Analisis Pengaruh Kredit Dan Suku Bunga Dalam Upaya Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut Tahun 1989-2008

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

ANALISIS PENGARUH KREDIT DAN SUKU BUNGA DALAM

UPAYA MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI

SUMATERA UTARA PADA PT. BANK SUMUT

TAHUN 1989-2008

Skripsi Diajukan oleh :

Dolly Prima

060501062

Ekonomi Pembangunan

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk

Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Medan

2010


(2)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Analisis Pengaruh Kredit dan Suku Bunga Dalam Upaya Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut Tahun 1989-2008”. Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 20 tahun. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kredit dan tingkat suku bunga terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara tahun 1989-2008.

Penelitian ini menggunakan model analisis regresi linier, data yang ada diproses dengan menggunakan program komputer E-views 5.1. Hasil hipotesis menunjukkan semakin tinggi kredit yang diminta, maka pertumbuhan ekonomi akan meningkat. Sedangkan semakin tinggi tingkat suku bunga, maka pertumbuhan ekonomi akan berkurang.

Dengan mengetahui hubungan diantara variabel-variabel, kaedah Ordinary Least Square digunakan untuk melakukan estimasi. Hasil estimasi menunjukkan besarnya kredit berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara tahun 1989-2008. Sedangkan tingkat suku bunga tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara tahun 1989-2008.


(3)

ABSTRACT

This research titled "Analysis of Influence of Credit and Interest Rate Increase Economic Growth in Disability Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut Year 1989-2008. " This research uses a sample of 20 years. The purpose of this research is to determine the influence of credit and interest rate of economic growth in 1989-2008 of North Sumatra.

This research uses regression analysis model linier, data is processed using a computer program E-views 5.1. The results showed that the hypothesis that the higher credit demand, then economic growth will increase. Meanwhile, the higher the interest rate, then economic growth will decrease. By knowing the relationship between the variables, Ordinary Least Square method is used to perform estimation. Estimation results show significant effect of credit primarily to economic growth in 1989-2008 of North Sumatra. While the interest rate does not affect real economic growth from 1989 to 2008 in North Sumatra.


(4)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Hipotesis Penelitian ... 5

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

1.4.1 Tujuan Penelitian ...5

1.4.2 Manfaat Penelitian ...6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Pertumbuhan Ekonomi... 7

2.1.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi 10 2.1.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi ... 13


(5)

2.2 Tingkat Suku Bunga ... 19

2.2.1 Pengertian Suku Bunga ... 19

2.2.2 Teori Suku Bunga ... 21

2.2.3 Klasifikasi Jasa ... 24

2.2.4 Macam-macam Jasa ... 25

2.3 Kredit ... 28

2.3.1 Pengertian Kredit ... 28

2.3.2 Pihak Yang Terkait Dalam Proses Kredit ... 31

2.3.3 Fungsi Kredit ... 31

2.3.4 Jenis-Jenis Kredit ... 32

2.3.5 Media Kredit ... 36

2.3.6 Prinsip-Prinsip Pemberian Kredit ... 37

BAB III METODE PENELITIAN ...40

3.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 40

3.2 Jenis dan Sumber Data ... 40

3.3 Pengolahan Data ... 40


(6)

3.5 Test Of Goodness Of Fit (Uji Kesesuaian) ... 41

3.5.1 Koefisien Determinasi (R-Square) ... 42

3.5.2 Uji t-Statistik (Uji Parsial) ... 42

3.5.3 Uji F-Statistik (Uji Keseluruhan) ... 43

3.6 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 45

3.6.1 Multikolinearity ... 45

3.6.2 Autokorelasi ... 45

3.7 Definisi Operasional ... 47

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 48

4.1 Sejarah Singkat Berdirinya PT. Bank Sumut ... 48

4.2 Struktur Organisasi ... 50

4.3 Jenis Produk Yang Ditawarkan ... 51

4.3.1 Produk Tabungan ...51

4.3.2 Produk Kredit ...52

4.3.3 Persyaratan Kredit ...54

4.4 Hasil Analisa Data ... 56

4.4.1 Regresi Linear Berganda ...56

4.4.2 Test Of Goodness Of Fit (Uji Kesesuaian) ...58


(7)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 66 5.1 Kesimpulan ... 66 5.2 Saran ... 67 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN


(8)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman


(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.2. Tingkat Bunga Keseimbangan Klasik ... 22

2.3. Tingkat Suku Bunga Keseimbangan ... 24

2.4. Dampak Kenaikan Penawaran Uang Terhadap Tingkat Suku Bunga ... 25

2.5. Unsur-Unsur Kredit ... 29

3.1. Kurva Uji t-Statistik ... ... 43

3.2 Kurva Uji F-Statistik ... ... 44


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data Regresi linier ... xiii

Lampiran 2 Regresi Linier ... xiv

Lampiran 3 Uji Multikolinieritas ... xv

Lampiran 4 Uji Autokorelasi (LM Test) ... xvii


(11)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Analisis Pengaruh Kredit dan Suku Bunga Dalam Upaya Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut Tahun 1989-2008”. Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 20 tahun. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kredit dan tingkat suku bunga terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara tahun 1989-2008.

Penelitian ini menggunakan model analisis regresi linier, data yang ada diproses dengan menggunakan program komputer E-views 5.1. Hasil hipotesis menunjukkan semakin tinggi kredit yang diminta, maka pertumbuhan ekonomi akan meningkat. Sedangkan semakin tinggi tingkat suku bunga, maka pertumbuhan ekonomi akan berkurang.

Dengan mengetahui hubungan diantara variabel-variabel, kaedah Ordinary Least Square digunakan untuk melakukan estimasi. Hasil estimasi menunjukkan besarnya kredit berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara tahun 1989-2008. Sedangkan tingkat suku bunga tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara tahun 1989-2008.


(12)

ABSTRACT

This research titled "Analysis of Influence of Credit and Interest Rate Increase Economic Growth in Disability Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut Year 1989-2008. " This research uses a sample of 20 years. The purpose of this research is to determine the influence of credit and interest rate of economic growth in 1989-2008 of North Sumatra.

This research uses regression analysis model linier, data is processed using a computer program E-views 5.1. The results showed that the hypothesis that the higher credit demand, then economic growth will increase. Meanwhile, the higher the interest rate, then economic growth will decrease. By knowing the relationship between the variables, Ordinary Least Square method is used to perform estimation. Estimation results show significant effect of credit primarily to economic growth in 1989-2008 of North Sumatra. While the interest rate does not affect real economic growth from 1989 to 2008 in North Sumatra.


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang yang memiliki tujuan menciptakan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Dalam kerangka pencapaiannya dilakukan dengan menitikberatkan pembangunan ekonomi. Penempatan pertumbuhan ekonomi di Indonesia tidak hanya sebagai target utama yang harus dicapai tetapi juga menjadi tolak ukur utama keberhasilan pembangunan ekonomi Indonesia. Karenanya kebijakan makro ekonomi Indonesia dalam konteks non fiskal dan moneter selalu menempatkan pertumbuhan ekonomi pada level pertama (Hidayatullah Muttaqin : 2003). Hal ini tentunya dapat dilakukan dengan menggunakan jasa bank dan lembaga keuangan lainnya.

Peranan bank sebagai lembaga keuangan tidak pernah lepas dari masalah kredit. Kredit merupakan salah satu sumber pendapatan bagi bank. Tapi ada beberapa jenis bank tertentu usaha perkreditan diimbangi oleh usaha lainnya. Pada negara-negera yang sedang berkembang, kredit masih menempati kedudukan yang sangat istimewa. Sebab antara volume permintaan dana akan jauh lebih besar dari pada penawaran dana yang ada pada masyarakat.

Tujuan bank menyalurkan kredit kepada masyarakat adalah untuk memperoleh keuntungan. Dari keuntungan yang diperoleh dalam bentuk bunga yang diterima sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada debitur. Keuntungan ini penting untuk kelangsungan hidup bank dan memperbesar operasional bank. Tujuan selanjutnya adalah untuk membantu usaha masyarakat


(14)

yang memerlukan dana, baik dana investasi maupun dana modal kerja. Dengan dana tersebut, maka debitur akan dapat mengembangkan usahanya. Kredit sangat penting bagi roda perekonomian suatu negara.

Dengan kekhasan perbankan yang kita miliki yang begitu pentingnya lembaga tersebut, sehingga demikian strategis dalam pencapaian tujuan Pembangunan Nasional, maka terhadap lembaga perbankan senantiasa terdapat pembinaan dan pengawasan yang efektif, dengan didasari oleh landasan gerak agar lembaga perbankan di Indonesia mampu berfungsi secara efisien, sehat, wajar, serta mampu melindungi secara baik, dana yang dititipkan masyarakat kepadanya, serta mampu menyalurkan dana masyarakat tersebut kebidang-bidang yang produktif bagi sasaran pembangunan.

Secara spesifik ada 3 jenis fungsi bank yaitu : Agent of Trust, Agent of Services, dan Agent of Development (Totok Budisantoso dan Sigit Triandaru : 2004). Dalam fungsinya sebagai Agent of Development, bank merupakan suatu lembaga perantara yang dapat mendorong kemajuan pembangunan melalui fasilitas kredit dan kemudahan-kemudahan pembayaran dan penarikan dalam proses transaksi yang dilakukan oleh pelaku ekonomi. Peran ini terutama terlihat pada bank-bank pemerintah, dimana bank-bank pemerintah ini merupakan salah satu alat perlengkapan yang digunakan pemerintah dalam kegiatannya melakukan proses pembangunan.

Faktor modal atau dana memegang peranan yang sangat penting dan strategis didalam proses pembangunan ekonomi. Pembentukan modal bahkan disebut sebagai “kunci utama menuju pembangunan ekonomi”. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses menuju tercapainya kesejahteraan masyarakat melalui pemanfaatan


(15)

segala sumber daya, baik sumber daya alam, sumber daya manusia, maupun mesin-mesin. Semua itu membutuhkan dana atau modal. Modal ini terutama berasal dari kelompok kaya ataupun dari pasar modal. Tetapi dengan kehadiran bank, dana yang berasal dari tabungan masyarakat dapat dihimpun menjadi sumber modal yang sangat banyak dimanfaatkan pada saat sekarang ini. Oleh karena itu, dalam membicarakan pembangunan ekonomi, peranan kredit dalam pembiayaan pembangunan menjadi topik yang menarik untuk dibahas.

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk menilai keberhasilan perkembangan suatu negara. Dalam pelaksanaan pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi merupakan sasaran utama bagi negara yang sedang berkembang. Hal ini dimaksudkan untuk mempercepat percapaian tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi juga dimaksudkan untuk mengejar ketinggalan dari negara-negara lain. Seperti halnya Indonesia yang terus mengalahkan pertumbuhan ekonomi untuk mengejar ketertinggalan dari negara lain. Dengan menjadikan pertumbuhan ekonomi sebagai dasar kebijakan ekonomi, maka pemerintah telah memilih peningkatan pertumbuhan produksi nasional sebagai asas pemecahan seluruh permasalahan ekonomi (Hidayatullah : 2003).

Untuk melihat fluktuasi pertumbuhan ekonomi secara riil dari tahun ke tahun tergambar melalui penyajian PDRB atas harga konstan menurut lapangan usaha secara berkala, yaitu pertumbuhan yang positif menunjukan adanya peningkatan perekonomian dari tahun lalu, sebaliknya apabila negatif menunjukan terjadinya penurunan perekonomian dari tahun lalu. Pertumbuhan biasanya disertai dengan proses sumber daya dan dana negara.


