Tanah Liat Gambut Pengaruh Air Gambut Terhadap Kesehatan

2.6.2.1. Tanah Liat Gambut

Menurut Astuti 1997, tanah liat atau lebih sering disebut dengan tanah lempung berasal dari hasil pelapukan kulit bumi yang sebagian besar terdiri dari batuan feldspatik berupa batuan granit dan batuan beku. Hasil pelapukan tersebut berbentuk partikel-partikel halus dan sebagian besar dipindahkan oleh tenaga air, angin dan gletser ke suatu tempat yang lebih rendah dan jauh dari tempat batuan induk. Sebagian lagi tetap tinggal di lokasi dimana batuan induk berada. Tanah liat merupakan suatu zat yang terbentuk dari partikel-partikel yang sangat kecil terutama dari mineral-mineral yang disebut Kaolinit, yaitu persenyawaan dari Oksida Alumina Al2O3, dengan Oksida Silica SiO2 dan Air H2O. Tanah liat dalam ilmu kimia termasuk Hidrosilikat Alumina, yang dalam keadaan murni mempunyairumus: Al2O3 2SiO2 2H2O Satu partikel tanah liat dibuat dari satu molekul Alimunium 2 atom Alumina dan 3 atom Oksigen, dua molekul Silikat 2 atom Silica dan 2 atom Oksigen, dan dua molekul Air 2 atom Hidrogen dan 1 atom Oksigen, Formula tersebut terdiri: 39 Oksida Alumina 47 Oksida Silica 14 Air Ketersediaan tanah liat di alam dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu: 1. Tanah liat primer Universitas Sumatera Utara Tanah liat primer residu adalah jenis tanah liat yang dihasilkan dari pelapukan batuan feldspatik oleh tenaga endogen yang tidak berpindah dari batuan induk. Tanah liat primer cenderung berbutir kasar, tidak plastis, daya leburnya tinggi dan daya susutnya kecil. Karena tidak tercampur dengan bahan organik seperti humus, ranting atau daun busuk dan sebagainya, maka tanah liat berwarna putih atau putih kusam. Adapun jenis tanah liat primer antara lain: kaolin, bentonite, feldspat, kwarsa dan dolomit, biasanya terdapat di tempat- tempat yang lebih tinggi daripada letak tanah sekunder. Mineral kuarsa dan alumina dapat digolongkan sebagai jenis tanah liat primer karena merupakan hasil samping pelapukan batuan feldspatik yang menghasilkan tanah liat kaolinit 2. Tanah liat sekunder Tanah liat sekunder atau sediment adalah jenis tanah liat hasil pelapukan batuan feldspatik yang berpindah jauh dari batuan induknya karena tenaga eksogen, dan dalam perjalanan bercampur dengan bahan-bahan organik maupun anorganik sehingga merubah sifat-sifat kimia maupun fisika tanah liat tersebut. Jumlah tanah liat sekunder lebih banyak dari tanah liat primer. Transportasi air mempunyai pengaruh khusus pada tanah liat, salah satunya ialah gerakan arus air cenderung menggerus mineral tanah liat menjadi partikel-partikel yang semakin mengecil. Pada saat kecepatan arus melambat, partikel yang lebih berat akan mengendap dan meninggalkan partikel yang halus dalam larutan. Pada saat arus tenang, seperti di danau atau di laut, partikel-partikel yang halus akan mengendap di dasarnya. Tanah liat yang dipindahkan biasanya terbentuk dari beberapa macam jenis tanah liat dan dari beberapa sumber. Dibanding dengan tanah liat Universitas Sumatera Utara primer, tanah liat sekunder mempunyai ciri tidak murni, warna lebih gelap, berbutir halus dan mempunyai titik lebur yang relatif rendah. Menurut Kusnaedi 2006, Tanah liat gambut tanah lempung merupakan lempung organik yang mengandung zat Al2 SO 4 H 2 O, dari rumus molekul dan kandungan lempung ini dapat berfungsi sebagai koagulan bagi daerah-daerah yang kualitas air gambutnya tinggi kecoklat-coklatan, tanah liat ini dapat diperoleh di tepi-tepi sungai, saluran hasil galian ataupun pada areal tanah lempung di daratan alluvium yang dibentuk oleh endapan-endapan alluvial rawa-rawa dan sungai. Adapun tanah liat gambut dapat diperoleh pada titik kedalaman sebagai berikut : 0 – 1 M : tanah penutup gambut 1–2,5 M : tanah liat abu-abu muda sampai tua, lunak dan plastis 2,5 M : tanah liat abu-abu tua, lunak, plastis kadang- kadang-kadang sedikit berpasir, mengandung fragmen kayu dan coal Keterangan : asal bahan tanah liat gambut yang dapat dipakai untuk pengolahan air gambut.

2.6.2.2. Fungsi Tanah Liat Gambut