Peran Petani Perempuan Dalam Pelaksanaan Pendidikan Anak Usia Dini Di Desa Tanjung Bunga Kec.Pangururan Kab.Samosir

(1)

PERAN PETANI PEREMPUAN DALAM PELAKSANAAN

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DI DESA TANJUNG BUNGA

KEC.PANGURURAN KAB.SAMOSIR

SKRIPSI

Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) Pada Departemen Ilmu Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

DISUSUN OLEH:

040901050

JUNIATY SIMARMATA

DEPARTEMEN ILMU SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan oleh :

Nama : JUNIATY SIMARMATA NIM : 040901050

Departemen : Ilmu Sosiologi

Judul : Peran Petani Perempuan Dalam Pelaksanaan Pendidikan Anak Usia Dini Di Desa Tanjung Bunga Kec.Pangururan Kab.Samosir

Medan, Desember 2010

Dosen Pembimbing Ketua Departemen

Ilmu Sosiologi

Dra.Rosmiani, M.A

NIP : 19002261990032002 NIP : 196805251992031002 Prof.Dr.Badaruddin, M.Si

Dekan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

NIP :196805251992031002 Prof. Dr.Badaruddin, M.Si


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU SOSIOLOGI

Skripsi ini telah dipertahankan di depan panitia penguji skripsi, Departemen Ilmu Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Nama : Juniaty Simarmata NIM : 040901050

Judul :Peran Petani Perempuan Dalam Pelaksanaan Pendidikan Anak Usia Dini di Desa Tanjung Bunga Kec.Pangururan Kab.samosir

Yang Dilaksanakan Pada:

Hari :

Tanggal :

Pukul :

Tempat : Ruang Sidang FISIP USU

Panitia Penguji Ketua Penguji :

Penguji I :


(4)

KATA PENGANTAR

Segala Puji, Hormat dan Kemuliaan hanya bagi Allah, Sang pemilik hidup dan kehidupan ini. Segala sesuatu adalah milik kepunyaanNya, baik waktu dan studi yang dipercayakan kepada Saya untuk dikerjakan, sampai pada penyelesaian Skripsi ini, tak sedetikpun Tuhan meninggalkan Saya. Tiada kata lain selain syukur dan terima kasih atas segala yang telah Tuhan lakukan di dalam hidup ini.

Skripsi ini berjudul ” Peran Petani Perempuan Dalam Pelaksanaan Pendidikan Anak Usia Dini di Desa Tanjung Bunga Kec.Pangururan Kab.Samosir ”, dengan tujuan untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan pendidikan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Departemen Ilmu Sosiologi Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini, Saya berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu Saya, baik sebelum penelitian, selama penelitian, dan sampai penyelesaian penelitian ataupun skripsi ini, yaitu:

1. Kepada kedua Orangtua Saya,yang telah banyak mempertaruhkan hidup, waktu, perhatian dan kasih sayang bagi kami semua anak-anaknya. Terima Kasih Tuhan, buat anugerahMu bagiku melalui orangtua yang selalu membimbingku, menasehatiku dan mengajarkanku arti hidup dan banyak hal yang telah mereka lakukan bagi hidupku yang tidak dapat kuungkapkan satu per satu. Terlebih ya Tuhan, melalui hidup mereka Aku dapat lebih mengenal dan mencintai Tuhan. Terpujilah Tuhan buat semuanya. Buat Bapak dan Mama..., Terima kasih buat semuanya ya... I Love U.


(5)

2. Buat kakak2ku/abang2 iparku yang di Padang dan yang di Sibolga. Terima kasih ya kak untuk segalanya, terima kasih buat nasehat, semangat serta dukungan materil yang diberikan padaku. Banyak hal yang boleh aku pelajari dari pribadimu kak, satu hal yang terindah kakak selalu mengajarkanku untuk lebih lagi mencintai Tuhan diatas segalanya dan mengerjakan apa yang menjadi kehendak Tuhan bagi kita. Tetaplah semngat dan saling mendoakan kita ya kak sekalipun kita berjauhan. I miss U n I Love U.

3. Buat adikku. Mariance,Paulus dan Putri. Terima kasih buat canda, tawa dan cerewetmu yang membuatku merindukanmu. Maafkan kakakmu ini dik, ketika kakak kurang memberikan perhatian ataupun bimbingan kepadamu oleh karena jarak kita yang jauh dan keterbatasan kita dalam berkomunikasi, tetapi satu hal dik, kalian selalu ada di hati kakak. I Love U.

4. Kepada Seluruh Pegawai kantor Dinas Pendidikan kec.Pangururan yang memberi kesempatan kepada Saya untuk meneliti dan yang telah banyak membantu.

5. Kepada Kepala Desa Tanjung Bunga dan Seluruh Warga Desa Tanjung Bunga yang telah memberi kesempatan kepada Saya untuk meneliti dan yang telah banyak membantu.

6. Kepada Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Bapak Prof. Dr.Badaruddin, M.Si

7. Kepada Dosen Pembimbing, Ibu Dra.Rosmiani, MA yang telah membimbing Saya selama pengerjaan penelitian ini. Terima kasih ya Bu.


(6)

8. Untuk Sahabat Doaku,Ibeth Kom’04. Terima Kasih untuk dukungan doa, semangat dan motivasi yang telah diberikan padaku baik dalam keluarga, studi maupun pelayananku. Tetap saling mendoakan ya...

9. To My Lovely Small Group ”KTB ku”. Kak Duma,Kak Rita,Kak Reni dan Aroz. Thank’s untuk doa, semangat dan dukungan kalian semua. Semoga kita tetap setia pada Tuhan sampai selamanya, Amin.

10.Buat adik-adikku ” KTB Quasimodogenity ” Resinda,Senty, dan Emma juga Bang Anto. Terima kasih buat dukungan doa dan semangat yang kalian berikan. Semoga kita tetap semangat dan setia untuk mencintai dan melakukan kehendak Tuhan, OK! 11.Buat adik satu kostanku ” Lenny,Emi,Betha,Molenta,Beria,Sardo dan Luzy. Terima kasih buat dukungan doa, semangat dan perhatian yang kalian berikan. Semoga kita semakin mencintai Tuhan ya.

12.Buat

sahabat2ku,Hernauli,Florence,Mestika,Renova,Rosmalemna,Rini,Toeit,Yanti,Devi Marina. Tetap setia pada Tuhan ya, dan sampai akhir hidup kita. OK! I Love U All. 13. Buat adik2ku, TPP UP FISIP, terima kasih untuk semangat dan dukungan kalian

semua.

14.Buat Kolumni KMK FISIP yang selalu mendukungku di dalam Doa dan Semangat yang luar Biasa.Terima kasih ya.

15.Thank’s buat teman2ku SOS’04. Beberapa tahun sudah kita bersama, menjalani kuliah di FISIP USU, wah tidak terasa ya sampai akhirnya kita menyelesaikan kuliah. Dimanapun nanti kita semua berada, tetap semangat dan sukses ya...!


(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

ABSTRAK ... iii

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1. Latar Belakang ... 1

2. Perumusan Masalah ... 4

3. Tujuan Penelitian ... 4

4. Manfaat Penelitian ... 4

5. Kerangka Teori ... 5

5.1. Konsep Perkembangan Diri ... 11

5.2. Struktural Fungsional ... 17

5.3. Petani Perempuan ... 20

6. Konsep Penelitian ... 27

7. Sistematika Penulisan... 28

BAB II METODE PENELITIAN ... 29

1. Jenis Penelitian ... 29

2. Lokasi Penelitian ... 29

3. UnitAnalisis dan Informan ... 29

4. Teknik Pengumpulan Data ... 30

5. Interpretasi Data ... 31

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ... 32

1. Keadaan Umum Desa Tanjung Bunga ... 32

2. Monografi Desa Tanjung Bunga... 33

3. Sejarah Berdirinya PAUD di Desa Tanjung Bunga ... 33

4. Kegiatan-kegiatan PAUD di Desa Tanjung Bunga ... 33

5. Susunan Penyelenggara PAUD di Desa Tanjung Bunga ... 35

6. Pembagian Jadwal PAUD di Desa TanjungBunga ... 53

BAB IV ANALISIS DATA ... 61


(8)

1. Identitas Responden ... 61

2. Pendidikan Anak Usia Dini di Desa Tanjung Bunga ... 62

3. Masalah Yang Dihadapi Responden ... 63

4. Data Peserta Didik PAUD di Desa Tanjung Bunga………. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN ... 90

1. Kesimpulan ... 90

2. Saran-Saran ... 91

DAFTAR PUSTAKA ... 92 LAMPIRAN


(9)

ABSTRAK

Peran Petani Perempuan Dalam Pelaksanaan Pendidikan Anak Usia Dini di Desa Tanjung Bunga Kec.Pangururan Kab.Samosir

Skripsi ini disusun oleh :

NAMA : Juniaty Simarmata NIM : 040901050

Departemen : Ilmu Sosiologi

Fakultas : Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Pembimbing : Dra. Rosmiani M.Si

Penelitan ini tujuan utamanyauntuk memenuhi salah satu tugas akhir untuk meraih gelar sarjana (S1). Penelitian terdiri dari 6 bab, 65 halaman,16 tabel, serta 16 kepustakaan.

Sumber daya manusia merupakan kunci utama bagi suksesnya pembangunan bangsa. Untuk itu pengembangan sumber daya manusia hendaknya diperhatikan secara serius melalui pengembangan dari berbagai aspek terutama pendidikan. Pendidikan hendaknya diberikan sejak usia dini, karena perkembangan otak cepat terbentuk dan banyak keterampilan yang dikuasai bila dipelajari sejak dini. Pentingnya pendidikan anak sejak usia dini menjadi motivasi bagi petani perempuan di Desa Tanjung Bunga, Kec.pangururan untuk mengadakan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan bagaimana peran petani perempuan dalam pelaksanaan pendidikan anak usia dini tersebut.

Bentuk penelitian ini adalah Deskriptif dengan metode Kualitatif untuk mengumpulkan data dari proses pelaksanaan pendidikan anak usia dini di Desa tanjung Bunga.Penelitian ini akan berguna untuk menambah pengetahuan dan menganalisa persoalan yang dihadapi petani perempuan, serta dapat memberikan masukan kepada petani perempuan dalam melaksanakan pendidikan anak usia dini.

Dari hasil penelitian ini dapat digambarkan bahwa pelaksanaan pendidikan anak usia dini yang dilakukan petani perempuan, dalam menjalankan misi sosial sudah baik. Pendidikan yang diberikan oleh petani perempuan bentuknya seperti mengajar, membaca, menulis, berhitung dan bahasa inggris,kemudian petani perempuan juga berperan sebagai pengasuh pengganti orang tua seperti memberikan kenyamanan kepada anak usia dini dalam mengikuti PAUD, menanamkan nilai sosial melalui tata krama dan memahami sifat anak. Kemudian petani perempuan juga berperan sebagai pembimbing dan melatih anak seperti bermain dan menggambar. Semua pendidikan yang diberikan disusun secara sederhana agar anak usia dini yang menerima pendidikan dapat memahami pendidikan yang diberikan dalam pelaksanaan PAUD tersebut.


(10)

ABSTRAK

Peran Petani Perempuan Dalam Pelaksanaan Pendidikan Anak Usia Dini di Desa Tanjung Bunga Kec.Pangururan Kab.Samosir

Skripsi ini disusun oleh :

NAMA : Juniaty Simarmata NIM : 040901050

Departemen : Ilmu Sosiologi

Fakultas : Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Pembimbing : Dra. Rosmiani M.Si

Penelitan ini tujuan utamanyauntuk memenuhi salah satu tugas akhir untuk meraih gelar sarjana (S1). Penelitian terdiri dari 6 bab, 65 halaman,16 tabel, serta 16 kepustakaan.

