Pemantauan dan penatausahaan pembayaran Pajak Penghasilan Badan. b. Penyusun laporan efektifitas pembayaran masa Pajak Penghasilan Badan.


(25)

c. Penerimaan, penatausahaan dan pengecekan Surat Pemberitahuan Masa Pajak yang tidak terdaftar dan tidak memasukkan Surat Pemberitahuan.

Seksi Pajak Penghasilan Badan terdiri dari :

a. Sub Seksi Pengawasan dan Pembayaran Masa Pajak Penghasilan, mempunyai tugas urusan pemantau, penatausahaan pembayaran masa, urusan penerimaan, pengecekan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Badan.

b. Sub Seksi Verifikasi Pajak Penghasilan Badan, mempunyaitugas yang melakukan urusan verifikasi atas Surat Pemberitahuan Masa dan TahunanPajak Penghasilan Badan Wajib Pajak yang tidak terdaftar dan yang tidak memasukkan Surat Pemberitahuan.

6. Seksi Pajak Penghasilan Pemotongan Pemungutan.

Seksi Pajak Penghasilan Pemotongan dan Pemungutan mempunyai tugas melakukan penatausahaan dan pengecekan Surat Pemberitahuan Masa, memantau dan menyusun laporan pembayaran masa serta melakukan verifikasi atas Surat Pemberitahuan Masa dan Tahunan Pajak Penghasilan Pemotongan Pemungutan. Fungsi Seksi Penghasilan Pemotongan Pemungutan yaitu :

a. Pemantauan dan penatausahaan pembayaran Pajak Penghasilan Pemotongan Pemungutan.

b. Penelahan dan Penyusunan laporan efektifitas pembayaran Masa Pajak Penghasilan Pemotongan Pemungutan.


(26)

c. Verifikasi atas Surat Pembayaran Masa dan Tahunan Pajak Penghasilan Pemotongan Pemungutan Wajib Pajak yang tidak terdaftardan tidak memasukkan Surat Pemberitahuan.

Seksi Pajak Penghasilan Pemotongan Pemungutan terdiri dari :

a. Sub Seksi Pengawasan dan pembayaran Masa Pajak Penghasilan, mempunyai tugas melakukan urusan pemantauan , penatausahaan pembayaran Masa, menelaah penyusun laporan dan efektifitas pembayaran Masa, urusan penerimaan, pengecekan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan karyawan, rekanan, bunga, roylti, dividen.

b. Sub Seksi Verifikasi pajak penghasilan pemotongan pemungutan, mempunyai tugas yang melakukan urusan verifikasi atas Surat Pemberitahuan Masa dan Tahunan Pajak Penghasilan Karyawan, rekanaa, bunga, royalty, dividen, wajib pajak yang tidak terdaftar dan yang tidak memasukkan Surat Pemberitahuan.

7. Seksi Pajak Pertambahan Nilai/Pajak Tidak Langsung Lainnya

Seksi pajak Pertambahan Nilai/Pajak Tidak Langsung Lainnya mempunyai tugas melakukan urusan penatausahaan dan pengecekan Surat Pemberitahuan, memantau dan menyusun laporan perkembangan pengusaha kena pajak dan kepatuhan memasukkan Surat Pemberitahuan Masa, melakukan urusan verifikasi atas Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai/Pajak penjualan barang mewah dan Pjak Tidak Langsung Lainnya.


(27)

Fungsi Pajak Pertambahan Nilai/Tidak Langsung Lainnya yaitu:

a. Pemantauan dan penatausahaan pembayaran Pajak Pembayaran Nilai, Pajak Penjualan Barang Mewah dan Pajak Tidak Langsung Lainnya.

b. Penelahaan dan penyusunan laporan efektifitas pembayaran Masa Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan Barang Mewah dan pajak Tidak Langsung Lainnya.

c. Penerimaan, penatausahaan dan pegecekan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan Barang Mewah dan Pajak Tidak Langsung Lainnya.

d. Konfirmasi Faktur Pajak

e. Verifikasi atas Surat Pemberitahuan Masa dan Tahunan Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan Barang Mewah dan Pajak Tidak Langsung Lainnya, Pengusaha Kena Pajak yang tidak terdaftar dan tidak memasukkan Surat Pemberitahuan.

Seksi Pajak Pertambahan Nilai/Tidak Langsung Lainnya terdiri dari :

a. Sub Seksi Pajak Pertambahan Nilai Industri, mempunyai tugas melakukan urusan pemantauan, penatausahaan pembayaran masa, menelaah penyusunan laporan perkembangan Pengusaha Kena Pajak dan kepatuhan menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa serta melakukan konfirmasi faktur pajak dari sektor industri.

b. Sub Seksi Pajak Pertambahan Nilai Perdagangan, mempunyai tugas melakukan urusan penerimaan, penatausahaan, pengecekan Surat


(28)

Pemberitahuan Masa, memantau dan menatausahakan pembayaran masa, menelaah laporan perkembangan Pengusaha Kena Pajak dan kepatuhan menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa serta melakukan konfirmasi faktur pajak pada sektor perdagangan.

c. Sub Seksi Pertambahan Nilai Jasa dan Pajak Tidak Langsung Lainnya, mempunyai tugas melakukan urusan penerimaan dan penatausahaan serta pengecekan Surat Pemberitahuan Masa, menelaah laporan perkembangan Pengusaha Kena Pajak dan kepatuhan menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa serta melakukan konfirmasi faktur pajak pada sektor Jasa dan Pajak Tidak Langsung Lainnya.

d. Sub Seksi Verifikasi Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Tidak Langsung Lainnya, mempunyai tugas melakukan urusan verifikasi Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan Barang Mewah, Pajak Tidak Langsung Lainnya, Pengusaha Kena Pajak yang tidak terdaftar dan tidak memasukkan Surat Pemberitahuan.

8. Seksi Penagihan

Seksi Penagihan mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha piutang dan penagihan pajak.

Fungsi Seksi Penagihan, yaitu : a. Penatausahaan puitang pajak


(29)

Seksi Penagihan terdiri dari :

a. Sub Seksi Tata Usaha Piutang Pajak, mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha dan tunggakan pajak

b. Sub Seksi Penagihan, mempunyai tugas melakukan urusan mempersiapkan surat teguran dan melakukan penagihan paksa

9. Seksi Penerimaan dan Keberatan

Seksi Penerimaan dan Keberatan mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha penerimaan dan restitusi, rekonsiliasi pembayaran pajak dan menyelesaikan keberatan pajak.

Fungsi Seksi Penerimaan dan Keberatan, yaitu : a. Rekonsiliasi dan pengolahan Surat Setoran Pajak b. Penatausahaan penerimaan pajak

c. Pengurusan restitusi d. Menyelesaikan keberatan

Seksi Penerimaan dan Keberatan terdiri dari :

a. Sub Seksi Rekonsiliasi, mempunyai tugas melakukan urusan rekonsiliasi penerimaan pajak, pengolahan dan penyaluran Surat Setoran Pajak serta Surat Perhitungan Pajak

b. Sub Seksi Keberatan Pajak Penghasilan, mempunyai tugas melakukan urusan penyelesaian keberatan dan perselisihan Pajak Penghasilan


(30)

c. Sub Seksi Keberatan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Tidak Langsung Lainnya, mempunyai tugas melakukan urusan penyelesaian keberatan dan perselisihan Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan Barang Mewah dan Pajak Tidak Langsung Lainnya.

