Metode Validasi TINJAUAN PUSTAKA

menghitung jumlah senyawa dalam sampel. Jika konsentrasi senyawa semakin tinggi maka lebih banyak cahaya yang diabsorbsi oleh sampel.

2.4 Metode Validasi

Validasi metode analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium, untuk membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaanya. Parameter tersebut adalah :

1. Kecermatan Accuracy

Kecermatan adalah kedekatan hasil penetapan yang diperoleh dengan hasil sebenarnya. Kecermatan dinyatakan sebagai hasil perolehan kembali dari analit yang ditambahkan. Cara penentuan akurasi dapat dilakukan dengan cara absolute dan cara audisi. Syarat akurasi yang baik : 98 – 102 , untuk sampel hayati biologis atau nabati : ±10 . Beberapa pendapat mangatakan antara 95-105 , dan beberapa berpendapat antara 80-120 . Hal ini dikarenakan semakin kompleks penyiapan sampel dan semakin sulit metode analisis yang digunakan, maka recovery yang diperbolehkan semakin rendah atau kisarannya semakin lebar. Perhitungannya sebagai berikut : Perolehan kembali = Kadar hasil analisis x 100 Kadar sesungguhnya 19 Dianjurkan untuk melakukan penentuan akurasi dengan 5 konsentrasi berbeda. Harmita, 2006 ; Snyder, dkk, 1988 ; Gandjar, 2009

2. Keseksamaan precision

Keseksamaan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual, diukur melalui penyebaran hasil individual dari rata – rata jika prosedur diterapkan secara berulang pada sampel – sampel yang diambil dari campuran yang homogen. Keseksamaan diukur sebagai simpangan baku atau simpangan baku relatif koefisien variasi. Keseksamaan dapat dinyatakan sebagai keterulangan repeatability atau ketertiruan reproducibility. Kriteria seksama diberikan jika metode memberikan simpangan baku relatif atau koefisien variasi 2 atau kurang. Keseksamaan dapat dihitung dengan cara sebagai berikut : a. Hasil analisis adalah x 1 , x 2 , x 3 , x 4 ,……………….x n maka simpangan bakunya adalah : SD = x – x 2 n – 1 b. Simpangan baku relatif atau koefisien variasi KV adalah : KV = SD x 100 Harmita, 2006 x

3. Selektivitas specificity

Selektivitas atau spesifisitas suatu metode adalah kemampuannya yang hanya mengukur zat tertentu saja secara cermat dan seksama dengan adanya komponen lain yang mungkin ada dalam matriks sampel. 20 Selektivitas seringkali dapat dinyatakan sebagai derajat penyimpangan degree of bias metode yang dilakukan terhadap sampel yang mengandung bahan yang ditambahkan berupa cemaran, hasil urai, senyawa sejenis, senyawa asing lainnya, dan dibandingkan terhadap hasil analisis sampel yang tidak mengandung bahan lain yang ditambahkan. Pada metode analisa yang melibatkan kromatografi, selektivitas ditentukan melalui perhitungan daya resolusinya Rs. Pemisahan kromatogram yang baik diperoleh bila nilai resolusinya lebih besar dari 1,5 Harmita, 2006.

4. Linearitas dan Rentang

Linearitas adalah kemampuan metode analisis yang memberikan respon yang secara langsung atau dengan bantuan transformasi matematik yang baik, proporsional terhadap konsentrasi analit dalam sampel. Rentang metode adalah pernyataan batas terendah dan tertinggi analit yang sudah ditunjukkan dapat ditetapkan dengan kecermatan, keseksamaan, dan linearitas yang dapat diterima. Penentuan linearitas dalam praktek, digunakan satu seri larutan yang berbeda konsentrasinya antara 50 – 150 kadar analit dalam sampel. Di dalam pustaka, sering ditemukan rentang konsentrasi yang digunakan antara 0 – 200. Jumlah sampel yang dianalisis sekurang-kurangnya delapan buah sampel blanko. Sebagai parameter adanya hubungan linier digunakan koefisien korelasi r pada analisis regresi linier Y = a + bx. Untuk memperoleh nilai a dan b digunakan metode kuadrat terkecil least square : 21 a = y i xi 2 – xi yi N xi 2 – yi 2 b = N xi.yi - xi yi N xi 2 – xi 2 Linieritas ditentukan berdasarkan nilai koefisien r r = N xy - x y [ N x 2 – x 2 N y 2 y 2 ] 12 Hubungan linear yang ideal dicapai jika nilai b = 0 dan r = +1 atau -1 bergantung pada arah garis. Sedangkan nilai a menunjukkan kepekaan analisis terutama instrument yang digunakan. Parameter lain yang harus dihitung adalah simpangan baku residual Sy. Sy = y 1 – 1 2 di mana 1 = a + bx N – 2 Sx = Sy Sx = standar deviasi dari fungsi b Vx = Sx X 100 Vx = koefisien variasi dari fungsi x Syarat kelinearan garis : a Koefisien korelasi r r 0,9990 b Jumlah kuadrat sisa masing-masing titik temu r i mendekati nol 0 r i 2 sekecil mungkin 0 r i = y i – b x i + a c Koefisien fungsi regresi Vx 2,0 sediaan farmasi 22 5,0 sediaan biologi d Kepekaan analisis y x y x = y2 – y1 y3 – y2 y4 – y5 y n – y n-1 X2 – x1 X3 – x2 x4 – x5 x n – x n-1 Harmita, 2006

5. Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi

Batas deteksi didefinisikan sebagai konsentrasi analit terendah dalam sampel yang masih dapat dideteksi, meskipun tidak selalu dapat dikuantitasi. Batas deteksi merupakan batas uji yang secara spesifik menyatakan apakah analit di atas atau di bawah nilai tertentu. Batas kuantitasi merupakan parameter pada analisis renik dan diartikan sebagai kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama. Pada analisis instrument batas deteksi dapat dihitung dengan mengukur respon blangko beberapa kali lalu dihitung simpangan baku respon blangko dan formula di bawah ini dapat digunakan untuk perhitungan Q = 1 Keterangan : Q = LOD batas deteksi atau LOQ batas kuantitasi k = 3 untuk batas deteksi atau 10 untuk batas kuantitasi S b = simpangan baku respon analitik dari blangko S1 = arah garis linear kepekaan arah dari kurva antara respon terhadap konsentrasi = slope b pada persamaan garis y = a+bx 23 Batas deteksi dan kuantitasi dapat dihitung secara statistik melalui garis regresi linier dari kurva kalibrasi. Nilai pengukuran akan sama dengan nilai b pada persamaan garis linier y = a+bx, sedangkan simpangan baku blangko sama dengan simpangan baku residualSyx a. Batas deteksi Q karena k = 3 atau 10 Simpangan baku Sb = Syx, maka Q = 3 1 b. Batas kuantitasi Q Q = 1 1 Harmita, 2006; Gandjar, 2009;Snyder, dkk, 1988

2.5 Metoda Analisa Boraks