(16)

Pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara mengalami fluktuasi, pada taun 1998 berada dalam keadaan yang sulit akibat terjadinya krisis moneter yang berpengaruh terhadap sektor perbankan. Dampak dari krisis moneter ini menyebabkan peningkatan pengangguran, tingginya pengangguran mengaibatkan rendahnya pendapatan perkapita, sehingga mengancam kesehatan dimana masyarakat tidak akan ada lagi yang menyimpan dana ke bank.

Pada tahun 1999 laju pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara mengalami kenaikan sebesar 3,43 persen jika dibandingkan dengan tahun 1998 yang lalu, walaupun pada tahun pada tahun 1999 keadaan perekonomian Indonesia masih mengalami krisis ekonomi dan masih terjadinya krisis politik yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara.

Tahun 2004 keadaan ekonomi Indonesia pada umumnya, dan Sumatera Utara pada khususnya mengalami perbaikan. Salah satu faktor positifnya pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara adalah turunnya tingkat suku bunga sehingga merangsang kenaikan ekonomi di sektor riil.

Berdasarkan penjelasan-penjelasan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian melalui penulisan skripsi dengan judul : “Analisis Pengaruh Kredit Dan Suku Bunga Dalam Upaya Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut Tahun 1989 – 2008”.

1.2 Perumusan masalah

Melalui penelitian ini penulis berharap akan mampu menemukan jawaban yang berkaitan dengan masalah yang akan diangkat. Adapun rumusan masalah tersebut adalah:


(17)

1. Apakah jumlah kredit PT. Bank Sumut berpengaruh dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara?

2. Apakah tingkat suku bunga berpengaruh dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara?

1.3 Hipotesis

Hipotesa adalah suatu jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian yang kebenarannya harus di uji secara empiris. Hal ini berarti hipotesa yang ada bukan berarti jawaban akhir, namun menjadi kesimpulan sementara yang harus diuji kebenarannya dengan data-data yang mempunyai hubungan, ataupun dengan melihat fakta yang terjadi di lapangan.

Adapun yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Jumlah kredit yang disalurkan oleh PT. Bank Sumut mempunyai pengaruh yang positif dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara.

2. Tingkat suku bunga memiliki pengaruh yang negatif dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara.

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penulis melakukan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh jumlah kredit yang disalurkan oleh PT. Bank Sumut dalam meningkatkan pembangunan ekonomi Sumatera Utara.

2. Untuk mengetahui pengaruh tingkat suku bunga dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara.


(18)

1.5 Manfaat Penelitian

Sedangkan manfaat yang diharapkan penulis dari penulisan skripsi ini adalah : 1. Sebagai bahan masukan bagi PT. Bank Sumut untuk mengambil kebijakan

sehubungan dengan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.

2. Sebagai sarana informasi kepada masyarakat untuk dapat mengetahui peranan PT. Bank Sumut dalam membantu meningkatkan perekonomian Indonesia, khususnya Sumatera Utara.

3. Menambah wawasan ilmiah dan ilmu pengetahuan penulis dalam disiplin ilmu yang penulis tekuni.

4. Sebagai tambahan informasi dan bahan masukan bagi mahasiswa/i Fakultas Ekonomi Sumatera utara khususnya mahasiswa/i Departemen Ekonomi Pembangunan yang ingin melakukan penelitian selanjutnya.


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Sukirno (2006:423), dalam kegiatan perekonomian yang sebenarnya pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan fisikal produksi barang dan jasa yang berlaku di suatu negara, seperti pertambahan dan jumlah sekolah, pertambahan produlsi sektor jasa dan pertambahan produksi barang modal.

Perekonomian dianggap mengalami pertumbuhan jika seleruh balas jasa riil terhadap penggunaan faktor faktor produksi pada tahun tertentu lebih besar daripada tahun sebelumnya. Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi lebih menunjukkan pada perubahan yang bersifat kuantitatif dan biasasnya diukur dengan menggunakan data Produk Domestik Bruto (PDB) atau pendapatan atau output perkapita. Menurut Rahardja, istilah pertumbuhan ekonomi digunakan untuk menggambarkan terjadinya kemajuan atau perkembangan ekonomi dalam suatu negara. Suatu negara kadang mengalami pertumbuhan ekonomi yang lambat dan kadang mengalami pertumbuhan yang pesat. Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan jika jumlah produk barang dan jasanya meningkat.

Angka yang digunakan untuk menaksir perubahan output adalah nilai moneter yang tercermin dalam nilai Produk Domestik Bruto ( PDB ). Untuk mengukur pertumbuhan ekonomi, nilai PDB yang digunakan adalah PDB berdasarkan harga konstan karena pengaruh perubahan harga telah dihilangkan sekalipun angka yang muncul adalah nilai uang dari total output barang dan


(20)

jasa.Perubahan nilai PDB sekaligus menunjukkan perubahan jumlah kuantitas barang dan jasa yangn dihasilkan.

Untuk menghitung PDB jika selang waktu pertumbuhan hanya satu periode digunakan rumus sebagai berikut (Rahardja, 2003) :

PDBRt - PDBRt-1 Gt =

PDBRt-1

Dimana : Gt = Pertumbuhan ekonomi periode t PDBRt = Produk Domesti Bruto Riil periode t

PDBRt-1 = Produk Domestik Regional Bruto Riil periode sebelumnya

Jika interval waktunya lebih dari satu periode maka : PDBRt = PDBRo ( 1+ r )t Dimana : PDBRt : PDBR periode t

PDBRo : PDBR periode awal r : tingkat pertumbuhan t : jarak periode

Tujuan utama dari perhitungan pertumbuhan ekonomi adalah untuk melihat apakah kondisi perekonomian makin membaik atau sebaliknya. Ukuran baik buruknya dapat dilihat dari struktur produksi (sektoral) dan daerah asal produksi ( regional ).

Adapun pertumbuhan ekonomi sangat penting karena dapat mempengaruhi hal – hal sebagai berikut :


(21)

1. Tingkat kesejahteraan.Rakyat dikatakan makin sejahtera jika setidak-tidaknya output nasional per capita meningkat.Tingkat kesejahteraan tersebut apabila pertumbuhan GNP per capita harus melebihi dari pertumbuhan penduduk. Jika pertumbuhan penduduk suatu negara adalah 2% pertahun, maka pertumbuhan GNP harus lebih besar dari 2%.

2. Kesempatan kerja. Terjadinya pertumbuhan ekonomi ditandai dengan naiknya GNP riil, kondisi ini sangat jelas membawa kesempatan kerja bagi seluruh faktor produksi,mengingat manusia adalah salah satu faktor produksi terpenting dalam proses produksi.

3. Distribusi pendapatan, Pertumbuhan ekonomi juga dapt diharapkan untuk memperbaiki distribusi pendapatan yang lebih merata. Tanpa adanya pertumbuhan ekonomi yang ada hanyalah pemerataan kemiskinan. Upaya pemerataan pendapatan untuk meningkatkan kesejahteraan pendapatan dapat berupa :

a. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi, membuat kebijakan-kebijakan moneter dan kebijakan-kebijakan fiskal yang dapat menaikkan daya tarik fiskal.

b. Memperluas kesempatan kerja. c. Meningkatkan produktivitas.

Dengan meluasnya kesempatan kerja maka peluang masyarakat untuk memperoleh penghasilan semakin besar.

2.1.1 Faktor-Faktor Yang Menentukan Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Sukirno (2006:429), ada beberapa faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi, yaitu :


(22)

1. Tanah dan kekayaan alam lainnya

Kekayaan alam suatu negara meliputi luas dan kesuburan tanah, keadaan iklim dan cuaca, dan jumlah dan jenis hasil hutan dan hasil laut yang dapat diperoleh, jumlah dan jenis kekayaan barang tambang yang terdapat.

Kekayaan alam akan dapat mempermudah usaha untuk mengembangkan perekonomian suatu negara, terutama pada masa-masa permulaan dari proses pertumbuhan ekonomi.

Apabila daerah tersebut mempunyai kekayaan alam yang dapat diusahakan dengan menguntungan, hambatan-hambatan seperti kekurangan modal dan kekurangan tenaga ahli, kekurangan pengetahuan para pengusaha untuk mengembangkan kegiatan ekonomi modern, dan terbatasnya pasar bagi berbagai jenis kegiatan ekonomi akan dapat teratasi dan pertumbuhan ekonomi dipercepat. Kemungkinsn untuk mendapatkan keuntungan tersebut akan menarik pengusaha dan negara yang lebih maju untuk mengusahakan kekayaan alam tersebut. Modal yang cukup, teknologi dan teknik produksi yang modern, dan tenaga ahli yang di bawa oleh pengusaha-pengusaha tersebut dari luar memungkinkan kekayaan alam itu diusahakan secara efisien dan menguntungkan.

2. Jumlah dan mutu dari penduduk dan tenaga kerja

Penduduk yang bertambah dari waktu ke waktu dapat menjadi pendorong maupun penghambat kepada perkembangan ekonomi. Penduduk yang bertambah akan memperbesar jumlah tenaga kerja, dan penambahan tersebut memungkinkan negara itu menambah produksi. Disamping itu sebagai akibat pendidikan, latihan dan pengalaman kerja, keterampilan penduduk akan selalu bertambah tinggi. Hal ini


(23)

akan menyebabkan produktivitas bertambah dan ini selanjutnya menimbulkan pertambahan produksi yang lebih cepat daripada penambahan tenaga kerja.

Perkembangan penduduk menyebabkan besarnya luas pasar dari barang-barang yang dihasilkan sektor perusahaan akan bertambah pula. Karena perannya ini maka perkembangan penduduk akan menimbulkan dorongan kepada pertambahan dalam produksi nasional dan tingkat kegiatan ekonomi. Akibat buruk dari pertambahan penduduk kepada pertumbuhan ekonomi terutama dihadapi oleh masyarakat yang kemajuan ekonominya belum tinggi tetapi telah menghadapi masalah kelebihan penduduk. Sebagai akibat dari ketidakseimbangan ini produktivitas marjinal penduduk adalah rendah. Ini berarti pertambahan penggunaan tenaga kerja tidak akan menimbulkan pertambahan dalam produksi nasional, ataupun kalau bertambah, pertambahan tersebut adalah terlalu lambat dan tidak mengimbangi pertambahan penduduk.

3. Barang-barang modal dan tingkat teknologi

Barang-barang modal penting artinya dalam mempertinggi keefisienan petumbuhan ekonomi. Apabila barang-barang modal saja yang bertambah, sedangkan tingkat teknologi tidak mengalami perkembangan, kemajuan yang akan tercapai adalah jauh lebih rendah. Oleh karen itu, pendapatan perkapita hanya akan mengalami perkembangan yang sangat kecil.

4. Sistem sosial dan sikap masyarakat

Sistem sosial dan sikap masyarakat dapat menentukan sampai dimana pertumbuhan ekonomi dapat dicapai. Di sebagian besar masyarakat terdapat sikap masyarakat yang dapat memberikan dorongan yang besar kepada pertumbuhan


(24)

ekonomi. Adat istiadat yang tradisional dapat menghambat masyarakat untuk menggunakan cara memproduksi yang modern dan produktivitas yang tinggi.