Sumber daya manusia merupakan kunci utama bagi suksesnya pembangunan bangsa. Untuk itu pengembangan sumber daya manusia hendaknya diperhatikan secara serius melalui pengembangan dari berbagai aspek terutama pendidikan. Pendidikan hendaknya diberikan sejak usia dini, karena perkembangan otak cepat terbentuk dan banyak keterampilan yang dikuasai bila dipelajari sejak dini. Pentingnya pendidikan anak sejak usia dini menjadi motivasi bagi petani perempuan di Desa Tanjung Bunga, Kec.pangururan untuk mengadakan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan bagaimana peran petani perempuan dalam pelaksanaan pendidikan anak usia dini tersebut.

Bentuk penelitian ini adalah Deskriptif dengan metode Kualitatif untuk mengumpulkan data dari proses pelaksanaan pendidikan anak usia dini di Desa tanjung Bunga.Penelitian ini akan berguna untuk menambah pengetahuan dan menganalisa persoalan yang dihadapi petani perempuan, serta dapat memberikan masukan kepada petani perempuan dalam melaksanakan pendidikan anak usia dini.

Dari hasil penelitian ini dapat digambarkan bahwa pelaksanaan pendidikan anak usia dini yang dilakukan petani perempuan, dalam menjalankan misi sosial sudah baik. Pendidikan yang diberikan oleh petani perempuan bentuknya seperti mengajar, membaca, menulis, berhitung dan bahasa inggris,kemudian petani perempuan juga berperan sebagai pengasuh pengganti orang tua seperti memberikan kenyamanan kepada anak usia dini dalam mengikuti PAUD, menanamkan nilai sosial melalui tata krama dan memahami sifat anak. Kemudian petani perempuan juga berperan sebagai pembimbing dan melatih anak seperti bermain dan menggambar. Semua pendidikan yang diberikan disusun secara sederhana agar anak usia dini yang menerima pendidikan dapat memahami pendidikan yang diberikan dalam pelaksanaan PAUD tersebut.


(11)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,pengendalian diri,kepribadian,kecerdasan,akhlak mulia,serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

Untuk mempersiapkan generasi penerus yang unggul,aspek dan dimensi pengembangan manusia tersebut dilakukan melalui pendidikan. Salah satunya melalui Pendidikan Anak Usia Dini.Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) memegang posisi yang sangat mempengaruhi.Mempengaruhi dalam arti bahwa pengalaman pendidikan dini dapat memberikan pengaruh yang mendalam, sehingga melandasi proses pendidikan dan perkembangan anak selanjutnya.

Anak dalam setiap masyarakat adalah anggota baru, karena usianya masih muda, ia merupakan generasi penerus. Dalam kedudukan demikian, amat penting setiap anak bertumbuh dan berkembang secara optimal, sehingga kelak bisa melaksanakan tugas dan tanggung jawab sosialnya sebagai warga dewasa, atau sekurang-kurangnya mampu mengurusi dirinya sendiri tanpa menjadi beban orang lain. (Singgih,2000)

Kerentanan hidup anak di satu sisi dan kedudukan penting anak pada sisi lain telah disadari oleh banyak pihak, sehingga telah dilakukan berbagai upaya untuk mengurangi jumlah anak menjadi korban. Pada tingkat global, Perserikatan


(12)

Bangsa-Bangsa (PBB) antara lain telah memprakarsai ditetapkannya: Konvensi tentang Hak-Hak Anak. Bulan Mei 2002, PBB bahkan telah memprakarsai suatu bidang khusus yang dihadiri oleh kepala-kepala pemerintahan/Negara seluruh dunia untuk membicarakan perbaikan kesejahteraan anak-anak. Sidang sepakat menetapkan sejumlah upaya untuk satu dasawarsa ke depan, yang bertujuan untuk mewujudkan sebuah dunia yang layak untuk anak-anak.

Indonesia, dalam batas tertentu, juga telah menaruh perhatian atas kesejahteraan anak. Sejumlah upaya telah dilakukan oleh pemerintah, baik dalam pendidikan, kesehatan, perumahan, hukum dan lain sebagainya. Khusus dalam bidang pendidikan, Indonesia telah memiliki Undang-Undang Sisdiknas No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menjamin hak anak akan pendidikan.(WFP,2006)

Upaya-upaya untuk perbaikan kualitas hidup anak telah dilakukan, akan tetapi masih jauh dari memadai. Rendahnya kualitas hidup anak tercermin dari banyaknya anak putus sekolah dan rendahnya rata-rata tingkat pendidikan anak. Karena itu, sangatlah diperlukan upaya yang serius dari berbagai pihak untuk memperbaiki kualitas hidup anak.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kualitas hidup anak adalah dengan meningkatkan kualitas perempuan. Peningkatan kualitas perempuan merupakan bagian tak terpisahkan dari upaya peningkatan kualitas hidup anak dan juga merupakan peningkatan kualitas sumber daya manusia.

Pada umumnya, perempuan memiliki keterlibatan yang tinggi terhadap anak. Dimulai dari kelahiran anak, menyusui hingga anak tersebut dapat beradaptasi dengan lingkungannya, merupakan ruang yang besar terhadap


(13)

keterlibatan perempuan kepada anak. Oleh karena itu, dengan meningkatnya kualitas perempuan tersebut diharapkan juga akan membantu peningkatan kualitas sumber daya manusia.

Perkembangan perempuan di berbagai belahan bumi memang menunjukkan bahwa partisipasi perempuan dalam keluarga,masyarakat, dan negara ternyata tidak kalah penting dari laki-laki. Bukan hanya melakukan aktivitas reproduksi,melakukan aktivitas domestik,perempuan juga mampu melakukan kegiatan sektor publik yang menghasilkan uang untuk menambah pendapatan keluarga.(Baso,2000)

Sejak dulu keterlibatan perempuan dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga tergambarkan dengan pembagian kerja yang terlaksana pada saat zaman berburu dan meramu,dimana laki-laki akan pergi berburu sedangkan perempuan tetap tinggal di rumah menjaga anak dan melakukan pekerjaan-pekerjaan lain yang dilakukan disekitar rumah.

Dengan tersedianya lahan yang kosong disekitar rumah,lambat laun situasi itu membuat perempuan menemukan sistem bercocok tanam. Hasil dari bercocok tanam tersebut ternyata menghasilkan bahan-bahan pangan yang lebih baik,lebih terjamin penyediaannya daripada hewan buruan untuk digunakan sebagai sumber makanan sehari-hari. Sistem bercocok tanam yang dilakukan tersebut saat itu adalah cikal bakal pertanian yang kita kenal saat ini. Peran perempuan menjadi pokok utama ketika bercocok tanam perlahan telah menunjukkan kelebihannya daripada berburu.

Dewasa ini peran perempuan dalam sektor publik di Indonesia juga meningkat seiring perkembangan teknologi. Meningkatnya keterlibatan


(14)

perempuan dalam sektor publik di Indonesia dapat dilihat dari hasil survey BPS selama tahun 2005-2006, dimana jumlah petani perempuan di Indonesia sebanyak 55,2% sedangkan petani laki laki sebanyak 46%. Data ini menunjukkan bahwa petani perempuan memiliki peran yang sangat penting dalam proses kegiatan sektor publik (BPS 2006)

Petani perempuan dalam hal ini selain juga melakukan aktifitas reproduksi, mereka juga bekerja di sektor produksi untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga mereka. kegiatan produksi yang dilakukan antara lain adalah bercocok tanam serta kegiatan lain dengan mengolah lahan pertanian.

Dari keadaan petani perempuan ini, maka hal yang perlu di perhatikan adalah persoalan tentang bagaimana anak-anak petani tersebut mendapatkan pendidikan yang cukup memadai dan juga memang merupakan hak anak-anak tersebut.

Pendidikan yang dimulai sejak dini ini akan menduku ng dan memperlancar pertumbuhan dan perkembangan anak. Dengan pendidikan anak usia dini ini diharapkan anak dapat bertumbuh kembang secara sehat dan optimal sesuai dengan nilai dan norma serta harapan-harapan masyarakat.(Depdiknas UPI,2004)

Melihat pentingnya pendidikan bagi anak usia dini,hendaknya petani perempuan dapat memberikan dukungan ataupun peran yang memadai. Selain melakukan kegiatan domestik (rumah tangga) dan melakukan kegiatan dalam proses produksi untuk membantu pemenuhan ekonomi keluarga,hendaknya petani perempuan juga memberikan upaya-upaya intervensi dalam melakuka n pendidikan anak usia dini ini.


(15)

Salah satu contohnya,seperti yang terjadi di Desa Tanjung Bunga Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir. Seperti pada umumnya desa di Sumatera Utara,mayoritas penduduk desa Tanjung Bunga bermata pencaharian sebagai petani. Petani desa Tanjung Bunga menghabiskan waktunya dari pagi hari hingga sore hari untuk bekerja di ladangnya. Petani perempuan juga tidak mempunyai kekhususan,meskipun mereka juga harus melakukan aktifitas reproduksi dan melakukan aktifitas domestik,petani perempuan di Desa Tanjung Bunga juga melakukan kegiatan pertanian untuk menambah pendapatan keluarga.

Meskipun petani perempuan di Desa Tanjung Bunga melakukan kegiatan produksi,tetapi mereka tetap memberikan pendidikan bagi anak-anak mereka sejak usia dini. Mereka juga menganggap pendidikan adalah salah satu hal yang terpenting untuk meningkatkan kesejahteraan mereka.

Perbandingan banyaknya jumlah anak usia dini dengan petani perempuan dapat dilihat dari data Kantor Kepala Desa Tanjung Bunga seperti di bawah ini :


(16)

Tabel Data Penduduk Desa Tanjung Bunga Kecamatan Pangururan tahun 2008

Sumber : Kantor Kepala Desa Tanjung Bunga

Dari data tersebut dapat dilihat bahwa jumlah anak usia dini di Desa Tanjung Bunga sangat potensial. Hal ini memerlukan perhatian yang khusus agar anak usia dini tersebut akan menjadi sumber daya yang baik dan sesuai dengan harapan masyarakat. Namun,sejak Desa Tanjung Bunga berdiri tahun 1942 hingga saat ini Desa Tanjung bunga belum memiliki sekolah.Hal ini mengharuskan warga desa yang ingin bersekolah harus pergi ke Ibu Kota Kecamatan Pangururan untuk bersekolah dan belajar di bangku sekolah yang formal.(hasil wawancara dengan kepala Desa Tanjung Bunga). Melihat kondisi ini,maka harus memiliki alternative lain untuk memenuhi kebutuhan akan pendidikan ini.

No. Nama Dusun

Umur Jumlah

Pendud uk 0-6 7-16 17-25 26-59 >60

1. 2. 3. 4. 5. Dusun I Dusun II Dusun III Dusun IV Dusun V 66 95 78 97 53 73 93 84 90 50 98 106 104 118 93 64 70 67 79 70 18 35 30 32 30 319 399 359 416 296


(17)

Dengan meningkatnya peran perempuan sebagai pencari nafkah keluarga dan juga berperan dalam proses pendidikan anak usia dini,maka diperlukan waktu,tenaga dan perhatian yang cukup baik,sehingga jika peran yang satu dijalankan dengan baik maka peran yang lain juga tidak terabaikan,karena peran yang satu dengan yang lainnya sangat berkaitan erat. Maka anak yang mendapatkan pendidikan saat usia dini akan dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi karena didukung oleh perekonomian yang memadai.