D. Sarana Administrasi Seksi Penerimaan dan Keberatan

Rangkaian tugas penyelesaian keberatan adalah merupakan suatu proses yang mengacu kepada prosedur kerja Seksi Penerimaan dan Keberatan yang tidak lain adalah merupakan cara melakukan tugas-tugas melalui tindakan-tindakan tertentu secara teratur, terperinci, berurutan dengan sarana-sarana yang tersedia sesuai bidang tugas Seksi Penerimaan dan Keberatan.

Sarana administrasi minimal yang diperlukan untuk menunjang kelancaran tugas-tugas penyelesaian keberatan di Seksi Penerimaan dan Keberatan yang antara lain adalah :

1. Buku register penerimaan surat keberatan

Fungsinya untuk mencatat surat-surat keberatan yang masuk 2. Buku agenda surat masuk

Fungsinya untuk mencatat semua surat-surat masuk yang diterima Seksi Penerimaan dan Keberatan, termasuk syarat-syarat yang belum memenuhi persyaratan formal


(31)

Fungsinya untuk mencatat berkas-berkas yang diterima atau dikembalikan ke Seksi Tata Usaha Perpajakan

4. Buku pengantar peminjaman berkas

Fungsinya untuk mencatat bon-bon berkas yang dikirim ke Seksi Tata Usaha Perpajakan atau seksi lainnya

5. Buku register pengiriman uraian pemandangan/banding

Fungsinya untuk mencatat nomor tunggal uraian pemandangan serta pengantar pengiriman berkas uraian pemandangan ke Kantor Wilayah/Kantor Pusat/Badan Penyelesaian Sengketa Pajak

6. Buku register keputusan keberatan

Fungsinya untuk mencatat surat keputusan keberatan yang diterbitkan/yang diterima dan keputusan keberatan

7. Buku agenda pengiriman surat keputusan keberatan kepada Wajib Pajak

Fungsinya untuk mencatat pengiriman surat keputusan keberatan kepada Wajib Pajak

8. Buku pengantar permintaan pemeriksaan

Fungsinya untuk mencatat pengiriman surat keputusan keberatan ke Seksi Tata Usaha Perpajakan

9. Buku pengantar surat keputusan keberatan

Fungsinya untuk mencatat pengiriman surat keputusan keberatan ke Seksi Tata Usaha Perpajakan


(32)

Fungsinya untuk mencatat pengiriman surat-surat keluar, termasuk permintaan kelengkapan surat keberatan Wajib Pajak, penolakan keberatan karena tidak memenuhi persyaratan formal.


(33)

BAB III

GAMBARAN DATA

A. Definisi Keberatan

Dalam pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan kemungkinan terjadi bahwa Wajib Pajak (WP) merasa kurang/tidak puas atas suatu ketetapan pajak yang dikenakan kepadanya atau atas pemotongan/pemungutan oleh pihak ketiga. Dalam hal ini Wajib Pajak (WP) dapat mengajukan keberatan. (Departemen Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak, 2000 : 23)

B. Dasar Hukum Keberatan

Dasar hukum pengajuan keberatan dan penyelesaiannya di atur di dalam ketentuan-ketentuan sebagai berikut :

1. Pasal 25 dan 26 UU No. 6 Tahun 1983 (KUP) sebagaimana telah di ubah dengan UU No. 9 Tahun 1994 (tentang perubahan Kesatu atas UU No. 6) 2. UU No. 16 Tahun 2000 (tentang perubahan kedua UU no. 6 Tahun 1983) 3. Dan di perbaharui lagi dalam UU No. 28 Tahun 2007 (tentang perubahan

ketiga UU Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan) yang lebih spesifiknya terdapat pada Pasal 25 ayat (3), (3a), (7), (8), (9), dan pada Pasal 26A ayat (2) dan (4). (Pokok-Pokok Perubahan Undang-Undang No. 28 Tahun 2007)


(34)

C. Syarat Pengajuan Keberatan

1. Surat keberatan dapat di terima untuk dipertimbangkan apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. Satu surat keberatan untuk satu ketetapan pajak atau satu bukti pemotongan/pemungutan pajak

b. Diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia

c. Mengemukakan jumlah pajak yang terutang atau jumlah pajak yang dipotong atau dipungut, atau jumlah rugi menurut penghitungan Wajib Pajak

d. Disertai dengan alasan-alasan yang jelas

e. Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu 3 bulan sejak tanggal surat ketetapan pajak, kecuali WP dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena peristiwa diluar kekuasaannya (force majeur) f. Dilampiri dengan surat kuasa khusus dalam hal surat keberatan

ditandatanganin bukan oleh Wajib Pajak sebagaimana telah diatur dalam pasal 32 UU KUP.(Surat Edaran Dirjen Pajak, 2007 : 1)

2. Sebelum mengajukan keberatan Wajib Pajak dapat meminta keterangan secara tertulis hal-hal yang menjadi dasar pengenaan pajak, perhitungan laba/rugi, pemotongan/pemungutan pajak kepada kepala KPP. Terhadap permintaan Wajib Pajak tersebut kepala KPP wajib memberikan keterangan secara tertulis mengenai hal tersebut paling lama 10 (sepuluh) hari kerja sejak diterimanya surat Wajib Pajak. (Surat Edaran Dirjen Pajak, 2007 : 1)


(35)

Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar pajak dan pelaksanaan penagihan pajak dan keberatan yang tidak memenuhi syarat, dianggap bukan Surat Keberatan, sehingga tidak diproses. (Departemen Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak, 2000 : 23)

D. Jangka Waktu Pengajuan Keberatan

Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal SKPKB, SKPKBT, SKPLB, SKPN atau sejak tanggal dilakukan pemotongan/pemungutan oleh pihak ketiga.

a. Untuk surat keberatan yang disampaikan langsung ke KPP, maka jangka waktu 3 (tiga) bulan dihitung sejak tanggal SKPKB, SKPKBT, SKPLB, SKPN atau sejak dilakukan pemotongan/pemungutan oleh pihak ketiga sampai saat keberatan diterima oleh Kantor Pelayanan Pajak.

b. Untuk surat keberatan yang disampaikan melalui pos (harus dengan pos tercatat), jangka waktu 3 bulan dihitung sejak tanggal SKPKB, SKPKBT, SKPLB, SKPN atau sejak dilakukan pemotongan/pemungutan oleh pihak ketiga sampai dengan tanggal tanda bukti pengiriman melalui Kantor Pos dan Giro. (Departemen Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak,2000 : 24)

E. Prosedur Pengajuan Keberatan


(36)

a. Surat keberatan Wajib Pajak disampaikan langsung atau melalui pos tercatat ke KPP tempat Wajib Pajak terdaftar atau ke KP4/KP2KP dalam wilayah KPP yang bersangkutan.

b. Dalam hal surat keberatan disampaikan melalui KP4 atau KP2KP, maka surat tersebut harus diteruskan KP4 atau KP2KP kepada KPP terkait melalui faksimili pada hari itu juga, dan mengirimkan asli surat tersebut dalam jangka waktu 2 (dua) hari sejak surat tersebut diterima.

c. Terhadap surat keberatan diberikan Bukti Penerimaan Surat yang dilampiri Lembar Isian Surat Keberatan sebagaimana pada Lampiran V.12 oleh petugas TPT atau petugas yang ditunjuk.