Apabila didalam masyarakat tedapat beberapa keadaan dalam sistem sosial dan sikap masyarakat yang sangat menghambat pertumbuhan ekonomi, pemerintah haruslah berusaha menghapuskan hambatan-hambatan tersebut. Perubahan itu terutama harus ditujukan agar masyarakat bersedia bekerja lebih keras untuk mendapatkan pendapatan dan keuntungan yang lebih banyak. Salah satu langkah penting yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan adalah dengan memperluas fasilitas pendidikan dan meningkatkan taraf pendidikan masyarakat.

5. Investasi

Investasi merupakan suatu faktor penting bagi pertumbuhan ekonomi jangka panjang (bagi kelangsungan pembangunan ekonomi). Pembangunan ekonomi melibatkan kegiatan-kegiatan produksi (barang dan jasa) di semua sektor-sektor ekonomi. Untuk kegiatan tersebut perlu di bangun pabrik-pabrik gedung-gedung, perkantoran, infrastruktur, dan sebagainya. Untukpengadaan semua itu, diperlukan dana untuk membiayainya yang disebut dana investasi. Dengan adanya kegiatan produksi, maka terciptalah kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat meningkat yang selanjutnya menciptakan atau meningkatkan permintaan di pasar. Pasar perkembangan dan berarti juga volume kegiatan produksi, kesempatan kerja, dan pendapatan didalam negeri meningkat, maka terciptalah pertumbuhan ekonomi.


(25)

2.1.2 Teori-teori Pertumbuhan Ekonomi 1. Teori Klasik

Teori Klasik ini dipelopori oleh Adam Smith mengatakan bahwa output akan berkembang sejalan dengan perkembangan penduduk. Penduduk makin bertambah begitu juga dengan produk nasional. Semakin bertambah penduduk semantara jumlah lahan tidak bertambah sehingga mulai dirasakan tanah/lahan saemakin sempit. Sehingga pekerja baru akan mendapat lahan yang semakin kecil untuk digarap. Pada saat seperti ini barulah berlaku konsep the law of diminishing returns. Menurunya rasio antara jumlah pekerja dan dan lahan yang tersedia akan menimbulkan penurunan marginal produk sehingga akan menurunkan uipah riil.

Teori Pertumbuhan klasik juga mengemukakan keterkaitan antra pendapatan perkapita dan jumlah penduuduk. Teori tersebut dinamakan teori penduduk optimum. Teori ini menyatakan hal-hal sebagai berikut:

• Ketika produksi marginal lebih tinggi daripada pendapatan per capita, jumlah penduduk masih sedikit dan tenaga kerja masih kurang. Maka pertambahan penduduk akan menambah tenaga kerja dan menaikkan pertumbuhan ekonomi. • Ketika produk marginal makin menurun, pendapatan nasional semakin naik

tetapi dengan kecepatan yang lambat. Maka pertambahan penduduk akan menambah tenaga kerja, tetapi pendapatan per capita turun dan pertumbuhan ekonomi masih ada meskipun kuantitasnya semakin kecil.

• Ketika produksi marginal nilainya sama dengan pendapatan per capita, artinya nilai pendapatan per capita mencapai maksimum dan jumlah penduduk optimal (jumlah penduduk yamg sesuai dengan keadaan suatu negara yang ditandai dengan pendapatan per capita mencapai maksimum). Sehingga pertambahan


(26)

penduduk akan membawa pengaruh yang tidak baik terhadap pertumbuhan ekonomi. (Sukirno;2006:433)

Menurut kaum klasik berlakunya hukum the law of diminishing returns menyebabkan tidak semua penduduk dapat dilibatkan dalam proses produksi. Jika dipaksakan justru akan menurunkan tingkat output nasional. Tetapi pertambahan tenaga kerja diikuti dengan pertambahan produk akan terjadi apabila pertambahan tenaga kerja diikuti dengan pertambahan modal. Kondisi ini secara grafik dapat dijelaskan sebagai berikut:

Total Produk Nasional

Q3

Q1

Q2 TP2

TP 1

Tk 1

Gambar 2.2: Kurva Penduduk Optimum Keterangan:

• Kurva TP1 menunjukkan hubungan antara jumlah tenaga kerja dengan tingkat output nasional. Kondisi optimal akan tercapai jika jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam proses produksi adalah Tk1, dan jumlah produk nasional Q1. Jika jumlah tenaga kerja ditambah menjadi Tk2, produk nasional tidak bertambah tapi justru berkurang menjadi Q2.


(27)

• Pertambahan jumlah tenaga kerja menjadi Tk2 dapat mendorong pertumbuhan ekonomi bila diikuti dengan pertambahan barang modal sehingga produk nasional dapat mencapai Q3.

2. Teori Neo Klasik

Menurut teori neo klasik ini dipelopori oleh Robert Solow menyatakan pendapatnya saebagai berikut:

• Pertumbuhan produk nasional ditentukan oleh pertumbuhan dua jenis input yaitu pertumbuhan modal dan pertumbuhan tenaga kerja. Perhatian terhadap dua input tersebut sangat besar karena proses pertumbuhan ekonomi memerlukan:

1. Adanya intensifikasi modal, yaitu suatu proses jumlah modal per tenaga kerja naik setiap saat.

2. Adanya kenaikan tingkat upah yang dibayarkan kepada para pekerja pada saat intensifikasi modal terjadi. Sehingga masyarakat mempunyai daya beli tinggi, konsumsi meningkat. Hal ini akan mendorong pertumbuhan produk.

• Disamping faktor tenaga kerja dan modal, hal yang sangat penting untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi adalah faktor perkembangan teknologi. Menurut Solow, yang paling penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi adalah kemajuan teknologi dan peningkatan keahlian serta keterampilan para pekerja dalam menggunakan teknologi.


(28)

3. Teori Keynesian

Teori ini dipelopori oleh J.M Keynes yang menyatakan bahwa dalam jangka pendek output nasional dan kesempatan kerja terutama ditentukan oleh permintaan agregate. Kaum keynesian yakin bahwa kebijakan moneter maupun kebijakan fiskal harus digunakan untuk mengatasi pengangguran dan menurunkan laju inflasi. Konsep-konsep Keynesian juga menunjukkan bahwa peranan pemerintah sangat berperan besar dalam meningkatkan perrumbuhan ekonomi. Perekonomian pasar sepertinya sulit untuk menjamin ketersediaan barang yang dibutuhkan masyarakat dan bahkan sering menimbulkan instability, inequity, dan inefisiensi. Bila perekonomian sering dihadapkan pada ketidakstabilan, ketidakmerataan, dan ketidakefisienan jelas akan menghambat terjadinya pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang.

4. Teori Rostow

Menurut Rostow pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses dari berbagai perubahan yaitu sebagai berikut:

• Perubahan reorientasi organisasai ekonomi. • Perubahan pandangan masyarakat

• Perubahan cara menabung atau menanamkan modal dari yang tidak produktif ke yang lebih produktif.

• Perubahan pandangan terhadap faktor alam. Manusia harus mengubah keyakinan bahwa alam itu tidak akan menentukan kehidupan manusia, tapi kehidupan manusia harus mampu menaklukkan kekayaan alam sehingga apa yang tersedia dapat menjadi sumber kehidupan dalam mencapai kemakmuran.


(29)

Selanjutnya Rostow juga mengemukakan tahap-tahap dalam pertumbuhan ekonomi antara lain:

• The Traditional society (masyarakat tradisional), artinya suatu kehidupan ekonomi masyarakat yang berkembang secara tradisional dan belum didasarkan pada perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan dan cara berpikirnya masih primitif dan irasional.

• The precondition for take off (persyaratan tinggal landas), artinya merupakan masa transisi masyarakat untuk mempersiapkan dirinya untuk menerima teknik-teknik baru dari luar kehidupan mereka.

• The take off (tinggal landas), artinya terjadi perubahan yang sangat drastis dalam terciptanya kemajuan yang sangat pesat dalam inovasi berproduksi dan lain sebagainya.

• The drive to maturity (menuju kematangan), artinya masyarakat secara efektif telah menggunakan teknologi modern pada sebagian besar faktor-faktor produksi dan kekayaan alam.

• The age of high mass consumption (konsumsi tinggi), artinya perhatian masyarakat lebih menekankan pada masalah kesejahteraan dan upaya masyarakat tertuju untuk menciptakan welfare state, yaitu kemakmuran yang lebih merata kepada penduduknya dengan cara mengusahakan distribusi pendapatan melalui sisterm perpajakan yang lebih progresif.Masyarakat tidak mempermasalahkan kebutuhan pokok lagi, tapi konsumsi lebih tinggi terhadap barang tahan lama dan barang-barang mewah. (Boediono;1999:131)


(30)

5. Teori Schumpeter

Teori ini menekankan pada peranan pengusaha dalam pembangunan, kemajuan peekonomian sangat ditentukan oleh adanya enterpreneur (wiraswasta). Entepreneurer yang unggul yaitu orang yang memiliki inisiatif yang tinggi, kemampuan, dan keberanian mengaplikasikan penemuaqn-penemuan baru dalam kegiatan berproduksi. Para enterpreneur akan menciptakan hal-hal yang baru sepert menciptakan barang baru, menggunakan cara-cara baru dalam berproduksi, memperluas pasar ke daerah baru, mengembangkan sumber bahan mentah yang baru, reorganisasi dan restrukturisasi dalam perusahaan industri untuk kemajuan yang lebih baik (Sukirno;2006:434).

6. Teori Harrod-Domar

Menurut Harrod-Domar (Sukirno;2006:435), syarat-syarat yang harus dipenuhi supaya suatu perekonomian dapat mencapai pertumbuhan yang tangguh atau steady growth dalam jangka panjang yaitu perlunya investasi. Untuk menciptakan investasi perlu meningkatkan tabungan. Oleh sebab itu setiap pelaku ekonomi selalu berusaha untuk menyimpan sebgian pendapatanya guna meningkatkan tabungan. Sebagai ahli yang mengembangkan konsep Keynes, Harrod-Domar tetap meningkatkan peran pemerintah terutama dalam merencanakan pertumbuhan ekonomi suatu negara dan dalam menghimpun dana untuk keperluan investasi agar pertumbuhan ekonomi dapat meningkat.

Faktor-faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan ekonomi adalah:

1. Barang modal, agar ekonomi bertumbuh stok barangn modal harus ditambah melalui investasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat investasi akan


(31)

lebih baik lagi jika penambahan kuantitas barang modal juga disertai penambahan kualitas.

2. Tenaga kerja, Sampai saat ini khususnya di negara sedang berkembang, tenaga kerja merupakan faktor produksi yang sangat dominan (Pratama; 2001:189). Penambahan tenaga kerja sangat tergantung berpengaruh terhadap peningkatan output. Berapa anyak penambahan tenaga kerja sangat tergantung dari seberapa ceepatnya terjadi The law of diminishing return. Sedangkan cepat atau lambat proses ini sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia dan keterkaitanya dengan kemajuan teknologi produksi.

3. Teknologi, penggunaan teknologi yang makin tinggi sangat maemacu pertumbuhan ekonomi jika hanya dilihat dari peningkatan output. Namun hal ini bukan berarti baik, sebab tujuan akhir pertumbuhan ekonomi adalah masyarakat yang adil dann sejahtera, bukan orang per orang.

2.2 Tingkat Suku Bunga 2.2.1 Pengertian Suku Bunga

Suku bunga atau bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank yang berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. Bunga bank juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dan harga yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman) (Kasmir, 2003 : 133).