Dari latar belakang tersebut,timbul keinginan penulis mengangkat kehidupan petani perempuan yang berperan dalam pendidikan anak usia dini. Sebab anak usia dini adalah generasi muda yang diharapkan menjadi penerus bangsa dan cita-cita pembangunan nasional. Untuk itulah penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “Peran Petani Perempuan dalam Pelaksanaan Pendidikan Anak Usia Dini”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas,maka perumusan masalah yang diangkatkan dalam penelitian ini adalah:

“Bagaimanakah peran petani perempuan dalam Pelaksanaan pendidikan Anak Usia Dini di Desa Tanjung Bunga?”

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian


(18)

o Mengetahui dan menganalisa peluang dan tempat yang dijadikan sebagai tempat interaksi antara Petani Perempuan dan Anak Usia dini.

o Mengetahui bagaimana Peran Petani Perempuan dalam Pelaksanaan Pendidikan Anak Usia Dini.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan terhadap pihak-pihak yang terkait langsung dalam hal ini Petani Perempuan dan Anak Usia Dini.

2. Secara Akademis

Bagi penulis untuk menambah pengetahuan dan kemampuan berpikir serta kemampuan menganalisa setiap persoalan yang berhubungan dengan Petani Perempuan yang berperan dalam Pendidikan Anak Usia Dini.

3. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat melatih diri dan mengembangkan pemahaman dan kemampuan berpikir penulis melalui penulisan ilmiah dengan menerapkan pengetahuan yang diperoleh selama menjadi Mahasiswa Ilmu Sosiologi.


(19)

1.5 Defenisi Konsep

Konsep merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian,keadaan dimana kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian (Singarimbun,1989:33). Konsep sangat diperlukan dalam penelitian agar dapat menjaga masalah atau menjadi pembatasan masalah dan menghindari timbulnya kesalahan-kesalahan defenisi yang dapat mengaburkan penelitian.

Beberapa konsep yang dibatasi dengan pendefenisiannya secara operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

• Petani perempuan adalah sosok yang memegang peranan penting di dalam memahami kebutuhan anaknya dalam pendidikan. Petani perempuan yang mempunyai peranan melatih,membimbing dan mengajari anak-anak mereka sebelum memasuki pendidikan formal. Meskipun petani perempuan mempunyai kesibukan dalam membantu mencari nafkah,tetapi mereka selalu memberikan perhatian terhadap perkembangan dan pendidikan anaknya.

• Anak Usia Dini adalah anak yang mengalami proses tumbuh kembang di tempat dimana ia hidup dan perlu diasuh dan dididik sesuai dengan harapan,juga berinteraksi dengan baik di dalam masyarakat.. Anak Usia dini yang merupakan individu yang sedang


(20)

mengalami proses perkembangan pesat serta merupakan pembelajar yang aktif dan energik.

• Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah usaha sadar dalam memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan dengan penyediaan pengalaman dan stimulasi yang kaya dan bersifat mengembangkan secara terpadu dan menyeluruh agar anak bertumbuh secara sehat dan optimal sesuai dengan nilai,norma dan harapan masyarakat. • Pelaksanaan Pendidikan Anak Usia Dini yang bertujuan untuk

menjangkau kualitas pendidikan yang lebih memadai bagi anak tersebut. Dan juga bertujuan untuk melindungi dan merefleksikan pemenuhan tuntutan undang-undang hak anak untuk memperoleh pendidikan yang lebih baik.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Peran

Menurut Wahyudi (Ruwiyanto,1994:10), peran adalah sikap dan perilaku nilai serta tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat. Peran yang ditetapkan adalah peran dimana seseorang tidak punya pilihan,sedangkan peran yang diterima adalah peran yang terpilih atau dipilih oleh individu. Posisi dibutuhkan oleh individu sebagai aktualisai diri. Harga diri yang tinggi merupakan hasil dari peran yang memenuhi kebutuhan dan cocok dengan ideal diri. Posisi di masyarakat dapat merupakan stressor terhadap peran karena struktur sosial yang menimbulkan kesukaran,tuntutan serta posisi yang tidak mungkin dilaksanakan. Stres peran terdiri dari konflik peran yang tidak jelas dan peran yang tidak sesuai atau peran yang terlalu banyak.

Menurut William J.(Goode,1985:98) tentang penyesuaian individu terhadap perannya dipengaruhi oleh beberapa faktor,yaitu:

1. Kejelasan perilaku yang sesuai dengan perannya serta pengetahuan yang spesifik tentang peran yang diharapkan.

2. konsistensi respon orang yang berarti atau dekat dengan peranannya.

3. Kejelasan budaya dan harapannya terhadap perilaku dan perannya.


(22)

Sepanjang kehidupan individu sering menghadapi perubahan-perubahan peran,baik yang sifatnya menetap atau sementara yang sifatnya dapat karena situasional. Hal ini,biasanya disebut dengan transisi peran.

2.2 Konsep Perkembangan Diri

Meskipun proses belajar bermasyarakat berlangsung seumur hidup namun menurut Mead secara bertahap individu mengalami proses pembentukan konsep diri yang menghubungkan mereka dalam kehidupan mereka yang sedang berlangsung baik dalam keluarga mereka dengan kelompok-kelompok lain.

Dalam konteks level masyarakat yang lebih spesifik Mead membahas sejumlah hal tentang institusi sosial. Secara luas mead mendefinisikan institusi sosial sebagai respon bersama dalam komunitas. Dan yang lebih spesifik lagi,ia mengatakan bahwa seluruh komunitas bertindak terhadap individu pada situasi tertentu secara identik.

Pendidikan adalah proses ketika kebiasaan umum komunitas diinternalisasikan pada diri aktor. Pendidikan adalah satu proses esensial,karena menurut pandangan Mead,orang maupun anggota asli komunitas tidak memiliki diri kecuali mereka dapat merespon diri mereka sendiri sebagaimana dilakukan oleh komunitas yang lebih besar. Untuk melakukannya,orang harus menginternalisasikan sikap umum komunitas.

2.3 Stuktural Fungsional Tallcot Parson

Bahasan tentang fungsionalisme struktural akan dimulai dengan empat fungsi penting untuk semua sistem “tindakan” yang dikenal dengan skema AGIL.


(23)

Parson yakin bahwa ada empat fungsi penting yang diperlukan oleh semua sistem, diantaranya, adaptation (A), goal (G), integration (I),latency (L) atau pemeliharaan pola. Secara bersama sama keempat imperative fungsional ini dikenal sebagai skema AGIL. Agar tetap bertahan (survive), suatu sistem harus memiliki fungsi ini :

a. Adaptation (adaptasi), sebuah sistem harus menanggulangi situasi eksternal yang gawat. Sistem harus menyesuaikan diri dengan lingkungan dan menyesuaikan lingkungan itu dengan kebutuhannya.

b. Goal attainment (Penyampaian tujuan), sebuah sistem harus mendefenisikan dan mencapai tujuan utamanya.

c. Integration (integrasi), sebuah sistem harus mengatur antar hubungan bagian-bagian yang menjadi komponennya. Sistem juga harus mengelola antar hubungan ketiga fungsi penting lainnya (A,G,L).

d. Latent Pattern Maintenance (latensi atau pemeliharaan pola), sebuah sistem harus melengkapi, memelihara dan memperbaiki,baik motivasi individual maupun pola-pola kultural yang menciptakan dan menopang motivasi.

2.4 Petani Perempuan

Petani perempuan adalah sosok perempuan pedesaan baik yang dewasa maupun muda. Petani perempuan dari setiap daerah mempunyai masalah yang sama yaitu tingkat hidup yang rendah dan jumlah keluarga yang relative besar,tingkat pendidikan dan kesempatan belajar kurang,pengetahuan dan


(24)

keterampilan yang sangat terbatas dan tertinggal dalam usaha tani,kurangnya sikap positif terhadap kemajuan baik karena adat,agama,maupun kebiasaan hidup.

Perempuan dalam proses pendidikan dipedesaan bukanlah berarti hanya sebagai suatu tindakan perikemanusiaan yang adil belaka,tindakan mengajar,mendorong perempuan dipedesaan untuk berpartisipasi dalam pendidikan merupakan suatu tindakan yang efisien. Ikut sertanya perempuan pada umumnya dalam pendidikan berarti pula memanfaatkan sumber daya manusia dengan potensi yang tinggi.

Perempuan memegang peran penting sebagai ibu rumah tangga dengan berbagai jenis pekerjaan dari yang berat sampai yang ringan,seperti mengatur rumah tangga,memasak,mencuci,mengasuh dan mendidik anak. Namun sejalan dengan perkembangan teknologi disektor pertanian,maka petani perempuan perlu meningkatkan pengetahuan,keterampilan sehingga dapat mengambil manfaat yang sebesar-besarnya dari segala jenis sumber daya yang ada disekitarnya berupa sumber daya alam maupun sumber daya manusia.

Karena itu,kemajuan yang dicapai perempuan jaman sekarang dapat dijumpai pada banyak kaum hawa ini sebagai motor penggerak pembangunan di bidang pertanian,seperti kelompok tani,dalam kegiatan program peningkatan produksi pertanian,dalam kegiatan pasca panen produksi pertanian. Termasuk mengandung beban kerja di rumah tangga seperti mengambil air,mencari kayu bakar,memasak,menjual hasil panen,mendidik anak-anaknya,sebagai ibu rumah tangga dan mengabdi pada suaminya.


(25)

2.5 Anak Usia Dini

Sebagai individu, Anak Usia Dini adalah suatu organisme yang merupakan suatu kesatuan jasmani dan rohani yang utuh dengan segala struktur dan perangkat biologis dan psikologisnya sehingga menjadi sosok yang unik.

Sebagai mahluk sosiokultural, ia perlu tumbuh dan berkembang dalam suatu setting social tempat ia hidup dan perlu diasuh dan di didik sesuai dengan harapan masyarakatnya. Anak Usia Dini mengalami suatu proses perkembangan yang mendasar dalam arti bahwa pengalaman perkembangan pada masa usia dini dapat memberikan pengaruh yang membekas dan berjangka lama sehingga melandasi proses perkembangan anak selanjutnya.

Menurut Johan Amos Comenius (1592-1671) dalam bukunya “Didactica magna” menyatakan bahwa perkembangan anak dan pendidikannya dipengaruhi oleh aspek pengajaran. Tahun-tahun pertama anak usia dini (sejak lahir-6 tahun) disebut sebagai periode sekolah ibu,karena hampir semua usaha bimbingan pendidikan (ditambah perawatan dan pemeliharaan) berlangsung ditengah keluarga. Terutama sekali aktivitas ibu sangat menentukan kelancaran proses pertumbuhan dan perkembangan anak (Singgih,2000).

2.6 Pendidikan Anak Usia Dini

Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini adalah tercapainya perkembangan anak yang sehat dan optimal serta dimilikinya kesiapan dan berbagai perangkat keterampilan hidup yang diperlukan untuk proses perkembangan dan pendidikan anak selanjutnya. Karena anak merupakan bagian dan sekaligus generasi penerus masyarakat,maka pertumbuhan dan perkembangan yang diraih oleh anak tentunya harus sejalan dengan nilai-nilai,norma-norma dan harapan masyarakat.


(26)

Fungsi-fungsi Pendidikan Anak Usia Dini : 1. Pengembangan sebagai potensi anak.