2. Penelitian persyaratan formil terhadap surat keberatan

(1) KPP melakukan penelitian persyaratan formal terhadap surat keberatan yang diterima dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Membuat pemberitahuan tertulis bahwa surat keberatan memenuhi/tidak memenuhi persyaratan formal keberatan sebagaimana dimaksud dalam syarat-syarat pengajuan keberatan dengan menggunakan formulir pada Lampiran V.13 atau V.14

b. Mencatat surat keberatan yang memenuhi persyaratan formal dalam register surat keberatan memenuhi persyaratan formal

c. Mencatat surat keberatan yang tidak memenuhi persyaratan formal dalam register surat keberatan tidak memenuhi persyaratan formal


(37)

(2) Surat pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada angka 2.1 huruf a tersebut di atas disampaikan kepada Wajib Pajak paling lama 5 (lima) hari kerja sejak surat keberatan diterima KPP

(3) Dalam hal surat keberatan disampaikan melalui pos tercatat, KPP tetap melakukan prosedur sebagaimana dimaksud pada angka 1.1 huruf c, angka 2.1 dan angka 2.2

(4) Tanggal penerimaan surat yang dijadikan dasar untuk memproses surat keberatan adalah :

a. Tanggal terima surat Wajib Pajak, dalam hal disampaikan secara langsung oleh Wajib Pajak pada petugas TPT atau petugas yang ditunjuk atau

b. Tanggal stempel pos tercatat, dalam hal surat keberatan disampaikan melalui pos tercatat.

3. Tindak lanjut terhadap surat keberatan yang memenuhi persyaratan formal Penelitian di KPP terhadap kewenangan memproses surat keberatan :

a. Seksi Pelayanan atau Seksi Penerimaan dan Keberatan melakukan penelitian terhadap kewenangan memproses surat keberatan yang diterima

b. Dalam hal kewenangan memproses surat keberatan berada pada KPP, maka KPP yang bersangkutan melaksanakan penelitian keberatan

c. Dalam hal keberatan merupakan wewenang Direktorat atau Kanwil ditindaklanjuti sebagai berikut :

1) Dalam hal unit pelaksana pemeriksa pajak adalah KPP, maka KPP yang bersangkutan harus mengirimkan berkas keberatan beserta copy Laporan


(38)

Pemeriksaan Pajak dan Kertas Kerja Pemeriksaan paling lama 5 (lima) hari kerja sejak surat keberatan diterima kepada Direktorat tau Kanwil sesuai dengan wewenangnya

2) Dalam hal unit pelaksana pemeriksaan pajak adalah unit lain di luar KPP, maka KPP yang bersangkutan mengirimkan berkas keberatan kepada Direktorat atau Kanwil sesuai wewenangnya dan mengirimkan surat permintaan copy Laporan Pemeriksaan Pajak dan/atau Kertas Kerja Pemeriksaan kepada unit pelaksana pemeriksaan pajak yang bersangkutan, paling lama 5 (lima) hari kerja sejak surat keberatan diterima dengan menggunakan formulir pada Lampiran V.15

3) Surat permintaan tersebut dilampirkan dalam berkas keberatn yang akan ditindaklanjuti oleh KPP maupun yang akan dikirimkan ke Direktorat atau Kanwil sesuai dengan kewenangan

4) Seksi Pelayanan atau Seksi Penerimaan dan Keberatan di KPP melakukan penelitian kelengkapan berkas yang akan dikirim ke Direktorat atau Kanwil dengan menggunakan formulir pada Lampiran V.1 dan hasil penelitian tersebut dilampirkan dalam berkas keberatan

5) Kegiatan sebagaimana tersebut diatas dituangkan dalam Lembar Pengawasan Penelitian Berkas Keberatan dengan menggunakan formulir pada Lampiran V.2

d. Berkas keberatan yang dikirimkan oleh KPP ke Direktorat atau Kanwil meliputi :


(39)

1) Asli surat keberatan Wajib Pajak

2) Asli Lembar Pengawasan Arus Dokumen 3) Lembar Isian Surat Keberatan (Lampiran V.12)

4) Pemberitahuaan Surat Keberatan Memenuhi Persyaratan Formal (Lampiran V.13)

5) Lembar Penelitian Kelengkapan Berkas (Lampiran V.1)

6) Lembar Pengawasan Penelitian Berkas Keberatan (Lampiran V.2)

7) Copy Laporan Pemeriksaan Pajak lengkap (termasuk SPHP, BAHP, dan dokumen lain yang mendukung), bukti peminjaman dokumen dan Kertas Kerja Pemeriksaan dalam hal unit pelaksana pemeriksaan pajak adalah KPP yang bersangkutan; atau copy Laporan Pemeriksaan Pajak (termasuk SPHP, BAHP, bukti peminjaman dokumen kepada Wajib Pajak dan dokumen lain yang mendukung), dan Surat Permintaan copy Laporan Pemeriksaan Pajak dan/atau Kertas Kerja Pemeriksaan (Lampiran V.15) dalam hal unit pelaksana pemeriksaan pajak berbeda dengan KPP yang bersangkutan

e. Pengiriman berkas keberatan sebagaimana dimaksud pada huruf d tersebut di atas dapat diantar secara langsung, dikirim melalui pos tercatat atau jasa ekspedisi tercatat

4. Tindak lanjut atas Surat Permintaan copy Laporan Pemeriksaan Pajak dan/atau Kertas Kerja Pemeriksaan kepada unit pelaksana pemeriksaan pajak


(40)

a. Unit pelaksana pemeriksaan pajak mengirimkan copy Laporan Pemeriksaan Pajak dan/atau Kertas Kerja Pemeriksaan ke unit peneliti keberatan paling lama 5 (lima) hari kerja sejak tanggal surat permintaan diterima

b. Apabila unit Peneliti sampai hari kerja ke 5 (lima) sejak tanggal diterimanya berkas keberatan belum menerima copy Laporan Pemeriksaan Pajak dan/atau Kertas Kerja Pemeriksaan, Unit peneliti keberatan membuat Surat Pemberitahuan Keterlambatan Penyampaian copy Laporan Pemeriksaan Pajak dan/atau Kertas Kerja Pemeriksaan kepada unit pelaksana pemeriksaan pajak dengan menggunakan formulir pada Lampiran V.16 (Surat Edaran Dirjen Pajak, 2007 : 1-3)

