Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemenuhan Kebutuhan Gizi pada Mahasiswi yang Tinggal Mandiri di Asrama Putri Universitas Sumatera Utara

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMENUHAN

KEBUTUHAN GIZI PADA MAHASISWI

YANG TINGGAL MANDIRI DI ASRAMA PUTRI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Oleh : Elis Suryani Purba

061101015

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

Judul : Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemenuhan Kebutuhan Gizi pada Mahasiswi yang Tinggal Mandiri di Asrama Putri Universitas Sumatera Utara

Nama Mahasiswa : Elis Suryani Purba

NIM : 061101015

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2010

Tanggal Lulus : 25 Juni 2010

Pembimbing Penguji I

(M. Sukri Tanjung, S. Kep, Ns) (Iwan Rusdi, S.Kp, MNS)

NIP. NIP. 19730909 200003 1 001

Penguji II

(Ismayadi, S.Kep, Ns)

NIP. 19750629 200212 1 002

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara telah menyetujui skripsi ini sebagai bagian dari persyaratan kelulusan Sarjana Keperawatan (S.Kep).

Medan, 30 Juni 2010 Pembantu Dekan I

(Erniyati, S.Kp, MNS)


(3)

PRAKATA

Segala puji kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemenuhan Kebutuhan Gizi pada Mahasiswi yang Tinggal Mandiri di Asrama Putri Universitas Sumatera Utara”. Skripsi ini ditulis untuk menyelesaikan tugas akhir dan mendapatkan gelar sarjana Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Selama penyelesaian skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik moril maupun materil. Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan dukungan dalam proses penyelesaian Skripsi ini, sebagai berikut:

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak M. Sukri Tanjung, S.Kep, Ns selaku dosen pembimbing yang telah

menyediakan waktu, memberi saran dan masukan berharga selama penulis menyusun skripsi ini.

4. Bapak Iwan Rusdi, S.Kp, MNS selaku dosen penguji I. 5. Bapak Ismayadi, S.Kep, Ns selaku dosen penguji II.

6. Seluruh dosen dan staf administrasi Fakultas Keperawatan Universitas


(4)

7. Ibu Wanita br Sembiring selaku kepala Asrama Putri Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan izin penelitian dan pengumpulan data kepada penulis.

8. Kedua orang tua, kakakku (bang Roy), dan kedua adikku tercinta (Alam dan

Bahi) di rumah yang selalu memberikan doa, dukungan dan semangat kepadaku dalam menulis skripsi ini.

9. Teman-teman terbaikku, Astika, Anggi, dan Firda yang telah memberi

bantuan, motivasi, canda tawa dan kebersamaan selama ini serta sebagai teman seperjuangan dalam penyelesaian skripsi ini.

10. Semua teman-teman angakatan 2006 yang selalu memberikan saran dan dukungannya kepadaku.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, Juni 2010

Penulis


(5)

DARTAR ISI

Halaman Judul ...i

Lembar Persetujuan ...ii

Prakata ...iii

Daftar Isi ...v

Daftar Tabel ...vii

Daftar Skema ...viii

Abstrak ...ix

Bab 1. Pendahuluan 1. Latar Belakang ...1

2. Pertanyaan Penelitian ...4

3. Hipotesis ...5

4. Tujuan Penelitian ...5

5. Manfaat Penelitian ...5

Bab 2. Tinjauan Pustaka 1. ... K onsep Gizi ...7

1.1. Definisi Gizi ...7

1.2. Kebutuhan Gizi Remaja ...8

1.2.1. Karbohidrat ...9

1.2.2. Protein ...9

1.2.3. Lemak ...10

1.2.4. Vitamin ...10

1.2.5. Mineral ...11

1.2.6. Air ...12

2. Pemenuhan Kebutuhan Gizi pada Remaja Putri (Mahasiswi) ...14

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemenuhan Kebutuhan Gizi pada Mahasiswi yang Tinggal Mandiri ...16

3.1. Status Sosial Ekonomi ...17

3.2. Personal Preference ...18

3.3. Pengetahuan ...19

3.4. Kebiasaan Makan ...20

3.5. Kesehatan ...21

Bab 3. Kerangka Konseptual 1. ... Ke rangka Konsep ...23

2. ... De finisi Operasional Variabel Penelitian ...25 Bab 4. Metodologi Penelitian


(6)

1. ... De sain Penelitian ...28 2. ... Po

pulasi dan Sampel Penelitian ...28 2.1. Populasi ...28 2.2. Sampel ...28 3. ... Lo

kasi dan Waktu Penelitian ...29 4. ... Pe

rtimbangan Etik ...29 5. ... In

strumen Penelitian ...30 5.1. Kuesioner Penelitian ...30 5.2. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ...32 6. ... Pe

ngumpulan Data ...33 7. ...

Analisa Data ...34 Bab 5. Hasil dan Pembahasan

1. ... Ha sil Penelitian ...36 2. ... Pe

mbahasan...46 Bab 6. Kesimpulan dan Saran

1. ... Ke simpulan ...61 2. ... Sa

ran ...62 Daftar Pustaka ...64 Lampiran-lampiran

1. ... Inf ormed Consent...67 2. ... Ja

dwal Tentatif Penelitian ...68 3. ... Ta

ksasi Dana ...69 4. ... In

strumen Penelitian ...70 5. ... Ha sil Uji Reliabilitas ...74 6. ... Ha sil Analisa Data ...76


(7)

7. ... Su rat Izin Penelitian ...84 8. ... Da ftar Riwayat hidup ...86


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kebutuhan Diet Sehari Nutrisi Remaja Putri dan Dewasa Muda ...13 Tabel 2. Definisi Operasional Variabel Penelitian ...25 Tabel 3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden ...37 Tabel 4. Deskripsi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemenuhan

Kebutuhan Gizi ...38 Tabel 5. Distribusi Frekuensi dan Persentase Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Pemenuhan Kebutuhan Gizi ...38 Tabel 6. Distribusi Frekuensi Pemenuhan Kebutuhan Gizi pada Mahasiswi

yang Tinggal Mandiri ...41 Tabel 7. Distribusi Frekuensi dan Persentase Kategori Pemenuhan Kebutuhan

Gizi oleh Responden...42 Tabel 8. Deskripsi Statistik Pemenuhan Kebutuhan Gizi pada Mahasiswi

yang Tinggal Mandiri ...43 Tabel 9. Hasil Uji Bivariat Setiap Variabel...44 Table 10. Hasil Uji Regresi Linier Ganda Faktor-faktor yang Mempengaruhi


(9)

DAFTAR SKEMA

Skema 1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemenuhan Kebutuhan


(10)

Judul : Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemenuhan Kebutuhan Gizi pada Mahasiswi yang Tinggal Mandiri di Asrama Putri Universitas Sumatera Utara

Nama Mahasiswa : Elis Suryani Purba

NIM : 061101015

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S. Kep)

Tahun : 2010

Abstrak

Masa remaja merupakan masa yang rawan gizi karena kebutuhan akan gizi sedang tinggi-tingginya. Untuk itu diperlukan pemenuhan kebutuhan gizi secara seimbang dalam hal kualitas dan kuantitas. Dalam pemenuhan kebutuhan gizi pada mahasiswi yang tinggal mandiri dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya faktor status sosial ekonomi, personal preference, pengetahuan, kebiasaan makan dan kesehatan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pemenuhan kebutuhan gizi pada mahasiswi yang tinggal mandiri dan menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan gizi pada mahasiswi yang tinggal mandiri dengan menggunakan desain deskripsi korelasi, dengan menggunakan teknik total sampling sebanyak 60 orang. Karakteristik responden mayoritas berada pada rentang usia 20-24 tahun (n=51; 85%), suku Batak (n=41; 68,3%), beragama Islam (n=50; 83,3%), pekerjaan orang tua wiraswasta (n=21; 35%) dengan uang kiraman < Rp.1.000.000,- perbulan (n=53; 88,3%).

Karakteristik responden dideskripsikan dengan menggunakan analisa deskriptif untuk menentukan distribusi frekuensi dan persentase. Sedangkan untuk menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan gizi pada mahasiswi yang tinggal mandiri digunakan metode analisis korelasi regresi linier ganda.

Dari hasil uji bivariat didapatkan nilai koefisien korelasi (R) untuk status sosial ekonomi (R) = 0,134, pengetahuan (R) = -0,155, kebiasaan makan (R) = 0,134 dan kesehatan (R) = 0,166. Hasil hipotesis adalah menerima hipotesis alternatif (Ha) faktor personal preference. Hasil analisis regresi linier ganda menunjukkan bahwa tidak keseluruhan faktor yang diteliti mempengaruhi pemenuhan kebutuhan gizi pada mahasiswi yang tinggal mandiri. Hanya ada satu faktor saja yang berpengaruh yaitu faktor personal preference dengan nilai signifikansi yang dapat diterima (Sig = 0,022) dengan Koefisien korelasi (R) = 0,258 yang artinya hubungan faktor personal preference terhadap pemenuhan kebutuhan gizi positif dengan interpretasi lemah. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu mahasiswi yang tinggal mandiri dalam merubah perilaku makan menjadi lebih baik untuk memenuhi kebutuhan gizinya.


(11)

Judul : Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemenuhan Kebutuhan Gizi pada Mahasiswi yang Tinggal Mandiri di Asrama Putri Universitas Sumatera Utara

Nama Mahasiswa : Elis Suryani Purba

NIM : 061101015

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S. Kep)

Tahun : 2010

Abstrak

Masa remaja merupakan masa yang rawan gizi karena kebutuhan akan gizi sedang tinggi-tingginya. Untuk itu diperlukan pemenuhan kebutuhan gizi secara seimbang dalam hal kualitas dan kuantitas. Dalam pemenuhan kebutuhan gizi pada mahasiswi yang tinggal mandiri dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya faktor status sosial ekonomi, personal preference, pengetahuan, kebiasaan makan dan kesehatan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pemenuhan kebutuhan gizi pada mahasiswi yang tinggal mandiri dan menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan gizi pada mahasiswi yang tinggal mandiri dengan menggunakan desain deskripsi korelasi, dengan menggunakan teknik total sampling sebanyak 60 orang. Karakteristik responden mayoritas berada pada rentang usia 20-24 tahun (n=51; 85%), suku Batak (n=41; 68,3%), beragama Islam (n=50; 83,3%), pekerjaan orang tua wiraswasta (n=21; 35%) dengan uang kiraman < Rp.1.000.000,- perbulan (n=53; 88,3%).

Karakteristik responden dideskripsikan dengan menggunakan analisa deskriptif untuk menentukan distribusi frekuensi dan persentase. Sedangkan untuk menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan gizi pada mahasiswi yang tinggal mandiri digunakan metode analisis korelasi regresi linier ganda.

Dari hasil uji bivariat didapatkan nilai koefisien korelasi (R) untuk status sosial ekonomi (R) = 0,134, pengetahuan (R) = -0,155, kebiasaan makan (R) = 0,134 dan kesehatan (R) = 0,166. Hasil hipotesis adalah menerima hipotesis alternatif (Ha) faktor personal preference. Hasil analisis regresi linier ganda menunjukkan bahwa tidak keseluruhan faktor yang diteliti mempengaruhi pemenuhan kebutuhan gizi pada mahasiswi yang tinggal mandiri. Hanya ada satu faktor saja yang berpengaruh yaitu faktor personal preference dengan nilai signifikansi yang dapat diterima (Sig = 0,022) dengan Koefisien korelasi (R) = 0,258 yang artinya hubungan faktor personal preference terhadap pemenuhan kebutuhan gizi positif dengan interpretasi lemah. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu mahasiswi yang tinggal mandiri dalam merubah perilaku makan menjadi lebih baik untuk memenuhi kebutuhan gizinya.