2. Penanaman nilai-nilai dan norma-norma kehidupan.

3. Pembentukan dan pembiasaan perilaku-perilaku yang diharapkan.

4. Pengembangan pengetahuan dan keterampilan dasar.

5. Pengembangan motivasi dan sikap belajar yang positif.

Berbagai gerakan,kesepakatan dan ketetapan perundangan baik secara internasional maupun regional telah semakin memuluskan jalan kea rah lebih diperhatikannya hak-hak anak usia dini,termasuk hak akan pendidikannya. Bahkan secara yuridis formal,dengan disahkannya Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Indonesia telah memiliki pijakan yang lebih kuat untuk melaksanakan Pendidikan Anak Usia Dini (Depdiknas-UPI,2004)

2.7 Pelaksanaan Pendidikan Anak Usia Dini

Kondisi Pendidikan Anak Usia Dini yang masih sangat sarat dengan berbagai permasalahan dan tantangan diatas disebabkan oleh keterbatasan kapasitas yang kita miliki dan belum maksimalnya pendayagunaan berbagai potensi yang ada. Misalnya,pada pihak pemerintah telah banyak kebijakan dan program yang ditetapkan dan program yang berkaitan dengan pelayanan perkembangan anak usia dini. Namun masih kurang mantap dan terkoordinasi dalam implementasinya.Akibatnya,berbagai program pelayanan Pendidikan Anak


(27)

Usia Dini tidak berdampak maksimal terhadap peningkatan kualitas perkembangan anak.(Temuan Tim Peneliti PAUD,1998)

Secara kelembagaan,pendidikan anak usia dini diselenggarakan melalui tiga jalur,yakni jalur pendidikan formal (seperti Taman Kanak-kanak),jalur pendidikan non formal (seperti Kelompok Bermain dan Tempat Pengasuhan/penitipan Anak),jalur pendidikan informal (dalam keluarga dan masyarakat). Namun dari ketiga jalur pendidikan tersebut,penulis lebih memfokuskan pada jalur pendidikan yang ketiga yaitu jalur informal,dimana peran Petani Perempuan yang menjadi fokus penelitian ini.

2.8 Defenisi Konsep

2.8.1Defenisi Konsep

Konsep adalah istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian. (Singarimbun 1989:33). Konsep sangat diperlukan dalam penelitian agar dapat menjaga masalah atau menjadi pembatasan masalah dan menghindarkan timbulnya kesalahan-kesalahan defenisi yang dapat mengaburkan penelitian.

Yang dimaksud peran petani perempuan dalam pelaksanaan pendidikan anak usia dini adalah segala kegiatan atau aktifitas yang dilakukan oleh petani perempuan pada kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh petani perempuan pada kegiatan pendidikan anak usia dini di desa Tanjung bunga.


(28)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif yang akan dilakukan adalah menganalisa bagaimana peran petani perempuan dalam pelaksanaan pendidikan anak usia dini.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tanjung bunga, Kecamatan Pangururan Kab. Samosir. Alasan penulis memilih lokasi ini karena desa Tanjung Bunga mayoritas perempuan yang bekerja sebagai petani. Selain mengurus rumah dan anak, mereka juga bekerja disektor pertanian. Kondisi masyarakat desa tertinggal dan deskripsi geografis wilayah yang lumayan jauh dari kota Kecamatan,membuat penulis tertarik untuk meneliti,meskipun transportasi ke Desa Tanjung Bunga ini juga lumayan sulit didapatkan.

3.3 Unit Analisis dan Informan

3.3.1Unit Analisis

Adapun yang menjadi unit analisis dalam penelitian ini adalah Petani Perempuan yang memiliki peran selain mengolah lahan pertanian untuk mencari


(29)

nafkah,juga mengajar dan mendidik anak-anak di lembaga Pendidikan Anak Usia Dini tepatnya di Desa Tanjung Bunga.

3.3.2Informan

Penelitian ini akan dilakukan pada beberapa petani perempuan yang telah berumahtangga,dan yang telah memiliki anak.Informan yang akan diteliti dibatasi hanya pada mereka yang telah tinggal selama 6 tahun atau lebih,dan keluarga petani perempuan tersebut ikut terlibat dalam pelaksanaan Pendidikan Anak Usia dini,sehingga peneliti akan dapat terbantu dalam mengetahui dan menganalisa bagaimana peran petani perempuan tersebut dalam pelaksanaan Pendidikan Anak Usia Dini.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data akurat dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Wawancara (interview)

Wawancara yang dimaksudkan adalah prcakapan yang sifatnya luwes,terbuka dan tidak baku. Intinya Peneliti akan mengadakan pertemuan secara langsung dengan informan, dan harapannya informan dapat mengungkapkan informasi atau data yang diharapkan. Wawancara yang dilakukan adalah Tanya jawab langsung dengan menggunakan alat bantu kuesioner yang ditujukan kepada responden yaitu petani perempuan sebagai tenaga pendidik.


(30)

b. Observasi

Data yang akan diharapkan juga akan diperoleh melalui observasi atau pengamatan secara langsung yang akan dilakukan oleh peneliti. Pengamatan yang akan dilakukan peneliti adalah mengamati aktivitas petani perempuan dalam melaksanakan pendidikan anak usia dini,misalnya pada saat informan melakukan kegiatan belajar mengajar pada anak usia dini tersebut.

c. Dokumentasi

Dokumentasi untuk membantu penelusuran data historis, dapat berupa foto, artikel, jurnal, buku, dokumen atau catatan lainya yang masih berhubungan dengan topik penelitian.

3.5 Interpretasi data

Interpretasi data dilakukan dengan metode deskriptif yaitu suatu metode dimana data yang diperoleh disusun, lalu diinterpretasikan sehingga memberikan keterangan terhadap permasalahan yang diteliti dan berdasarkan dukungan teori dalam tinjauan pustaka yang telah ditetapkan sampai pada akhirnya akan disusun sebagai laporan akhir penelitian.


(31)

3.6 Jadwal kegiatan

Kegiatan Bulan ke -

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Pra survey √

Acc judul √

Penyusunan proposal penelitian √ √

Seminar proposal √

Revisi proposal √

Penelitian ke lapangan √ √

Pengumpulan data dan analisis data √

Bimbingan skripsi √ √

Penulisan laporan √


(32)

Pedoman Wawancara I I. Profil Informan

1. Nama

2. Jenis Kelamin 3. Usia

4. Agama

5. Pendidikan Terakhir

6. Alamat Rumah/ Tempat Tinggal 7. Nama Dusun

8. Lama Tinggal 9. Jumlah Tanggungan 10.Pendidikan Anak

Pendidikan Anak

Balita SD SMP SMA Perguruan Tinggi

Lainnya Jumlah Anak

II Profil Sosial Ekonomi 1. Status Tempat Tinggal

a. Rumah Sendiri b. Mengontrak c. Menumpang d. Lainnya…… 2. Bentuk Bangunan Rumah

a. Rumah Tepas b. Papan

c. Permanen d. Semi Permanen 3. Pekerjaan Pokok

a. Petani b. Pedagang c. Pemborong d. Nelayan e. Lainnya…. 4. Pekerjaan Sampingan.

5. Jenis Lahan Pertanian yang diolah 6. Status lahan pertanian yang diolah

a. Milik sendiri b. Menyewa c. Lainnya…

7. Penghasilan rata-rata per hari 8. Alokasi pengeluaran


(33)

a. Pendidikan anak

b. Listrik dan air (jikalau ada pengeluaran) c. Sandang pangan

d. Menabung e. Pertanian f. Kredit/utang g. Kesehatan h. Lainnya…

9. Organisasi yang diikuti a. Kepemudaan

b. Kelompok keagamaan c. Koperasi/KUD

d. Serikat tolong menolong (STM)

Pedoman Wawancara II

1. Apakah yang saudara ketahui tentang pelaksanaan Pendidikan Anak Usia Dini?

2. Apakah saudara aktif terlibat dalam pelaksanaan kegiatan PAUD tersebut?

3. Menurut saudara bagaimanakah pengaruhnya terhadap perkembangan anak saudara?

4. Bagaimanakah manfaat pelaksanaan Pendidikan Anak Usia Dini yang saudara ketahui terhadap lembaga-lembaga yang ada?

5. Bagaimanakah pengaruh Pendidikan Anak Usia Dini terhadap nilai-nilai sosial masyarakat yang ada?

6. Menurut saudara apakah yang menjadi masalah pokok dalam Pelaksanaan Pendidikan Anak Usia Dini,sementara saudara adalah petani di ladang? 7. Menurut saudara bagaimanakah dampak pelaksanaan Pendidikan Anak

Usia Dini terhadap masalah yang ada?

8. Apakah harapan saudara dari Pelaksanaan Pendidikan Anak Usia Dini ini? 9. Menurut saudara apakah Pemerintah terlibat juga dalam Pelaksanaan


(34)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

A. Keadaan Umum Desa Namoriam

Desa Namoriam, Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara yang berpenduduk ± 1.600 jiwa aLan 453 KK rnempunyai wilayah ± 636 Ha. Keadaan alamnya datar. landai (dataran tinggi) dengan ketinggian rata-rata ± 60 m diatas permukaan laut yang dipengaruhi 2 (dua) iklim ini dipengaruhi oleh angin laut dari angin pegunungan yang menjadi salah satu faktor pendukung dalam membentuk kesuburan tanah.

Adapun Desa Namoriam mempunyai batas wilayah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Desa Durin Simbelang, Durin Tonggal dan Desa Salam Tani.

Sebelah Timur : Desa Durin Simbelang Sebelah Selatan : Desa Durin Tonggal

Sebelah Barat : Desa Namorindang kec. Kutalinibaru

Desa Namoriam terdiri dan 5 (lima) Dusun dengan luas wilayah dan kepala Dusunnya sebagai berikut:

Tabel 2. Dusun, luas wilayah dan Kepala Dusunnya

No Dusun Luas

Wilayah

Kepala Dusun

1 Dusun

I

± 50 Ha Arifin Ginting

2 Dusun

II

± 80 Ha Dinis Barus


(35)

3 Dusun III

± 100 Ha

Kuat Sembiring

4 Dusun

IV

± 256 Ha

Helmon Tarigan

5 Dusun

V

± 150 Ha

Mimpin Tarigan Sumber Kantor Kepala Desa Namoriani

Desa Namoriam yang memiliki jarak tempuh ± 4 Km atau memerlukan waktu ± 15 menit ke Ibu Kota Kecamatan Pancur Batu juga merupakan jalur lintas propinsi atau jalan lintas pariwisata menuju kawasan wisata Sibolangit dan Berastagi. Disamping itu Desa Namoriam juga dikenal sebagai Desa penghasil buah belimbing dan buah jambu batu Taiwan yang banyak dijual sepanjang lintas propinsi tersebut.

