Sistem Pengendalian Intern Terhadap Aktiva Tetap Pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara


(31)

Nov. 23

Akumulasi Penyusutan... xxx Aktiva Baru... xxx

Aktiva Lama ... xxx Kas... xxx

2) Pertukaran aktiva tetap tidak sejenis (dissimilar assets / general case) .

Dalam pertukaran aktiva tetap tidak sejenis perusahaan mencatat aktiva baru yang diterima pada harga tunai yang ditetapkan dari aktiva baru atau harga pasar wajar aktiva yang diserahkan ditambah kas yang dibayarkan. Contoh pertukaran aktiva tetap yang tidak sejenis adalah pertukaran truk derngan mesin.

Jurnal untuk mencatat pertukaran truk dengan mesin adalah: Nov. 15

Mesin Generator... xxx

Truk... xxx Untung Pertukaran... xxx

Ad. d Perolehan dengan Surat Berharga (Acquisition by issued for securities).

Aktiva tetap yang diperoleh dengan cara ditukar dengan surat-surat berharga, misalnya saham dan obligasi, maka dasar dari penilaian aktiva tetap dicatat sebesar harga saham atau obligasi dan digunakan sebagai dasar pertukaran. Apabila harga saham atau obligasi tidak diketahui, harga perolehan aktiva tetap ditentukan sebesar harga aktiva tersebut.


(32)

Ad. e Perolehan dengan Membangun Sendiri (Acquisition by self contruction).

Kadangkala perusahaan tidak memenuhi kebutuhan akan aktiva tetapnya dengan membeli dari pihak lain, tetapi dengan cara membangun sendiri. Ada beberapa alasan yang mendorong perusahaan untuk membangun sendiri aktiva tetap yang diperlukan untuk menjalankan operasinya:

1) Memanfaatkan fasilitas yang menganggur, 2) Menghemat biaya konstruksi (cost saving),

3) Mencapai standart kualitas konstruksi yang lebih tinggi agar dapat segera dioperasikan.

Aktiva tetap yang dibangun sendiri harus dicatat sebesar cost termasuk semua pengeluaran yang diperlukan untuk membuat dan menempatkan aktiva pada kondisi siap pakai.

Ad. f Perolehan aktiva dari hadiah / donasi / sumbangan (Acquisition by

donation).

Apabila suatu aktiva tetap diperoleh dari sumbangan maka tidak ada pengeluaran kas yang dilakukan perusahaan. Walaupun ada, jumlahnya relatif lebih kecil dari nilai aktiva yang diterima.

Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2004 : 16.7)menyatakan bahwa “Aktiva tetap yang diperoleh dari sumbangan harus dicatat sebesar harga taksiran atau harga pasar yang layak dengan mengkreditkan akun modal donasi”


(33)

Menurut Hartanto (2002: 331) Sewa guna usaha yaitu “suatu kontrak atau perjanjian yang memberikan hak kepada penyewa (lessee) untuk menggunakan aktiva tetap atau barang modal yang dimiliki oleh pihak yang menyewakan (lessor), dalam jangka waktu tertentu dan denga pembayaran dewa tertentu”.

Ada 2 cara leasing yaitu :

1) Capital lease

Aktiva tetap yang diperoleh dengan cara ini, dicatat sebagai aktiva tetap dalam kelompok tersendiri dan juga harus disusutkan. Kewajiban leasingnya pun disajikan terpisah dari kewajiban lainnya.

2) Operating lease

Bila perusahaan memilih cara ini maka pencatatan angsuran tidak menjadi bagian aktiva melainkan dicatat sebagai beban sewa aktiva tetap dan aktiva yang bersangkutan tidak disusutkan.

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara pada umumnya memperoleh aktiva tetapnya dengan cara pembelian tunai dan donasi atau sumbangan .

a. Pembelian tunai

Aktiva tetap yang dibeli secara tunai dicatat sebesar harga yang dikeluarkan untuk pembelian itu ditambah dengan biaya- biaya lain sehubungan dengan pembelian aktiva itu dikurangi potongan harga yang diberikan, baik karena pembelian dalam jumlah besar maupun karena pembayaran yang dipercepat. Aktiva tetap yang dimilki oleh perusahaan dengan cara pembelian tunai, yaitu: komputer, kipas angin,


(34)

Jurnal Pembelian peralatan

Peralatan Kantor ……… xxx

Kas……….. xxx

b. Donasi atau sumbangan

Aktiva tetap yang diperoleh dengan cara dihadiahkan disebut nonreciprocal

transfer atau transfer yang tidak memerlukan umpan balik. Ikatan Akuntan

Indonesia, ( 2004:16,7) berpendapat bahwa : “Aktiva tetap yang diperoleh dari sumbangan harus dicatat sebesar harga taksiran atau harga pasar yang layak dengan mengkreditkan akun modal donasi”.