(12)

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Zat gizi adalah bahan dasar yang menyusun bahan makanan. Makanan setelah dikonsumsi mengalami proses pencernaan di dalam alat pencernaan. Bahan makanan diuraikan menjadi zat gizi atau nutrien. Zat tersebut selanjutnya diserap melalui dinding usus dan masuk ke dalam cairan tubuh, kemudian akan digunakan oleh tubuh untuk melakukan berbagai aktivitas (Sudiarti & Indrawani, 2008). Makanan atau hidangan yang dikonsumsi sehari-hari sangat berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi baik terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin (Almatsier, 2001). Kekurangan konsumsi makanan, baik secara kualitatif maupun kuantitatif, akan menyebabkan metabolisme tubuh terganggu (Lusa, 2009).

Penelitian membuktikan bahwa apabila manusia sudah mencapai usia lebih dari 20 tahun, maka pertumbuhan tubuhnya sama sekali sudah terhenti. Ini berarti, makanan tidak lagi berfungsi untuk pertumbuhan tubuh, tetapi untuk mempertahankan keadaaan gizi yang sudah didapat atau membuat gizinya menjadi lebih baik. Dengan demikian, kebutuhan akan unsur-unsur gizi dalam masa dewasa sudah agak konstan, kecuali jika terjadi kelainan-kelainan pada tubuhnya, seperti sakit dan sebagainya. Sehingga perlu mendapatkan kebutuhan zat gizi yang lebih dari biasanya (Lusa, 2009).


(13)

Masa remaja merupakan masa yang rentan untuk terkena masalah gizi. Pada dasarnya masalah gizi pada remaja timbul karena perilaku gizi yang salah, yaitu ketidakseimbangan antara konsumsi gizi dengan kecukupan gizi yang dianjurkan. Keadaan gizi atau status gizi merupakan gambaran apa yang dikonsumsi dalam jangka waktu cukup lama. Keadaan gizi dapat berupa gizi kurang, gizi baik atau normal dan gizi lebih (Boy, 2009).

Menurut Badan Litbang Kesehatan (2001), berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada remaja putri menunjukkan bahwa kelompok remaja putri menderita atau mengalami banyak masalah gizi. Masalah gizi tersebut antara lain anemia dan indeks massa tubuh (IMT) kurang dari batas normal atau kurus. Prevalensi anemia berkisar antara 40-88%, sedangkan prevalensi remaja putri dengan IMT kurus berkisar antara 30-40%. Hal ini sejalan dengan pendapat Arisman (2004) yang mengemukakan bahwa berdasarkan survei terhadap mahasiswi kedokteran di Perancis, membuktikan bahwa 16% mahasiswi kehabisan cadangan zat besi, sementara 75% menderita kekurangan zat besi. Penelitian lain di Kairo menunjukkan asupan zat besi sebagian besar remaja wanita tidak mencukupi kebutuhan harian yang dianjurkan. Di negara yang sedang berkembang, sekitar 26% wanita menderita anemia, sementara di negara maju angka tersebut hanya sekitar 5-7%. Secara garis besar, sebanyak 44% wanita di negara berkembang termasuk Indonesia mengalami anemia kekurangan besi.

Pemenuhan kebutuhan gizi pada mahasiswi dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain faktor status sosial ekonomi, personal preference, pengetahuan, kebiasaan makan dan kesehatan. Status sosial ekonomi sangat menentukan pilihan


(14)

seseorang terhadap jenis dan kualitas makanan, personal preference juga berpengaruh dalam pemenuhan kebutuhan gizi seseorang karena didasarkan atas kebiasaan makan makanan yang disukai dan tidak disukai. Dalam pemenuhan makanan apabila didasarkan pada makanan kesukaan saja maka akan mengakibatkan pemenuhan gizi akan menurun atau sebaliknya akan berlebih. Pengetahuan akan mempengaruhi seseorang dalam penyusunan menu makanan yang akan dikonsumsi. Kebiasaan makan merupakan suatu gejala budaya dan sosial yang dapat memberi gambaran perilaku dari nilai-nilai yang dianut seseorang dalam memenuhi kebutuhan gizinya. Pemenuhan kebutuhan gizi seseorang juga dipengaruhi oleh kesehatan, sehingga dilakukan pemilihan jenis makanan yang tetap sesuai dengan kondisi kesehatannya (Prohealth, 2009).

Komunitas remaja putri yang tinggal di Asrama Putri Universitas Sumatera Utara sering mengalami masalah dengan kebutuhan gizinya. Hal ini juga terjadi pada mahasiswi yang tinggal mandiri. Mahasiswi yang tinggal mandiri merupakan seorang mahasiswa wanita yang sedang menuntut ilmu di jenjang pendidikan yang lebih tinggi yaitu di sebuah perguruan tinggi dan tinggal terpisah dari keluarganya. Mahasiswi ini rentan mengalami masalah gizi karena pola makan yang salah, pemenuhan kebutuhan gizi yang tidak adekuat dan pengaruh lingkungan pergaulan (Boy, 2009).

Asrama Putri Universitas Sumatera Utara merupakan salah satu tempat yang banyak dipilih oleh para mahasiswi sebagai tempat tinggal. Hal ini dikarenakan lokasinya yang dekat dengan kampus Universitas Sumatera Utara dan biaya sewa yang lebih murah. Berdasarkan hasil survei awal, peneliti


(15)

mengasumsikan bahwa pemenuhan kebutuhan gizi mahasiswi yang tinggal di Asrama Putri Universitas Sumatera Utara masih belum sesuai dengan angka kecukupan gizi. Ada beberapa mahasiswi yang tidak sarapan pagi sebelum berangkat kuliah. Selain itu mereka juga sering mengkonsumsi makanan siap saji yang kurang mengandung nilai gizi. Mahasiswi yang tinggal mandiri mengkonsumsi kudapan atau cemilan 30% atau lebih dari asupan kalori setiap hari. Tetapi kudapan ini sering mengandung tinggi lemak, gula dan natrium (Lusa, 2009).

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pemenuhan kebutuhan gizi pada mahasiswi yang tinggal mandiri dipengaruhi oleh beberapa faktor, namun belum diketahui dengan pasti faktor apa saja yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan gizi pada mahasiswi yang tinggal mandiri di Asrama Putri Universitas Sumatera Utara sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan gizi pada mahasiswi yang tinggal mandiri di Asrama Putri Universitas Sumatera Utara.

2. Pertanyaan Penelitian

2.1. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan

gizi pada mahasiswi yang tinggal mandiri di Asrama Putri Universitas Sumatera Utara?

2.2. Bagaimanakah pemenuhan kebutuhan gizi pada mahasiswi yang tinggal


(16)

2.3. Faktor manakah yang paling dominan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan gizi pada mahasiswi yang tinggal mandiri di Asrama Putri Universitas Sumatera Utara?

3. Hipotesis

Hipotesis yang ditegakkan dalam penelitian ini adalah hipotesis alternatif (Ha) yaitu ada hubungan antara faktor-faktor yang diteliti secara keseluruhan terhadap pemenuhan kebutuhan gizi pada mahasiswi yang tinggal mandiri.

4. Tujuan Penelitian

4.1. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan

kebutuhan gizi pada mahasiswi yang tinggal mandiri di Asrama Putri Universitas Sumatera Utara.

4.2. Untuk mengidentifikasi pemenuhan kebutuhan gizi pada mahasiswi yang

tinggal mandiri di Asrama Putri Universitas Sumatera Utara.

4.3. Untuk mengidentifikasi faktor apa yang paling dominan mempengaruhi

pemenuhan kebutuhan gizi pada mahasiswi yang tinggal mandiri di Asrama Putri Universitas Sumatera Utara.

5. Manfaat Penelitian

5.1. Bagi praktek keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dan tambahan pengetahuan bagi perawat komunitas dalam memahami faktor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan gizi pada mahasiswi yang tinggal


(17)

mandiri sehingga dapat memberikan informasi dan asuhan keperawatan yang komprehensif dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan keperawatan. 5.2. Bagi pendidikan keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi berupa data-data penelitian yang terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan gizi pada mahasiswi dan tambahan pengetahuan bagi mahasiswa terutama yang tinggal mandiri.

5.3. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian dapat menjadi data dasar untuk melakukan penelitian selanjutnya dan untuk menambah referensi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan gizi.


(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Gizi

1.1. Definisi gizi

Kata gizi berasal dari bahasa Arab “ghidza” yang berarti makanan (Soekirman, 2000). Menurut Almatsier (2001), kata gizi dihubungkan dengan kesehatan tubuh, yaitu untuk menyediakan energi, membangun, memelihara jaringan tubuh dan mengatur proses-proses kehidupan dalam tubuh.

Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi. Keadaan gizi merupakan suatu keadaan akibat dari keseimbangan antara konsumsi, penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut, atau keadaan fisiologik akibat dari tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh (Supariasa dkk., 2001).

Setiap orang dalam siklus hidupnya selalu membutuhkan dan mengkonsumsi berbagai bahan makanan (Kartasapoetra & Marsetyo, 2005). Menurut Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKM UI (2008), bahwa bahan makanan yang telah dikonsumsi tersebut akan diuraikan menjadi zat gizi. Fungsi umum zat gizi tersebut ialah: (a) sebagai sumber energi atau tenaga, (b) menyumbang pertumbuhan badan, (c) memelihara jaringan tubuh, mengganti sel yang rusak atau aus, (d) mengatur metabolisme dan mengatur keseimbangan air,


(19)

mineral dan asam-basa di dalam tubuh, (e) berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap penyakit sebagai antibodi dan antitoksin.

1.2. Kebutuhan gizi remaja

Penentuan kebutuhan akan zat gizi remaja secara umum didasarkan pada Recommended Daily Allowances (RDA). RDA disusun berdasarkan perkembangan kronologisnya, bukan kematangan. Karena itu, jika konsumsi energi remaja kurang dari jumlah yang dianjurkan, tidak berarti kebutuhannya belum tercukupi (Arisman, 2004).

Kebutuhan energi yang dibutuhkan oleh remaja putri memuncak pada usia 12 tahun (2.550 kkal), kemudian menurun menjadi 2.200 kkal pada usia 18 tahun. Kebutuhan energi tersebut sebagian besar diperlukan untuk mempertahankan kebutuhan zat gizi di dalam tubuh dan aktifitas fisik daripada untuk pertumbuhan. Menurut Soetjiningsih (2004), kebutuhan energi bervariasi tergantung aktifitas fisik. Remaja yang kurang aktif dapat menjadi kelebihan berat badan atau obesitas, walaupun asupan energi lebih rendah dari kebutuhan yang direkomendasikan. Sebaliknya pada remaja yang sangat aktif akan membutuhkan energi yang lebih banyak dari kebutuhan energi yang direkomendasikan. Konsumsi energi yang kurang dapat terjadi karena sumbernya, kebutuhan yang meningkat atau pada penyakit kronis.

Untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh manusia dan untuk memperoleh energi agar manusia dapat melakukan kegiatan fisiknya sehari-hari, maka tubuh manusia harus dipenuhi kebutuhan zat-zat makanan atau zat-zat gizinya. Zat-zat makanan yang diperlukan itu dapat dikelompokkan menjadi enam


(20)

macam, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air (Kartasapoetra & Marsetyo, 2005).