B. Monografi Desa Namoriam 1. Kondisi Geografis

a. Ketinggian Tanah dan Permukaan Laut : ± 60 mdl b. Topografi (dataran rendah, tinggi, pantai) : Dataran tinggi

c. Sungai : 1 aliran

2. Orbitasi (jarak dari pusat Pemerintahan)

a. Jarak dari Pemerintahan Kecamatan : ± 4 km b. Jarak dari Pemerintahan Kabupaten : ± 60 km c. Jarak dari Ibu Kota Propinsi : ± 20 km 3. Pertanahan


(36)

a. Daerah Permukiman : ± 26 Ha

b. Daerah Pertanian Sawah : ± 60 km

c. Daerah Perladangan : ± 35 Ha

d. Daerah Perkebunan : ± 150 Ha

e. Daerah Fasilitas Umum Kantor Sekolah,

Mesjid, Gereja, Perkuburan dan lain-lain : ± 2 Ha 4. Kependudukan

Jumlah Penduduk menurut : a. Jenis Kelamin

1. Laki-laki : 882 orang

2. Perempuan : 907 orang

b. Kepala Keluarga

1. WNI : 418 orang

2. WNA : -

2. Jumlah penduduk menurut Agama

a. Islam : 15 %

b. Kristen Protestaa’Kristen Katholik : 85 %

d. Hindu, Budha : -

3. Jumlah Penduduk Menurut Umur

1.Usia 0 – 1 Tahun : 40 orang

2. Usia 1 – 5 Tahun : 127 orang

3. Usia 6 – 15 Tahun : 440 orang 4. Usia 16 – 21 Tahun : 337 orang


(37)

5. Usia 22 – 59 Tahun : 700 orang

6.Usia > 60 Tahun :145 orang

4. Jumlah Penduduk menurut mata pencaharian

a. Wirausaha : 25 KK

b.Tani : 259 KK

c.Buruh : 93 KK

d. PNS. TNI/ POLRI : 32 KK

e. Pedagang : 54 KK

5. Etnis

a.Jawa : ± 2 %

b.Karo : ± 95 %

c. Batak Toba : ± 1 %

C. Sarana dan Prasarana C. I. Sarana Peribadatan

a. Jumlah Mesjid : - unit

b. Jumlah Mushola : - unit

c. Jumlah Gereja : 4 unit

d. Jumlah Vihara : - unit

e. Jumlah Pura : - unit

C. 2. Prasarana Kesehatan

1. PUSKESMAS : - unit

2. POLINDES : 2 unit


(38)

1. Dokter Uinum : - orang

2. Dokter Gigi : - orang

3. Para Medis : 2 orang

4. Dukun Terlatih : 3 orang

5.Bidan Desa : 1 orang

D. Prasarana Air Bersih

1. Sumur Pompa : - unit

2. Sumur Gali : - unit

3. Jumlah MCK : 1 unit

SUSUNAN ORGANISASI PEMERINTAH DESA NAMORIAM

Kepala Desa : Subur Tarigan

Sekretaris Desa : Aman Gurusinga

Bendahara Desa : Ika Pana

Kaur Pemerintahan : Masana Purba Kaur Pembangunan : Lindung Sembiring

Kaur Umum : Litna Kacaribu

Kepala Dusun I : Arifin Ginting

Kepala Dusun II : Disnis Barns

Kepala Dusun III : Kuat Sembiring

Kepala Dusun IV : Helmon Tarigan


(39)

SUSUNAN PENGURUS

TIM PENGGERAK PEMBERDAYAAN KESEJAHTERAAN KELUARGA (TP.PKK)

DESA NAMORIAM

Ketua : Norma Subur Tangan Br. Sembiring Wakil Ketua : Juni Br. Gurusinga

Sekretaris : Ros Br. Keliat

Bendahara : Njoreken Br. Sembiring Ketua Pokja I : Dahliana

Ketua Pokja II : Sabar Menanti Ketna Pokja III : Setiawan Br. Ginting Ketua Pokja IV : Sariana Br. Barus

C. Sejarah Berdirinya PAUD di Desa Namoriam

Pendidikan anak usia dini berdiri di Desa Namoriam sejak awal tahun 2007. Hal ini dilatar belakangi oleh kondisi Desa Namoriam dimana sejak Desa Namoriam berdiri tahun 1942 sampai sekarang tidak memiliki sekolah formal. Anak anak Desa Namoriam biasanya bersekolah di Pancur Batu yang jaraknya 4 km dan desa. Hal ini dikarenakan oleh di Pancur Batu sebagai ibu kota kecamatan memiliki sekolah formal untuk SD, SMP dan SMA.

Salah satu faktor yang menyebabkan Desa Namoriam tidak memiliki sarana pendidikan, disebabkan oleh letak geografis desa Namoriam yang


(40)

berdampingan dengan Desa Durin Simbelang sehingga sarana pendidikannya yaitu dua unit SD negeri berada di Desa Durin Simbelang yang jaraknya ±3 Km. Sehingga alternatif lainnya adalah bersckolah di Desa Durin Simbelang selain ke Pancur Batu.

Karena tidak tersedianya bangunan sekolah formal berdiri di Desa Namoriam, maka tahun 2007, dan seiring dengan program pemerintah kabupaten yaitu Konsep Cerdas (Percepatan Rehabilitasi dan Aprestasi Sekolah) dan program GMPP (Gerakan Masyarakat Peduli Pendidikan) kepada masyarakat, maka melalui program GMPP tersebut, pemerintah kabupaten melalui kecamatan memberikan arahan kepada kepala desa untuk membuka pendidikan bagi anak usia dini. Kepala desa menyampaikan arahan tersebut kepada Ibu PKK Desa Namoriam agar mendirikan PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini).

Tanggung jawab yang dipercayakan masyarakat kepada Ibu-Ibu PKK untuk mendirikan PAUD di desa Namoriam sampai saat ini tetap dipegang lbu-lbu PKK. Untuk mendirikan PAUD, maka Ibu PKK mempersiapkan perangkat PAUD terlebih dahulu. Adapun perangkat PAUD yang dipersiapkan Ibu PKK adalah sebagai berikut:

1. Pengajar 2. Anakusiadini 3. Bahan ajar 4. Alat tulis

5. Tempat pertemuaan

Awal mula PAUD berdiri hanya seperti tempat penitipan anak dengan kegiatan bermain. Pada bulan Maret tahun 2007, pemerintah kabupaten melalui


(41)

kecamatan melakukan pelatihan dari dinas P & K untuk memberikan pelatihan kepada para pengajar.

Dengan adanya pelatihan tersebut maka ibu-ibu PKK menetapkan orang-orang yang mengajar di PAUD dan Ibu-Ibu PKK yang membantu pengajar dalam rnelaksanakan PAUD.

Musyawarab Ibu-Ibu PKK dengan perempuan tani Desa Namoriam berjalan lama. Hal ini dikarenakan tidak seorang pun yang bersedia menjadi pengajar tetap di PAUD. Hal ini sangat dimaklumi karena mereka sangat sibuk di ladang dan mengurus rumah. Karena kesibukan mereka di ladang dan mengurus rumah serta anak dan suami. Karena kesibukan mereka, maka diambil keputusan bahwa yang mengajar di PAUD adalah petani perempuan yang belum menikah yang bisa meluangkan waktu untuk mengajar. Dan hasil musyawarah didapat sepuluh orang petani perempuan yang belum menikah dan tujuh orang petani perempuan yang sudah menikah.

Petani perempuan yang belum menikah bekerja sebagai petani, karena tidak melanjutkan pendidikannya lagi. Mereka bekerja di ladang orang tuanya sendiri. Pendidikan yang mereka jalani sangat minim, beberapa dari mereka ada yang tamatan SMP, SMA dan bahkan ada yang putus sekolah. Hal ini juga didorong oleh cara berpikir masyarakat desa yang masih tradisional yakni bahwa anak perempuan tidak harus memiliki pendidikan yang tinggi. Dan tujuh orang petani perempuan yang sudah menikah bersedia meluangkan waktunya untuk mengajar di PAUD.

Dan hasil musyawarah tersebut juga diperoleh 17 orang sebagai pengajar tetap dan delapan orang ibu PKK yang bersedia membantu pengajar dalam


(42)

pelaksanaan PAUD di Desa Namoriam. Dengan kondisi umum petani perempuan desa Namoriam yang harus juga bekerja produksi, maka disepakati bahwa PAUD dilaksanakan hanya selama tiga hari setiap minggunya dengan waktu belajar selama dua jam per harinya. Hal ini dilakukan agar PAUD dapat dilaksanakan tanpa mengganggu kegiatan produksi yang dilakukan oleh petani perempuan tersebut.

Kemudian 17 petani perempuan dilatih oleh Dinas P & K untuk dibenahi agar petani perempuan tersebut mengetahui materi PAUD apa saja yang akan mereka sampaikan kepada anak usia dini, dan mereka juga mengetahui cara menyampaikan materi PAUD kepada anak usia dini.

PAUD yang pada awalnya hanya sebagai tempat penitipan anak dan tempat bermain anak lambat laun berubah menjadi kelas belajar. Setelah mendapat pelatihan 17 petani perempuan tersebut membagi tugas mereka dan membuka PAUD yang tempat pelaksanaanya di Balai Desa Namoriam. Adapun penyebab dilaksanakannya PAUD di Balai Desa dikarenakan rumah penduduk desa Namoriam tidak dapat menampung jumlah anak yang belajar di PAUD.

Dan lima dusun yang terdapat di Desa Namoriam, anak-anak usia dini yang berjumlah 167 orang hanya 30 orang saja yang mengikuti PAUD di Balai Desa yang terletak di dusun IV. Hal ini disebabkan oleh jarak yang cukup jauh antara dusun yang satu dengan dusun yang lainnya mengakibatkan orangtua anak usia dini tidak dapat meluangkan waktunya untuk mengantarkan anaknya ke PAUD tersebut.


(43)

D. Kegiatan - Kegiatan PAUD di Desa Namoriam

PAUD yang ada di desa Namoriam yang dilakukan di Balai Desa tersebut memiliki kegiatan-kegiatan antara lain:

1. Belajar Berhitung

Dengan belajar berhitung ini, petani perempuan memperkenalkan angka-angka dan mencoba mengajarkan penjumlahan melalui angka terkecil.

2. Belajar Membaca

Petani perempuan mengenalkan kepada anak usia dini huruf-huruf dan mengarahkan anak usia dini melafalkannya.

3. Belajar menulis

Petani perempuan yang sebagai pengajar di PAUD ini mengenalkan anak usia dini menggunakan alat tulis dan selanjutnya mencoba menulis huruf dan gabungan huruf menjadi kata.

4. Belajar Bahasa Inggris

Anak usia dini diarahkan untuk dapat melafalkan angka dan beberapa huruf dengan Bahasa lnggris. Petani perempuan akan membimbing anak usia dini agar tertarik mengikuti, karena kegiatan ini selain masih menjadi keanehan namun sangat penting.

5. Belajar Menggambar

Anak usia dini akan dikenalkan dengan warna yang ada serta mencoba mengkombinasikannya dengan mencoba mewarnai gambar yang ada. Selanjutnya anak usia dini akan diarahkan untuk mengekspresikan dirinya melalui pensil warna dan buku gambar.


(44)

Kegiatan ini bertujuan untuk mengenalkan norma-norma yang ada di masyarakat seperti cara berbicara kepada orang yang lebih tua maupun menyapa orang lain serta nilai-nilai yang lainnya.

7. Bermain

Kegiatan ini merupakan kegiatan pokok PAUJD, hal ini disebahkan oleh karena PAUD dilaksanakan sesuai dengan karakteristik dan tingkat perkembangan anak sehingga proses pendidikannya bersifat tidak terstruktur, informal, dan peka terhadap perbedaan individual anak, serta melalui aktivitas langsung dalam suasana bermain.