Aktiva tetap yang dihadiahkan dicatat sebagai aktiva apabila hak atas aktiva tetap tersebut telah diterima. Apabila ada biaya-biaya dalam rangka perolehan ini, maka dicatat sebagai resume expenditure. Contohnya: biaya surat-surat, akte, dan sebagainya. Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara aktiva donasi terdiri dari lemari besi, brankas, mesin ketik manual, lemari penyimpanan, AC Windaw, Sound Sistem ( Lihat pada Lampiran)

Jurnalnya adalah sebagai berikut :

Aktiva tetap……… xxx

Modal donasi……….. xxx

5. Penggantian aktiva tetap

Perusahaan mengambil suatu kebijakan terkait penggantian aktiva tetap dikarenakan aktiva tetap tersebut tidak dapat lagi dipergunakan dalam kegiatan


(35)

operasional perusahaan. Aktiva tetap yang sudah tidak terpakai lagi dapat ditarik dari pemakaian. Penarikan (retirement) tersebut dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu : a. Dengan cara dibuang

Suatu aktiva tetap dibuang disebabkan aktiva tersebut sudah tidak lagi berguna untuk perusahaan, disertai tidak lagi memiliki nilai residu atau nilai pasar.

Contoh: Pada akhir tahun fiskalnya yaitu tanggal 31 Desember 2009 suatu peralatan yang diakusisi seharga $ 70.000 telah disusutkan secara penuh. Pada tanggal 10 Mei peralatan telah dibuang. Maka ayat jurnal pencatatannya adalah : 10 Mei Akumulasi Penyusutan Peralatan $ 70.000

Peralatan $ 70.000

b. Dengan cara dijual

Aktiva tetap yang sudah tidak terpakai lagi dapat dijual dengan cara dilelang. Ayat jurnal untuk mencatat penjualan aktiva tetap sama denan ayat jurnal yang sudah diilustrasikan sebelumnya, kecuali bahwa kas atau aktiva lainnya yang diterima harus dicatat.

c. Dengan cara ditukar dengan aktiva lain.

Jika nilai tukar tambah melebihi buku aktiva lama yang ditukarkan dan tidak ada keuntungan yang diakui, maka biaya atau harga pokok yang dicatat untuk aktiva tetap baru dapat ditentukan dengan :


(36)

Keuntungan pertukaran aktiva tetap yang sama tidak diakui untuk pelaporan keuangan.

Berdasarkan Instruksi Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) No.1-MBUMN / 2002 / tanggal 29 Januari 2002 tentang Pedoman Kebijakan Pelepasan Aktiva Tetap BUMN, penggantian aktiva tetap pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara tidak dapat dibuang, dijual, ataupun ditukar dengan aktiva lain, karena aktiva tetap merupakan milik pemerintah yang tidak boleh dihilangkan meskipun aktiva tersebut telah usang, rusak, maupun tidak fungsional lagi. Tidak terdapat pemisahan aset-aset Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara antara unit kerja lainnya. Pencatatan pelaporan dipusatkan di Biro Rektor. Penghapusan aktiva tetap dilakukan atas persetujuan dari Menteri Keuangan.

6. Pengeluaran selama penggunaan aktiva tetap

Selama menggunakan aktiva tetap untuk kegiatan usahanya, perusahaan sering kali mengadakan pengeluaran – pengeluaran yang berhubungan dengan penggunaan aktiva tetap tersebut.

Pengeluaran-pengeluaran yang terjadi selama penggunaan aktiva tetap dibagi dalam dua kategori yaitu :

a. Pengeluaran Modal (capital expenditures)

Pengeluaran modal menurut Subroto (1991: 112) yaitu “ Pengeluaran-pengeluaran yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi, Pengeluaran-pengeluaran ini akan dicatat sebagai aktiva adan akan dilaporkan dalam neraca. Contoh:


(37)

pembelian aktiva, baik yang berwujud maupun tidak berwujud,pembayaran sewa-sewa dimuka jangka panjang dan lain-lain”

Pengeluaran modal diperlukan untuk meningkatkan kapasitas, menambah mutu barang atau jasa yang dihasilkan dan memperpanjang masa manfaat selama lebih dari satu tahun, sifatnya tidak rutin dan jumlahnya relatif besar. Pengeluaran ini dicatat dengan mendebit akun aktiva atau akun akumulasi penyusutan yang berhubungan.Pengeluaran modal akan mempengaruhi beban penyusutan lebih dari satu periode.

Terdapat tiga jenis pengeluaran modal: a. Penambahan

b. Perbaikan

c. Reparasi luar biasa

Contoh jurnal untuk mencatat biaya reparasi luar biasa turun mesin. Jan 31 Beban Reparasi/ Pemeliharaan... xxx

Kas... xxx

b. Pengeluaran Pendapatan (revenue expenditures)

Menurut Simamora (2000 : 315 ) mengemukakan bahwa “pengeluaran pendapatan (revenue expenditure) adalah biaya yang manfaatnya hanya untuk periode sekarang atau biaya-biaya yang akan dikeluarkan untuk mempertahankan efisiensi kegiatan usaha normal”.