1.2.1. Karbohidrat

Karbohidrat memegang peranan penting dalam kehidupan karena merupakan sumber energi utama bagi manusia yang harganya relatif murah (Almatsier, 2001). Budiyanto (2004) juga menyatakan bahwa karbohidrat selain murah juga mengandung serat-serat yang sangat bermanfaat sebagai diet (dietary fiber) yang berguna bagi pencernaan dan kesehatan manusia.

Sumber karbohidrat yang banyak dimakan sebagai makanan pokok di Indonesia adalah beras, jagung, ubi, singkong, talas dan sagu (Almatsier, 2001). 1.2.2. Protein

Menurut Budiyanto (2004), protein merupakan suatu zat makanan yang sangat penting bagi tubuh, karena zat ini berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur. Protein juga mensuplai sekitar 12-14% asupan energi selama masa remaja.

Kebutuhan protein sehari yang direkomendasikan pada remaja berkisar antara 44-59 g, tergantung pada jenis kelamin dan usia. Berdasarkan BB, remaja usia 15-18 tahun berkurang menjadi 0,8 g/kg. Menurut survei NHANES II (Second Health and Nutrition Examination Survey ) tahun 1976-1980 rata-rata asupan sehari protein untuk wanita adalah 65 g/hari (Soetjiningsih, 2004). Menurut Arisman (2004), perhitungan besarnya kebutuhan akan protein berkaitan dengan pola tumbuh, bukan usia kronoligis. Untuk remaja putri hanya 0,27-0,29 g/cm.


(21)

Secara umum dikenal dua jenis protein yaitu protein hewani yang berasal dari hewan dan protein nabati yang berasal dari tumbuhan. Protein hewani dapat diperoleh dari berbagai jenis makanan seperti ikan, daging, telur dan susu. Protein nabati terutama berasal dari kacang-kacangan serta bahan makanan yang terbuat dari kacang. Seperti kacang tanah, kacang hijau, kacang kedelai, kacang merah, oncom, tahu dan tempe (Nurachmah, 2001).

1.2.3. Lemak

Beberapa penelitian Beare & Myer (1990, dikutip dari Fatimah, 2006) telah menyimpulkan bahwa masukan lemak secara berlebihan dapat menyebabkan suatu timbunan kolesterol abnormal di dalam darah. Keadaan ini dapat menimbulkan penumpukan lemak pada lapisan dinding pembuluh darah dan menyebabkan atherosclerosis dan penyakit jantung koroner.

Kebutuhan lemak pada remaja dihitung sekitar 37% dari asupan energi total remaja, baik laki-laki maupun perempuan. Remaja sering mengkonsumsi lemak yang berlebih. Sehingga dapat menimbulkan berbagai masalah gizi. Cara yang dipergunakan untuk mengurangi diet berlemak adalah dengan memanfaatkan aneka buah dan sayur serta produk padi-padian dan sereal, juga dengan memilih produk makanan yang rendah lemak (Soetjiningsih, 2004).

1.2.4. Vitamin

Vitamin adalah zat-zat organik kompleks yang dibutuhkan dalam jumlah sangat kecil dan pada umumnya tidak dapat dibentuk oleh tubuh. Vitamin termasuk kelompok zat pengatur pertumbuhan dan pemeliharaan kehidupan. Tiap vitamin mempunyai tugas spesifik di dalam tubuh. Karena vitamin adalah zat


(22)

organik maka vitamin dapat rusak karena penyimpanan dan pengolahan (Almatsier, 2001).

Vitamin dapat diperoleh dari sayuran dan buah-buahan. Kandungan vitamin dan mineral pada buah dan sayuran bermanfaat untuk mengatur pengolahan bahan makanan serta menjaga keseimbangan cairan tubuh. Biasanya banyak remaja yang kurang suka makan sayuran dan buah-buahan. Padahal, makanan tersebut sangat bermafaat bagi tubuh. Vitamin yang yang dibutuhkan antara lain adalah vitamin B6, B12, asam folat, A, C, D dan E (Choco, 2009). 1.2.5. Mineral

Menurut Fatimah (2006), mineral merupakan zat-zat anorganik yang masuk ke dalam tubuh berbentuk garam-garam mineral dan bersatu dengan zat organik dalam makanan. Unsur mineral ini sedikit sekali diperlukan tubuh, tetapi mutlak dibutuhkan. Kekurangan unsur mineral dapat mengakibatkan berbagai gangguan kesehatan.

Arisman (2004) mengatakan bahwa pada masa remaja kebutuhan akan semua mineral juga meningkat. Peningkatan akan zat besi dan kalsium paling mencolok karena kedua mineral ini merupakan komponen penting pembentuk tulang dan otot. Asupan kalsium yang dianjurkan sebesar 800 mg (praremaja) sampai 1.200 mg (remaja).

a. Zat besi

Remaja adalah salah satu kelompok yang rawan terhadap defisiensi besi dan dapat mengenai semua kelompok status sosial ekonomi, terutama yang berstatus sosial ekonomi rendah. Penyebabnya sebagian besar oleh karena


(23)

ketidakcukupan asimilasi zat besi yang berasal dari diet, dilusi zat besi dari cadangan dalam tubuh dengan cepatnya pertumbuhan dan kehilangan zat besi. Prevalensi defisiensi zat besi pada remaja putri umur 11-14 tahun sekitar 2,8%, sedangkan pada umur 15-19 tahun defisiensi zat besi pada remaja putri ditemukan sekitar 7,2% (Soetjiningsih, 2004).

b. Kalsium

Remaja membutuhkan kalsium lebih tinggi dibandingkan ketika masih anak-anak atau saat dewasa, yang diperlukan untuk pertumbuhan skeletal. Kebutuhan kalsium paralel dengan pertumbuhan skeletal dan meningkat dari 800 mg/hari menjadi 1200 mg/hari pada kedua jenis kelamin pada umur 11-19 tahun. Kebutuhan kalsium sangat tergantung pada jenis kelamin, umur fisiologis dan ukuran tubuh (Soetjiningsih, 2004).

Pada remaja putri asupan kalsium lebih rendah dari kebutuhan sehari yang dianjurkan. Sekitar lebih dari 50% remaja putri dilaporkan mengkonsumsi diet dengan kalsium kurang dari 70% kebutuhan kalsium sehari (Soetjiningsih, 2004). 1.2.6. Air

Almatsier (2001) mengemukakan bahwa air atau cairan tubuh merupakan bagian utama tubuh, yaitu 55-60% dari berat badan orang dewasa atau 70% dari bagian tubuh tanpa lemak. Kandungan air tubuh relatif berbeda antar manusia, bergantung pada proporsi jaringan otot dan jaringan lemak.


(24)

Tabel 1. Kebutuhan diet sehari nutrisi remaja putri dan dewasa muda

Usia

11-14 15-18 19-24

Energi (total kka l) 2200 2200 2200

Protein (g) 46 44 46

Vitamin A (g RE) 800 800 800

Vitamin D (g) 10 10 10

Vitamin E (mg a TE) 8 8 8

Vitamin K (g) 45 55 60

Vitamin C (mg) 50 60 60

Thiamin (mg) 1,1 1,1 1,1

Riboflavin (mg) 1,3 1,3 1,3

Niasin (mg NE) 15 15 15

Vitamin B6 (mg) 1,4 1,5 1,6

Folat (g) 150 180 180

Vitamin B12 (g) 2,0 2,0 2,0

Kalsium (mg) 1200 1200 1200

Fosfor (mg) 1200 1200 1200

Magnesium (mg) 280 300 280

Besi (mg) 15 15 15

Seng (mg) 12 12 12

Iodine (g) 150 150 150


(25)

2. Pemenuhan Kebutuhan Gizi pada Remaja Putri (Mahasiswi)

Masa remaja merupakan masa “rawan gizi” karena kebutuhan akan gizi sedang tinggi-tingginya. Hal ini yang menyebabkan sering timbul masalah gizi pada remaja putri. Masalah gizi pada remaja putri akan berdampak negatif pada kesehatan. Misalnya penurunan konsentrasi belajar, risiko melahirkan bayi dengan BBLR dan penurunan kesegaran jasmani. Banyak penelitian telah dilakukan menunjukkan kelompok remaja putri menderita atau mengalami banyak masalah gizi. Masalah gizi tersebut antara lain anemia dan IMT kurang dari batas normal atau kurus (Choco, 2009).

Banyak remaja putri menginginkan bentuk tubuh yang sempurna dan terpengaruh iklan untuk mengurangi berat badan atau membentuk tubuh yang ideal menurut iklan. Permasalahan yang sering dialami oleh remaja putri adalah rasa tidak percaya diri karena tubuh dinilai kurang atau tidak ideal, baik oleh orang lain maupun oleh dirinya sendiri. Rasa kurang percaya diri ini kemudian merambat ke hal-hal yang lain, misalnya malu untuk bergaul dengan orang lain, tidak percaya diri untuk tampil di muka umum, menarik diri, pendiam, malas bergaul dengan lawan jenis, atau bahkan kemudian menjadi seorang yang pemarah, sinis dan sebagainya.

Hal itu yang membuat remaja jadi tidak mau memperhatikan asupan makanan yang bergizi karena yang bergizi itu mereka anggap membuat tubuh menjadi gemuk atau melar. Padahal, pada masa remaja kebutuhan gizi sangat penting untuk diperhatikan. Masa remaja merupakan perubahan dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Pada masa ini banyak terjadi perubahan, baik secara fisik,


(26)

mental maupun sosial. Perubahan ini perlu didukung oleh kebutuhan makanan (zat-zat gizi) yang tepat dan memadai.

Remaja putri (mahasiswi) termasuk yang tinggal mandiri sering mempunyai kebiasaan makan yang tidak sesuai dengan angka kecukupan gizi. Misalnya: (1) kebiasaan mengkonsumsi kudapan atau “ngemil” yang rendah gizi (kurang kalori, protein, vitamin dan mineral) seperti makanan ringan yang saat ini banyak dijual di toko-toko. Sebagian besar cemilan tersebut bukan hanya kurang kalori, tetapi juga sedikit sekali mengandung zat gizi dan dapat menghilangkan nafsu makan, (2) kebiasaan makan makanan siap saji (fast food) yang juga komposisi gizinya tidak seimbang, yaitu terlalu tinggi kandungan kalorinya sehingga dapat menyebabkan kelebihan berat badan, (3) kebiasaan tidak sarapan pagi dan malas minum air putih. Dari hasil penelitian ditemukan orang yang sarapan pagi daya ingatnya akan lebih baik, dapat berpikir jernih dan memiliki tenaga untuk beraktivitas.

Kehadiran fast food dalam industri makanan di Indonesia bisa mempengaruhi pola makan kaum remaja. Khususnya bagi remaja tingkat menengah ke atas, restoran fast food merupakan tempat yang tepat untuk bersantai. Makanan di restoran fast food ditawarkan dengan harga yang terjangkau, servisnya cepat dan jenis makanannya memenuhi selera (Khomsan, 2003).

Fast food umumnya mengandung kalori tinggi, kadar lemak, gula dan sodium (Na) juga tinggi, tetapi rendah serat kasar, vitamin A, asam askorbat, kalsium dan folat. Kandungan gizi yang tidak seimbang ini bila terlanjur menjadi


(27)

pola makan, akan berdampak negatif pada keadaan gizi para remaja (Khomsan, 2003).