F. Penerimaan Berkas Keberatan oleh Direktorat atau Kanwil

Direktorat atau Kanwil melakukan tindak lanjut terhadap berkas keberatan yang diterima dari KPP, sebagai berikut :

a. Direktorat atau Kanwil selaku unit yang menerima berkas keberatan membuat pemberitahuan tertulis kepada KPP yang mengirimkan berkas keberatan tersebut paling lama 5 (lima) hari kerja sejak berkas diterima dengan menggunakan formulir pada Lampiran V.3

b. Dalam hal KPP terlambat atau tidak mengirimkan secara lengkap berkas keberatan, Direktorat atau Kanwil diminta mencantumkan hal tersebut pada formulir sebagaimana dimaksud pada huruf a tersebut diatas


(41)

c. Direktorat atau Kanwil yang menerima berkas keberatan dari KPP, melakukan penelitian terhadap kewenangan memproses surat keberatan tersebut

d. Direktorat atau Kanwil yang menerima berkas yang bukan merupakan kewenangannya harus mengirimkan berkas tersebut ke unit kantor yang berwenang paling lama 5 (lima) hari kerja sejak tanggal terima berkas tersebut, dengan tembusan kepada KPP yang mengirimkan berkas dengan menggunakan formulir pada Lampiran V.4 (Surat Edaran Dirjen Pajak, 2007 : 4)

G. Pembuatan Laporan Pengiriman Berkas Keberatan

a. KPP membuat laporan pengiriman berkas keberatan yang diterima, paling lama tanggal 10 bulan berikutnya kepada Direktur dan Kakanwil dengan menggunakan formulir pada Lampiran V.5

b. Direktorat atau Kanwil melakukan pengecekan daftar nominatif pengiriman berkas dalam laporan sebagaimana dimaksud pada huruf a dengan berkas yang telah diterima dari KPP

c. Dalam hal ada berkas yang belum diterima, maka Direktorat atau Kanwil membuat Surat Pemberitahuaan kepada KPP dalam jangka waktu 10 (sepuluh) hari kerja sejak laporan diterima

d. KPP yang telah dapat melaksanakan pengiriman laporan secara elektronik cukup mengirimkan laporan secara elektronik.(Surat Edaran Dirjen Pajak, 2007 : 4)


(42)

H. Prosedur Penyelesaian Keberatan 1. Penerbitan surat tugas

Direktur, Kakanwil atau Kepala KPP sesuai dengan kewenangannya menerbitkan Surat Tugas untuk melakukan penelitian keberatan paling lama 5 (lima) hari kerja sejak berkas diterima dengan menggunakan formulir pada Lampiran V.6 2 Pembuatan analisa dan permintaan penjelasan dan atau pembuktian

a. Peneliti yang ditugaskan melakukan penelitian wajib melakukan analisa terhadap berkas keberatan yang dituangkan dalam bentuk matrik dengan menggunakan formulir pada Lampiran V.6.a dalam jangka waktu 5 (lima) hari kerja sejak tanggal surat tugas

b. Peneliti dapat meminta penjelasan dan/atau pembuktian tentang dasar perhitungan yang disertai dengan dokumen/bukti dan buku-buku pendukung baik dalam bentuk hard copy maupun soft copy kepada Wajib Pajak mengenai surat keberatan yang diajukan paling lama 10 (sepuluh) hari kerja sejak tanggal Surat Tugas sebagaimana dimaksud dalam angka 4.1 dengan menggunakan formulir pada Lampiran V.17 c. Wajib Pajak diberi kesempatan memberikan penjelasan dan atau

pembuktian tentang dasar perhitungan yang disertai dengan dokumen/bukti dan buku-buku pendukung palina lama 15 (lima belas) hari kerja sejak tanggal surat sebagaimana dimaksud pada angka 4.2.b tersebut di atas


(43)

d. Setelah 5 (lima) hari kerja sejak batas waktu sebagaimana dimaksud pada angka 4.2.c tersebut di atas Peneliti belum memperoleh penjelasan dan atau pembuktian, Peneliti dapat meminta penjelasan dan pembuktian yang kedua tentang dasar perhitungan yang disertai dengan dokumen/bukti dan buku-buku pendukung dengan menggunakan formulir pada Lampiran V.18

e. Wajib Pajak diberi kesempatan memberikan penjelasan dan atau pembuktian paling lama 10 (sepuluh) hari kerja sejak tanggal surat permintaan penjelasan dan atau pembuktian sebagaimana dimaksud pada angka 4.2.d tersebut di atas

f. Peneliti dapat meminta penjelasan dan atau pembuktian tambahan apabila masih diperlukan, yang dapat ditanggapi oleh Wajib Pajak paling lama 10 (sepuluh) hari kerja sejak tanggal surat dengan menggunakan formulir pada Lampiran V.19

g. Surat permintaan penjelasan dan atau pembuktian sebagaimana dimaksud dalam angka 4.2.b, 4.2.d, dan 4.2.f harus dikirimkan kepada Wajib Pajak dengan pos tercatat

h. Peneliti membuat Berita Acara Tidak Memberikan Penjelasan dan atau Pembuktian apabila Wajib Pajak tidak memberikan penjelasan atau pembuktian yang diminta dengan menggunakan formulir pada Lampiran V.20


(44)

a. Peneliti melalui pejabat serendah-rendahnya setingkat eselon III dapat memanggil Wajib Pajak dan atau Pemeriksa atau pihak lain yang terkait yang bersangkutan untuk melakukan pembahasan sengketa perpajakan yang terjadi dengan menggunakan formulir pada Lampiran V.21 dan V.22

b. Surat pemanggilan sebagaimana dimaksud pada angka 4.3.a tersebut di atas harus dikirimkan paling lama 10 (sepuluh) hari kerja sebelum tanggal pembahasan sebagaimana dimaksud pada angka 4.3.a di atas

c. Setelah melakukan pembahasan sengketa perpajakan, Peneliti membuat Berita Acara Pembahasan Sengketa Perpajakan dengan menggunakan formulir pada Lampiran V.23

4. Pembuatan Kertas Kerja Penelitian dan Laporan Penelitian Keberatan

a. Peneliti membuat Kertas Kerja Penelitian Keberatan yang memuat hasil penelitian keberatan dengan menggunakan formulir pada Lampiran V.24 b. Kertas Kerja Penelitian Keberatan akan menjadi dasar pembuatan Laporan

Penelitian Keberatan

c. Kertas Kerja Penelitian Keberatan dan/atau Laporan Penelitian Keberatan harus mencantumkan analisis keberatan, dasar hukum, dasar perhitungan serta buku/catatan/dokumen yang digunakan dalam proses penelitian keberatan, alasan dan kesimpulan Peneliti

d. Buku/catatan/dokumen pendukung yang tercantum dalam bukti Peminjaman Buku-buku/dokumen yang digunakan dalam proses pemeriksaan pajak, merupakan dasar pertimbangan dalam penelitian keberatan