(38)

harus didebit ke akun beban. Pengeluaran pendapatan hanya akan mempengaruhi beban pada periode berjalan.

Contoh jurnal untuk mencatat beban reparasi ganti oli Jan 31 Beban Reparasi/ Pemeliharaan... xxx

Kas... xxx

Berikut terdapat beberapa pedoman dari segi akuntansi guna membedakannya yaitu :

1) Segi keuntungan

Apabila pengeluaran itu memberikan keuntukangan selama lebih dari satu tahun dalam arti pengeluaran itu menambah kegunaan aktiva itu, maka dianggap sebagai capital expenditure. Sedangkan bila manfaatnya hanya dalam tahun yang bersangkutan biasanya pengeluaran itu dianggap sebagai revenue expenditure.

2) Kebiasaan

Apabila pengeluaran itu merupakan pengeluaran yang bersifat lazim dan secara rutin dikeluarkan dalam periode tertentu, maka dianggap sebagai revenue expenditure. Sedangkan bila pengeluaran itu tidak lazim, maka dianggap sebagai capital expenditure.

3) Jumlah

Apabila pengeluaran itu jumlahnya relatif besar dan sifatnya penting, maka biasanya dianggap sebagai capital expenditure. Sebaliknya jika pengeluaran relatif kecil, maka dianggap sebagai revenue expenditure.


(39)

Pengeluaran-pengeluaran selama penggunaan aktiva tetap menurut Kusnadi (2000 : 275), antara lain :

1) Perawatan (maintenance)

Yaitu pengeluaran yang ditujukan agar aktiva tetap yang bersangkutan dalam keadaan baik, tidak cepat rusak dari waktu ke waktu. Pada umumnya pemeliharaan ini bersifat biasa (ordinary) dan berulang (recurring).

2) Reparasi (repair)

Yaitu pengeluaran yang ditujukan untuk mengembalikan dan memperbaiki keadaan asset menjadi baik setelah mengalami kerusakan sebagian atau seluruhnya, agar dapat dipergunakan dan dapat menjalankan fungsinya kembali.

3) Perancangan kembali (rearrangement)

Yaitu pengeluaran yang ditujukan untuk meningkatkan pelayanan atau jasa, meliputi penyusunan kembali aktiva atau perubahan rute produksi atau untuk mengurangi biaya produksi.

4) Penggantian (replacement)

Yaitu pengeluaran yang ditujukan untuk mengganti sebagian dari aktiva yang biasanya disebabkan karena komponen yang diganti tersebut sudah dalam keadaan rusak berat.

5) Penambahan dan perbaikan (addition and betterment)

Yaitu pengeluaran untuk menambah aktiva yang lama dengan bagian-bagian baru dan bersifat menambah nilai aktiva.

Pengeluaran-pengeluaran yang umumnya dilakukan oleh Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara adalah berupa :

a) Biaya reparasi dan pemeliharaan

Biaya reperasi adalah biaya yang ditujukan untuk reparasi ringan dan biasanya dalam jumlah kecil. Sedangkan biaya pemeliharaan adalah biaya yang dimaksudkan untuk menjaga aktiva tetap agar selalu dalam kondisi yang baik seperti misalnya penggantian oli, pengecetan, dan lain-lain. Biaya reparasi dan pemeliharaan ini umumnya hanya dijumpai dalam periode tahun buku yang berjalan, maka dengan


(40)

b) Biaya penggantian

Biaya penggantian menyangkut pembongkaran dari bagian atau komponen aktiva tetap dan pemasangan komponen atau suku cadang pengganti sejenis yang sama sekali baru. Sebagai contoh, penggantian pondasi mesin dengan pondasi yang baru, atau penggantian atap bangunan dengan atap yang baru.

B. Penyusutan

1. Pengertian penyusutan

Penyusutan menurut Subroto (1991 : 129) adalah “Alokasi dari harga perolehan kepada periode-periode yang menikmati dan tidak ada hubungannya dengan suatu usaha untuk pemupukan dana dalam rangka mengganti aktiva apabila aktiva tersebut rusak atau tidak dipakai lagi”. Penyusutan menurut Kieso, Weygandt dan Warfield (2001 : 58) adalah “sebagai proses akuntansi dalam mengalokasikan biaya aktiva berwujud ke beban dengan cara yag sistemtis dan rasional selama periode yang diharapkan mendapat manfaat dari pengguanaan aktiva tersebut”. Penyusutan menurut Standar Akuntansi Keuangan (2004: 17.1), adalah “alokasi jumlah suatu aktiva yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi. Penyusutan untuk periode akuntansi dibebankan ke pendapatan baik secara langsung maupun tidak langsung”. Sedangkan Penyusutan menurut Warren, dkk (2005 : 395 ) merupakan “kemampuan aktiva tetap untuk menyediakan manfaat dan diidentifikasi sebagai penyusutan fisik atau penyusutan fungsional”.