Dalam kegiatan perbankan konvensional sehari - hari, ada 2 macam bunga yang diberikan kepada nasabahnya yaitu :


(32)

1. Bunga Simpanan

Merupakan harga beli yang harus dibayar bank kepada nasabah pemilik simpanan. Bunga ini diberikan sebagai rangsangan atau balas jasa, kepada nasabah yang menyimpan uangnya di bank. Sebagai contoh jasa giro, bunga tabungan, deposito.

2. Bunga Pinjaman

Merupakan bunga yang dibebankan kepada para peminjam (debitur) atau harga jual yang harus dibayar oleh nasabah peminjam kepada bank. Bagi bank, bunga pinjaman merupakan harga jual dan coontoh harga jual adalah bunga kredit.

Kedua macam bunga ini merupakan komponen utama faktor biaya dan pendapatan bagi bank. Bunga simpanan merupakan biaya dana yang harus dikeluarkan kepada nasabah sedangkan bunga pinjaman merupakan pendapatan yang diterima dari nasabah. Baik bunga simpanan maupun bunga pinjaman masing - masing saling mempengaruhi satu sama lain. Contohnya, seandainya bunga simpanan tinggi, maka secara otomatis bunga pinjaman juga terpengaruh ikut naik dan demikian pula sebaliknya.

2.2.2 Teori Suku Bunga

a Teori Klasik : Loanable Funds

Bunga adalah harga dari (penggunaan) loanable funds. Terjemahan langsung dari istilah tersebut adalah dana yang tersedia untuk dipinjamkan. Terjemahan bebasnya dapat digunakan istilah ”dana investasi”, sebab menurut teori Klasik bunga adalah harga yang terjadi di pasar dana investasi.


(33)

Dalam suatu periode ada anggota masyarakat yang menerima pendapatan melebihi apa yang mereka perlukan untuk kebutuhan konsumsinya selama periode tersebut. Mereka ini adalah ”penabung”. Bersama - sama, jumlah seluruh tabungan mereka membentuk supply atau penawaran akan loanable funds. Di lain pihak, dalam periode yang sama ada anggota masyarakat yang membutuhkan dana, mungkin karena mereka ingin mengkonsumsi lebih daripada pendapatan yang diterima pada periode tersebut atau karena mereka adalah pengusaha yang memerlukan dana untuk operasi atau perluasan usahanya. Mereka ini adalah investor dan jumlah dari seluruh kebutuhan mereka akan dana membentuk permintaan loanable funds.

Selanjutnya para penabung dan para investor ini bertemu di pasar loanable funds, dan dari proses tawar - menawar antara mereka akhirnya akan dihasilkan tingkat bunga kesepakatan (keseimbangan). Gambar berikut menunjukkan terjadinya tingkat bunga kesimbangan di pasar dana investasi (loanable funds) dalam suatu periode :


(34)

Tingkat Bunga

S

i

I

0 I Dana Investasi (Loanable Funds) Gambar 2.2

Tingkat Bunga Keseimbangan – Klasik

Investor mau membayar bunga untuk dana yang dipakainya karena dana tersebut digunakan untuk kegiatan yang nantinya diharapkan bisa menghasilkan penerimaan yang lebih besar daripada jumlah yang diinvestasikan. Kelebihan penerimaan diatas pengeluaran (yaitu, keuntungan) inilah yang merupakan daya tarik bagi investor untuk melakukan investasi dan sekaligus sebagai sumber kemampuan bagi investor untuk membayar bunga.

Dalam teori Klasik, produktivitas dana ini menganut hukum yang berlaku umum bagi proses produksi, yaitu the Law of Diminishing Return. Menurut hukum ini produktivitas marginal atau marginal product dari suatu input (dalam hal ini dana dan kapital) akan semakin menurun apabila input - input lain tetap. Dan dari teori ekonomi mikro kita tahu bahwa produktivitas marginal sesuatu input melandasi


(35)

kurva permintaan akan input kapital (dana) adalah marginal product dari input tersebut, yang menurut the law of Diminishing Return tersebut diatas akan semakin menurun dengan semakin banyaknya input yang kita gunakan. Inilah logika dasar mengapa menurut teori Klasik kurva permintaan akan dana investasi mempunyai slope yang negatif.

Penawaran akan dana investasi (S) bertemu dengan permintaan akan dana investasi (I) di pasar dana investasi (loanable funds) dan disitu tercipta tingkat bunga keseimbangan (dimana S=I). Faktor penentu utama dari bentuk kurva S adalah rate of tim preference para penabung, dan faktor penentu utama dari kurva I adalah marginal product dari kapital. Jadi tingkat bunga berubah apabila kedua faktor penentu utama ini berubah, yang satu karena perubahan penilaian subyektif dari para pelaku ekonomi, yang lain karena perubahan tekhnologi.

Tingkat Suku Bunga Keseimbangan

Tingkat suku bunga keseimbangan adalah titik dimana jumlah uang yang diminta sama dengan jumlah uang yang ditawarkan. Gambar di bawah ini menjelaskan tentang kurva penawaran uang vertikal dan kurva permintaan uang yang melengkung kebawah. Hanya pada tingkat suku bunga r* jumlah uang yang beredar (penawaran uang) sama dengan jumlah uang yang diminta. Untuk memahami mengapa r* adalah tingkat suku bunga keseimbangan maka perlu disesuaikan apakah yang terjadi apabila suku bunga bukan r*.(Nasution, 1998 : 101)


(36)

Tingkat Bunga

Kelebihan Penawaran r1 Uang

r* Titik Keseimbangan

r2 Md

0 M1d Ms M2d Uang (M) Gambar 2.3

Tingkat Suku Bunga Keseimbangan

Pada r1 jumlah uang yang diminta adalah 1

d

M dan jumlah uang yang ditawarkan melebihi jumlah uang yang diminta. Artinya ada lebih banyak uang beredar dibandingkan yang ingin dipegang oleh rumah tangga dan perusahaan. Pada r1 , perusahaan dan rumah tangga akan berusaha mengurangi uang yang mereka pegang dengan membeli obligasi untuk mendapatkan tingkat suku bunga yang tinggi. Jika suku bunga pada awalnya sudah cukup tinggi sehingga menciptakan penawaran uang yang berlebih, tingkat suku bunga dapat langsung jatuh sehingga dapat mencegah orang - orang yang ingin mengeluarkan uangnya untuk mendapatkan obligasi.

Sedangkan pada r2, jumlah uang diminta (Md2) melebihi penawaran uang


(37)

yang cukup untuk melakukan transaksi. Jika tingkat suku bunga pada awalnya cukup rendah maka akan mengakibatkan permintaan uang yang berlebih sehingga tingkat suku bunga bank akan naik.

Tingkat Bunga

Kelebihan Penawaran 14% Tingkat Suku Uang

Bunga Keseim -

Tingkat Suku Bunga Keseimbangan

7% di M1s

Md

0 M0s s

M1 Uang (M)

Gambar 2.4

Dampak Kenaikan Penawaran Uang terhadap Tingkat Suku Bunga

Pada tingkat suku bunga 14% terdapat penawaran uang yang berlebihan dan kelebihan itu langsung menekan tingkat suku bunga ke bawah (turun), karena rumah tangga dan perusahaan berupaya membeli obligasi untuk mendapatkan tingkat suku bunga yang tinggi. Maka ketika itu terjadi, tingkat suku bunga akan turun dan penurunannya berlanjut hingga mencapai tingkat keseimbangan yang baru yaitu sebesar 7%. Maka pada titik itu, M1s = Md dan pasar berada dalam keseimbangan.


(38)

b Teori Keynesian : Liquiditry Preference

Penjelasan kedua mengenai adanya tingkat bunga yang positif berasal dari Keynes. Dalam teori Keynes tingkat bunga ditentukan oleh permintaan dan penawaran uang. Dan menurut teori Keynes ini ada tiga motif mengapa orang menghendaki memegang uang tunai, yaitu motif transaksi, berjaga - jaga dan berspekulasi. Tiga motif inilah yang merupakan sumber timbulnya permintaan akan uang yang diberi nama liqudity preference.

Liquidity preference ini mempunyai makna tertentu, yaitu bahwa permintaan akan uang menurut Keynes berlandaskan pada konsepsi bahwa orang pada umumnya menginginkan dirinya tetap likuid untuk tetap memenuhi tiga motif tersebut. Memegang uang tunai dianggap menjamin likuiditas seseorang. Preferensi atau keinginan untuk tetap likuid inilah yang membuat orang bersedia membayar harga tertentu untuk penggunaan uang.

Teori Keynes khususnya menekankan bahwa adanya hubungan langsung antara kesediaan orang membayar harga uang tersebut (tingkat bunga) dengan unsur permintaan uang untuk tujuan spekulasi : permintaan uang akan besar apabila tingkat bunga rendah, dan permintaan uang akan kecil apabila tingkat bunga tinggi.

Yang perlu digarisbawahi disini adalah untuk berspekulasi di pasar surat berharga orang perlu memegang uang tunai, dan karena kegiatan spekulasi tersebut bisa menghasilkan keuntungan maka orang bersedia membayar harga tertentu untuk pemegangan uang tunai untuk tujuan tersebut. Kemungkinan keuntungan itu sendiri timbul karena adanya ketidakpastian mengenai perkembangan tingkat bunga (atau


(39)

harga obligasi) di masa depan. Hanya dalam suasana ketidakpastian maka orang bisa berspekulasi.

c Teori Paritas Tingkat Bunga

Teori yang dibicarakan diatas adalah berbagai aspek tingkat bunga dalam suatu perekonomian tertutup, artinya hubungan dengan luar negeri dianggap tidak ada. Dalam kenyataan tidak ada satu negara pun yang benar - benar tertutup. Tentu, ada perbedaan - perbedaan dalam masalah keterbukaan suatu negara ini. namun kiranya jelas bahwa adanya hubungan dengan luar negeri mempunyai perngaruh terhadap perkembangan tingkat bunga di dalam negeri.

Teori paritas tingkat bunga adalah salah satu teori yang penting mengenai penentuan tingkat bunga dalam sistem devisa bebas (yaitu apabila penduduk masing - masing negara bebas memperjualbelikan devisa).(Boediono, 1994 : 101) Teori ini pada pokoknya mengatakan bahwa :

”dalam sistem devisa bebas, tingkat bunga di negara satu akan cenderung sama dengan tingkat bunga di negara lain, setelah diperhitungkan perkiraan mengenai laju depresiasi mata uang negara yang satu terhadap negara yang lain”

Atau dapat dinyatakan sebagai berikut :

Rn = Rf + E*

Dimana :

Rn = tingkat bunga (nominal) di dalam negeri Rf = tingkat bunga (nominal) di luar negeri

E* = laju depresiasi mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing yang diperkirakan


(40)

Jadi, apabila tingkat bunga di Amerika Serikat untuk misalnya pinjaman jangka waktu 6 bulan adalah 10% per tahun, dan selama 6 bulan mendatang kurs dollar AS terhadap rupiah diperkirakan meningkat dengan 4% (atau 8% apabila dinyatakan dalam laju per tahun), maka tingkat bunga untuk pinjaman jangka 6 bulan di Indonesia akan cenderung sama dengan 10% + 8% = 18% per tahun.