(45)

e. Buku/catatan/dokumen pendukung yang dijadikan dasar dalam penelitian keberatan sebagaimana dimaksud pada angka 4.4.d merupakan dasar bagi pembuktian dalam sidang banding

f. Peneliti membuat Laporan Penelitian Keberatan yang menjadi dasar diterbitkannya Surat Keputusan Keberatan dengan menggunakan formulir pada Lampiran V.25

5. Pengiriman Surat Pemberitahuan Hasil Penelitian dan Pembahasan Akhir

a. Peneliti mengirimkan Surat Pemberitahuan Hasil Penelitian Keberatan untuk ditanggapi yang sekaligus merupakan undangan untuk menghadiri pembahasan akhir kepada Wajib Pajak dengan menggunakan formulir pada Lampiran V.26, V.27, dan V.28

b. Wajib Pajak diberikan kesempatan untuk memberikan kesempatan tanggapan tertulis atas Surat Pemberitahuan Hasil Penelitian Keberatan sebagaimana dimaksud pada angka 4.5.a, dalam jangka waktu 10 (sepuluh) hari kerja sejak tanggal Surat Pemberitahuan Hasil Penelitian Keberatan

c. Peneliti setelah meneliti tanggapan tertulis Wajib Pajak melakukan pembahasan akhir

d. Wajib Pajak diberi kesempatan menghadiri undangan pembahasan akhir pada waktu yang ditentukan dalam Surat Pemberitahuan Hasil Penelitian Keberatan, Permintaan Tanggapan dan Undangan Menghadiri Pembahasan Akhir.


(46)

e. Peneliti membuat Berita Acara Pembahasan Akhir Hasil Penelitian Keberatan apabila Wajib Pajak hadir dan memberikan tanggapan tertulis sebagaimana dimaksud pada angka 4.5.b dan 4.5.d dengan menggunakan formulir pada Lampiran V.29 dan Daftar Hasil Akhir Penelitian Keberatan dengan menggunakan formulir pada Lampiran V.30

f. Peneliti membuat Berita Acara Ketidakhadiran Wajib Pajak dan Tidak Memberikan Tanggapan Tertulis apabila sampai dengan batas waktu yang ditentukan pada butir 4.5.b dan 4.5.d tidak dipenuhi oleh Wajib Pajak dengan menggunakan formulir pada Lampiran V.31 dan Daftar Hasil Akhir Penelitian Keberatan dengan menggunakan formulir pada Lampiran V.30

g. Peneliti membuat Berita Acara Pembahasan Akhir Hasil Penelitian Keberatan apabila Wajib Pajak hadir tetapi tidak memberikan tanggapan tertulis atau Wajib Pajak tidak hadir tetapi memberikan tanggapan tertulis dengan menggunakan formulir pada Lampiran V.32 dan Daftar Hasil Akhir Penelitian Keberatan dengan menggunakan formulir pada Lampiran V.30

h. Peneliti tetap membuat Berita Acara Pembahasan Akhir Hasil Penelitian Keberatan apabila Wajib Pajak hadir dan memberikan/tidak memberikan tanggapan tertulis, namun tidak bersedia menandatangani Berita Acara Sebagaimana dimaksud pada angka 4.5.e dan 4.5.g dengan menggunakan formulir pada Lampiran V.33 dan Daftar Hasil Akhir Penelitian Keberatan dengan menggunakan formulir pada Lampiran V.30


(47)

i. Apabila Wajib Pajak menghadiri undangan pembahasan akhir, maka Daftar Hasil Akhir Penelitian Keberatan (Lampiran V.30) dapat disampaikan langsung kepada Wajib Pajak, dan apabila Wajib Pajak tidak hadir maka Daftar Hasil Akhir Penelitian Keberatan (Lampiran V.30) dikirimkan sebagai lampiran Surat Keputusan Keberatan.

6. Pembuatan dan Pengiriman Surat Keputusan

a. Surat Keputusan keberatan dibuat dengan menggunakan formulir pada Lampiran V.34, V.35, atau V.36

b. Surat Keputusan tersebut dibuat rangkap 3 (tiga), yang peruntukkannya sebagai berikut :

a. Lembar ke-1 untuk Wajib Pajak

b. Lembar ke-2 untuk KPP penerbit Surat Ketetapan Pajak c. Lembar ke-3 untuk Kantor pembuat Surat Keputusan

c. Dengan tetap memperhatikan tanggal jatuh tempo penyelesaian keberatan, Surat Keputusan harus dikirimkan kepada Wajib Pajak melalui pos tercatat paling lambat 2 (dua) hari kerja sejak tanggal penerbitan.

7. Pencatatan Tahapan Pelaksanaan Kegiatan

Dalam melakukan penelitian, Peneliti harus melanjutkan pencatatan tahapan pelaksanaan kegiatan dan mengisi Lembar Pengawasan Penelitian Berkas Keberatan dengan menggunakan formulir pada Lampiran V.2. (Surat Edaran Dirjen Pajak, 2007 : 4-7)


(48)

I. Kewajiban Meminta Surat Kuasa Khusus

Dalam hal Wajib Pajak diwakili atau menunjuk kuasa, Peneliti wajib meminta surat kuasa khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 Undang-Undang Nomor : 6 Tahun 1983 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor : 16 Tahun 2000. (Surat Edaran Dirjen Pajak, 2007 : 7)

J. Pemberitahuan Tertulis Mengenai Hak dan Kewajiban wajib Pajak

Peneliti menyampaikan pemberitahuan tertulis mengenai hak dan kewajiban Wajib Pajak dengan menggunakan formulir pada Lampiran V.37. (Surat Edaran Dirjen Pajak, 2007 : 7)

K. Permintaan untuk Dilakukan Pemeriksaan dalam Rangka Keberatan

a. Unit peneliti keberatan dapat mengajukan permintaan untuk dilakukan pemeriksaan dalam rangka keberatan Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sesuai dengan ketentuan yang berlaku dengan menggunakan formulir pada Lampiran V.38

b. Tata cara pemeriksaan dalam rangka keberatan mengacu pada peraturan yang berlaku


(49)

L. Pengiriman Data Baru atau Data yang Semula Belum Terungkap dalam Proses pemeriksaan

Apabila dalam proses keberatan terdapat data/bukti yang menunjukkan adanya data baru atau data yang semula belum terungkap dalam proses pemeriksaan, Peneliti mengirimkan data tersebut kepada unit pemeriksa yang bersangkutan untuk ditindaklanjuti dengan menggunakan formulir pada Lampiran V.39. (Surat Edaran Dirjen Pajak, 2007 : 8)