(41)

Penyusutan ini terjadi akibat kerusakan dan keusangan ketika digunakan karena pengaruh cuaca.

b. Penyusutan fungsional ( functional depreciation)

Penyusutan ini terjadi jika aktiva tetap yang dimaksud tidak lagi mampu menyediakan manfaat seperti yang diharapkan.

Dengan kata lain penyusutan adalah pengalokasian harga perolehan secara rasional kepada periode-periode dimana aktiva tersebut dinikmati manfaatnya. Sedangkan pengertian penyusutan menurut Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara sesuai dengan pengertian menurut Standar Akuntansi Keuangan.

Semua aktiva tetap, kecuali tanah, akan semakin berkurang kemampuannya untuk memberikan jasa bersamaan dengan berlalunya waktu yang mengakibatkan terjadinya penurunan nilai aktiva tersebut. Penurunan tersebut antara lain disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut :

a. Harga perolehan (cost)

Yaitu uang yang dikeluarkan atau hutang yang timbul dan biaya-biaya lain yang terjadi dalam perolehan aktiva sampai dengan aktiva siap untuk digunakan.

b. Nilai sisa (salvage value)

Yaitu jumlah yang diterima bila aktiva itu dijual, ditukarkan atau cara-cara lain untuk aktiva tersebut sudah tidak dapat dipergunakan lagi dikurangi dengan biaya-biaya yang terjadi pada saat penjualan atau pertukaran.


(42)

Yaitu kegunaan suatu aktiva yang dipengaruhi oleh cara-cara pemeliharaan dan kebijaksanaan yang dianut dalam penyusutan.

2. Metode penyusutan

Berikut ini merupakan beberapa metode penyusutan yang umumnya digunakan oleh suatu instansi adalah :

a. Metode Garis Lurus ( Straight – line method)

Rumus metode garis lurus adalah sebagai berikut :

Beban Penyusutan per tahun =

Aktiva Umur Taksiran Residu Nilai Aktiva Perolehan Harga − Contoh :

PT ABC pada awal Januari 2008 membeli sebuah mesin fotocopy dengan harga Rp. 6.000.000,-. Mesin fotocopy ditaksir akan berumur 10 tahun dan nilai residunya ditaksir Rp. 2.000.000,-.

Depresiasi per tahun =

Aktiva Umur Taksiran Residu Nilai Aktiva Perolehan Harga − = 10 000 . 000 . 2 . 000 . 000 . 6 . Rp Rp − = 10 000 . 000 . 4 . Rp

= Rp. 400.000,-

Atas dasar perhitungan diatas, maka dapat dibuat tabel depresiasi sebagai berikut :


(43)

Tabel 3.1

Depresiasi Metode Garis Lurus

Tahun Depresiasi (debet) Akm. Depresiasi (kredit) Nilai Buku Rp. 6.000.000

1 Rp. 400.000 Rp. 400.000 5.600.000

2 400.000 800.000 5.200.000

3 400.000 1.200.000 4.800.000

4 400.000 1.600.000 4.400.000

5 400.000 2.000.000 4.000.000

6 400.000 2.400.000 3.600.000

7 400.000 2.800.000 3.200.000

8 400.000 3.200.000 2.800.000

9 400.000 3.600.000 2.400.000

10 400.000 4.000.000 2.000.000

b. Metode Jumlah Angka Tahun (Sum of Years Digit Method)

Rumus metode jumlah angka tahun adalah sebagai berikut : Beban Penyusutan

= Harga Perolehan yang tersusutkan x Periode masa manfaat yang tersisa Jumlah Angka Tahun

Jumlah Angka Tahun = N (N + 1 )


(44)

Contoh :

PT ABC pada awal Januari 2008 membeli sebuah mesin fotocopy dengan harga Rp. 4.000.000,-. Mesin fotokopy ditaksir akan dapat digunakan selama 5 tahun. Taksiran nilai residu mesin fotokopy adalah Rp. 100.000,-.

Tahun ke 1 : 15

5

x (Rp. 4.000.000 – Rp. 700.000) = Rp. 1.089.000

Tahun ke 2 : 15

4

x (Rp. 4.000.000 – Rp. 700.000) = Rp. 880.000

Tahun ke 3 : 15

3

x (Rp. 4.000.000 – Rp. 700.000) = Rp. 660.000

Tahun ke 4 : 15

2

x (Rp. 4.000.000 – Rp. 700.000) = Rp. 440.000

Tahun ke 5 : 15

1

x (Rp. 4.000.000 – Rp. 700.000) = Rp. 220.011

Atas dasar perhitungan diatas, maka dapat dibuat tabel depresiasi sebagai berikut :

Tabel 3.2

Depresiasi Metode Jumlah Angka Tahun Tahun Depresiasi (debet) Akm. Depresiasi (kredit) Nilai Buku Rp.4000000