Menurut Daniel (1977, dikutip dari Arisman, 2004) hampir 50% remaja terutama remaja akhir tidak sarapan. Penelitian lain juga membuktikan masih banyak remaja (89%) yang menyakini kalau sarapan pagi memang penting. Namun, mereka yang sarapan secara teratur hanya 60%. Remaja putri malah melewatkan dua kali waktu makan dan lebih memilih kudapan.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemenuhan Kebutuhan Gizi pada Mahasiswi yang Tinggal Mandiri

Kebutuhan gizi setiap orang berbeda-beda dan hal tersebut berhubungan dengan jenis kelamin, usia, berat badan, tinggi badan dan juga aktivitas seseorang. Oleh karena itu setiap individu sangat berbeda dalam menerima konsumsi makanan. Di samping itu keanekaragaman makanan juga harus diperhatikan karena pada dasarnya setiap jenis makanan tertentu tidak mengandung semua kebutuhan yang dibutuhkan oleh tubuh sehingga perlu beberapa makanan lain untuk mendapatkan komposisi makanan sesuai yang dianjurkan. Maka diperlukan makanan yang beraneka ragam yang mengandung protein, lemak, karbohidrat serta beberapa mineral lain yang dibutuhkan tubuh dari beragam jenis makanan yang dikonsumsi setiap hari.

Pemenuhan kebutuhan zat gizi pada mahasiswi yang tinggal mandiri baik dalam hal kualitas dan kuantitasnya dipengaruhi oleh banyak faktor. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan gizi pada mahasiswi yang tinggal mandiri adalah:


(28)

3.1. Status sosial ekonomi

Status sosial ekonomi setiap orang itu berbeda-beda dan bertingkat, ada yang status sosial ekonominya tinggi, sedang dan rendah (Fatimah, 2006). Sosial ekonomi menurut Abdulsyani (1994, dikutip dari Fatimah, 2006) adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam kelompok manusia yang ditentukan oleh jenis aktivitas ekonomi, pendapatan, tingkat pendidikan, jenis rumah tinggal dan jabatan dalam organisasi.

Menurut Marwanti (2000, dikutip dari Siregar, 2007) untuk mendapatkan makanan yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, faktor sosial ekonomi dalam hal ini keuangan memegang peranan penting. Walaupun semua bahan makanan terdapat di pasaran, namun daya beli menentukan pemilihan. Jika keuangan memungkinkan serta memiliki keleluasaan dalam memilih, maka kebutuhan makanan akan terpenuhi. Akan tetapi jika keuangan terbatas maka seseorang terpaksa memilih makanan yang murah, yang harus disesuaikan dengan keuangan yang tersedia.

Mahasiswi yang memiliki keluarga dengan pendapatan tinggi akan dapat lebih mudah dalam memenuhi kebutuhan gizinya. Hal ini sesuai dengan pendapat Berg (1989, dikutip dari Siregar, 2007) yang mengatakan bahwa pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan kualitas dan kuantitas makanan. Dengan tingkat pendapatan yang semakin tinggi maka seseorang akan lebih mampu dalam memenuhi kebutuhan makanannya, baik secara kualitas maupun kuantitas dan semakin baik pula status gizinya.


(29)

3.2. Personal preference

Menurut Assael (2002, dikutip dari Febrianti, 2009), preferensi terbentuk dari persepsi terhadap suatu produk. Preferensi adalah derajat kesukaan, pilihan, atau sesuatu hal yang lebih disukai oleh konsumen. Preferensi juga dapat diartikan sebagai tingkatan kesukaan. Maksudnya, tingkat kesukaan secara kualitas dan atau bila dibandingkan dengan tingkat kesukaan terhadap sesuatu yang lain (Martiani, 2000 dikutip dari Febrianti, 2009).

Hal-hal yang disukai dan tidak disukai sangat berpengaruh terhadap kebiasaan makan seseorang. Orang akan memulai kebiasaan makannya sejak dari masa kanak-kanak hingga dewasa (Prohealth, 2009). Kesukaan atau pilihan terhadap makanan akan menentukan jumlah konsumsi pangan seseorang (Fatimah, 2006).

Lyman (1989, dikutip dari Febrianti, 2009) menyatakan bahwa preferensi dipengaruhi oleh waktu dan kondisi makanan yang disediakan, seperti kondisi lapar, perasaan dan saat terakhir mengkonsumsi. Suatu makanan tidak akan disukai bila belum pernah dicoba. Selain itu, suatu makanan bisa tidak disukai jika setelah dicoba terasa membosankan, terlalu biasa dikonsumsi, menyebabkan alergi atau reaksi fisiologis, dan berhubungan dengan efek penyakit setelah mengkonsmsinya. Sikap suka atau tidak suka terhadap pangan hanyalah salah satu alasan yang membentuk preferensi pangan. Preferensi pangan lebih menunjuk pada keadaan ketika seseorang harus melakukan pilihan terhadap pangan dengan menunjukkan reaksi penerimaan hedonik atau rasa makanan yang datanya diukur


(30)

secara verbal, dengan skala atau dengan ekspresi wajah (Rozin & Volmecke 1986 dalam Febrianti, 2009).

Dalam pemenuhan makanan apabila berdasarkan pada makanan kesukaan saja maka akan berakibat pemenuhan gizi akan menurun atau sebaliknya akan berlebih. Tidak ada satu bahan pangan pun yang dapat menyediakan zat gizi dalam kualitas dan kuantitas yang mencukupi kebutuhan gizi seimbang. Makan dengan beranekaragam jenis bahan pangan lebih cenderung dapat memenuhi kebutuhan gizi seimbang. Anjuran Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS), adalah anjuran yang perlu diikuti dalam pola makan seseorang (Budiyanto, 2004).

3.3. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil “tahu”, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata, telinga, atau kognitif yang merupakan hal yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2002).

Pengetahuan tentang gizi sangat mempengaruhi seseorang dalam memenuhi kebutuhannya. Kedalaman dan keluasan pengetahuan tentang gizi akan menuntun seseorang dalam pemilihan jenis makanan yang akan dikonsumsi baik dari segi kualitas, variasi, maupun cara penyajian pangan yang diselaraskan dengan konsep pangan. Misalnya, konsep pangan yang berkaitan dengan kebutuhan fisik, apakah makan asal kenyang atau untuk memenuhi kebutuhan tubuh.


(31)

Menurut Suhardjo (1996, dikutip dari Siregar, 2007), kurangnya pengetahuan tentang gizi dan kemampuan untuk menerapkan informasi tentang gizi merupakan sebab-sebab penting terjadinya gangguan gizi dalam masyarakat. Oleh sebab itu pengetahuan tentang gizi sangat diperlukan untuk menciptakan makanan yang sehat dan bergizi lengkap.

3.4. Kebiasaan makan

Pada umumnya kebiasaan makan seseorang tidak didasarkan atas keperluan fisik akan zat-zat gizi yang terkandung dalam makanan. Kebiasaan ini berasal dari pola makan yang didasarkan pada budaya kelompok dan diajarkan pada seluruh anggota keluarga. Beberapa keluarga mengembangkan pola makan tiga kali sehari yaitu makan pagi, siang dan malam. Beberapa keluarga mengembangkan pola makan dua kali sehari yaitu makan siang dan makan malam, bahkan beberapa keluarga juga mengembangkan pola makan jika lapar dan berhenti makan sebelum kenyang (Budiyanto, 2004).

Kebiasaan makan terbentuk dalam diri seseorang sebagai akibat proses sosialisasi yang diperoleh dari lingkungannya, meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor (Suhardjo, 1990 dikutip dari Fatimah, 2006). Berkaitan dengan pernyataan tersebut, Suhardjo (1990) mengatakan bahwa kebiasaan makan adalah suatu gejala budaya dan sosial yang dapat memberi gambaran perilaku dari nilai-nilai yang dianut oleh seseorang atau sekelompok masyarakat. Sedangkan menurut Khumaidi (1989 dikutip dari Fatimah, 2006), kebiasaan makan adalah tingkah laku manusia dalam memenuhi kebutuhannya akan makan yang meliputi sikap, kepercayaan dan pemilihan makanan.


(32)

Agama atau kepercayaan akan mengatur masyarakat dalam memilih jenis makanan yang boleh dan tidak boleh untuk dimakan. Aturan tentang makanan yang tidak dapat dimakan, diteladani seseorang berdasarkan aturan tingkah laku sosial. Mereka hanya memahami secara struktural, tidak dengan mengikuti implikasi sebab dan akibat dari aturan-aturan yang jelas. Misalnya larangan makan daging sapi bagi orang Hindu. Pada orang yang beragama Hindu, sapi tidak mereka konsumsi karena menurut kepercayaan mereka sapi itu adalah binatang suci. Berdasarkan hal tersebut, agama atau kepercayaan tentu akan mempengaruhi seseorang dalam memenuhi kebutuhan gizinya (Meiyenti, 2006 dikutip dari Siregar, 2007).

Menurut Fatimah (2006) perilaku seseorang dalam memilih makanan sangatlah subjektif. Hal ini dapat dimengerti karena pemilihan dipengaruhi oleh latar belakang hidup seseorang. Pada umumnya ada tiga pengaruh seseorang dalam memilih makanan, yaitu: (1) lingkungan keluarga, tempat seseorang hidup dan dibesarkan, (2) lingkungan di luar sistem sosial keluarga yang mempengaruhi langsung kepada dirinya maupun keluarganya, (3) dorongan yang berasal dalam diri atau disebut faktor internal.

3.5. Kesehatan

Menurut pernyataan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kesehatan adalah keadaan sehat fisik, mental dan kesejahteraan sosial secara lengkap dan bukan hanya sekedar tidak mengidap penyakit atau kelemahan. Kesehatan seseorang berpengaruh besar terhadap kebiasaan makan dan pemenuhan kebutuhan akan zat-zat gizi. Sariawan atau gigi yang sakit seringkali membuat


(33)

individu memilih makanan yang lembut. Tidak jarang orang yang kesulitan menelan, memilih menahan lapar daripada makan (Prohealth, 2009).

Dalam keadaan kekurangan makanan, makan yang terlalu berlebihan dan gizi yang tidak seimbang adalah merupakan perwujudan yang sangat menonjol mengenai penyimpangan dalam hal gizi yang secara langsung dapat memberikan pengaruh terhadap kesehatan seseorang. Seseorang perlu memperhatikan pola makannya, agar dalam hal makan dapat dilakukan secara secukupnya sehingga dapat hidup dengan kondisi kehidupan yang sehat (Arisbambang, 2007).


(34)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual dari penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan gizi pada mahasiswi yang tinggal mandiri, mengidentifikasi pemenuhan kebutuhan gizi mahasiswi yang tinggal mandiri dan menentukan faktor mana yang paling dominan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan gizi pada mahasiswi yang tinggal mandiri. Banyak faktor yang mempengaruhi mahasiswi yang tinggal mandiri dalam memenuhi kebutuhan gizinya, antara lain yaitu: (1) status sosial ekonomi, yang menggambarkan kedudukan atau posisi seseorang dalam kelompok manusia yang ditentukan oleh jenis aktivitas ekonomi keluarga, pendapatan keluarga, tingkat pendidikan, jenis rumah tinggal dan jabatan dalam organisasi, (2) personal preference, sikap seseorang dalam pemenuhan kebutuhan gizi yang didasarkan atas kebiasaan makan makanan yang disukai dan tidak disukai, (3) pengetahuan, merupakan hasil dari “tahu”, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, (4) kebiasaan makan, merupakan tingkah laku manusia dalam memenuhi kebutuhannya akan makan yang meliputi sikap, kepercayaan dan pemilihan makanan, (5) kesehatan, keadaan sehat fisik, psikis dan kesejahteraan sosial secara lengkap dan bukan hanya sekedar tidak mengidap penyakit atau kelemahan.