M. Konfirmasi Penerimaan Surat Keputusan

a. Direktorat atau Kanwil melakukan konfimasi penerimaan Surat Keputusan kepada KPP terkait dengan menggunakan Lembar Konfirmasi pada Lampiran V.11

b. Lembar Konfirmasi sebagaimana dimaksud pada angka 9.a tersebut di atas dikirimkan oleh Direktorat atan Kanwil kepada KPP tempat Wajib Pajak terdaftar paling lama tanggal 10 bulan berikutnya setelah diterbitkannya Surat Keputusan

c. KPP mengirimkan kembali Lembar Konfirmasi sebagaimana dimaksud pada angka 9.a tersebut di atas kepada Direktorat atau Kanwil paling lama 5 (lima) hari kerja sejak tanggal diterimanya Lembar Konfirmasi. (Surat Edaran Dirjen Pajak, 2007 : 8)


(50)

BAB IV

ANALISIS DAN EVALUASI DATA

A. Analisis Data

Dalam pelaksanaan proses pengajuan surat keberatan pajak akan terdapat beberapa hambatan/masalah yang membuat waktu yang diperkirakan meleset. Permasalahan yang timbul dalam prosedur pengajuan dan hal-hal yang bersangkutan adalah sebagai berikut :

1. Faktor yang menyebabkan Wajib Pajak yang belum mengerti bagaimana cara mengajukan pajak, yang disebabkan oleh :

a. Kurangnya tingkat kepatuhan dan kesadaran Wajib Pajak, baik dari segi pembayaran pajak maupun dari segi kepatuhan (pemahaman) terhadap perundang-undangan perpajakan

b. Ketidakhadiran Wajib Pajak dalam sosialisasi-sosialisasi yang diadakan KPP setempat, sehingga kurangnya pengetahuan dan wawasan Wajib Pajak mengenai ketentuan-ketentuan peraturan perundang-undangan

c. Rendahnya Law enforce (kekuatan hukum) dari Wajib Pajak yang menganggap bahwa pajak merupakan suatu paksaan, sehingga terdapat unsure ketidakikhlasan dalam pembayaran pajak.

2. Adanya Wajib Pajak yang mengajukan Surat Keberatan tidak disertai dengan alasan-alasan yang jelas dan benar, yang disebabkan oleh :


(51)

a. Termasuk masalah sosialisasi yang diadakan KPP setempat, namun hanya sedikit Wajib Pajak yang diundang tersebut hadir

b. Masalah pembukuan yang belum memenuhi persyaratan formal, sehingga menyebabkan surat keberatan tersebut tidak dapat diproses (dikabulkan) karena alas an yang tidak benar.

Pada umumnya dalam mengajukan surat keberatan Wajib Pajak harus melengkapi surat permohonan dengan beberapa persyaratan formal. Persyaratan formal yang dimaksud adalah seperti yang terdapat pada pasal 25 UU No. 6 Tahun 1983 (KUP) Jo UU No. 9 Tahun 1994 (perubahan Kesatu) Jo UU No. 16 Tahun 2000 (perubahan Kedua) dan diperbaharui lagi pada UU No. 28 Tahun 2007 (tentang perubahan Ketiga UU Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan).

3. Faktor yang menyebabkan Wajib Pajak merasa dirugikan dalam masalah

pembayaran pajak atau besarnya pajak yang harus dibayar, yang disebabkan oleh: a. Kurangnya tingkat kepatuhan dan tingkat kesadaran Wajib Pajak, baik dari

segi pembayaran pajak maupun dari segi kepatuhan (pemahaman) terhadap ketentuan perundang-undangan

b. Wajib Pajak melihat adanya ketidakcocokan/kesesuaian dalam perhitungan SPT berdasarkan perhitungan Wajib Pajak sendiri dengan perhitungan oleh pihak fiskus. Biasanya Wajib Pajak melihat bahwa perhitungan dari pihak fiskus lebih besar, sehingga Wajib Pajak merasa dirugikan


(52)

c. Ketidaksetujuan Wajib Pajak terhadap ketetapan pajaknya atau besarnya jumlah yang dipergunakan sebagai Dasar Pengenaan Pajak atas suatu surat ketetapan

d. Berkaitan juga dengan masalah administrasi yang menyangkut sarana-sarana yang diperlukan untuk menunjang kelancaran tugas-tugas penyelesaiaan di Seksi Keberatan

e. Berkaitan dengan sumber daya manusia dan tingkat pendidikan Wajib Pajak yang kurang dalam memahami ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam peraturan perundang-undangan

f. Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi/Badan yang menggunakan norma Perhitungan menganggap persentasenya terlalu besar

g. Kurangnya ketelitian dan perhatian bagi Wajib Pajak Orang Pribadi atau Badan yang menyelenggarakan pembukuan.

4. Kesalahan teknis atau keterlambatan pengiriman Surat Keberatan serta berkas-berkas Wajib Pajak, sehingga dapat memperpanjang proses dan waktu.

Adapun Penyelesaian keberatan Wajib Pajak harus diselesaikan dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal diterimanya surat keberatan tersebut. Hal keberatan diatur pada pasal 25 Undang-undang No. 16 Tahun 2000 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal dikirim surat ketetapan pajak atau sejak tanggal pemotongan atau pemungutan pajak, kecuali apabila Wajib Pajak dapat menunjukan


(53)

bahwa jangka waktu tersebut tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya. Dalam Pasal 26 Undang-undang No. 16 Tahun 2000 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Keputusan Keberatan dilakukan oleh Dirjen Pajak dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan sejak tanggal surat keberatan diterima, harus memberikan keputusan atas keberatan yang diajukan. Sebelum surat keputusan diterbitkan Wajib Pajak dapat menyampaikan alasan tambahan atau penjelasan tertulis. Keputusan Direktur Jendral Pajak atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian, menolak atau menambah besarnya jumlah pajak yang terutang.

5. Terhambatnya proses pengajuan keberatan karena salah satu syarat yang dilampirkan tidak terpenuhi oleh Wajib Pajak yang bersangkutan, karena kurangnya informasi.

Data penerimaan keberatan pada KPP Medan Timur

Dalam penelitian ini data yang diambil berupa data terkait kuantitatif permohonan dan penyelesaian keberatan untuk tahun 2006 dan 2007 dengan melakukan penelitian langsung di Seksi Penerimaan dan Keberatan pada Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur, data dimaksud adalah sebagai berikut :


(54)

Jmlh.Permohonan Jmlh.Keputusan Keberatan diterbitkan

Jmlh.Permohonan Jmlh.Keputusan

Keberatan diterbitkan 35 Surat 33 Surat Keputusan 14 Surat 14 Surat Keputusan

Berdasarkan uraian pada tabel di atas, penulis mencoba menjelaskan bagaimana Tingkat Penyelesaian Keberatan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur. Selama Tahun 2006 Jumlah Permohonan yang mengajukan keberatan adalah sebanyak 35 Wajib Pajak dengan 35 surat permohonan. Dan dari masuknya 35 surat permohonan ke KPP Medan Timur maka KPP Medan Timur menerbitkan hanya 33 Surat Keputusan. Hanya 2 Surat yang tidak diterbitkan. Maka tingkat penyelesaian Keberatan pada KPP Medan Timur adalah 94,2%.