1 Rp 1089000 Rp 1089000 2911000

2 880000 1969000 2031000

3 660000 2629000 1371000

4 440000 3069000 931000

5 220011 3289011 710989

c. Metode Saldo Menurun Ganda (Double Declining Balance Method)


(45)

Penyusutan per tahun = 2 x tarif garis lurus x nilai buku pada awal tahun. 2 x 1/ masa manfaat x nilai buku pada awal tahun

Contoh :

PT ABC pada awal Januari 2008 membeli sebuah mesin dengan harga Rp. 4.200.000,-. Depresiasi per tahun 15% dari nilai buku. Perhitungan depresiasi tahunan dengan menggunakan metode ini adalah sebagai berikut :

Tahun 1 : 30% x Rp. 4.200.000 Rp. 1.260.000

Tahun 2 : 30% x (Rp. 4.200.000 – Rp. 1.260.000) Rp. 882.000 Tahun 3 : 30% x (Rp. 4.200.000 – Rp. 1.260.000 – Rp. 882.000) Rp 617.400 Tahun 4 : 30% x (Rp. 4.200.000 – Rp. 1.260.000

– Rp. 882.000- Rp. 617.400) Rp. 432.180 Tahun 5 : 30% x (Rp. 4.200.000 – Rp. 1.260.000

– Rp. 882.000- Rp. 617.400 - Rp.432.180) Rp. 302.526 Atas dasar perhitungan diatas, maka dapat dibuat tabel depresiasi sebagai berikut :

Tabel 3.3

Depresiasi Metode Persentase Dari Nilai Buku

Tahun Depresiasi (debet) Akm. Depresiasi (kredit) Nilai Buku

1 2 3 4 5 Rp. 1.260.000,- 882.000,- 617.400,- 432.180,- 302.526,- Rp. 1.260.000,- 2.142.000,- 2.759.400,- 3.191.580,- 3.494.106 Rp.4.200.000,- 2.940.000,- 2.058.000,- 1.440.600,- 1.008.420,- 705.894,-


(46)

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara sampai saat ini belum

dapat menghitung sendiri besarnya penyusutan dari aktiva tetap yang ada. Hal ini di sebabkan karena sampai saat ini yang berhak untuk menentukan besarnya penyusutan aktiva tetap Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara adalah Badan Pembendaharaan Negara Republik Indonesia.

3. Akuntansi untuk penyusutan

Pada saat sebuah aktiva tetap diperoleh, rekening / akun yang tepat, misalnya bangunan didebit dan kas atau utang dagang akan dikredit.

Contoh Pada tanggal 1 Januari 2007 sebuah perusahaan membeli bangunan gudang secara tunai seharga Rp 40.000.000. Jurnalnya adalah :

2007 Jan.1

Gudang Rp 40.000.000

Kas Rp 40.000.000

Pada saat akhir periode akuntansi, beban penyusutan untuk bangunan gudang adalah Rp2.000.000 per tahun maka jurnal penyesuaian yang dibuat pada akhir periode akuntansi untuk penyusutan gudang adalah sebagai berikut :

31 Des. Beban penyusutan – Gudang Rp 2.000.000

Akumulasi Penyusutan – Gudang Rp 2.000.000

C. Sistem Pengendalian Intern terhadap Aktiva Tetap 1. Pengertian Sistem


(47)

Sistem menurut Mulyadi (2001 : 5) adalah “suatu jaringan prosedur yang dibuat menurut pola yang terpadu untuk melaksanakan kegiatan pokok perusahaan”. Sistem menurut Baridwan (2000 : 3) adalah “suatu kerangka dan prosedur- prosedur yang saling berhubungan yang disusun sesuai dengan suatu skema yang menyeluruh, untuk melaksanakan suatu kegiatan atau fungsi utama dari perusahaan”. Sistem menurut Bordnar dan Hopwood (2001: 1) adalah “kumpulan dari sumber daya yang berhubungan untuk mencapai tujuan tertentu”. Sedangkan Sistem menurut Gerald (2001 : 1) adalah “suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau menyelesaikan suatu sasaran tertentu”.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa sistem adalah suatu kerangka dan prosedur- prosedur yang saling berhubungan yang disusun sesuai dengan suatu skema yang menyeluruh, untuk melaksanakan suatu kegiatan atau fungsi utama dari perusahaan.

2. Pengertian Pengendalian intern

Menurut Gondodiyoto dan Hendarti (2007 : 122 ) Pengendalian intern adalah “rencana organisasi dan semua metode serta kebijakan yang terkoodinasi dalam suatu perusahaan untuk mengamankan kekayaan, menguji ketepatan dan sampai seberapa jauh data akuntansi dapat dipercaya, menggalakkan efisiensi usaha serta mendorong ditaatinya kebijakan pimpinan”.


(48)

dengan cara membandingkan antara prosedur-prosedur yang telah dibuat oleh manajemen suatu organisasi dengan keadaan yang sebenarnya yang telah dilaksanakan oleh perusahaan tersebut, apakah kegiatan operasional telah dilaksanakan dengan baik atau terdapat penyimpanagn yang dapat merugikan perusahaan.