Perlu diingat juga bahwa dalam praktek ada biaya transaksi untuk memindahkan dana dari dan ke luar negeri. Oleh sebab itu, teori paritas tingkat bunga ini akan lebih tepat apabila berbunyi : bahwa tingkat bunga antara dua negara cenderung sama setelah dikoreksi dengan laju depresiasi yang diperkirakan dari mata uang negara satu terhadap mata uang negara lain dan biaya transaksi (biaya memindahkan dana).

Dalam sistem devisa bebas, biaya transaksi tersebut rendah, tetapi dalam sistem devisa yang kurang bebas, biaya tersebut bisa tinggi. Oleh karena itu dalam sistem devisa bebas yang tidak bebas, ada kemungkinan tingkat bunga di dalam negeri sangat berbeda dengan tingkat bunga di luar negeri, meskipun telah dikoreksi dengan laju depresiasi yang diperkirakan.

2.3 Teori Kredit

2.3.1 Pengertian Kredit

Menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 pasal 1 ayat 12, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga imbalan atau pembagian hasil keuntungan.


(41)

Kredit berasal dari bahasa Yunani, credere, yang artinya kepercayaan. Dengan demikian istilah kredit memiliki arti khusus, yaitu meminjamkan uang (penundaan pembayaran). Apabila orang mengatakan membeli secara kredit maka hal itu berarti si pembeli tidak harus membayarnya pada saat itu juga.

Ek.Op.Simorangkir dalam (Untung, 2005:2) mengatakan kredit adalah pemberian prestasi (misalnya uang, barang) dengan balas prestasi (kontraprestasi) yang akan terjadi pada waktu yang akan datang. Kehidupan ekonomi modern adalah prestasi uang, yang dengan demikian transaksi kredit menyangkut uang sebagai alat kredit.

Dari uraian di atas dapat ditemukan sedikitnya ada 5 unsur kredit, yaitu seperti gambar di bawah ini:

Gambar 2.1 Unsur-Unsur Kredit Jadi unsur kredit yaitu:

Kepercayaan.

Kepercayaan Kesepakatan

Unsur Kredit


(42)

Yakni pemberi kredit (bank) bahwa kredit yang diberikan baik berupa uang, barang atau jasa akan benar-benar diterima kembali dimasa tertentu dimasa yang akan datang.

Kesepakatan

Disamping unsur kepercayaan di dalam kredit juga mengandung unsur kesepakatan antara si pemberi kredit dengan si penerima kredit. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing. Kesepakatan ini dituangkan dalam akad kredit yang ditandatangani kedua belah pihak.

a. Jangka waktu

Setiap kredit yang diberikan pasti memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu tertentu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. hampir dapat dipastikan bahwa tidak ada kredit yang tidak memiliki jangka waktu.

b. Resiko

Yaitu resiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima kemudian hari. Semakin panjang jangka waktu kredit diberikan maka semakin tinggi pula tingkat resikonya, sehingga terdapat unsur ketidaktentuan yang tidak dapat diperhitungkan. Inilah yang menyebabkan timbulnya unsur resiko. Oleh karena ada unsur resiko ini maka dibutuhkan jaminan dalam pemberian kredit.


(43)

c. Balas jasa

Akibat dari pemberian fasilitas kredit bank tentu mengharapkan suatu keuntungan dalam jumlah tertentu. Keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa tersebut di kenal dengan istilah bunga bagi bank yang berprinsip konvesional. Balas jasa dalam bentuk bunga biaya, provisi dan komisi serta biaya administrasi kredit ini merupakan keuntungan utama bank. Bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah balas jasanya ditentukan dengan bagi hasil.

2.3.2 Pihak Terkait Dalam Proses Kredit

Para pihak dalam kredit pada dasarnya hanya ada dua, yaitu pihak kreditur (bank) dan pihak debitur. Namun masalahnya akan berbeda jika barang jaminan diberikan oleh pihak ketiga yang turut serta menandatangani perjanjian kredit (utang-piutang) atau personal guarantee diberikan oleh pihak ketiga. Jadi disini pihak ketiga bertindak sebagai penjamin.

2.3.3 Fungsi Kredit

Pada dasarnya kredit mengarahkan fungsinya untuk merangsang kedua belah pihak untuk tujuan pencapaian kebutuhan baik dalam kebutuhan usaha maupun kebutuhan sehari-hari. Suatu kredit mencapai fungsinya, baik bagi debitur, kreditur, maupun masyarakat, apabila secara sosial ekonomis membawa pengaruh yang lebih baik. Bagi pihak debitur dan kreditur mereka sama-sama memperoleh keuntungan, dan juga mengakibatkan tambahan penerimaan negara dari pajak, serta membawa dampak kemajuan ekonomi yang bersifat mikro maupun makro.


(44)

Kredit dalam kehidupan perekonomian sekarang, dan juga dalam perdagangan, mempunyai fungsi sebagai berikut (Kasmir, 2006:20):

a. Meningkatkan daya guna uang.

b. Meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang. c. Meningkatkan daya guna dan peredaran barang. d. Sebagai salah satu alat stabilitas ekonomi. e. Meningkatkan kegairahan berusaha. f. Meningkatkan pemerataan pendapatan. g. Meningkatkan hubungan internasional.

2.3.4 Jenis-jenis Kredit

Kredit terdiri dari beberapa jenis dilihat dari berbagai pandangan. Dalam hal ini jenis kredit yang ada juga tidak bisa dipisahkan dari kebijaksanaan perkreditan yang digariskan sesuai tujuan pembangunan. Pada mulanya kredit didasarkan atas kepercayaan murni, yaitu berbentuk kredit perorangan karena kedua belah pihak saling mengenal.

Dengan berkembangnya waktu maka berkembang pula unsur-unsur lain yang menjadi landasan kredit, sehingga berkembang berbagai jenis kredit seperti yang ada sekarang ini. Jenis kredit dapat dibedakan menurut berbagai kriteria lainnya.

Dari segi lembaga pemberi-penerima kredit yang menyangkut struktur pelaksanaan kredit di Indonesia, maka jenis kredit dapat digolongkan menjadi sebagai berikut:

a. Kredit perbankan kepada masyarakat untuk kegiatan usaha, dan konsumsi. Kredit ini diberikan oleh bank pemerintah atau bank swasta kepada


(45)

dunia usaha guna membiayai sebagai kebutuhan permodalan, dan atau kredit dari bank kepada individu untuk membiayai kebutuhan pembelian kebutuhan hidup yang berupa barang dan jasa.

b. Kredit likuiditas, yaitu kredit yang diberikan oleh Bank Sentral kepada bank yang beroperasi di Indonesia, Yang selanjutnya digunakan sebagai dana untuk membiayai kegiatan perkreditannya. Kredit ini dilaksanakan oleh Bank Indonesia dalam rangka melaksanakan tugasnya sesuai ketentuan pasal 29 UU Bank Sentral tahun 1968, yaitu memajukan urusan perkreditan dan sekaligus bertindak sebagai pengawas atas urusan kredit tersebut. Dengan demikian Bank Indonesia mempunyai wewenang untuk menetapkan batas-batas kuantatif di bidang perkreditan bagi perbankan yang ada.

c. Kredit langsung, Kredit ini diberikan oleh Bank Indonesia kepada pemerintah, atau semi pemerintah. Misalnya Bank Indonesia membrikan kredit langsung kepada Bulog dalam rangka pelaksanaan program pengadaan pangan, atau pemberian kredit langsung kepada Pertamina, atau pihak ketiga lainnya.

Dari segi tujuan kredit, kredit dikelompokkan menjadi:

a. Kredit Konsumtif

Yakni kredit yang digunakan untuk konsumsi atau dipakai secara pribadi. Dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena memang untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang atau badan usaha.

b. Kredit Produktif

Yakni kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang dan jasa. Artinya kredit


(46)

ini digunakan untuk kegiatan usaha sehingga menghasilkan sesuatu baik berupa barang maupun jasa.

c. Kredit Perdagangan

Yakni kredit yang digunakan untuk kegiatan perdagangan dan biasanya untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut.

Dari segi kegunaannya, kredit dikelompokkan menjadi: a. Kredit Investasi

Yaitu kredit yang biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek/pabrik baru dimana masa pemakaiannya untuk suatu periode yang relatif lebih lama dan biasanya kegunaan kredit ini adalah untuk kegiatan utama suatu perusahaan.

b. Kredit Modal Kerja

Merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan perluasan meningkatkan produksi dalam operasionalnya. Contoh kredit modal kerja diberikan untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai atau biaya lainnya yang berkaitan dengan proses produksi perusahaan.

Jika dilihat dari jangka waktunya, kredit dikelompokkan menjadi: a. Kredit Jangka Pendek

Kredit merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja.


(47)

b. Kredit Jangka Menengah

Yakni kredit yang jangka waktunya berkisar antara 1 sampai dengan 3 tahun, kredit ini dapat diberikan untuk modal kerja. Beberapa bank mengklasifikasikan kredit jangka menengah menjadi jangka panjang.

c. Kredit Jangka panjang

Merupakan kredit yang masa pengembaliannya paling panjang yaitu di atas 3 tahun atau 5 tahun.

Dilihat dari sektor usaha, kredit dapat dikelompokkan menjadi:

a. Kredit Pertanian, yakni kredit yang dibiayai untuk sektor perkebunan atau pertanian rakyat. Ini dapat berupa jangka pendek ataupun jangka panjang. b. Kredit Peternakan, dalam hal ini kredit diberikan untuk jangka waktu relatif

pendek misalnya peternak ayam, dan untuk jangka waktu relatif panjang seperti peternakan kambing, sapi.

c. Kredit Pertambangan, yakni jenis kredit untuk usaha tambang yang biayanya, biasanya dalam jangka panjang, seperti tambang emas, minyak atau tambang timah.

d. Kredit Industri, yakni kredit untuk membiayai industri pengolahan baik untuk industry kecil, menengah, besar.

e. Kredit Pendidikan, yakni kredit yang diberikan untuk membangun sarana dan prasarana pendidikan atau dapat pula berupa kredit untuk mahasiswa yang sedang belajar.

f. Kredit Profesi, diberikan kepada kalangan para professional seperti dosen, dokter, atau pengacara.


(48)

2.3.5 Media Kredit

Menurut Komaruddin (2004:161) media kredit adalah alat yang dipergunakan oleh masyarakat dalam transaksi kredit. Ada tiga macam media kredit yang dikenal dalam perekonomian:

1. Media kredit dengan sirkulasi terbatas.

Ini meliputi: (a) Sekuritas (obligasi sebagai surat tanda utang) berupa kredit jangka panjang biasanya dengan tingkat bunga tertentu yang bersifat kontraktual, dan (b) Instrument kredit seperti cek, aksep, wesel, dan surat promes.

2. Media kredit dengan sirkulasi umum.

Ini meliputi: (a) Uang pemerintah termasuk uang logam, uang kertas, sertifikat deposito; dan (b) Uang bank yang umumnya berupa uang kertas yang memuat janji bank untuk membayar kepada pembawa sejumlah uang tertera di atasnya.

3. Media kredit dengan sirkulasi khusus.

Ini meliputi barang-barang in natura, terutama barang padi-padian atau bahan pangan pokok dan hasil panen lainnya. Media ini umumnya dipakai oleh pasar uang tidak terorganisasi. Kecilnya transaksi moneter di pasar uang tidak terorganisasi menyebabkan transaksi moneter semakin melembaga, menekan aktiva finansial, membatasi penggunaan instrument pasar uang terorganisasi (seperti uang pemerintah, uang bank, sekuritas, dan instrument kredit lainnya).