Untuk Tahun 2007 tercatat Jumlah Permohonan yang mengajukan keberatan adalah sebanyak 14 Wajib Pajak., dengan 14 surat permohonan yang masuk ke KPP Medan Timur, dan jumlah Keputusan Keberatan yang diterbitkan oleh KPP Medan Timur sebanyak 14 Surat Keputusan. Maka tingkat penyelesaian Keberatan pada KPP Medan Timur adalah 100%. Jelaslah dapat kita lihat Tingkat Penyelesaian Keberatan Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur ini semakin meningkat karena Keputusan keberatan Wajib Pajak dapat diterbitkan seluruhnya.


(55)

B. Evaluasi Data

Dari Analisis Data yang dapat diketahui dari KPP Medan Timur, bahwa Alasan Wajib Pajak mengajukan Keberatan ketidaksetujuan/kekurangpuasan Wajib Pajak atas suatu ketetapan pajak yang dikenakan kepadanya atas suatu pemotongan/pemungutan oleh pihak ke tiga dalam pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Kebanyakan Wajib Pajak pada KPP Medan Timur dalam mengajukan keberatan atas suatu Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB). Dikarenakan Wajib Pajak dalam hal ini dirugikan dalam hal kelebihan pembayaran pajak.

Selanjutnya diketahui bahwa Tingkat Penyelesaian Keberatan Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Timur dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2007 mengalami peningkatan penyelesaian keberatan pajak karena keputusan keberatan Wajib Pajak dapat diterbitkan seluruhnya oleh KPP Medan Timur.

Sebenarnya proses pengajuan keberatan oleh Wajib Pajak tidaklah membutuhkan waktu yang lama. Hanya saja sampai saat ini kebanyakan Wajib Pajak tidak mengetahui syarat-syarat kelengkapan lampiran pada saat Wajib Pajak mengajukan keberatan. Apabila masalah-masalah di atas timbul, maka proses pengajuan keberatan dapat menjadi lama, karena ketidakjelasan alasan-alasan yang diberikan oleh Wajib Pajak tersebut. Namun Wajib Pajak yang mengajukan keberatan pada KPP Medan Timur hampir seluruhnya mengetahui syarat – syarat kelengkapan lampiran dan memberikan alasan yang jelas dalam mengajukan keberatan pajak


(56)

sehingga keberatan tersebut diproses dan diterima oleh Dirjen Pajak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

KPP Medan Timur dalam rangka peningkatan penerimaan pajak, optimalisasi pelayanan kepada Wajib Pajak (WP) adalah merupakan salah satu hal yang penting. Salah satu bentuk pelayanan adalah memenuhi hak-hak Wajib Pajak dengan kata lain, KPP Medan Timur menerima atas pengajuan keberatan Wajib Pajak sebagai upaya peningkatan pelayanan kepada Wajib Pajak


(57)

BAB V PENUTUP

A.KESIMPULAN

Berdasarkan tujuan dari Praktek Kerja Lapangan Mandiri dan dari penjelasan gambaran data serta analisis dan evaluasi pada bab-bab sebelumnya, maka penulis dapat menarik kesimpulan yaitu sebagai berikut :

1.Cara menyelesaikan permohonan keberatan, yaitu : a. Penerbitan surat tugas

b. Pembuatan analisa dan permintaan penjelasan dan atau pembuktian c. Pembahasan Sengketa Perpajakan

d. Pembuatan Kertas Kerja Penelitian dan Laporan Penelitian Keberatan e. Pengiriman Surat Pemberitahuan Hasil Penelitian dan Pembahasan Akhir f. Pembuatan dan Pengiriman Surat Keputusan

g. Pencatatan Tahapan Pelaksanaan Kegiatan

2. Tentang keberatan pajak

Keberatan adalah pernyataan ketidaksetujuan/kekurangpuasan Wajib Pajak atas suatu ketetapan pajak yang dikenakan kepadanya atau atas suatu pemotongan/pemungutan oleh pihak ketiga dalam pelaksanaan peraturan perundang-undangan perpajakan.


(58)

Dasar hukum kebertan pajak adalah Pasal 25 dan 26 UU No. 6 Tahun 1983 (KUP) sebagaimana telah di ubah dengan UU No. 9 Tahun 1994 (tentang perubahan Kesatu atas UU No. 6),UU No. 16 Tahun 2000 (tentang perubahan kedua UU no. 6 Tahun 1983) dan di perbaharui lagi dalam UU No. 28 Tahun 2007 (tentang perubahan ketiga UU Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan) yang lebih spesifiknya terdapat pada Pasal 25 ayat (3), (3a), (7), (8), (9), dan pada Pasal 26A ayat (2) dan (4). (Pokok-Pokok Perubahan Undang-Undang No. 28 Tahun 2007)

3.Penyebab timbulnya keberatan pajak

Timbulnya keberatan pajak disebabkan oleh karena Wajib Pajak merasa kurang atau tidak puas atas suatu ketetapan pajak yang dikenakan kepadanya atau atas pemotongan/pemungutan oleh pihak ketiga.

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan tersebut di atas maka disarankan sebagai berikut : a. Diadakan penyuluhan tentang perpajakan kepada setiap Wajib Pajak tentang

pentingnya pajak dan untuk apa pajak itu harus dibayar sehingga Wajib Pajak Khususnya pada KPP Medan Timur merasa sadar dan tidak merasa dipaksa membayar pajak sesuai Undang-undang yang berlaku.

b. Kewajiban pembukuan Wajib Pajak agar diawasi/diproses sehingga tidak mengakibatkan kesalahan dalam penetapan pajak terhutang. Agar data untuk


(59)

penyelesaian keberatan dapat diperoleh dengan mudah sehingga dapat menerbitkan keputusan yang sebenarnya.

c. Memperbanyak buku-buku/brosur mengenai perpajakan khususnya tentang keberatan.

d. Selain pemberian penyuluhan kepada Wajib Pajak, ada baiknya Direktorat Jenderal Pajak juga memberikan penyuluhan kepada pihak Fiskus agar pengetahuan dan pemahaman mereka lebih baik lagi tentang Pajak, khususnya mengenai Keberatan.


(60)

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak, 2000, Ketentuan Umum Perpajakan (KUP)

Pokok-pokok Perubahan Undang-undang No. 28 Tahun 2007 (Tentang perubahan Ketiga UU Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan)

Sihaloho, Cyrus, 2003, Modul Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta

Surat Edaran Dirjen Pajak, Nomor : SE-02 /PJ.07/2007 Tanggal: 8 Oktober 2007 www.pajak.go.id


(1)

B. Evaluasi Data

Dari Analisis Data yang dapat diketahui dari KPP Medan Timur, bahwa Alasan Wajib Pajak mengajukan Keberatan ketidaksetujuan/kekurangpuasan Wajib Pajak atas suatu ketetapan pajak yang dikenakan kepadanya atas suatu pemotongan/pemungutan oleh pihak ke tiga dalam pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Kebanyakan Wajib Pajak pada KPP Medan Timur dalam mengajukan keberatan atas suatu Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB). Dikarenakan Wajib Pajak dalam hal ini dirugikan dalam hal kelebihan pembayaran pajak.