Aktiva tetap memerlukan pengendalian intern yang tetap agar tidak terjadi penggelapan, kecurangan, ataupun penyelewengan terhadap aktiva tersebut. Penetapan sistem pengendalian intern yang baik dapat menunjang peningkatan efisiensi dan kualitas kegiatan operasional perusahaan. Fungsi pengendalian intern dapat dilakukan dengan mengukur dan mengevaluasi kinerja dari setiap bagian kepala perusahaan kemudian mengambil tindakan perbaikan apabila diperlukan.

Pimpinan bertanggungjawab penuh dalam usaha pengendalian intern terhadap aktiva tetap. Manajemen perlu memperhatikan dan menentukan cara yang baik untuk menciptakan sistem pengendalian intern yang efektif dan efisien agar pelaksanaan prosedur–prosedur pengendalian intern dapat dilaksanakan sebaik mungkin. Pengendalian intern merupakan kebijakan dan prosedur spesifik yang dirancang untuk memberikan keyakinan yang memadai bagi manajemen bahwa sasaran dan tujuan perusahaan dapat dipenuhi.

Beberapa tujuan dari pengendalian intern terhadap aktiva tetap adalah :

a. Menekankan bahwa aktiva tetap merupakan fasilitas yang penting dalam pelaksanaan kegiatan operasional perusahaan,


(49)

b. Membatasi pengeluaran modal saham limit yang disetujui sesuai kebutuhan perusahaan,

c. Mendorong usaha perawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan perusahaan berikut cara yang paling menguntungkan untuk membiayai aktiva, d. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas penggunaan aktiva tetap dalam

menjalankan aktivitas perusahaan,

e. Menetapkan prosedur – prosedur perlindungan dan pemeliharaan fisik suatu aktiva tetap.

Sistem Pengendalian Intern terhadap Aktiva Tetap pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yaitu :

1. Perolehan aktiva tetap

Mengutip yang telah diuraikan di atas mengenai cara perolehan aktiva tetap pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yaitu meminta persetujuan dari pihak atasan (Dekan) sebagai instansi terkait.

2. Metode penyusutan

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara tidak ada metode penyusutan yang digunakan karena tidak adanya pemisahaan asset-asset pada Universitas Sumatera Utara dan antara unit kerja lainnya, pencatatan pelaporan dipusatkan di Biro Rektor.


(50)

Penggunaan aktiva tetap pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara disesuaikan berdasarkan pada kebutuhan aktiva tetap yang akan digunakan oleh pihak-pihak yang enggunakan aktiva tetap tersebut.

Dari uraian di atas Sistem Pengendalian Intern terhadap Aktiva Tetap Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara belum bisa dikatakan efektif dan efisien karena sampai saat ini belum dapat menghitung sendiri besarnya penyusutan dari aktiva tetap yang ada. Hal ini di sebabkan karena sampai saat ini yang berhak untuk menentukan besarnya penyusutan aktiva tetap Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara adalah Badan Pembendaharaan Negara Republik Indonesia.


(51)

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis membahas secara teoritis dan kemudian membandingkan dengan hasil penelitian yang dilakukan pada Fakultas Ekonomi USU, maka dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut :

1. Sistem Pengendalian intern terhadap aktiva tetap yang dilakukan di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara belum bisa dikatakan efektif dan efisien karena sampai saat ini belum dapat menghitung sendiri besarnya penyusutan dari aktiva tetap yang ada. Hal ini di sebabkan karena sampai saat ini yang berhak untuk menentukan besarnya nilai buku aktiva tetap Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara adalah Badan Pembendaharaan Negara Republik Indonesia.

2. Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dalam memperoleh aktiva tetap yaitu dengan cara membeli secara tunai, melalui hibah, sumbangan, dan bantuan-bantuan. Disamping itu, perusahaan juga mendapatkan aktiva tetap dengan cara membangun sendiri,

3. Dalam struktur organisasi Fakultas Ekonom Universitas Sumatera Utara dapat dilihat bahwa seorang pegawai yang bertanggung jawab dibidang administrasi juga mengurusi bidang keuangan, akuntansi, dan sebagian fungsi HRD. Hal ini membuktikan masih adanya tugas rangkap didalam Fakultas,


(52)

4. Penggantian aktiva tetap pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara tidak dapat dibuang, dijual, ataupun ditukar dengan aktiva lain, karena aktiva tetap merupakan milik pemerintah yang tidak boleh dihilangkan meskipun aktiva tersebut telah usang, rusak, maupun tidak fungsional lagi. Pencatatan pelaporan dipusatkan di Biro Rektor.