(35)

Skema 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan gizi pada mahasiswi yang tinggal mandiri

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan

kebutuhan gizi:

- Status sosial ekonomi - Personal preference

- Pengetahuan

- Kebiasaan makan

- Kesehatan

Pemenuhan kebutuhan gizi pada mahasiswi yang tinggal mandiri

- Kurang

- Cukup


(36)

2. Definisi Operasional Variabel Penelitian Tabel 2. Definisi operasional variabel penelitian

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Skala dan Hasil Ukur Variabel independen

Faktor-faktor yang mempengaruhi

pemenuhan kebutuhan gizi pada mahasiswi yang tinggal mandiri.

Hal-hal yang dapat mempengaruhi sikap mahasiswi yang tinggal jauh dari keluarga dalam melakukan pemenuhan kebutuhan gizi meliputi status sosial ekonomi, personal

preference, pengetahuan, kebiasaan makan dan kesehatan di Asrama Putri Universitas Sumatera Utara.

Kuesioner

a. Status sosial ekonomi Kondisi keuangan yang dimiliki mahasiswi dalam memenuhi kebutuhan gizinya baik kualitas maupun kuantitasnya pada saat tinggal mandiri di Asrama Putri Universitas Sumatera Utara.

Kuesioner Interval

Nilai tertinggi 16 dan nilai terendah 4


(37)

Tabel 2. Lanjutan

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Skala dan Hasil Ukur b. Personal preference Perilaku mahasiswi yang

tinggal mandiri yang terbiasa memilih makanan yang disukai dan tidak disukai dalam memenuhi kebutuhan gizi.

Kuesioner Interval

Nilai tertinggi 16 dan nilai terendah 4

c. Pengetahuan Segala sesuatu yang diketahui oleh mahasiswi yang tinggal mandiri mengenai pemenuhan kebutuhan gizi, baik yang diperoleh dari pendidikan maupun lingkungan sekitarnya.

Kuesioner Interval

Nilai tertinggi 16 dan nilai terendah 4

d. Kebiasaan makan Perilaku mahasiswi yang tinggal mandiri dalam memenuhi kebutuhan gizinya sehari-hari berdasarkan pada nilai-nilai sosial, kebudayaan dan agama yang milikinya.

Kuesioner Interval

Nilai tertinggi 16 dan nilai terendah 4


(38)

Tabel 2. Lanjutan

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Skala dan Hasil Ukur e. Kesehatan Keadaan sehat fisik dan psikis

yang dimiliki oleh mahasiswi yang tinggal mandiri untuk dapat memenuhi kebutuhan gizinya secara seimbang.

Kuesioner Interval

Nilai tertinggi 16 dan nilai terendah 4

Variabel dependen

Pemenuhan kebutuhan gizi

Suatu tindakan atau perilaku mahasiswi yang tinggal mandiri

untuk mengkonsumsi makananan dan minuman secara seimbang baik dalam hal kualitas maupun kuantitasnya setiap hari

Kuesioner Interval

Nilai 32 tertinggi dan nilai terendah 8


(39)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif korelasi yang bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan gizi pada mahasiswi yang tinggal mandiri di Asrama Putri Universitas Sumatera Utara.

2. Populasi dan Sampel Penelitian 2.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswi yang tinggal mandiri di Asrama Putri Universitas Sumatera Utara. Jumlah populasi mahasiswi yang tinggal mandiri di Asrama Putri Universitas Sumatera Utara pada bulan Oktober 2009 sebanyak 60 orang.

2.2. Sampel

Pada penelitian ini pengambilan sampel yang dilakukan dengan teknik total sampling. Pada cara ini peneliti mengambil keseluruhan populasi untuk dijadikan sampel sehingga didapatkan jumlah sampel sebanyak 60 responden. Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah terdaftar sebagai seorang mahasiswi Universitas Sumatera Utara, bersedia menjadi responden penelitian dan bertempat tinggal menetap di Asrama Putri Universitas Sumatera Utara.


(40)

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 25 Januari sampai 25 Februari 2010 di Asrama Putri Universitas Sumatera Utara. Adapun alasan pemilihan lokasi adalah karena tersedianya responden yang memadai dan sebagai tempat tinggal menetap dari komunitas mahasiswi Universitas Sumatera Utara yang tinggal mandiri.

4. Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah peneliti dinyatakan lulus ujian proposal penelitian dan mendapatkan rekomendasi izin penelitian dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Sebelum melakukan penelitian, peneliti memberi penjelasan kepada calon responden penelitian tentang tujuan penelitian dan prosedur pelaksanaan penelitian. Apabila responden bersedia, maka responden dipersilakan menandatangani informed consent. Tetapi jika calon responden tidak bersedia, maka calon responden berhak untuk menolak atau mengundurkan diri selama proses pengumpulan data berlangsung. Penelitian ini tidak menimbulkan risiko bagi individu yang menjadi responden baik dari segi fisik maupun psikis. Kerahasiaan catatan data responden dijaga dan tidak menuliskan nama responden pada instrumen penelitian setelah proses penelitian selesai. Data-data yang diperoleh dari responden juga hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.


(41)

5. Instrumen Penelitian 5.1. Kuesioner Penelitian

Untuk memperoleh data dari responden, peneliti menggunakan alat pengumpulan data berupa kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti dengan berpedoman pada kerangka konsep dan tinjauan pustaka. Kuesioner ini terdiri dari tiga bagian yaitu kuesioner data demografi, kuesioner faktor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan gizi pada mahasiswi yang tinggal mandiri dan kuesioner pemenuhan kebutuhan gizi.

Kuesioner data demografi bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik responden yang meliputi usia, suku, agama, pekerjaan orang tua dan uang kiriman perbulan. Kuesioner faktor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan gizi pada mahasiswi yang tinggal mandiri disusun oleh peneliti berdasarkan teori Prohealth (2009). Sedangkan kuesioner pemenuhan kebutuhan gizi dibuat sendiri oleh peneliti.

Kuesioner faktor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan gizi pada mahasiswi yang tinggal mandiri dibagi menjadi lima bagian yaitu status sosial ekonomi, personal preference, pengetahuan, kebiasaan makan dan kesehatan yang terdiri dari 20 pernyataan. Terdiri dari 8 pernyataan positif dan 12 pernyataan negatif yang menggunakan skala likert. Untuk status sosial ekonomi, personal preference, kebiasaan makan dan kesehatan menggunakan pilihan jawaban Tidak Pernah (TP), Kadang-kadang (KK), Sering (S) dan Selalu (SE). sedangkan pengetahuan menggunakan pilihan jawaban Tidak Setuju (TS), Kurang Setuju (KS), Setuju (S) dan Sangat Setuju (SS).


(42)

Untuk pernyataan positif jika jawaban Tidak Pernah (TP) diberi nilai 1, Kadang-kadang (KK) diberi nilai 2, Sering (S) diberi nilai 3 dan Selalu (SE) diberi nilai 4, yang terdapat pada pernyataan no. 1, 4, 9, 14, 17, 18, 19 dan 20. Untuk pernyataan negatif jika jawaban Tidak Pernah (TP) diberi nilai 4, Kadang-kadang (KK) diberi nilai 3, Sering (S) diberi nilai 2 dan Selalu (SE) diberi nilai 1, yang terdapat pada pernyataan no. 2, 3, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 12, 13, 15 dan 16.

Pernyataan yang menyatakan mengenai faktor status sosial ekonomi terdapat pada nomor 1-4, faktor personal preference terdapat pada nomor 5-8, faktor kebiasaan makan terdapat pada nomor 9-12, faktor kesehatan terdapat pada nomor 13-16 dan faktor pengetahuan terdapat pada nomor 17-20.

Kuesioner pemenuhan kebutuhan gizi terdiri dari 8 pernyataan. Terdiri dari 6 pernyataan positif dan 2 pernyataan negatif yang menggunakan skala likert dengan pilihan jawaban Tidak Pernah (TP), Kadang-kadang (KK), Sering (S) dan Selalu (SE). Berdasarkan rumus statistika menurut Sudjana (1992):

P =

Dimana P merupakan panjang kelas, dengan rentang (selisih nilai tertinggi dan nilai terendah) sebesar 24 dan banyak kelas 3 kategori (pemenuhan kebutuhan gizi kurang, cukup dan baik) maka didapatkan panjang kelas 8. Menggunakan P = 8 dan nilai terendah 8 sebagai batas bawah kelas interval pertama, data pemenuhan kebutuhan gizi pada mahasiswi yang tinggal mandiri dikategorikan sebagai berikut:


(43)

16-23 = pemenuhan kebutuhan cukup

24-32 = pemenuhan kebutuhan gizi baik

5.2. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Kuesioner yang telah dibuat oleh peneliti perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Uji validitas dilakukan untuk mengetahui kemampuan alat ukur dalam mengukur apa yang akan diukur. Dalam penelitian ini dilakukan uji validitas dengan cara konsultasi dengan ahli gizi FK USU yaitu dr. Dina Keumala Sari M. Gizi, SpGK. Sedangkan uji reliabilitas dilakukan untuk menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran ini tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2002). Kuesioner dikatakan reliabel jika hasil uji reliabilitasnya >0,7 (Arikunto, 2005).

Dalam penelitian ini digunakan uji reliabilitas ganjil-genap karena memiliki kelebihan yaitu hanya sekali pemberian instrumen dan satu bentuk instrumen saja. Uji ini juga dapat menghilangkan masalah yang muncul pada pemberian yang lebih dari sekali pada individu yang sama (Dempsey & Dempsey, 2002). Uji reliabilitas pada penelitian ini telah dilakukan sebelum pengumpulan data terhadap 10 orang responden yang memenuhi kriteria sampel di luar sampel penelitian dengan menggunakan formula Cronbach Alpha yang dilakukan dengan menggunakan sistem komputerisasi.


(44)

Hasil uji reliabilitas untuk kuesioner faktor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan gizi pada mahasiswi yang tinggal mandiri adalah 0,739 dan hasil uji reliabilitas kuesioner pemenuhan kebutuhan gizi pada mahasiswi yang tinggal mandiri adalah 0,729. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kuesioner faktor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan gizi pada mahasiswi yang tinggal mandiri dalam penelitian ini adalah reliabel.

6. Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan cara: (1) mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian kepada institusi pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, (2) kemudian izin penelitian diajukan ke tempat penelitian (Asrama Putri Universitas Sumatera Utara), (3) setelah mendapat izin, peneliti melakukan pengumpulan data penelitian dengan cara mendatangi tempat tinggal responden, (4) menjelaskan kepada calon responden tentang tujuan dan prosedur pelaksanaan penelitian, (5) calon responden yang bersedia diminta untuk menandatangani informed consent, (6) menjelaskan kepada responden tentang prosedur pengisian kuesioner, (7) responden diminta untuk menjawab semua pertanyaan yang terdapat pada lembar kuesioner yang diberikan peneliti sesuai dengan petunjuk pada lembar kuesioner selama kurang lebih 20 menit dengan didampingi oleh peneliti untuk mengkonfirmasi jika ada pertanyaan yang tidak dipahami oleh responden, (8) setelah diisi, kuesioner dikumpulkan kembali kepada peneliti dan diperiksa kelengkapannya, apabila ada yang tidak lengkap diselesaikan saat itu juga, (9) pengolahan dan analisa data dilakukan setelah data terkumpul sesuai dengan keperluan.