(49)

2.3.6 Prinsip-Prinsip Pemberian Kredit.

Ada beberapa prinsip-prinsip penilaian kredit yang sering dilakukan yaitu dengan analisa 5C, analisis 7P dan studi kelayakan. Adapun prinsip pemberian kredit dengan analisis 5C dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Character.

Adalah sifat atau watak seseorang dalam hal ini calon debitur. Tujuannya adalah untuk memberikan keyakinan kepada bank bahwa, sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit benar-benar dapat dipercaya. Ini tercermin dari latar belakang si nasabah, pekerjaan ataupun yang bersifat pribadi. Character merupakan ukuran untuk menilai kemauan nasabah membayar kreditnya.

2. Capacity (Capability)

Ini dilakukan untuk melihat kemampuan calon nasabah dalam membayar, kemampuannya mengelola bisnis serta kemampuannya mencari laba. Oleh karena itu pada akhirnya akan terlihat kemampuannya dalam mengembalikan kredit yang disalurkan. Semakin banyak sumber pendapatan seseorang maka semakin besar kemampuannya untuk membayar kredit.

3. Capital

Biasanya bank tidak bersedia untuk membiayai suatu usaha 100%, artinya setiap nasabah yang mengajukan permohonan kredit harus pula menyediakan dana dari sumber lainnya atau modal sendiri, dengan kata lain Capital adalah untuk mengetahui sumber-sumber pembiayaan yang dimiliki nasabah terhadap uasaha akan dibayai oleh bank.


(50)

Yakni jaminan yang diberikan oleh nasabah, baik jaminan fisik maupun nonfisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan. Oleh sebab itu hendaknya jaminan juga diteliti keabsahannya, sehingga jika terjadi suatu masalah maka jaminan dapat dipergunakan secepat mungkin. Guna jaminan adalah melindungi bank dari resiko kerugian.

5. Condition

Dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi sekarang untuk dimasa yang akan datang sesuai sektor masing-masing.

Adapun pemberian kredit dengan prinsip 7P ialah 1. Personality

Yakni menilai nasabah dari kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari-hari maupun masa lalunya. Ini juga mencakup sikap, emosi tingkah laku, dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah. Hal ini hampir sama dengan karakter dari 5C.

2. Party

Yakni mengklasifikasikan nasabah ke dalam golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya. Oleh karena itu nasabah dapat digolongkan berdasarkan kriteria tertentu dan akan mendapat fasilitas kredit yang berbeda dari bank.

3. Porpose

Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah. Tujuan pengambilan kredit dapat macam


(51)

apakah tujan untuk konsumtif atau untuk tujuan produktif atau untuk tujuan perdagangan.

4. Prospect

Yakni untuk menilai usaha nasabah dimasa yang akan datang apakah menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya.

5. Payment

Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja dan untuk pengembalian kredit yang diperolehnya.

6. Profitability

Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba. Profitability diukur dari periode ke periode apakah akan tetap sama atau semakin menurun, apalagi dengan tambahan kredit yang diberikan oleh bank.

7. Protection

Tujuanya adalah bagaimana menjaga kredit yang dikucurkan oleh bank namun memiliki suatu perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang atau jaminan asuransi.


(52)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini mengkaji tentang seberapa besar pengaruh kredit yang disalurkan oleh PT. Bank Sumut terhadap perkembangan ekonomi di Sumatera Utara pada kurun waktu 1989 - 2008.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data berbentuk laporan atau informasi yang diperoleh dari PT. Bank Sumut serta pihak-pihak lain yang berhubungan dengan penelitian ini. Jenis data yang digunakan yaitu menggunakan runtun waktu (time series) selama kurun waktu 1989 -2008. Disamping itu, data lainnya yang mendukung penelitian diperoleh dari bahan-bahan kepustakaan berupa tulisan-tulisan ilmiah, literatur, jurnal, majalah-majalah ekonomi, laporan-laporan penelitian ilmiah dan internet.

3.3 Pengolahan Data

Dalam melakukan pengolahan data penelitian, penulis menggunakan program Eviews 5.1. dan software Microsoft Excel.

3.4 Model Analisis Data

Menganalisis besarnya pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan model ekonometrika dengan meregresikan variabel-variabel yang ada dengan menggunakan metode distributed lag


(53)

Permasalahan yang akan dibahas adalah sejauh mana pengaruh kredit dan tingkat suku bunga dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara dengan menggunakan analisis regresi berganda. Fungsi matematikanya sebagai berikut:

Y=f (X1,X2)……...………(1)

Kemudian fungsi di atas ditransformasikan ke dalam model persamaan regresi linier berganda dengan spesifikasi menggunakan model semi log sebagai berikut:

Log Y= α + β1 Log X1 (t-1) + β2X2 + µ……….(2)

Keterangan:

Log Y = Log pertumbuhan Ekonomi (Milyar Rupiah)

Log X1 (t-1) = Log Jumlah Kredit tahun sebelumnya (Milyar Rupiah) X2 = Tingkat Suku Bunga (Persen)

α = Intercept/konstanta

2 1,β

β = Koefisien regresi

µ = Term of error (kesalahan pengganggu)

3.5 Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian)

Dalam analisis regresi, selain mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih, juga menunjukkan arah hubungan antara varaiabel dependen dengan variabel independen, dimana variabel dependen diasumsikan random, yang berarti mempunyai distribusi probabilistik dan variabel bebas diasumsikan memiliki nilai tetap. Cara yang digunakan untuk melihat tujuan tersebut yaitu dengan melihat nilai R² (koefisien determinasi) dan F hitung (untuk mengetahui pengaruh variabel


(54)

independen secara simultan terhadap variabel dependen) serta nilai t hitung (untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara parsial / sendiri-sendiri terhadap variabel dependen).

3.5.1 Koefisien Determinasi (R-Squared)

Koefisien determinasi dilakukan untuk melihat seberapa besar kemampuan variabel independen secara bersama-sama memberi penjelasan terhadap variabel dependen . Nilai R2 berkisar antara 0 sampai 1 (0< R2≤1). Jika R2 semakin besar (mendekati 1) maka dapat dikatakan bahwa variabel bebas mempunyai pengaruh yang besar terhadap variabel terikat. Sebaliknya jika R2 semakin kecil (mendekati 0) maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas kecil terhadap variabel terikat.

3.5.2 Uji t-statistik

Uji t-statistik merupakan suatu pengujian secara parsial yang bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing koefisien regresi secara individu signifikan atau tidak terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel independen lainnya konstan.

Dalam uji ini digunakan hipotesis sebagai berikut ;

 H0 : bi = 0 artinya variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen

 Ha : bi ≠ 0 artinya variabel independen merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen

Rumus untuk mencari t-hitung adalah :

t-hitung =

(

i

)

Sb b b


(55)

Keterangan

bi = Koefisien variabel independen ke-i b = Nilai hipotesis nol

Sbi = Simpanan baku dari variabel independent

3.5.3 Uji F-statistik

Uji F-statistik ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen secara keseluruhan atau bersama-sama terhadap variabel dependen.

Hipotesa yang dipakai sebagai berikut :

 H0: β1 = β2 =0, artinya secara bersama-sama tidak ada pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen

 Ha: β1 ≠ β2 ≠ 0, artinya secara bersama-sama ada pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen


(56)

Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai F-hitung dengan F tabel. Jika F-hitung > F-tabel maka H0 ditolak, yang berarti variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen.

Rumus untuk mencari F-hitung adalah:

F-hitung =

(

R

)

(

n k

)

k R

− − /− 1

) 1 /( 2 2

Keterangan:

R2 = Koefisien determinasi

k = Jumlah variabel independen ditambah intercept n = Jumlah sampel

3.6 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik 3.6.1 Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah alat untuk mengetahui suatu kondisi, apakah terdapat korelasi variabel independen di antara satu sama lainnya. Multikolinearitas


(57)

ini sering terjadi apabila diantara variabel bebas (x) saling berkorelasi sehingga tingkat penelitian pemerkiraan semakin rendah. Di samping itu interval keyakinan yang diambil keliru.

Multikolinearitas dapat dideteksi melalui nilai R-square, F-hitung, t-hitung, serta standart error yakni:

a. nilai R2 sangat tinggi

b. standar error tidak terhingga

c. tidak ada satupun t-statistik yang signifikan pada α = 5%, α = 10%, α = 1% d. terjadi perubahan tanda atau tidak sesuai dengan teori pada model estimasi.

3.6.2 Autokorelasi (serial correlation)

Auotkorelasi terjadi apabila error term (μ) dari periode waktu yang berbeda berkorelasi. Dikatakan bahwa error term berkorelasi atau mengalami korelasi serial apabila ; variabel (ei,ej) ≠ 0 untuk i = j, dalam hal ini dapat dikatakan memiliki masalah autokorelasi. Adapun cara yang digunakan untuk mengetahui keberadaan auto korelasi yaitu

a. Dengan memplot grafik

b. Dengan durbin Watson (uji D-W)

Dw-hitung =

c.

Dengan LM-Test

Autokorelasi untuk model dinamis seperti distributed lag, uji D-W tidak bisa digunakan untuk menguji ada tidaknya autokorelasi, karena DW statistik secara asimtotik akan biasa mendekati nilai 2 (Sritua Arief, 1993 : 15). Oleh karena alasan


(58)

tersebut maka digunakan langrange Multiplier Test, yakni berupa regresi atas semua variabel bebas dalam persamaan regresi distributed lag tersebut dan variabel lag t dari nilai residual regresi distributed lag. Adapun hasil persamaan regresi distributed lag dapat dituliskan sebagai berikut :

Resid I = βo + β1 Log X1 (t-1) + β2X2 + β3 Resid t-1.

Dari model tersebut akan didapat nilai R2, kemudian nilai ini dimasukkan dalarn rumus sebagai berikut : (n- 1)R2, dimana n adalah jumlah observasi, kemudian dilakukan pengujian dengan hipotesa sebagai berikut :

Ho : ρ=0 berarti tidak ada masalah autokorelasi Ho : ρ 0 berarti ada masalah autokorelasi

Selanjutnya nilai (n-1)R2 diperbandingkan dengan χ2 (0,05). Dimana χ2 (0,05) adalah nilai kritis Chi Square yang ada dalam tabel statistik Chi Square. Jika (n-1) R2 lebih besar dari χ2, maka terdapat masalah autokorelasi, dan jika sebaliknya maka tidak terjadi masalah autokorelasi.


(59)

3.8 Defenisi Operasional

1. Pertumbuhan ekonomi merupakan persentase kenaikan nilai dari barang dan jasa yang dihasilkan oleh penduduk di kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara yang diproyeksi dengan Produk Domestik Regional Bruto dinyatakan dalam miliar rupiah.

2. Kredit perbankan adalah penyaluran dana perbankan kepada debitur di Sumatera Utara dengan pembayaran kembali yang telah ditentukan dinyatakan juta rupiah.