B. Saran

Untuk mengakhiri penulisan skripsi ini, penulis mencoba mengemukakan beberapa saran sebagai berikut :

1. Pengendalian intern pada aktiva tetap sebaiknya terus ditingkatkan untuk mencapai pengendalian intern yang lebih baik, selain membantu untuk mencegah terjadinya penyelewengan atas aktiva tetap, hal ini akan membantu manajemen mengelola harta yang dimiliki perusahaan secara efektif dan efisien,

2. Fakultas Ekonomi USU diharapkan dapat menyusun sendiri besarnya penyusutan aktiva tetap untuk menentukan alokasi biaya terhadap penggunaan aktiva tetap tersebut,

3. Diberlakukannya kebijakan management menyangkut penggunaan aktiva tetap yang bersangkutan,

4. Akan lebih baik bila ada pemisahan tugas yang jelas untuk menghindari terjadinya tugas rangkap,


(53)

DAFTAR PUSTAKA

Baridwan, Zaki, 2004. Intermediate Accounting, Edisi Kedelapan, BPFE Yogyakarta.

Harahaf, Sofyan Syafri, 2004. Akuntansi Aktiva Tetap, Akuntansi Pajak, Revaluasi,

Leasing, Bumi Aksara , Jakarta.

Harnanto, 2002. Akuntansi Keuangan Menengah, Buku Satu, Salemba Empat, Yogyakarta, 314.

Ikatan Akuntan Indonesia, 2004. Standar Akuntansi Keuangan (SAK), Buku Satu, Salemba Empat, Jakarta, 16.2.

Kieso, Donald E, Jerry J, Weygant, and Terry D. Warfield, 2001. Intermediate

Accounting, 10th edition, New York; Jhon Wiley and Sons, Inc.

Kusnadi, 2000. Akuntansi Keuangan Menengah, Malang; Universitas Brawijaya. Mulyadi, 2002. Auditing, Buku Dua, Edisi Ke Enam, Salemba Empat, Jakarta.

Simamora, Hendry, 2000. Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan Bisnis, Jilid II, Salemba Empat, Jakarta, 298-318.

Stice, Earl K, James D. Stice, and K. Fred Skousen, 2004. Intermediate

Accounting, 15th edition, Salemba Empat, Jakarta .

Subroto, Bambang, Drs, 1991. Akuntansi Keuangan Intermedite, Edisi 2, FE UGM, Yogyakarta.

Warren, Carl S, James M. Reeve, and Philip E. Fees, 2005. Accounting, 21th edition, Salemba Empat, Jakarta, 515.


(1)

dengan cara membandingkan antara prosedur-prosedur yang telah dibuat oleh manajemen suatu organisasi dengan keadaan yang sebenarnya yang telah dilaksanakan oleh perusahaan tersebut, apakah kegiatan operasional telah dilaksanakan dengan baik atau terdapat penyimpanagn yang dapat merugikan perusahaan.

Aktiva tetap memerlukan pengendalian intern yang tetap agar tidak terjadi penggelapan, kecurangan, ataupun penyelewengan terhadap aktiva tersebut. Penetapan sistem pengendalian intern yang baik dapat menunjang peningkatan efisiensi dan kualitas kegiatan operasional perusahaan. Fungsi pengendalian intern dapat dilakukan dengan mengukur dan mengevaluasi kinerja dari setiap bagian kepala perusahaan kemudian mengambil tindakan perbaikan apabila diperlukan.

Pimpinan bertanggungjawab penuh dalam usaha pengendalian intern terhadap aktiva tetap. Manajemen perlu memperhatikan dan menentukan cara yang baik untuk menciptakan sistem pengendalian intern yang efektif dan efisien agar pelaksanaan prosedur–prosedur pengendalian intern dapat dilaksanakan sebaik mungkin. Pengendalian intern merupakan kebijakan dan prosedur spesifik yang dirancang untuk memberikan keyakinan yang memadai bagi manajemen bahwa sasaran dan tujuan perusahaan dapat dipenuhi.

Beberapa tujuan dari pengendalian intern terhadap aktiva tetap adalah :

a. Menekankan bahwa aktiva tetap merupakan fasilitas yang penting dalam pelaksanaan kegiatan operasional perusahaan,


(2)

b. Membatasi pengeluaran modal saham limit yang disetujui sesuai kebutuhan perusahaan,

c. Mendorong usaha perawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan perusahaan berikut cara yang paling menguntungkan untuk membiayai aktiva, d. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas penggunaan aktiva tetap dalam

menjalankan aktivitas perusahaan,

e. Menetapkan prosedur – prosedur perlindungan dan pemeliharaan fisik suatu aktiva tetap.

Sistem Pengendalian Intern terhadap Aktiva Tetap pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yaitu :

1. Perolehan aktiva tetap

Mengutip yang telah diuraikan di atas mengenai cara perolehan aktiva tetap pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yaitu meminta persetujuan dari pihak atasan (Dekan) sebagai instansi terkait.

2. Metode penyusutan

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara tidak ada metode penyusutan yang digunakan karena tidak adanya pemisahaan asset-asset pada Universitas Sumatera Utara dan antara unit kerja lainnya, pencatatan pelaporan dipusatkan di Biro Rektor.