(45)

7. Analisa Data

Setelah semua data terkumpul maka dilakukan analisa data. Analisa data yang dilakukan melalui beberapa tahap yang dimulai dengan editing untuk memeriksa kelengkapan identitas data dari responden serta memastikan bahwa semua jawaban telah diisi, dilanjutkan dengan memberi kode untuk memudahkan peneliti dalam melakukan tabulasi data. Kemudian dilakukan pengolahan data dengan meggunakan teknik komputerisasi.

Pengolahan data demografi yang meliputi usia, suku, agama, pekerjaan orang tua, dan uang kiriman perbulan disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase dalam bentuk tabel. Data yang didapat melalui kuesioner ini tidak dianalisis.

Pengolahan data pemenuhan kebutuhan gizi disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase dalam bentuk tabel. Sedangkan Pengolahan data faktor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan gizi pada mahasiswi yang tinggal mandiri meliputi status sosial ekonomi, personal preference, pengetahuan, kebiasaan makan dan kesehatan dilakukan dengan menggunakan metode analisis korelasi regresi linier ganda. Metode ini digunakan karena jumlah variabel bebas lebih dari dua variabel.

Dalam analisis korelasi regresi linier ganda digunakan metode backward untuk melakukan pemilihan variabel independen dalam analisis multivariat regresi linier ganda dimana semua variabel dimasukkan ke dalam model, kemudian satu persatu variabel yang tidak memenuhi kriteria kemaknaan statistik tertentu dikeluarkan dari model. Variabel pertama yang dikeluarkan adalah


(46)

variabel yang mempunyai korelasi parsial terkecil dengan variabel dependen. Kriteria pengeluaran atau P-out (POUT) adalah 0,1 yang artinya variabel yang keluar dari model adalah variabel yang mempunyai nilai sama atau lebih besar dari 0,1. Metode ini digunakan untuk menentukan faktor yang paling dominan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan gizi pada mahasiswi yang tinggal mandiri (Yasril & Kasjono, 2009).

Koefisien korelasi (R) untuk menyatakan derajat hubungan, nilai R menunjukkan besarnya pengaruh dari beberapa faktor (variabel independen) secara bersama-sama terhadap variabel dependen dengan pembagian (Burn & Grove, 1993):

0,1-0,3 : Korelasi rendah, hubungan positif dengan interpretasi lemah. 0,3-0,5 : Korelasi sedang, hubungan positif dengan interpretasi memadai. >0,5 : Korelasi tinggi, hubungan positif dengan interpretasi kuat.


(47)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

Dalam bab ini diuraikan hasil penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan gizi pada mahasiswi yang tinggal mandiri, yang diperoleh melalui pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner terhadap 60 responden yaitu mahasiswi yang bertempat tinggal di Asrama Putri Universitas Sumatera Utara.

Selain menjawab pertanyaan penelitian tentang faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan gizi, dalam bab ini juga dijabarkan deskripsi karakteristik responden dan distribusi frekuensi serta persentase pemenuhan kebutuhan gizi pada mahasiswi yang tinggal mandiri.

1.1. Distribusi frekuensi karakteristik responden

Dari hasil penelitian dipaparkan karakteristik dari responden yang mencakup usia dengan usia terbanyak berada pada rentang 20-24 tahun (n=51 ; 85%), responden memiliki suku yang bervariasi yaitu Batak, Jawa, Melayu, Minang dan lain-lain, yang terbanyak adalah suku Batak (n=41 ; 68,3%). Mayoritas responden beragama Islam (n=50 ; 83,3%), pekerjaan orang tua dengan jumlah terbanyak adalah wiraswasta (n=21 ; 35%). Dengan uang kiriman terbanyak < Rp. 1.000.000,- (n=53 ; 88,3%).


(48)

Tabel 3. Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden (N=60) Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%) 1. Usia

< 20 tahun 20-24 tahun 25-29 tahun (Mean = 21,9) 2. Suku

Batak Jawa Melayu Minang Lain-lain

3. Agama

Islam Katolik Protestan Budha

4. Pekerjaan orang tua Pegawai Negeri Sipil Pegawai Swasta Wiraswasta Petani Lain-lain

5. Uang Kiriman

Perbulan

< Rp. 1.000.000,- >Rp. 1.000.000,- 5 51 4 41 12 1 1 5 50 4 5 1 15 2 21 17 5 53 7 8,3 85,0 6,7 68,3 20,0 1,7 1,7 8,3 83,3 6,7 8,3 1,7 25,0 3,3 35,0 28,3 8,3 88,3 11,7


(49)

1.2. Deskripsi faktor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan gizi

Deskripsi faktor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan gizi meliput i variabel status sosial ekonomi, personal preference, pengetahuan, kebiasaan makan, dan kesehatan terdiri dari nilai mean dan standart deviasi untuk masing-masing variabel dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Deskripsi faktor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan gizi Variabel Mean Std.

deviation Sosial ekonomi Personal preference Pengetahuan Kebiasaan makan Kesehatan 12,20 11,70 12,20 13,02 11,72 2,223 1,730 1,998 1,600 1,967

Tabel 5. Distribusi frekuensi dan persentase faktor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan gizi

No Karakteristik Jawaban

TP KK S SE

1.

2.

3.

Faktor sosial ekonomi

Uang kiriman saya cukup untuk memenuhi kebutuhan makan sebanyak tiga kali sehari

Saya memilih jenis makanan yang lebih murah untuk dikonsumsi tanpa melihat nilai gizinya

Uang kiriman saya tidak cukup untuk melengkapi kebutuhan asupan gizi seperti susu setiap hari

1 (1,7%) 13 (21,7%) 23 (38,3%) 12 (20,0%) 41 (68,3%) 24 (40,0%) 22 (36,7%) 6 (10,0%) 10 (16,7%) 25 (41,7%) - - 3 (5,0%)


(50)

Tabel 5. Lanjutan

No. Karakteristik Jawaban

TP KK S SE

4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.

Uang kiriman saya cukup untuk mengkonsumsi jenis makanan yang bervariasi setiap hari

Faktor personal preference

Saya suka memakan makanan olahan seperti kue dan gorengan

Memakan makanan yang banyak mengandung monosodium glutamate (MSG) seperti makanan instant atau makanan ringan

Mengganti makan malam dengan mengkonsumsi kudapan atau cemilan seperti roti, biskuit atau buah-buahan

Memilih makanan hanya karena suka tanpa memperhatikan kandungan nilai gizinya

Faktor kebiasaan makan

Sarapan pagi sebelum berangkat kuliah atau melakukan aktivitas

Saya memilih jenis makanan tertentu karena pengaruh teman sebaya

Mengkonsumsi makanan siap saji sebagai pengganti makanan pokok

1 (1,7%) 3 (5,0%) 6 (10,0%) 16 (26,7%) 14 (23,3%) 1 (1,7%) 30 (50,0%) 10 (16,7%) 28 (46,7%) 33 (55,0%) 47 (78,3%) 36 (60,0%) 36 (60,0%) 17 (28,3%) 27 (45,0%) 47 (78,3%) 16 (26,7%) 16 (26,7%) 6 (10,0%) 7 (11,7%) 10 (16,7%) 16 (26,7%) 3 (5,0%) 3 (5,0%) 15 (25,0%) 8 (13,3%) 1 (1,7%) 1 (1,7%) - - 26 (43,3%) - - - -


(51)

seperti mie instant

Tabel 5. Lanjutan

No. Karakteristik Jawaban

TP KK S SE

12.

13.

14.

15.

16.

Mengurangi jumlah atau porsi makan karena takut gemuk

Faktor kesehatan

Saya tidak selera makan nasi ketika sedang sakit

Dalam keadaan sakit saya lebih banyak makan buah-buahan dan sayur

Memilih makanan kudapan atau cemilan daripada makanan pokok ketika sedang ada masalah psikologis Ketika sedang stress saya menolak untuk makan makanan pokok seperti makan nasi 31 (51,7%) 8 (13,3%) 4 (6,7%) 19 (31,7%) 29 (48,3%) 19 (31,7%) 29 (48,3%) 25 (41,7%) 28 (46,7%) 24 (40,0%) 9 (15,0%) 15 (25,0%) 18 (30,0%) 11 (18,3%) 7 (11,7%) 1 (1,7%) 8 (13,3%) 13 (21,7%) 2 (3,3%) - -

No Karakteristik Jawaban

TS KS S SS

17.

18.

Faktor pengetahuan

Mengkonsumsi makanan yang mengandung serat dapat menurunkan kadar kolesterol

Teman sebaya mempunyai pengaruh besar terhadap pemilihan makanan pada remaja putri (mahasiswi) 2 (3,3%) 17 (28,3%) 5 (8,3%) 27 (45,0%) 34 (56,7%) 13 (21,7%) 19 (31,7%) 3 (5,0%)


(52)

Tabel 5. Lanjutan

No. Karakteristik Jawaban

TS KS S SS

19.

20.

Makanan bernilai gizi tinggi tidak harus mahal

Makanan cepat saji (fast food) tidak baik untuk kesehatan karena mengandung tinggi kalori, lemak dan natrium 2 (3,3%) 2 (3,3%) 2 (3,3%) 3 (5,0%) 18 (30,0%) 20 (33,3%) 38 (63,3%) 35 (58,3%)

1.3. Deskripsi pemenuhan kebutuhan gizi pada mahasiswi yang tinggal mandiri

Tabel 6. Distribusi frekuensi pemenuhan kebutuhan gizi pada mahasiswi yang tinggal mandiri

No Karakteristik Jawaban

TP KK S SE

1.

2.

3.

4.

5.

Saya makan tiga kali sehari untuk memenuhi kebutuhan kalori tubuh

Saya mengkonsumsi susu setiap hari

Mengkonsumsi makanan yang beraneka ragam dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari Menu makanan setiap hari terdiri nasi, lauk, sayur dan buah

Minum air putih sebanyak delapan gelas setiap hari

- - 8 (13,3%) 6 (10,0%) - - 7 (11,7%) 18 (30,0%) 36 (60,0%) 21 (35,0%) 29 (48,3%) 20 (33,3%) 23 (38,3%) 11 (18,3%) 30 (50,0%) 23 (38,3%) 22 (36,7%) 19 (31,7%) 5 (8,3%) 3 (5,0%) 8 (13,3%) 11 (18,3%)


(53)

Tabel 6. Lanjutan

No. Karakteristik Jawaban

TP KK S SE

6.

7.

8.