E. Susunan Penyelenggara PAUD di Desa Namoriam Penanggung Jawab : Bpk Subur Tarigan

Ketua : Norma Br. Sembiring Sekretaris : Ros Br. Keliat

Bendahara : Njoreken Br. Sembiring Pengajar Tetap :

- Dahliana Ginting - Sabar Menanti Sinuhaji - Setiawati Ginting - Serli Barus - Mailina Tarigan - Kristina Tarigan - Ernita Sembiring - Masanna Barns - Lesna Tarigan - Melia Sebayang - Mita Bangun - Sariana Karo Sekali - Nofita Bangun - Sikap Ginting - Melisa Saragih - Nety Sebayang


(45)

- Mastalia Gurki

Pengajar Tidak Tetap

- Tiurma Simamora - Rita Ginting - Ida Sinuhaji - Indang Sembinng - Rosianna Sebayang - Namaken Sembinng - Arihta Ginting - Berliana Ketaren

F. Pembagian Jadwal PAUD di Desa Namoriam Tabel 3 Roster Kegiatan PAUD di Desa Namoriarn

No Hari Waktu Materi PAUD Petugas

1. Jumat

16.00-16.30 Membaca - Dahliana Gmtng

- Sabar Menanti Sinuhaji 16.30-1730 Bermain

- Ngikut Sembiring - Lena Tangan - Sikap Ginting 17.30-18.00 Menulis - Setiawati Gmting

- Serli Barus

2 Sabtu

16.00 – 16.30 Berhitung - Marlina Tarigan - Mastalia Gurki 16.30 – 17.30 Bermain

- Mita Bangun - Neti Sebayang - Dahliana Gurki 17.30 – 18.00 Tata Krama - Sikap Ginting

- Nofita Bangun

3 Minggu

16.00 – 16.30 Bahasa Inggrsi - Masanna Barus - Lesna Tarigan 16.30 – 17.30 Bermain

- Melisa Saragih - Sariana Karo Sekali - Serli Barus

17.30 – 18.00 Menggambar - Melia Sebayang - Kristina Tarigan Sumber : PAUD Desa Namoriam


(46)

BAB V ANALISIS DATA

Pada bab ini akan disajikan hasil dari penelitian yang diperoleh peneliti di lapangan melalui metode-metode pengumpulan data yang telah disebutkan pada bab terdahulu. Demikian juga halnya permasalahan utama yang hendak dijawab dalam bab ini adalah permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya yaitu “Bagaimanakah peran petani perempuan dalam pelaksanaan pendidikan anak usia dini”.

Dalam mengumpulkan data penelitian, ada beberapa tahapan yang utama yang dilakukan peneliti. Pertama, penelitian ini diawali dengan pengumpulan data dan informasi yang dilakukan terhadap petani perempuan. Tujuannya untuk mengetahui peran yang telah dilakukan petani perempuan dalam pelaksaan pendidikan anak usia dini.

Kedua. melakukan penelitian dengan menyebarkan kuesioner yang ditujukan kepada petani perempuan yang tujuannya untuk mengetahui identitas responden dan kegiatan-kegiatan apa saja yang dilakukan petani perempuan dalam


(47)

pelaksanaan pendidikan anak usia dini di Desa Namoriam serta masalah-masalah apa yang dihadapi responden saat melaksanakan PAUD di Desa Namoriam.

Ketiga, melakukan sejumlah wawancara untuk mengetahui kegiatan dan pelaksanaan pendidikan anak usia dini di Desa Namoriam. Pertama sekali wawancara dilakukan terhadap ketua pelaksana pendidikan anak usia dini Desa Namoriam. Tujuannya adalah untuk mendapatkan referensi tentang berbagai hal yang dianggap penting menyangkut pelaksanaan pendidikan usia dini di Desa Namoriam serta kegiatan-kegiatannya selama ini karena ketua pelaksana pendidikan anak usia dini merupakan pihak yang bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan selanjutnya.

Adapun peran yang telah dilakukan petani perempuan dalam pelaksanaan pendidikan anak usia dini yakni:

a. Memberikan materi pelajaran Berhitung, Membaca, Bahasa lnggris, menulis, menggambar, tata krama, dan bermain

Pendidikan anak usia dini yang berada di Desa Namoriam kec. Pancur Batu memberikan pendidikan kepada anak usia dini melalui petani perempuan yang berjumlah 17 orang. Tenaga pengajar yang memberikan materi pelajaran kepada anak usia dini disesuaikan dengan materi pelatihan yang telah mereka dapatkan dan Dinas P & K serta disesuaikan dengan kemampuan petani perempuan.

Proses pelatihan yang di dapat oleh petani perempuan dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan yang diberikan Dinas P&K serta disesuaikan dengan kemampuan personal dan dilaksanakan secara seksama. Dengan demikian, petani


(48)

perempuan dapat berperan dengan balk dalam pelaksanaan pendidikan anak usia dini.

Seperti percakapan yang dilakukan peneliti dengan ketua pelaksana pendidikan anak usia dini mengenai materi pelajaran yang diajarkan di PAUD Desa Namoriam, Ibu. Norma Br. Sembiring:

“Petani perempuan yang telah dipilih sebagal pengajar tetap di ke!as PA UD ini, dibina dan dilatih terlebih dahulu oleh Dinas P&K agar nantinya petani perempuan dapat menjalankan perannya dengan baik karena, petani perempuan yang mengajar di PAUD tidak memiliki jenjang pendidikan yang tinggi seperti layaknya seorang guru yang tamtlan Perguruan Tinggi bagian Pendidikan”.

Adanya ungkapan dan ketua pelaksana PAUD Desa Namoriam tersebut, menyatakan bahwa petani perempuan mendapatkan pendidikan dan pelatihan terlebih dahulu sebelum mereka memberikan materi pelajaran seperti Berhitung. Membaca, Bahasa Lnggris, menulis, menggarnbar, tata krama, dan bermain kepada anak usia dini

b. Dalam pelaksanaan Pendidikan Anak Usia Dini melalui jalur nonformal sebagai pengasuh pengganti orang tua anak, pembimbing, serta melatih dan membelajarkan anak.

Dalam melaksanakan kegiatan PAUD melalui jalur nonformal, petani perempuan juga berperan sebagai pengasuh anak atau pengganti orang tua anak, pembimbing anak serta melatih dan membelajarkan anak. Sebagai pengasuh artinya bahwa petani perempuan menjadi sosok seorang ibu bagi anak sebagai pembimbing artinya bahwa petani perempuan selalu membimbing anak dalam belajar dan melatih anak memahami materi pelajaran yang disampaikan petani perempuan dan mengajari anak tentang pendidikan yang diberikan petani perempuan.


(49)

Seperti petikan percakapan yang dilakukan peneliti kepada salah seorang pengajar PAUD Desa Namoriam yakni Sikap Ginting:

“Kami sebagai seorang petani dan sebagai pengajar PAUD harus bisa menjadi orang iba bagi anak didik kami. Dengan kota lain, saya harus mengaggap anak itu seperli anak saya sendiri dengan memberikan kasih sayang dan kesabaran dalam memberikan pelajaran dasar kepadanya. Jika kita tidak seperti itu, maka anak akan takut dengan kita. Kita membimbing dan melatih mereka agar menjadi anak yang pintar dan baik serta berguna bagi bangsa dan Negara”.

Melalui pendekatan inilah, maka anak akan merasa senang dan nyaman untuk mengikuti pelajaran yang ada di kelas PAUD. Jika petani perempuan yang mengajar di kelas PAUD tidak dapat memahami anak. maka anak tidak mau di didik atau dibina dan kemungkinan besar anak akan menangis an takut untuk belajar.

Dalam melakukan penelitian. peneliti menyebarkan kuesioner guna mengetahui identitas responden, kegiatan-kegiatan apa saja yang dilakukan dalam kelas PAUD:

A. Identitas Responden Tabel 4. Status Responden

Keterangan Frekuensi Persen

Menikah 4 23,5

Belum Menikah 13 76,5

Jumlah 17 100

Sumber : Hasil penelitian 2008

Dan tabel diatas, dapat dilihat gambaran mengenai identitas responden yaitu responden yang ada di Desa Namoriam. Dari 17 orang responden yang mengisi kuesioner penelitian ini terdiri dari 4 orang (23.5%) adalah petani perempuan yang sudah menikah dan 13 orang (76.5%) adalah petani perempuan yang belum menikah


(50)

Dan tabel diatas dapat dilihat bahwa responden yang belum menikah memiliki frekuensi yang lebih banyak dibandingkan responden yang sudah menikah. Hal ini dikarenakan responden yang belum menikah adalah petani perempuan yang bekerja di ladang orang tuanya dan tidak melanjutkan pendidikannya sehingga mereka dapat meluangkan waktunya untuk mengajar.

Tabel 5. Usia responden

Keterangan Frekuensi Persen

20-25 12 70,6

26-30 3 17,6

31-35 2 11,8

Jumlah 17 100%

Sumbcr penelitian 2008

tahun secara keseluruhan berjumlah 12 orang (706 %). Usia responden berkisar 26- 30 tahun sebanyak 3 orang (17,6%) dan kelompok usia 31-35 tahun sebanyak 2 orang (11,8%). Dari data tabel diatas dapat dilihat usia responden yang lebih banyak berkisar 20-25 tahun. Hal ini dikarenakan responden yang termasuk kelompok tersebut adalah responden yang lebih mampu menyesuaikan diri dengan sifat anak-anak yang belajar di kelas PAUD.

Pada label berikut ini peneliti akan memberikan gambaran mengenai pendidikan responden.

Tabel 6. Pendidikan responden.

Tingkat Pendidikan Frekuensi Persen

Tamatan SMP 1 5,8


(51)

Tamatan SMA 13 16,6

TidakTamatSMA 2 11,8

Jumlah 17 100%

Sumber: Penelitian 2008

Latar belakang pendidikan dan 17 orang responden yang ada di desa Nanionam merupakan responden yang berlatar belakang tamatan SMP sebanyak 1 orang (5,8%) sedangkan tidak tamat SMP sebanyak 1 orang (5,8%). Responden yang tamatan SMA sebanyak 13 orang (76,6%) dan tidak tamat SMA sebanyak 2 orang (11,8%). Dari tabel diatas menjelaskan bahwa pendidikan perempuan paling tinggi di Desa tersebut adalah tamatan SMA dan yang mampu memberikan waktu luang untuk mengajar di kelas PAUD.

B. Pendidikan Anak Usia Dini di Desa Namorim

Dalam mempersiapkan anak-anak usia dini ke jenjang Sekolah Dasar, maka petani perempuan Desa Namoriam bersatu dan mendirikan sekolah lapang tanpa biaya bagi anak-anak usia dini yaitu 0-6 tahun yang sering disebut PA UD.

Adapun anak usia anak dini yang belajar di PAUD Desa Namoriam berjumlah 30 orang. Untuk mencapai kriteria anak yang pantas duduk di bangku Sekolah Dasar maka petani perempuan niemberikan pendidikan antara lain : Membaca, Menulis, Berhitung, Menggambar, Bahasa Inggris, Bermain, dan Tata krama.

Berikut ini adalah tabel responden yang mengajar membaca di Pendidikan Anak Usia Dini di Desa Namoriam

Tabel 7. responden yang mengajar membaca


(52)

YA 2 11,8

Tidak 15 88,2

Jumlah 17 100

Sumber : Penelitian 2008

Tabel 7 diatas menunjukkan jumlah responden yang mengajar membaca sebanyak 2 orang (11,8%) dalam pelajaran, hal ini dikarenakan tugas mereka untuk menguasai materi membaca tersebut. Cara mengajar yang dilakukan responden kepada anak-anak sangat bervariasi. Variasi yang dilakukan responden dalam mengajar anak-anak membaca berfungsi agar anak-anak tersebut tidak bosan dalam merigikuti pelajaran dan tidak mudah jenuh.

Dengan adanya gambar-gambar, anak-anak dapat lebih cepat mengingat dan lebih mudah menangkap pelajaran. Misalnya gambar seekor kerbau ditunjukkan kepada anak-anak. Dan gambar kerbau tersebut, anak-anak akan serentak menyebutkan bahwa gambar hewan yang ada di depan adalah seckor kerbau.

Responden akan mengeja tulisan “kerbau” dan anak-anak akan serentak membaca huruf yang membangun kata kerbau satu persatu. Pelajaran yang mendasar adalah pengenalan huruf dan membaca huruf.

Berikut ini adalah tabel responden yang mengajar menulis di Pendidikan Anak Usia Dini di Desa Namoriam.