Selanjutnya diketahui bahwa Tingkat Penyelesaian Keberatan Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Timur dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2007 mengalami peningkatan penyelesaian keberatan pajak karena keputusan keberatan Wajib Pajak dapat diterbitkan seluruhnya oleh KPP Medan Timur.

Sebenarnya proses pengajuan keberatan oleh Wajib Pajak tidaklah membutuhkan waktu yang lama. Hanya saja sampai saat ini kebanyakan Wajib Pajak tidak mengetahui syarat-syarat kelengkapan lampiran pada saat Wajib Pajak mengajukan keberatan. Apabila masalah-masalah di atas timbul, maka proses pengajuan keberatan dapat menjadi lama, karena ketidakjelasan alasan-alasan yang diberikan oleh Wajib Pajak tersebut. Namun Wajib Pajak yang mengajukan keberatan pada KPP Medan Timur hampir seluruhnya mengetahui syarat – syarat kelengkapan lampiran dan memberikan alasan yang jelas dalam mengajukan keberatan pajak


(2)

sehingga keberatan tersebut diproses dan diterima oleh Dirjen Pajak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

KPP Medan Timur dalam rangka peningkatan penerimaan pajak, optimalisasi pelayanan kepada Wajib Pajak (WP) adalah merupakan salah satu hal yang penting. Salah satu bentuk pelayanan adalah memenuhi hak-hak Wajib Pajak dengan kata lain, KPP Medan Timur menerima atas pengajuan keberatan Wajib Pajak sebagai upaya peningkatan pelayanan kepada Wajib Pajak


(3)

BAB V PENUTUP

A.KESIMPULAN

Berdasarkan tujuan dari Praktek Kerja Lapangan Mandiri dan dari penjelasan gambaran data serta analisis dan evaluasi pada bab-bab sebelumnya, maka penulis dapat menarik kesimpulan yaitu sebagai berikut :

1.Cara menyelesaikan permohonan keberatan, yaitu : a. Penerbitan surat tugas

b. Pembuatan analisa dan permintaan penjelasan dan atau pembuktian c. Pembahasan Sengketa Perpajakan

d. Pembuatan Kertas Kerja Penelitian dan Laporan Penelitian Keberatan e. Pengiriman Surat Pemberitahuan Hasil Penelitian dan Pembahasan Akhir f. Pembuatan dan Pengiriman Surat Keputusan

g. Pencatatan Tahapan Pelaksanaan Kegiatan

2. Tentang keberatan pajak

Keberatan adalah pernyataan ketidaksetujuan/kekurangpuasan Wajib Pajak atas suatu ketetapan pajak yang dikenakan kepadanya atau atas suatu pemotongan/pemungutan oleh pihak ketiga dalam pelaksanaan peraturan perundang-undangan perpajakan.


(4)

Dasar hukum kebertan pajak adalah Pasal 25 dan 26 UU No. 6 Tahun 1983 (KUP) sebagaimana telah di ubah dengan UU No. 9 Tahun 1994 (tentang perubahan Kesatu atas UU No. 6),UU No. 16 Tahun 2000 (tentang perubahan kedua UU no. 6 Tahun 1983) dan di perbaharui lagi dalam UU No. 28 Tahun 2007 (tentang perubahan ketiga UU Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan) yang lebih spesifiknya terdapat pada Pasal 25 ayat (3), (3a), (7), (8), (9), dan pada Pasal 26A ayat (2) dan (4). (Pokok-Pokok Perubahan Undang-Undang No. 28 Tahun 2007)

3.Penyebab timbulnya keberatan pajak

Timbulnya keberatan pajak disebabkan oleh karena Wajib Pajak merasa kurang atau tidak puas atas suatu ketetapan pajak yang dikenakan kepadanya atau atas pemotongan/pemungutan oleh pihak ketiga.

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan tersebut di atas maka disarankan sebagai berikut : a. Diadakan penyuluhan tentang perpajakan kepada setiap Wajib Pajak tentang

pentingnya pajak dan untuk apa pajak itu harus dibayar sehingga Wajib Pajak Khususnya pada KPP Medan Timur merasa sadar dan tidak merasa dipaksa membayar pajak sesuai Undang-undang yang berlaku.

b. Kewajiban pembukuan Wajib Pajak agar diawasi/diproses sehingga tidak mengakibatkan kesalahan dalam penetapan pajak terhutang. Agar data untuk


(5)

penyelesaian keberatan dapat diperoleh dengan mudah sehingga dapat menerbitkan keputusan yang sebenarnya.

c. Memperbanyak buku-buku/brosur mengenai perpajakan khususnya tentang keberatan.

d. Selain pemberian penyuluhan kepada Wajib Pajak, ada baiknya Direktorat Jenderal Pajak juga memberikan penyuluhan kepada pihak Fiskus agar pengetahuan dan pemahaman mereka lebih baik lagi tentang Pajak, khususnya mengenai Keberatan.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak, 2000, Ketentuan Umum

Perpajakan (KUP)

Pokok-pokok Perubahan Undang-undang No. 28 Tahun 2007 (Tentang perubahan Ketiga UU Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan)

Sihaloho, Cyrus, 2003, Modul Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta

Surat Edaran Dirjen Pajak, Nomor : SE-02 /PJ.07/2007 Tanggal: 8 Oktober 2007 www.pajak.go.id


Dokumen yang terkait

Pelaksanaan Sosialisasi dan Pelayanan Pegawai Pajak Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Memenuhi Kewajiban Perpajakannya Pada Kantor Pelayanan pajak (KPP) Pratama Medan Timur

1 45 58

Upaya Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Penghasilan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

2 61 59

Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak dan Pengetahuan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Survei Pada Wajib Pajak Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cianjur)

6 34 60

Pengaruh Kualitas pelayanan Pajak Dan Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Survey Pada Wajib Orang pribadi Di KPP Pratama Soreang)

4 31 49

Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan Fiskus, dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi

2 10 8

Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan Fiskus, Penyuluhan Wajib Pajak Dan Sanksi Pajak Terhadap Tingkat Kepatuhan Formal Wajib Pajak Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah

3 20 92

PENGARUH KESADARAN WAJIB PAJAK, PELAYANAN FISKUS, SANKSI WAJIB PAJAK, PEMAHAMAN WAJIB PAJAK, Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan Fiskus, Sanksi Wajib Pajak, Pemahaman Wajib Pajak, Dan Sikap Rasional Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Stu

0 8 16

PENGARUH KESADARAN WAJIB PAJAK DAN PELAYANAN FISKUS TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MOJOKERTO.

0 2 99

ANALISIS PERMASALAHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DALAM MEMENUHI KEWAJIBAN PERPAJAKANNYA

0 0 20

PENGARUH KESADARAN WAJIB PAJAK DAN SANKSI PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA PALEMBANG SEBERANG ULU

0 0 9