Lebih memilih makanan yang mengandung zat aditif seperti makanan kaleng, snack, atau makanan yang dimasak sendiri Saya mengkonsumsi suplemen tambahan untuk memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral dalam tubuh

Mengkonsumsi cemilan atau kudapan di antara waktu makan

18 (30,0%) 13 (21,7%) 3 (5,0%) 28 (46,7%) 35 (58,3%) 34 (56,7%) 9 (15,0%) 8 (13,3%) 16 (26,7%) 5 (8,3%) 4 (6,7%) 7 (11,7%)

Pemenuhan kebutuhan gizi pada mahasiswi yang tinggal mandiri dibagi menjadi tiga kategori yaitu kurang (8-15), cukup (16-23) dan baik (24-32). Mayoritas pemenuhan kebutuhan gizi pada mahasiswi yang tinggal mandiri berada pada kategori cukup (n= 41 ; 68,3%) yang dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Distribusi frekuensi dan persentase kategori pemenuhan kebutuhan gizi oleh responden

Kategori pemenuhan kebutuhan gizi Frekuensi (n) Persentase (%) Kurang Cukup Baik 6 41 13 10,0 68,3 21,7


(54)

Deskripsi statistik pemenuhan kebutuhan gizi pada mahasiswi yang tinggal mandiri dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 8. Deskripsi statistik pemenuhan kebutuhan gizi pada mahasiswi yang tinggal mandiri

N Mean Std.Deviation Pemenuhan

kebutuhan gizi

60 20,58 3,85

1.4. Deskripsi hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan gizi terhadap pemenuhan kebutuhan gizi

Faktor yang memiliki hubungan yang signifikan dengan pemenuhan kebutuhan gizi adalah personal preference. Sedangkan faktor sosial ekonomi, kebiasaan makan, kesehatan dan pengetahuan tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan pemenuhan kebutuhan gizi.

Variabel yang akan dimasukkan ke dalam analisis regresi linier ganda adalah variabel yang pada analisis bivariat mempunyai nilai p < 0,25 (Dahlan, 2008). Variabel tersebut adalah personal preference, kesehatan dan pengetahuan yang dapat dilihat pada tabel 9.


(55)

Tabel 9. Hasil uji bivariat setiap variabel

Variabel Koefisien korelasi Significant

Status sosial ekonomi 0,134 0,306

Personal preference Pengetahuan

0,296 -0,155

0,022 0,238

Kebiasaan makan 0,134 0,308

Kesehatan 0,166 0,206

Untuk menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan gizi menggunakan analisis regresi linier ganda dengan metode backward. Awalnya faktor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan gizi yang diteliti seperti personal preference, kesehatan dan pengetahuan, dianalisis pengaruhnya terhadap pemenuhan kebutuhan gizi pada mahasiswa yang tinggal mandiri. Faktor yang paling kecil pengaruhnya dikeluarkan dari proses analisa data, dalam hal ini yang dikeluarkan adalah pengetahuan. Kemudian faktor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan gizi lainnya dianalisis lagi pengaruhnya secara bersamaan dan faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan gizi yang paling kecil pengaruhnya akan dikeluarkan lagi dari analisa data, dalam hal ini adalah kesehatan. Sehingga didapat satu faktor yang paling besar pengaruhnya atau dominan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan gizi pada mahasiswi yang tinggal mandiri adalah personal preference yang dapat dilihat pada tabel 10.


(56)

Tabel 10. Hasil uji regresi linier ganda faktor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan gizi (n=60)

Variabel bebas R df1 df2 F

P-value (sig) 1. Personal

preference Kesehatan Pengetahuan 2. Personal

preference Kesehatan 3. Personal

preference

0,297

0,295

0,258

3

2

1

56

57

58

1,806

2,715

4,135

0,157

0,075


(57)

2. Pembahasan

Dalam pembahasan akan dijabarkan mengenai hasil penelitian, diantaranya faktor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan gizi pada mahasiswi yang tinggal mandiri.

2.1. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan gizi pada mahasiswi yang tinggal mandiri

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan gizi seperti status sosial ekonomi, personal preference, pengetahuan, kebiasaan makan dan kesehatan tidak keseluruhan yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan gizi responden. Hanya faktor personal preference saja yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan gizi pada mahasiswi yang tinggal mandiri (Sig = 0,022) dengan Koefisien korelasi (R)=0,258 yang artinya hubungan faktor personal preference terhadap pemenuhan kebutuhan gizi positif dengan interpretasi lemah. Sedangkan faktor status sosial ekonomi, pengetahuan, kebiasaan makan dan kesehatan tidak mempengaruhi pemenuhan kebutuhan gizi pada mahasiswi yang tinggal mandiri karena memiliki nilai Sig > 0,05 dapat dilihat pada tabel 9.

Regresi linear ganda dengan menggunakan metode backward yang digunakan adalah untuk mengetahui faktor yang manakah yang paling dominan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan gizi pada mahasiswi yang tinggal mandiri. Hasil dari uji regresi linear ganda didapat bahwa faktor yang paling dominan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan gizi pada mahasiswi yang tinggal mandiri


(58)

adalah faktor personal preference. Karena responden yang diteliti berada pada usia remaja akhir, yang merupakan masa transisi ke tahap dewasa. Dalam masa ini terjadi pertumbuhan sikap, mental dan emosional. Remaja cenderung untuk mengabaikan masalah kesehatan terutama pola makan.

Dalam pemilihan makanan remaja banyak dipengaruhi oleh faktor eksternal misalnya teman sebaya dan media massa. Aktivitas yang banyak dilakukan di luar rumah membuat responden sering dipengaruhi teman sebayanya. Pemilihan makanan tidak lagi didasarkan pada kandungan gizi tetapi sekedar untuk bersosialisasi dan kesenangan. Hal inilah yang menyebabkan remaja mengkonsumsi makanan hanya atas dasar pertimbangan suka dan tidak suka tanpa memperhatikan nilai gizinya.

Dapat disimpulkan bahwa faktor personal preference mempengaruhi pemenuhan kebutuhan gizi pada mahasiswi yang tinggal mandiri. Hal ini sesuai dengan pendapat Sanjur & Scoma (1977, dikutip dari Suyatno, 2010) bahwa kebiasaan makan seseorang dapat dipengaruhi oleh empat faktor yaitu konsumsi makan, preferensi, ideologi dan sosial budaya. Berbeda dengan Lund & Burk (1969, dalam Suyatno, 2010) yang berpendapat bahwa kebiasaan konsumsi seseorang tergantung dari adanya sikap, pengetahuan, lingkungan (baik lingkungan keluarga maupun lingkungan sekolah) dan tiga motivasi utama terhadap pangan (kebutuhan biologis, kebutuhan psikologis, dan kebutuhan sosial). Sedangkan menurut Khumaidi (1994, dalam Suyatno, 2010), ada dua faktor utama yang mempengaruhi kebiasaan makan, yaitu faktor instrinsik dan ekstrinsik. Faktor instrinsik adalah faktor yang berasal dari dalam diri manusia itu


(59)

sendiri yang meliputi asosiasi emosional, keadaan jasmani dan kejiwaan serta penilaian yang lebih terhadap makanan. Faktor ekstrinsik adalah faktor yang berasal dari luar diri manusia meliputi lingkungan alam, sosial, ekonomi, budaya dan agama.

Berikut ini akan dijabarkan faktor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan gizi pada mahasiswi yang tinggal mandiri.

a. Status sosial ekonomi

Pilihan seseorang terhadap jenis dan kualitas makanan dipengaruhi oleh status sosial dan ekonomi. Dari segi ekonomi, pemenuhan kebutuhan gizi seseorang dipengaruhi oleh pendapatan. Pendapatan yang rendah akan membatasi seseorang untuk mengkonsumsi makanan yang harganya lebih mahal. Sebagai contoh, orang kelas menengah ke bawah atau orang miskin tidak sanggup membeli makanan jadi, daging, buah dan sayuran yang mahal. Kelompok sosial juga berpengaruh terhadap kebiasaan makan, misalnya kerang dan siput disukai oleh beberapa kelompok masyarakat, sedangkan kelompok masyarakat yang lain lebih menyukai hamburger dan pizza.

Dari hasil penelitian didapat sekitar 88,3% responden mendapat uang kiriman < Rp. 1.000.000 dan 41,7% mengatakan bahwa uang kiriman mereka miliki selalu cukup untuk memenuhi kebutuhan makan sebanyak tiga kali sehari. Namun 68,3% dari responden kadang-kadang lebih memilih jenis makanan yang lebih murah untuk dikonsumsi tanpa melihat nilai gizinya. Data ini menunjukkan bahwa pendapatan atau uang kiriman yang dimiliki responden mampu memenuhi


(60)

kebutuhan gizinya dari segi kuantitas namun secara kualitas belum bisa terpenuhi secara maksimal.

Dari segi kualitas responden mampu memenuhi jumlah kebutuhan gizinya dengan cara makan sebanyak tiga kali sehari. Sedangkan dari segi kualitas, pendapatan yang dimiliki responden belum mampu mengkonsumsi makanan yang mengandung semua zat-zat gizi yang diperlukan oleh tubuh. Ini didukung oleh data hasil penelitian yang menunjukkan 46,7% responden mengatakan bahwa uang kiriman yang mereka miliki tidak selalu cukup untuk mengkonsumsi jenis makanan yang bervariasi setiap hari. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan gizi dari segi kualitas adalah dengan cara mengkonsumsi jenis makanan yang beraneka ragam atau bervariasi sehingga semua zat-zat gizi yang dibutuhkan tubuh akan terpenuhi. Karena tidak ada satupun jenis makanan yang mengandung zat-zat gizi lengkap.

Berg (1989, dikutip dari Siregar, 2007) mengemukakan bahwa pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan kualitas dan kuantitas makanan. Dengan tingkat pendapatan yang semakin tinggi maka keluarga akan lebih mampu memenuhi kebutuhan makanan anggota keluarganya, baik secara kualitas maupun kuantitas dan semakin baik pula status gizinya. Hal ini sesuai dengan hukum Engel, yang mengemukakan bahwa peningkatan pendapatan akan mengakibatkan individu cenderung meningkatkan kualitas konsumsi pangannya dengan harga yang lebih mahal per unit zat gizinya. Apabila pendapatan meningkat pola konsumsi pangan akan makin beragam, serta umumnya akan terjadi peningkatan konsumsi pangan yang lebih bernilai gizi tinggi. Peningkatan pendapatan lebih


(61)

lanjut tidak hanya akan meningkatkan keanekaragaman konsumsi pangan, dan peningkatan konsumsi pangan yang lebih mahal, tetapi juga terjadinya peningkatan konsumsi pangan di luar rumah (Soekirman, 2000). Hal ini sejalan dengan pendapat Hidayati, dkk (2006, dikutip dari Manurung, 2009) yang mengatakan bahwa peningkatan pendapatan juga dapat mempengaruhi pemilihan jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi.

b. Personal preference

Dari hasil penelitian didapatkan 78,3% responden memakan makanan yang mengandung monosodium glutamate (MSG), 60,0% responden kadang-kadang mengganti makan malam dengan mengkonsumsi kudapan atau cemilan. Mengkonsumsi kudapan (cemilan) adalah kebiasaan yang sudah mendarah daging di kalangan remaja. Walaupun cemilan bisa menjadi sumber gizi dan kalori yang dibutuhkan, tapi cemilan tidak boleh dijadikan pengganti makanan utama. Pilihan cemilan harus diseimbangkan dengan pilihan makanan lain yang dikonsumsi dalam satu hari. Ini sesuai dengan pendapat Lusa (2009) yang mengatakan bahwa pada anak remaja, kudapan berkontribusi 30% atau lebih dari total asupan kalori remaja setiap hari. Kudapan yang sering dikonsumsi adalah makanan ringan yang banyak mengandung zat aditif dan monosodium glutamate.

Suhardjo (1989, dikutip dari Febrianti, 2009) menyatakan bahwa preferensi pangan diasumsikan sebagai sikap seseorang terhadap makanan, suka atau tidak suka yang akan berpengaruh terhadap konsumsi pangan. Hal ini sejalan dengan pendapat Sanjur (1982, dikutip dari Febrianti, 2009) yang menjelaskan


(62)

bahwa fisiologi, perasaan dan sikap terintegrasi membentuk preferensi terhadap pangan dan akhirnya membentuk perilaku konsumsi pangan.