Tabel 8. Responden yang mengajar menulis

Mengajar Menulis Frekuensi Persen

Ya 2 11,8

Tidak 15 88,2

Jumlah 17 100%

Sumber: Hasil penelitian 2001

Dari data tabel diatas dapat penulis gambarkan bahwa responden yang mengajar menulis yaitu 2 orang (1 1,8). Responden yang mengajar membaca,


(53)

menulis di papan tulis bacaan yang akan dieja dan responden yang lainnya berada diantara anak-anak untuk mengarahkan mereka agar fokus dan tidak membuat keributan.

Berikut ini adalah tabel responden yang mengajar berhitung di Pendidikan Anak Usia Dini di Desa Namoriam.

Tabel 9. Responden yang mengajar berhitung

Mengajar Berhitung Frekuensi Persen

Ya 2 11,8

Tidak 15 88,2

Jumlah 17 100%

Sumber: Hasil penelitian 2001

Dalam memberikan pelajaran jenis ini dilakukan oleh 2 orang (11,8%). Adapun tujuan pelajaran berhilung ini ditujukan untuk melihat kemampuan dan kecepatan anak dalam berhitung dan melatih daya tangkap anak. Biasanya responden menyampaikan pelajaran berhitung dengan memperkenalkan angka-angka kepada anak dan penjumlahan yang ringan seperti 1+1 = 2; 2+2 = 4, dan seterusnya.

Responden selalu melatih anak-anak untuk menjumlahkan angka-angka dengan alat bantu jan tangan atau lidi yang telah disediakan responden. Dengan cara deinikian. anak-anak akan cepat menangkap pelajaran dan mcngingatnya.

Berikut ini adalah tabel responden yang mengajar menggambar di Pendidikan Anak Usia Dini di Desa Namoriam.

Tabel 10. Responden yang mengajar menggambar

Mengajar Menggambar Frekuensi Persen

Ya 2 11,8


(54)

Jumlah 17 100% Sumber: Hasil penelitian 2008

Dari data diatas menunjukkan bahwa yang melakukan kegiatan mengajar menggambar 2 orang (11,8%), sedangkan yang tidak ikut serta dalam kegiatan ini sebanyak 15 orang (88,2%).

Responden yang melakukan kegiatan ini dipilih karena mereka lebih mengerti mengajari anak-anak dalam menggambar dan memilih warna ataupun memadukan warna pada gambar yang ada. Biasanya responden melatih anak anak menggambar pola yang ringan tidak berat. Dalam pelajaran ini, biasanya gambar telah tersedia dan anak-anak tinggal mewarnainya saja. Terkadang, anak-anak juga diajarkan untuk menginspirasikan gambar yang ada di benak mereka sendiri ke dalam kertas dan mewarnainya sendiri dengan sesuka hati mereka.

Berikut ini adalah tabel responden yang mengajar Bahasa Inggris di Pendidikan Anak Usia Dini di Desa Namoriam.

Tabe 11 Responden yang memberikan pelajaran bahasa inggris Mengajara Bahasa

Ingris

Frekuensi Persen

Ya 2 11,8

Tidak 15 88,2

Jumlah 17 100

Sumber : hasil Penelitian 2008

Tabel 11 menerangkan jumlah responden yang mengajar Bahasa lnggris. Dan 17 orang yang mengajarkan pelajaran Bahasa Inggris sebanyak 2 orang (11,8%) sementara itu yang tidak ikut serta dalam kegiatan tersebut adalah 15 orang (88,2%).


(55)

Responden yang mengajar Bahasa Inggris ini dipilih karena mereka mampu dalam pealajaran tersebut. Responden yang mengajar pelajaran ini adalah tamatan SMA.

Pelajaran Bahasa Inggris yang diajarkan responden kepada anak-anak adalah pelajaran Bahasa Inggris dasar. Adapun pelajaran yang mereka ajarkan seperti membaca huruf A sampai Z dan membaca angka 1 sampai 10 dengan menggunakan Bahasa Inggris. Untuk mempermudah anak-anak mengingat pelajaran tersebut, biasanya responden mencari cara cepat dan melatih anak-anak cara cepat tersebut. Salah satu cara cepat yang biasa digunakan responden adalah dengan menjadikan huruf-huruf tersebut menjadi syair lagu dan dinyanyikan dengan Bahasa Inggris. Dengan melagukan huruf-huruf tersebut dalam Bahasa Inggris, anak-anak akan semakin cepat mengingatnya.. Responden sangat senang dengan belajar seperti metode cara cepat tersebut, karena dimanapun anak-anak itu berada mereka bisa memperagakan ataupun mempraktekkan lagu tersebut. Jadi anak-anak tersebut bernyanyi sambil menghapal.

Berikut ini adalah tabel responden yang melatih bermain di Pendidikan Anak Usia Dini di Desa Namoriam

Tabel 12. Responden yang melatih bermain

Melatih Bermain Frekuensi Persen

Ya 1 9 52,9

Tidak 1 8 47,1

Jumlah 17 100%

Sumber: Hasil penelitian 2008

Tabel diatas menunjukkan dalam melatih anak-anak bennain ada 9 orang (52,9%) dan yang tidak ikut dalam kegiatan ini sebanyak 8 orang (47,1%). Dalam seminggu, PAUD Desa Namoriam mengadakan tiga kali pertemuan dan bermain


(56)

mendapat frekuensi tiga kaii dalam seininggu. Bermain dilaksanakan dipertengahan pelajaran yang wajib. Misalnya: jumat pelajaran Membaca, Bermain dan Menulis. Setiap hazi bermain berada di sela pelajaran yang wajib, agar anak tidak jenuh dalam belajar.

Bagi respoden, bermain termasuk salah satu bagian dan pelajaran. Disamping untuk mengurangi kejenuhan anak terhadap pelajaran yang terlalu formal dan membosankan, bermain membantu anak untuk mudah mengingat pelajarannya. Belajar sambil bermain, itulah yang diterapkan responden. Responden mengajarkan cara bermain yang baik kepada anak-anak. Misalnya tidak bermain tanah karena dapat menimbulkan perut cacingan, dalam bermain tidak boleh curang atau tidak adil, bermain tidak boleh dengan kekerasan. Anak-anak juga biasanya bermain dengan bernyanyi sambil memperagakan gerakan-gerakan pendukung lagu. Misalnya lagu dua mata saya, hidung saya satu, sath mulut saya tidak berhenti makan”. Dalam menyanyikan lagu tersebut anak-anak menunjuk organ tubuh yang ada tertulis dalam lirik lagu.

Berikut ini adalah tabel responden yang memberikan pelajaran tata krama di Pendidikan Anak Usia Dini di Desa Namoriam.

Tabel 13. Responden yang memberikan pelajaran tata krama Pelajaran tata krama Frekuensi Persen

Ya 2 11,8

Tidak 15 88,2

Jumlah 17 100

Sumber : Hasil Penelitian 2008

Dan tabel diatas dapat digambarkan bahwa 2 orang (11.8%) mengajarkan pelajaran tata krama. Tata krama termasuk dalam pelajaran anak-anak sejak usia dini di Desa Namoriam. Disamping Desa tersebut masih kental dengan budaya


(57)

dan adat istiadat, orang tua anak-anak tersebut tidak meiniliki waktu luang untuk mengajarkan anak mereka karena orang tua selalu sibuk di ladang selama satu harian lebih. Dengan kondisi yang sangat sibuk diladang tersebut, orang tua selalu membiarkan anak-anak mereka bersama teman-temannya atau kakak atau abangnya bermain-main di sekitar lingkungan mereka.

Melihat kondisi tersebut, PAUD mengajarkan anak-anak sejak usia dini bagaimana cara berbicara yang sopan, cara makan yang sopan, cara memanggil sebutan untuk seseorang yang lebih muda atau yang lebih tua dan mereka. tidak berbicara kotor tapi sopan. Harapan responden dengan adanya pelajaran tata krama ini. anak-anak tumbuh dengan baik dan mudah-mudahan sampai sekolah nantinya mereka tetap tumbuh menjadi anak yang baik dan sopan.

Dalam melaksanakan Pendidikan Anak Usia Dini dan dalam mencapai hash yang memuaskan dalam menyampaikan bahan ajaran kepada anak-anak usia dini, responden memerlukan peralatan yang dapat mendukung PAUD dan agar proses PAUD dapat berjalan dengan lancar. Karena itu. Para pengajar PAUD bekerja sama dengan warga desa Namoriam untuk melengkapi peralatan tersebut.

Berikut ini adalah tabel Jenis Peralatan yang dihutuhkan responden untuk memberikan pendidikan bagi anak usia dini di PAUD di Desa Namoriam.

Tabel 14 . Jenis Peralatan yang dibutuhkan untuk memberikan pendidikan bagi anak usia dini.

No. Jenis Peralatan Kegiatan yang terlibat 1 Buku Tulis Menulis

2. Buku Bacaan Membaca 3. Buku Gambar Menggambar

4. Pensil Menulis dan Menggambar

5. Pulpen Menilai

6. Pensil Warna Mewarnai


(58)

8. Kapur Tulis Mengajar

9 Penghapus Mengajar

10 Batu kerikil Berhitung 11 Lidi 5 cm Berhitung 12 Bola plastik Bermain

13 Kursi Bermain

14 Gitar Bermain

15 Papan tulis Mengajar Sumber: Data PAUD Desa Namoriam

Peralatan seperti buku tulis harus memenuhi jumlah anak yang belajar di PAUD. Karena apabila tidak memenuhi jumlah anak yang belajar di PAUD maka anak yang tidak mendapatkan buku tulis tidak dapat mengikuti pelajaran menulis dan mengakibatkan dampak yang begitu fatal pada anak itu sendiri. Kemungkinan yang akan terjadi anak akan malas ikut belajar bersama temannya di PAUD karena pernah kecewa tidak kebagian buku. Karena itu, tiap anak mendapatkan buku dan selesai pelajaran di PAUD buku dikembalikan kepada responden dan di dalam buku tersebut sudah tercantum nama anak sebagai peinilik buku. Jika ada anak yang baru bergabung. maka anak tersebut mendapatkan buku baru.

Buku bacaan yang disediakan responden sampai saat ini masih terbatas. Buku bacaan yang diiniliki responden biasanya buku yang berisi kumpulan cerita pendek untuk anak. Dalam mengajar membaca. biasanya responden memfotokopi cerita yang akan dibaca nantinya sesuai dengan jumlah anak.

Kebutuhan untuk buku gambar biasanya disesuaikan dengan jumlah anak yang belajar dan tiap anak mendapatkan satu buku gambar. Karena jika ada anak yang tidak mendapat buku gambar, maka anak tersebut akan menangis dan merasa tidak diperdulikan atau diperhatikan. Untuk mencegah terjadinya hat-hal deinikian, maka responden membagikan buku gambar kepada seluruh anak secara merata.


(59)

Pensil merupakan kebutuhan yang harus dimiliki setiap anak. Karena jika pensil ini tidak dimiliki, maka anak tidak akan bisa belajar menulis ataupun menggambar. Sama halnya dengan buku tulis dan buku gambar, pensil juga dibagikan responden kepada tiap anak secara merata dan apabila pelajaran telah selesai maka pensil tersebut dikembalikan kepada responden dan akan dibagikan kembali kepada anak jika jam pelajaran mereka menulis atau menggambar. Alat tulis pulpen biasanya tidak digunakan oleh anak. Pulpen biasanya digunakan oleh responden saja untuk menilai basil kerja anak-anak. Anak-anak sangat senang apabila hasil kerja mereka dinilai. Karena itu responden selalu menilai hasil kerja anak-anak.