(3)

Penggunaan aktiva tetap pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara disesuaikan berdasarkan pada kebutuhan aktiva tetap yang akan digunakan oleh pihak-pihak yang enggunakan aktiva tetap tersebut.

Dari uraian di atas Sistem Pengendalian Intern terhadap Aktiva Tetap Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara belum bisa dikatakan efektif dan efisien karena sampai saat ini belum dapat menghitung sendiri besarnya penyusutan dari aktiva tetap yang ada. Hal ini di sebabkan karena sampai saat ini yang berhak untuk menentukan besarnya penyusutan aktiva tetap Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara adalah Badan Pembendaharaan Negara Republik Indonesia.


(4)

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis membahas secara teoritis dan kemudian membandingkan dengan hasil penelitian yang dilakukan pada Fakultas Ekonomi USU, maka dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut :

1. Sistem Pengendalian intern terhadap aktiva tetap yang dilakukan di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara belum bisa dikatakan efektif dan efisien karena sampai saat ini belum dapat menghitung sendiri besarnya penyusutan dari aktiva tetap yang ada. Hal ini di sebabkan karena sampai saat ini yang berhak untuk menentukan besarnya nilai buku aktiva tetap Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara adalah Badan Pembendaharaan Negara Republik Indonesia.

2. Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dalam memperoleh aktiva tetap yaitu dengan cara membeli secara tunai, melalui hibah, sumbangan, dan bantuan-bantuan. Disamping itu, perusahaan juga mendapatkan aktiva tetap dengan cara membangun sendiri,

3. Dalam struktur organisasi Fakultas Ekonom Universitas Sumatera Utara dapat dilihat bahwa seorang pegawai yang bertanggung jawab dibidang administrasi juga mengurusi bidang keuangan, akuntansi, dan sebagian fungsi HRD. Hal ini membuktikan masih adanya tugas rangkap didalam Fakultas,


(5)

4. Penggantian aktiva tetap pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara tidak dapat dibuang, dijual, ataupun ditukar dengan aktiva lain, karena aktiva tetap merupakan milik pemerintah yang tidak boleh dihilangkan meskipun aktiva tersebut telah usang, rusak, maupun tidak fungsional lagi. Pencatatan pelaporan dipusatkan di Biro Rektor.

B. Saran

Untuk mengakhiri penulisan skripsi ini, penulis mencoba mengemukakan beberapa saran sebagai berikut :

1. Pengendalian intern pada aktiva tetap sebaiknya terus ditingkatkan untuk mencapai pengendalian intern yang lebih baik, selain membantu untuk mencegah terjadinya penyelewengan atas aktiva tetap, hal ini akan membantu manajemen mengelola harta yang dimiliki perusahaan secara efektif dan efisien,

2. Fakultas Ekonomi USU diharapkan dapat menyusun sendiri besarnya penyusutan aktiva tetap untuk menentukan alokasi biaya terhadap penggunaan aktiva tetap tersebut,

3. Diberlakukannya kebijakan management menyangkut penggunaan aktiva tetap yang bersangkutan,

4. Akan lebih baik bila ada pemisahan tugas yang jelas untuk menghindari terjadinya tugas rangkap,

5. Penyajian catatan dan pembukuan aktiva tetap harus lebih transparansi, sehingga pengendalian intern aktiva tetap dapat dilakukan lebih baik.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Baridwan, Zaki, 2004. Intermediate Accounting, Edisi Kedelapan, BPFE Yogyakarta.

Harahaf, Sofyan Syafri, 2004. Akuntansi Aktiva Tetap, Akuntansi Pajak, Revaluasi, Leasing, Bumi Aksara , Jakarta.

Harnanto, 2002. Akuntansi Keuangan Menengah, Buku Satu, Salemba Empat, Yogyakarta, 314.

Ikatan Akuntan Indonesia, 2004. Standar Akuntansi Keuangan (SAK), Buku Satu, Salemba Empat, Jakarta, 16.2.

Kieso, Donald E, Jerry J, Weygant, and Terry D. Warfield, 2001. Intermediate Accounting, 10th edition, New York; Jhon Wiley and Sons, Inc.

Kusnadi, 2000. Akuntansi Keuangan Menengah, Malang; Universitas Brawijaya. Mulyadi, 2002. Auditing, Buku Dua, Edisi Ke Enam, Salemba Empat, Jakarta.

Simamora, Hendry, 2000. Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan Bisnis, Jilid II, Salemba Empat, Jakarta, 298-318.

Stice, Earl K, James D. Stice, and K. Fred Skousen, 2004. Intermediate Accounting, 15th edition, Salemba Empat, Jakarta .

Subroto, Bambang, Drs, 1991. Akuntansi Keuangan Intermedite, Edisi 2, FE UGM, Yogyakarta.

Warren, Carl S, James M. Reeve, and Philip E. Fees, 2005. Accounting, 21th edition, Salemba Empat, Jakarta, 515.