Data lain juga menunjukkan sekitar 60,0% responden memilih makanan hanya karena suka tanpa memperhatikan kandungan nilai gizinya. Hal-hal yang disukai dan tidak disukai sangat berpengaruh terhadap kebiasaan makan seseorang. Orang seringkali memulai kebiasaan makannya sejak dari masa kanak-kanak hingga dewasa. Menurut Subardja (2005, dikutip dari Manurung, 2009), faktor sosial di mana pola makan remaja berkembang, menjadi penting karena perilaku orang di lingkungan tersebut menjadi model bagi remaja. Jadi bagaimana seseorang menyukai atau tidak menyukai jenis makanan tertentu (misalnya sayur-sayuran), dipengaruhi oleh kebiasaan orang di sekitarnya termasuk keluarga dan teman-temannya.

Menurut Suhardjo (2003, dikutip dari Febrianti, 2009), jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi selain dipengaruhi oleh hasil budaya setempat, juga dipengaruhi oleh preferensi terhadap makanan tersebut. Makanan dianggap memenuhi selera atau tidak, tidak hanya bergantung pada pengaruh sosial budaya. Selain pengaruh reaksi indera terhadap pemilihan pangan, kesukaan pangan pribadi makin dipengaruhi oleh pendekatan melalui media massa seperti radio, TV, pamphlet dan iklan. Harper, Deaton dan Driskel (1985, dalam Febrianti, 2009) juga mengemukakan bahwa preferensi terhadap makanan tidak hanya bergantung pada pengaruh sosial dan budaya, tetapi juga dari sifat fisik makanan itu sendiri.


(63)

Dalam memenuhi kebutuhan gizinya, responden memiliki cara-cara yang berbeda. Ada sebagian responden yang memasak sendiri makanan yang akan dikonsumsinya, ada juga yang memilih untuk rantangan atau memesan pada orang yang menyediakan layanan catering, tapi ada juga yang selalu membeli makan setiap kali akan makan. Pada saat responden memenuhi kebutuhan gizinya dengan memilih rantangan, ini kurang baik untuk memenuhi semua kebutuhan zat gizi yang dibutuhkan tubuh. Karena menu makanan yang disediakan biasanya kurang bervariasi. Responden yang membeli makan setiap kali akan makan, ini juga tidak bisa memenuhi kebutuhan gizi tubuh karena sangat tergantung dengan pendapatan. Jika pendapatan yang dimiliki cukup maka responden akan dapat memenuhi kebutuhan gizinya, tapi jika pendapatannya kurang maka responden tidak dapat memenuhi kebutuhan gizinya secara seimbang. Selain itu, di lingkungan tempat tinggal responden juga banyak pedagang yang menjual makanan siap saji, ini yang menyebabkan responden kadang-kadang lebih memilih mengkonsumsi makanan siap saji dibandingkan makanan pokok karena mudah untuk mendapatkannya.

c. Pengetahuan

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sekitar 58,3% mahasiswi yang tinggal mandiri mengetahui bahwa makanan cepat saji (fast food) tidak baik untuk kesehatan karena mengandung tinggi kalori, lemak dan natrium. Dan 63,3% responden juga sangat setuju dengan penyataan bahwa makanan yang bernilai gizi tinggi tidak harus yang mahal. Ini menunjukkan bahwa responden telah memiliki


(64)

pengetahuan yang cukup mengenai kandungan zat gizi di dalam makanan yang dibutuhkan tubuh sehingga mereka dapat memutuskan pemilihan makanan yang tepat untuk memenuhi kebutuhan gizinya.

Menurut Sediaoetama (2000, dikutip dari Kristianti, 2009), tingkat pengetahuan seseorang tentang gizi berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam memilih makanan, yang menentukan mudah tidaknya seseorang memahami manfaat kandungan gizi dari makanan yang dikonsumsi. Pengetahuan gizi yang baik diharapkan akan mempengaruhi konsumsi makanan yang baik sehingga dapat menuju status gizi yang baik pula. Pengetahuan gizi juga mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembentukan kebiasaan makan seseorang.

Masa remaja akhir adalah masa di mana remaja lebih banyak bersosialisasi dengan teman sebaya dari pada dengan orang tua atau keluarga. Ini akan mempengaruhi perilaku remaja dalam hal pemilihan makanan terutama remaja putri. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Health Education Authority (2002), usia 15-34 tahun adalah konsumen terbanyak yang memilih menu. Masa remaja adalah masa yang sangat labil dan masa di mana mudah sekali terpengaruh oleh lingkungan dan orang-orang terdekat. Mudah mengikuti alur zaman seperti mode dan trend yang sedang berkembang di masyarakat khususnya dalam hal makanan modern (Thyana, 2002 dikutip dari Kristianti, 2010).

Arisman (2004) juga berpendapat bahwa remaja belum sepenuhnya matang dan cepat sekali terpengaruh lingkungan. Kesibukan menyebabkan mereka memilih makan di luar, atau menyantap kudapan/jajanan. Lebih jauh lagi kebiasaan ini dipengaruhi oleh teman sebaya. Teman sebaya berpengaruh besar


(1)

Pengujian 3: Residu mempunyai varian yang konstan

Pengujian 4: Residu dan variabel bebas tidak mempunyai korelasi yang kuat dan antarvariabel bebas tidak mempunyai korelasi yang kuat

Correlations

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed) personal preference

pengetahuan kesehatan Unstandard ized Residual Spearman's

rho

personal preference Correlation Coefficient

1.000 -.204 .388** .049

Sig. (2-tailed) . .118 .002 .712

N 60 60 60 60

pengetahuan Correlation Coefficient

-.204 1.000 -.006 -.074

Sig. (2-tailed) .118 . .965 .573

N 60 60 60 60

kesehatan Correlation Coefficient

.388** -.006 1.000 .083

Sig. (2-tailed) .002 .965 . .528

N 60 60 60 60

Unstandardized Residual

Correlation Coefficient

.049 -.074 .083 1.000

Sig. (2-tailed) .712 .573 .528 .


(2)

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Hasil pengujian syarat regresi linier

Komponen Syarat Hasil pengujian Kesimpulan

Variabel bebas dan terikat Hubungan variabel independen dan dependen harus linier

Scatter plot harus berbentuk garis diagonal

Terpenuhi

Residu Residu

mempunyai distribusi yang normal

Test kolmogorov smirnov, p > 0,05

Terpenuhi

Residu Residu

mempunyai rerata sebesar 0

Mean = 0 Terpenuhi

Residu – variabel independen

Residu

mempunyai varian yang konstan

Varian konstan scatter plot tidak mempunyai pola tertentu

Terpenuhi

Residu – variabel independen

Residu tidak mempunyai korelasi yang kuat dengan variabel

Korelasi residu dengan variabel independen < 0,8

Terpenuhi

Variabel independen

Tidak ada korelasi yang kuat antara variabel

independen

Korelasi antara variabel

independen < 0,8

Terpenuhi personal

preference

pengetahuan kesehatan Spearman's rho personal preference Correlation Coefficient

1.000 -.204 .388**

Sig. (2-tailed) . .118 .002

N 60 60 60

pengetahuan Correlation Coefficient

-.204 1.000 -.006

Sig. (2-tailed) .118 . .965

N 60 60 60

kesehatan Correlation Coefficient

.388** -.006 1.000

Sig. (2-tailed) .002 .965 .


(3)

Hasil regresi linier ganda

Variables Entered/Removedb Mod

el

Variables Entered

Variables Removed

Method 1 pengetahuan

, kesehatan, personal preference

.

a

Enter

2 . pengetahuan Backward (criterion: Probability of F-to-remove >= .100).

3 . kesehatan Backward

(criterion: Probability of F-to-remove >= .100). a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: pemenuhan kebutuhan gizi

Model Summaryd Mod

el

R R

Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .297a .088 .039 3.778

2 .295b .087 .055 3.747

3 .258c .067 .050 3.756

a. Predictors: (Constant), pengetahuan, kesehatan, personal preference b. Predictors: (Constant), kesehatan, personal preference

c. Predictors: (Constant), personal preference d. Dependent Variable: pemenuhan kebutuhan gizi


(4)

ANOVA Model

d

Sum of Squares

df Mean

Square

F Sig. 1 Regressio

n

77.327 3 25.776 1.806 .157a Residual 799.256 56 14.272

Total 876.583 59

2 Regressio n

76.249 2 38.125 2.715 .075b Residual 800.334 57 14.041

Total 876.583 59

3 Regressio n

58.337 1 58.337 4.135 .047c Residual 818.247 58 14.108

Total 876.583 59

a. Predictors: (Constant), pengetahuan, kesehatan, personal preference

b. Predictors: (Constant), kesehatan, personal preference c. Predictors: (Constant), personal preference

d. Dependent Variable: pemenuhan kebutuhan gizi

Coefficients Model

a

Unstandardized Coefficients

Standardiz ed Coefficient

s

t Sig. Correlations

B Std.

Error

Beta

Zero-order

Partia l

Part

1 (Constant) 12.768 5.195 2.45

8

.017 personal

preference

.425 .317 .191 1.34 0

.186 .258 .176 .171

kesehatan .316 .274 .161 1.15

2

.254 .228 .152 .147 pengetahuan -.071 .257 -.037

-.275

.784 -.062 -.037 -.035

2 (Constant) 11.803 3.799 3.10

7

.003 personal

preference

.449 .303 .201 1.47 9

.145 .258 .192 .187

kesehatan .301 .267 .154 1.12

9

.263 .228 .148 .143


(5)

a. Dependent Variable: pemenuhan kebutuhan gizi Excluded Variables Model

c

Beta In t Sig. Partial Correlation

Collinearity Statistics Tolerance 2 pengetahuan -.037a -.275 .784 -.037 .919 3 pengetahuan -.007b -.054 .957 -.007 .955

kesehatan .154b 1.129 .263 .148 .864

a. Predictors in the Model: (Constant), kesehatan, personal preference b. Predictors in the Model: (Constant), personal preference

c. Dependent Variable: pemenuhan kebutuhan gizi

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation

N Predicted Value 17.88 23.05 20.58 .994 60 Std. Predicted Value -2.717 2.485 .000 1.000 60 Standard Error of

Predicted Value

.492 1.414 .648 .226 60

Adjusted Predicted Value

17.37 23.34 20.57 1.045 60

Residual -8.181 7.244 .000 3.724 60

Std. Residual -2.178 1.929 .000 .991 60

Stud. Residual -2.200 1.945 .002 1.008 60 Deleted Residual -8.343 7.371 .012 3.850 60 Stud. Deleted

Residual

-2.278 1.995 .000 1.024 60

Mahal. Distance .030 7.380 .983 1.604 60

Cook's Distance .000 .174 .017 .027 60

Centered Leverage Value

.001 .125 .017 .027 60

a. Dependent Variable: pemenuhan kebutuhan gizi 7 personal

preference

.575 .283 .258 2.03 3


(6)

Lampiran 8 Daftar Riwayat Hidup

Nama : Elis Suryani Purba

Tempat/Tanggal Lahir : Pematang Siantar, 28 Mei 1989 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. Jamin Ginting No. 221 Padang Bulan Medan

Riwayat Pendidikan

1. SD NEGERI No. 333/1 Sungai Bahar 1994-2000 2. SLTP NEGERI 13 Muaro Jambi 2000-2003 3. SMA NEGERI 4 Muaro Jambi 2003-2006