3. Tingkat suku bunga merupakan suku bunga SBI pada Bank Indonesia dinyatakan dalam persen.


(60)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Sejarah Singkat Berdirinya PT. Bank Sumut

Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara didirikan pada tanggal 4 November 1961 dengan Akte Notaris Rusli nomor 22 dalam bentuk Perseroan Terbatas berdasarkan UndangUndang Nomor 13 Tahun 1962 tentang ketentuan pokok Bank Pembangunan Daerah, bentuk usaha dirubah menjadi Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) sesuai dengan Peraturan Daerah Tingkat Sumatera Utara saham dimiliki oleh Pemerintah Daerah Tingkat I Sumatera Utara dan Pemerintah Daerah Tingkat II se Sumatera Utara. Dalam perkembangan selanjutnya, sesuai dengan kebutuhan, terjadi beberapa kali perubahan Peraturan Daerah untuk meningkatkan Modal Disetor.

Pada tanggal 16 April 1999 bentuk Badan Hukum dirubah menjadi Perseroan terbatas sesuai dengan Akte Pendirian Perseroan Terbatas No. 38 Tahun 1999 Notaris Alina Hanum Nasution, SH yang telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor C-8224 HT. 01. 01. TH’99 dan telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia Nomor 54 Tanggal 6 Juli 1999, dengan modal dasar sebesar Rp. 400 milyar. Dasar perubahan Bentuk Umum dan Modal Dasar sebelumnya telah dituangkan dalam Peraturan Daerah Tingkat I Sumatera Utara Nomor 2 Tahun 1999. Sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan selanjutnya dengan Akte nomor 31 tanggal 15 Desember 1999 Modal Dasar ditingkatkan menjadi Rp. 500 milyar.


(61)

Dalam sejarah perjalanannya PT. Bank Sumut pernah menempati Gedung Kantor yang sangat sederhana d Jalan Palang Merah Medan. Kemudian pindah ke Jalan Imam Bonjol No. 18 yang ditempati hingga saat ini.

Jaringan pelayanan yang diberikan Bank Sumut saat ini sebanyak 59 unit yang terdiri dari 1 unit kantor Pusat, 1 unit cabang utama, 24 unit kantor cabang konvensional, 4 unit kantor cabang syariah, 68 unit kantor cabang pembantu, 3 unit kantor cabang pembantu syariah, 4 unit kantor kas, 79 unit ATM, 17 unit kas mobil, 21 unit payment point pratama, 4 unit payment point samsat dan 1 unit sentra UKM.

Visi dari PT. Bank Sumut adalah menjadikan bank andalan untuk membantu dan mendorong pertumbuhan perekonomian dan pembangunan daerah di segala bidang serta sebagai salah satu sumber pendapatan daerah dalam rangka peningkatan taraf hidup rakyat, dengan misi mengelola dana pemerintah dan masyarakat secara profesional yang didasarkan pada prinsip-prinsip Complience.

Sebagai alat kelengkapan Otonomi Daerah dibidang Perbankan, PT. Bank Sumut berfungsi sebagai penggerak dan pendorong laju pembangunan di daerah, bertindak sebagai Pemegang Kas Daerah yang melaksanakan penyimpanan uang daerah serta sebagai salah satu sumber Pendapata Asli Daerah dengan melakukan kegiatan usaha sebagai Bank Umum seperti yang di maksudkan pada Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992, tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang nomor 10 tahun 1998.


(62)

Dari struktur organisasi PT. Bank Sumut dapat diketahui bahwa keputusan tertinggi terletak pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Dalam kegiatan sehari-hari dilakukan oleh pengurus yang terdiri dari 3 orang Komisaris dan 4 orang Direktur, yaitu Direktur Utama, Direktur Kepatuhan, direktur Umum dan Direktur Pemasaran.

Organisasi di Kantor Pusat dari 10 Divisi yang membawahi 26 bidang, yaitu: 1. Divisi Pengawasan yang membawahi 3 bidang, yaitu Bidang Pengawasan

Umum, Bidang Pengawasan TSI, dan Bidang Pengawasan Kredit.

2. Divisi Perencanaan, Pengembangan dan Pembinaan Cabangyang membawahi Bidang Perencanaan, Bidang Penelitian dan Pengembangan dan Bidang Pembinaan Cabang.

3. Divisi Kepatuhan, yang membawahi Bidang Kepatuhan dan Bidang Manajemen Resiko.

4. Divisi Sumber Daya Manusia yang membawahi Bidang Tenaga Kerja dan Bidang Pendidikan dan Pelatihan.

5. Divisi Administrasi Keuangan yang membawahi Bidang Akutansi dan Bidang TSI.

6. Divisi Umum membawahi Bidang Logistik dan Bidang Rumah Tangga.

7. Divisi Treasury membawahi Bidang Treasury dan Bidang Pemasaran Produksi dan Jasa.

8. Divisi Kredit membawahi Bidang Kredit, Bidang Supervisi Kredit.

9. Divisi Penyelamatan Kredit yang membawahi Bidang Penagihan I, Bidang Penagihan II, Bidang Administrasi dan Laporan, Bidang Rekonstruksi Kredit, dan Bidang Hukum.


(63)

10. Divisi Usaha Syariah yang membawahi Bidang Supervisi Pembiayaan, Bidang Supervisi Operasi dan Bidang Treasury Syariah.

4.3 Jasa dan Produk Yang Ditawarkan

Sebagaimana Bank Umum lainnya, kegiatan utama dari Bank Sumut adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali kepada masyarakat. Penghimpun dana dilakukan dalam bentuk simpanan berupa Giro, Deposito Berjangka, Sertifikat Deposito dan Tabungan.

Produk kredit yang ditawarkan meliputi kredit dengan sistem angsuran dan rekening koran tergantung kepada jenis usaha yang dibiayai.

Disamping itu, Bank Sumut juga menyediakan jasa transfer dan inkasso, penyediaan safe deposit box, penyewaan ruang kantor, service point benbayaran rekening listrik, air dan telepon serta garansi bank.

4.3.1 Produk Tabungan a. Tabungan Martabe

Tabungan martabe merupakan singkatan dari Mari Tingkatkan Aktivitas Berhemat. Tabungan Martabe berhadiah barang dan diundi setahun sekali. Periode penarikan hadiah penarikan tabungan Martabe yaitu dari Januari s/d Juni dan dari Juli s/d Desember. Suku bunga tabungan Martabe diberikan secara proresif sesuai saldo tabungan, yaitu s.d Rp. 10 juta, diatas Rp 10 juta s/d Rp.50 juta. Diatas Rp. 50 juta s/d Rp. 100 juta dan diatas Rp. 100 juta.


(64)

Tabungan Simpeda adalah singkatan dari Simpanan Pembangunan Daerah, merupakan produk tabungan BPDSI (Bank Pembangunan Daerah Seluruh Indonesia). Hadiah tabungan simpeda dalam bentuk uang tunai, yang penarikannya dilakukan dua kali dalam sebulan.

4.3.2 Produk Kredit

Produk kredit yang ditawarkan oleh PT. Bank Sumut antara lain sebagai berikut:

a. Kredit umum

Kredit dengan system rekening Koran yang diberikan kepada perseorangan atau badan usaha dalam rangka menambah modal kerja usaha yang layak untuk dibiayai oleh bank. Sektor usaha yang dapat dibiayai adalah :

• Perdagangan, restoran dan hotel • Pertanian

• Industri

• Pengangkutan, pergudangan dan komunikasi

• Jasa-jasa sosial masyarakat, seperti : hiburan dan kebudayaan, kesehatan, perndidikan dal lain-lain.

• Jasa-jasa dan dunia usaha, seperti jasa profesi, biro iklan, biro perjalanan dan lain-lain.

Melihat dari sumber pengembalian kredit, maka kredit umum dibagi 2 jenis, yaitu: 1. Kredit Umum

Jangka waktu maksimum 12 bulan, suku bunga 19% per tahun atau 1,58% perbulan, dengan system suku bunga mengambang.


(65)

2. Kredit Umum SPK

Bank Sumut adalah satu-satunya bank milik pemerintah Daerah Sumatera Utara yang peduli pada Anda para pengusaha kontruksi /leveransi melalui penyediaan fasilitas layanan kredit SPK (Surat Perintah Kerja) yaitu kredit modal kerja dalam bentuk rekening Koran untuk membantu pengusaha yang mendapatkan kontrak kerja pemborongan/pengadaan barang atau jasa dari instasi pemerintahan maupun perusahaan swasta yang bonafid menurut penilaian bank.

b. Kredit Pensiun

Kredit Pensiun adalah produk kredit PT.Bank Sumut yang diberikan secara perseorangan kepada para penerima pensiun yang terdiri dari para pensiun sendiri dan pensiunan janda atau duda yang uang pensiunnya dikelola dan disalurkan oleh PT. Tabungan Asuransi Pegawai Negeri (PT. Taspen).

Pengembalian Kredit Pensiun dilakukan dengan pembayaran angsuran pokok dan bunga setiap bulan dari uang pensiun yang diterima sesuai dengan daftar angsuran.

c. Kredit Perumahan Rakyat

Kredit perumahan dengan bunga yang disubsidi oleh pemerintah yang ditujukan oleh pegawai negeri sipil (PNS).

d. Kredit Multi Guna

Kredit Multi Guna adalah kredit angsuran yang diberikan kepada pegawai Dinas/Instansi/Lembaga Pemerintah, BUMN, BUMD dan Swasta Nasional (yang


(66)

layak menurut penilaian bank) baik yang pembayaran gajinya melalui maupun tidak melalui Bank sumut.

Manfaatnya dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan (seperti : biaya sekolah anak, biaya perbaikan rumah, biaya pengobatan, dll) maupun untuk membuka usaha sampingan.

e. Kredit Perduli Usaha Mikro (KPUM)

KPUM Bank SUMUT adalah Kredit tanpa agunan dengan sisitem angsuran tetap yang diberikan kepada pemilik usaha mikro dalam rangka meningkatkan kemapuannya untuk menggembangkan usaha.

f. Kredit Program Pemerintah

Kredit Pemberdayaan Pengusaha Nias (KPP-NIAS), KUMK SUP 005, Kredit Pengembangan Energi Nabati dan Revitalisasi Perkebunan ( KPEN-RP).

g. Kredit Lain

Seperti : kredit sindikasi, kredit perduli usaha mikro plus, dan lain-lain.

4.3.3 Persyaratan Kredit

Ada beberapa persyaratan umum yang harus dipenuhi dalam mengajukan permohonan kredit pada bank yaitu :

1. Warga Negara Indonesia 2. Berpenghasilan cukup 3. Mempunyai usaha produktif


(67)

4. Memiliki rekening pada PT. Bank Sumut

5. Mengajukan permohonan kredit dengan mengisi formulir aplikasi kredit dan bersedia tunduk pada ketentuan yang terdapat pada aplikasi.

Aplikasi kredit menjelaskan hak dan kewajiban calon debitur dan bank. Calon debitur berhak menerima fasilitas yang disetujui oleh bank, dan berkewajiban memenuhi ketentuan serta mengembalikan kredit beserta bunganya. Sementara bank berhak untuk menerapkan ketentuan serta menerima pengembalian kredit serta bunganya dan berkewajiban merespon permohonan serta memberikan fasilitas yang dimohon oleh calon debitur.

Untuk memenuhi hal tersebut, serta memudahkan idientifikasi atas permohonan kredit yang diterima, maka aplikasi kredit harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

o Tertulis serta ditandatangani diatas materai oleh calon debitur.

o Idientitas calon debitur

o Secara jelas menerangkan tujuan penggunaan kredit, jumlah, jangka waktu, dan cara pengembalian kredit serta sumber dana pengambilan kredit.

o Untuk aplikasi kredit tertentu yang karena jumlah nominal ataupun ukuran serta sector usaha calon debitur, harus dilengkapi dengan lampiran antara lain : 1. Bukti setoran

2. Laporan keuangan

3. Proyeksi laporan keuangan 4. Rekomendasi supplier

5. Bukti perintah pengerjaan suatu proyek 6. Perizinan


(68)

7. Rekening pada bank lain.

4.4 Hasil Analisa Data

Bab ini menguraikan hasil-hasil studi selama periode penelitian, yakni hasil analisis pengaruh kredit dan suku bunga SBI terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara pada PT. Bank Sumut Medan.

4.4.1 Regresi Linear Berganda

Untuk menguji hipotesis seluruhnya maka penulis membuat analisis yang merupakan hasil regresi linear berganda berdasarkan data-data yang diperoleh. Model estimasi persamaannya adalah sebagai berikut :

Log Y= α + β1 Log X1 (t-1) + β2X2 + µ

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari hasil penelitian dan telah dikelola ke dalam model melalui perhitungan komputer dengan menggunakan program eviews 5.1, adapun hasil regresi yang diperoleh adalah sebagai berikut :

Log Y = 5.8727 + 1.1301 Log X1(-1)*** - 0.0442 X2

t-statistic 5.354349 -0.673545

--- R2 = 0.777844 F-Statistik = 28.01076

DW-Stat = 0.503853

*** : signifikan pada α : 1%

Dari model diatas dapat dibuat model estimasi sebagai berikut : Log Y = 5.8727 + 1.1301 Log X1(-1) - 0.0442 X2


(69)

Berdasarkan model estimasi diatas dapat dijelaskan pengaruh variabel indepanden (kredit yang disalurkan bank SUMUT dan tingkat suku bunga SBI) terhadap variabel independen (pertumbuhan ekonomi) dari model estimasi diatas dapat dilihat bahwa :

1. Variabel kredit tahun sebelumnya (logX1t-1) berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara, koefisien menunjukkan 1.1301 artinya apabila jumlah kredit yang diberikan bank Sumut meningkat sebesar 1 persen maka akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 1.1301 persen, cateris paribus. Hal ini menunjukkan bahwa kredit yang disalurkan bank Sumut berpengaruh positif dan berperan aktif dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara.

2. Variabel tingkat suku bunga SBI (X2) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara, koefisien menunjukkan - 0.04425380124 artinya apabila suku bunga SBI meningkat sebesar 1%,- maka akan menurunkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0.04425380124 persen, cateris paribus. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat suku bunga SBI berpengaruh negatif dan berperan aktif dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara.

4.4.2 Test Of Goodness Of Fit (Uji Kesesuaian) a. Analisis Koefisien Determinasi (R-Square)

Berdasarkan hasil estimasi di atas diperoleh nilai koefisien determinasi (R-Squared) sebesar 0.777844 atau 77,7%. Hal ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan variasi yang terjadi pada variabel independen (kredit bank Sumut tahun


(70)

sebelumnya serta tingkat suku bunga SBI) dapat menjelaskan variabel dependen (pertumbuhan ekonomi yang diproxy dalam PDRB) sebesar 77,7%, sedangkan sisanya 22,3% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam estimasi.

b. Uji t-statistik (uji parsial)

Uji t-statistik dilakukan untuk menguji apakah independen berpengaruh nyata terhadap variabel dependen. Dalam pengujian ini digunakan hipotesis sebagai berikut:

H0 : b = 0 ( tidak signifikan ) Ha : b ≠ 0 ( signifikan )

1. Variabel kredit bank Sumut tahun sebelimnya (logX1(t-1)) Hipotesis :

H0 : b = 0 Ha : b ≠ 0 Kriteria :

Ho diterima apabila t hitung < t tabel

Ha diterima apabila t hitung > t tabel Dari hasil analisa regresi diketahui:

t-hitung = 5.354349 α = 1% df = n-k-1

= 20 – 2 –1 = 17 Maka t-tabel = 2,567


(71)

-2,567 2,567 5.354349 Kurva Uji t X1

Dari hasil estimasi dapat diketahui bahwa X1 signifikan pada α = 1%, dengan t-hitung > t-tabel (5.354349 > 2,567). Dengan demikian Ha diterima. Ini menunjukkan bahwa variabel kredit bank Sumut periode sebelumnya (logX1(t-1)) mempunyai pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan ekonomi/PDRB di Sumatera Utara pada tingkat kepercayaan 99% selama kurun waktu 1989-2008.

2. Variabel tingkat suku bunga SBI

Dari hasil regresi diketahui bahwa t hitung = -0.673545, α = 10% Hipotesis :

H0 : b = 0 Ha : b ≠ 0 Kriteria :

Ho diterima apabila t hitung < t tabel

Ha diterima apabila t hitung > t tabel Dari hasil analisa regresi diketahui:

t-hitung = -0.673545, α = 10% df = n-k-1


(1)

Daftar Pustaka

Boediono, 1999. Teori Pertumbuhan Ekonomi, Yogyakarta : BPFE Yogyakarta.

Budisantoso, Totok dan Sigit Triandaru, 2004. Bank dan Lembaga Keuangan

Lainnya (Edisi Kedua), Jakarta : Salemba Empat.

Gujarati, Damondar, 2006. Dasar-dasar Ekonometrika (Edisi Ketiga), Jakarta :

Erlangga.

Kasmir. 2003. Manajemen Perbankan. Jakarta: PT.Refika Aditama.

Pratomo, Wahyu Ario dan Paidi Hidayat. 2007. Pedoman Praktis Penggunaan eviews

Dalam Ekonometrika. Medan : USU Press.

Sukirno, Sadono. 2006. Ekonomi Pembangunan, Proses, Masalah, dan Dasar

Kebijakan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Teguh, Muhammad. 1999. Metodologi Penelitian Ekonomi Teori dan Aplikasi.

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Tjoekam, Mohammad. 1999. Perkreditan Bisnis Inti Bank Komersial. Jakarta:

PT Gramedia Pustaka Utama

Todaro, Michael P. 2004. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Edisi Kedelapan.

Jakarta: Erlangga

Untung, Budi. 2005. Kredit Perbankan di Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Andi

………..,www.banksumut.com

………..,www.bps.go.id


(2)

Lampiran I

Data Regresi

tahun

PDRB SUMUT ADH BERLAKU

JUMLAH KREDIT BANKS SUMUT (JUTA)

SUKU BUNGA

1988 767077 19.7

1989 903430 5906 20.4

1990 1039076 7732 18.75

1991 1172469 8752 22.0

1992 1382646 10227 18.5

1993 1566030 13556 12.52

1994 21701000 15848 11.25

1995 24630520 20922 16.0

1996 28173100 26461 16.0

1997 34006270 32243 21.75

1998 50705970 29518 18.5

1999 61957560 35797 11.75

2000 68260770 52975 9.5

2001 78501350 68643 13.66

2002 88177500 86163 14.5

2003 96233390 198396 10.0

2004 118100510 152200 8.88

2005 136903270 204900 9.84

2006 160033270 285900 12.0

2007 181819440 420800 13.55

2008 213930000 619200 9.25


(3)

Lampiran II

Hasil Regresi

Dependent Variable: LY Method: Least Squares Date: 08/15/10 Time: 09:31 Sample (adjusted): 1990 2008

Included observations: 19 after adjustments

Variable

C LK(-1) BUNGA

R-squared Mean dependent var Adjusted R-squared S.D. dependent var S.E. of regression Akaike info criterion Sum squared resid Schwarz criterion Log likelihood F-statistic


(4)

Lampiran III

Uji Multikolinearitas (Uji Parsial)

Dependent Variable: LK(-1) Method: Least Squares Date: 08/15/10 Time: 10:13 Sample (adjusted): 1990 2008

Included observations: 19 after adjustments

Variable

C BUNGA

R-squared Mean dependent var Adjusted R-squared S.D. dependent var S.E. of regression Akaike info criterion Sum squared resid Schwarz criterion Log likelihood F-statistic

Durbin-Watson stat Prob(F-statistic)

Dependent Variable: BUNGA Method: Least Squares Date: 08/15/10 Time: 10:16 Sample (adjusted): 1990 2008

Included observations: 19 after adjustments

Variable

C LK(-1)

R-squared Mean dependent var Adjusted R-squared S.D. dependent var S.E. of regression Akaike info criterion Sum squared resid Schwarz criterion Log likelihood F-statistic

Durbin-Watson stat Prob(F-statistic)


(5)

Lampiran IV

Uji Autokorelasi (LM test)

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic Prob. F(2,14) Obs*R-squared Prob. Chi-Square(2)

Test Equation:

Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 08/16/10 Time: 07:36 Sample: 1990 2008

Included observations: 19

Presample missing value lagged residuals set to zero.

Variable

C LK(-1) BUNGA RESID(-1) RESID(-2)

R-squared Mean dependent var Adjusted R-squared S.D. dependent var S.E. of regression Akaike info criterion Sum squared resid Schwarz criterion Log likelihood F-statistic


(6)

Lampiran V

Cara Mengatasi Autokorelasi (metode AR)

Dependent Variable: LK(-1) Method: Least Squares Date: 08/16/10 Time: 01:26 Sample (adjusted): 1991 2008

Included observations: 18 after adjustments Convergence achieved after 7 iterations

Variable

C BUNGA

AR(1)

R-squared Mean dependent var Adjusted R-squared S.D. dependent var S.E. of regression Akaike info criterion Sum squared resid Schwarz criterion Log likelihood F-statistic

Durbin-Watson stat Prob(F-statistic)

Inverted AR Roots 1.02

Estimated AR process is nonstationary


Dokumen yang terkait

Pengaruh Suku Bunga Kredit Terhadap Minat Kredit Nasabah (Studi Kasus Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Unit Pasar Glugur Medan)

17 145 84

Pengaruh Tingkat Suku Bunga Kredit Terhadap Laba Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk. Unit Brigjend Katamso Medan

28 213 44

Analisis Pengaruh Suku Bunga Dan Pendapatan Per Kapita Terhadap Kredit Konsumsi Pada Bank Umum Di Sumatera Utara.

0 38 87

Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi Dan Tingkat Suku Bunga Terhadap Pertumbuhan Deposito Pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, KC Balai Kota Medan

6 82 67

Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Nilai Tukar, Dan Nilai Ekspor Terhadap Neraca Pembayaran Indonesia

4 92 146

Analisis Pengaruh Suku Bunga SBI Terhadap Inflasi dan Jumlah Kredit yang Disalurkan Perbankan di Indonesia

0 26 95

Analisis Komperatif Pengaruh Perubahan Tingkat Suku Bunga Terhadap Perkembangan Kredit Dan Pembiayaan Pada Bank Konvesional Dan Bank Syariah Di Indonesia

0 37 68

Peranan Kredit Perbankan Dalam Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara Pada PT. Bank Sumut

0 35 51

Analisis Pengaruh Kebijakan Perkreditan Terhadap Tingkat Permintaan Kredit Pada Bank BUMN Di Sumatera Utara (Studi Kasus Pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil Medan

0 36 108

PENGARUH PERTUMBUHAN TABUNGAN, INFLASI DAN SUKU BUNGA KREDIT TERHADAP PERTUMBUHAN KREDIT BANK UMUM PENGARUH PERTUMBUHAN TABUNGAN, INFLASI DAN SUKU BUNGA KREDIT TERHADAP PERTUMBUHAN KREDIT BANK UMUM PERIODE 2004-2011.

0 3 14