Dalam memberikan nilai, responden melihat sifat dan jiwa anak-anak. Karena sifat anak-anak yang ada di PAUD berbeda-beda. Anak yang mendapat nilai lebih rendah dan temannya akan menangis dan kecewa tetapi ada juga anak yang apabila mendapat nilai rendah dan responden mendorongnya untuk lebih banyak giat belajar lagi, anak tersebut akan semakin giat belajar. Responden mengaku ada anak yang menganggap dorongan dan kritikan sebagai sebuah ejekan tetapi ada anak yang menganggap dorongan dan kritikan sebagai motivasi. Jadi, menentukan kepribadian anak sangat sulit dan membutuhkan perhatian yang serius dalam mempelajari sifat anak.

Dalam penggunaan pensil warna. biasanya responden membagi anak ke dalam beberapa kelompok. Dalam pelajaran mewarnai, anak di bagi ke dalam kelompok lalu setiap kelompok diberikan 2 lusin pensil warna kayu (2 kotak ukuran sedang).


(60)

Penggaris yang dibagikan kepada anak adalah penggaris yang panjangnya 15 cm. Tiap anak mendpatkan satu penggaris yang masing-masing anak sudah mencantumkan namanya dengan spidol permanent. Sama halnya seperti peralatan tulis yang lainnya, penggaris dibagikan setiap belajar menulis dan menggambar selesai jam belajar, anak-anak mengembalikan penggaris tersebut kepada responden.

Kapur tulis dan papan tulis adalah alat responden untuk mengajar anak-anak secara menyeluruh. Dan papan tulis, anak-anak-anak-anak dapat melihat dan mencontoh apa yang ditulis responden saat mengajar menulis ataupun menggambar.

Penghapus yang digunakan anak-anak adalah penghapus pensil sedangkan yang digunakan responden adalah penghapus papan tulis. Setiap anak mempunyai penghapus pensil saat jam pelajaran menulis agar suasana belajar tidak rebut karena pinjam-pinjam penghapus atau berantam karena penghapus.

Batu kerikil yang kecil-kecil dan lidi ukuran 5 cm digunakan saat pelajaran berhitung. Apabila anak menjumlahkan angka-angka yang disebutkan responden saat mengajar, mereka menggunakan kerikil dan lidi tersebut sebagal alat bantu hitung. Misalnya responden mengucapkan 3+3=.... Maka anak-anak dengan cepat mengambil 3 lidi atau 3 kerikil dan menambahkan lidi dan kerikil tersebut dengan 3 lidi atau 3 kerikil lagi dan menghitung jumlah keseluruhan lidi dan kerikil tersebut. Responden beranggapan alat hitung yang tradisional jauh lebih membuat anak-anak pintar dan cepat dalam berhitung dan pada alat hitung elektronik yang biasa sering disebut kalkulator.


(61)

Bola plastik dan kursi digunakan saat bermain. Bola plastik yang digunakan responden ada 2 macam yakni yang kecil (seukuran bola kasti) dan bola sedang (seukuran dengan bola kaki). Permainan yang sering dilakukan seperti membawa bola besar dalam perut (satu tim terdiri dan 2 orang), memasukkan bola kecil dalam keranjang (dilakukan oleh satu persatu). mencani bola kecil yang telah disembunyikan responden pada tempat-tempat tertentu. Bola yang terbanyak sebagai pemenang. Dan variasi lainnya.

Peralatan yang digunakan responden dalam mengajar tersebut sangat sulit untuk dipenuhi. Seperti hasil wawancara peneliti dengan salah seorang petani perempuan yang mengajar di PAUD Desa Namoriam yaitu Mastalia Gurki:

“Dalam, memenuhi peralatan ini, kami memang masih sulit. Karena kami membangun PAUD tanpa bantuan biaya dari luar. Biasanva kami memiliki dana dari bantuan masyarakat Desa. Kalau mereka panen, mereka pasti memberikan uang salam-salam untuk kelas PAUD ini. Dan terkadang ada juga mahasiswa yang datang meneliti Desa ini, memberi bantuan berupa buku tulis atau buku bacaan”.

Dan hasil petikan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam hal ini petani perempuan tidak mendapatkan sumber dana dan luar atau pemerintah. Mereka memenuhi peralatan mereka sendiri dan bantuan masyarakat.

C. Masalah Yang Dihadapi Oleh Responden

Masalah yang dihadapi responden selalu silih berganti dalam mengajar anak-anak, hal ini wajar saja terjadi sebab manusia terutama anak-anak harus mengalami perubahan secara fisik maupun secara mental karena anak-anak terus tumbuh dan berkembang. Beragam masalah yang dihadapi responden dalam


(62)

mendidik anak-anak usia dini seperti masalah waktu, izin orang tua, tempat dan peralatan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan petani perempuan yang menjadi pengajar tetap di PAUD Desa Namoriam yakni Sabar Menanti Sinuhaji:

“Kami sebenarnya memiliki kesulitan dalam melaksanakan PAUD di Desa ini. Kalau dilihat, masyarakat banyak yang setuju jika PAUD ini dibuka di Desa. Hanya saja, permasalahan seperti waktu, izin orang tua, tempat dan peralatan PAUD selalu kami hadapi”

Dari hal ini peneliti mencoba kembali mencarii penjelasan tentang permasalahan yang dimaksud petani perempuan tersebut. Maka dari hasil wawancara tersebut didapat beberapa penjelasan singkat tentang permasalahan tersebut.

Masalah waktu dan jarak, adalah salah satu alasan orang tua kepada responden untuk tidak mengantar anaknya ke PAUD. Adapun alasan yang sama yang diterima responden dari beberapa orang tua anak seperti jauhnya jarak antara kelas PAUD dengan rumah mereka, jalan berbatu, rusak dan berliku-liku, banyaknya tanah lumpur di sekitar jalan apalagi kalau hujan, dan kendaraan yang tidak ada, memang benar kenyataannya.

Jarak antara tiap-tiap dusun mencapai 1-2 km per dusun dan lokasi kelas PAUD dikelilingi dusun-dusun tersebut. Jadi, jarak yang harus di tempuh orang tua untuk mengantar anak mereka ke kelas PAUD sepanjang 2 km, sedangkan angkutan umum di desa Namoriam tersebut belum ada satu pun. Orang tua yang mengantar anak mereka ke PAUD kebanyakan yang bertempat tinggal disekitar PAUD dan jarak terjauh dan rumah anak ke PAUD sejauh 1 km.

Pukul 7 pagi orang tua sudah berangkat ke ladang dan membawa bekal untuk makan di ladang sehingga untuk kembali berjalan mengantar anak mereka


(63)

ke kelas PAUD, orang tua harus melalui jarak yang cukup jauh dan memakan waktu yang lama dengan berjalan kaki dan yang memiliki kendaraan seperti sepeda motor hanya beberapa penduduk saja. Karena itu, sampai saat ini masalah tersebut belum terpecahkan.

Masalah tempat juga menjadi salah satu penyebab terkendalanya pelaksanaan PAUD. Hal ini dikarenakan PAUD yang dilaksanakan di Balai Desa Namoriam, sehingga ketika Balai Desa digunakan untuk acara adat dan kegiatan masyarakat lainnya maka PAUD diliburkan. Selain itu, dengan kondisi PAUD yang berada di Balai Desa bentuknya tidak seperti ruangan kelas melainkan ruang terbuka. Sehingga, mengganggu kenyamanan dan terkadang membuat anak-anak tidak fokus dalam mengikuti kegiatan PAUD.

Dan segala permasalahan diatas, permasalahan yang didapat dan internal pengajar juga mempengaruhi kelancaran PAUD di Desa Namoriam. Permasalahan-permasalahan yang sering dihadapi seperi yang dipaparkan oleh Ernita Sembiring. salah seorang pengajar tetap PAUD:

“Masalah yang kami hadapi dari diri kami biasanya dan orang tua saja. Orang tua selalu bilang kamu masih gadis, dari pada kamu mengajar tanpa menghasilkan uang lebih balk kamu membantu saya bekerja di ladang”

Dan hasil wawancara dengan responden ini, masalah yang dihadapi responden dan dirinya sendirii adalah pernyataan orang tua mereka yang masih mengukur pekerjaan itu dengan gaji sehingga dimata orang tua mereka pekerjaan sebagai pengajar PAUD tersebut tidak menjanjikan bagi masa depan mereka.

Sementara sampai saat ini, pemerintah kabupaten ataupun kecamatan tidak memberikan bantuan kepada PAUD di Desa Namoriam sehingga pengajar belum


(1)

Gambar wajah anak yang senang dan ceria dalam mengikuti pelajaran dan semangat anak saat mengikuti pelajaran mencerminkan bahwa petani perempuan dapat berbaur dengan anak dan dapat menjadi sosok ibu dalam melatih dan membimbing anak dan sebagai sosok seorang teman bagi anak dalam bermain dan sosok pengajar yang baik dalam menyampaikan pelajaran kepada anak.

Anak-anak PAUD Desa Namoriam merasa tidak bosan dalam mengikut i pelajaran di PAUD. Mereka belajar dan bermain layaknya seperti di rumah sendiri dan bermain bersama orang tua sendiri, walaupun kenyataannya mereka di didik oleh petani perempuan yang bukan ibu mereka. Belajar sambil bermain merupakan kunci utama petani perempuan untuk mendidik anak agar tidak mudah jenuh dalam mengikuti pelajaran.

Banyak hal yang kita anggap tidak akan mungkin terjadi, tapi kenyataan membuktikan terjadi. Pemerintahan kabupaten juga tidak rnenyangka jumlah anak yang belajar di PAUD Desa Namoriam begitu banyak. Petani perempuan yang mengajar di PAUD Desa Namoriam patut dihargai jerih payahnya.

Perempuan yang hanya bertani dan tidak berpendidikan tinggi, dapat mengumpulkan jumlah anak yang banyak untuk belajar. Kerjasama antara aparat pemerintahan desa dengan masyarakat dan petani perempuan sebagai pengajar sangat balk. Kemungkinan yang tidak akan terjadi menurut benak kita, kini telah terbukti. Banyaknya masyarakat yang beranggapan bahwa petani perempuan tidak mampu mengajar karena pendidikan mereka masih minim dan mereka hanya seorang petani biasa yang tidak akan memiliki waktu untuk mengajar, ternyata terbukti dengan pelaksanaan PAUD yang berada di Desa Namoriam. PAUD di Desa Namoriam merupakan jawaban dan ketidakmungkinan tersebut.


(2)

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, setelah melihat masalah, mengamati dan penelitian atas Peran Petani Perempuan dalam Pelaksanaan Pendidikan Anak Usia Dini di Desa Namoriam, Pancur Batu, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Pendidikan Anak Usia Dini yang dilaksanakan di Desa Namoriam adalah merupakan pendidikan dasar yang harus dimiliki anak sebelum ke jenjang Sekolah Dasar. Adapun pendidikan yang diberikan PAUD kepada anak


(3)

sebelum memasuki bangku Sekolah Dasar seperti Membaca, Menulis, Berhitung, Menggambar, Bahasa lnggris, Bermain dan belajar Tata krama. 2. Dalarn pelaksanaan Pendidikan Anak Usia Dini melalui jalur nonformal, petani

perempuan berperan sebagai pengasuh pengganti orang tua anak, pembimbing, serta melatih dan membelajarkan anak serla memberikan materi pelajaran Berhitung, Membaca, Bahasa lnggris, menulis, menggambar, tata krama, dan bermain.

3. Dilihat dan proses belajar dan mengajar, petani perempuan terlihat efektif dan cara menyampaikan pelajaran kepada anak-anak optimal. Hal ini terbukti dari materi pelajaran yang disampaikan kepada anak berguna untuk mengembangkan segenap potensi anak usia dini secara optimal, serta menanamkan nilai-nilai dan norma-norma kehidupan di dalam masyarakat, mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar anak dan mengembangkan motivasi dan sikap belajar anak yang positif.

4. Dengan dilaksanakannya PAUD dan usaha petani perempuan untuk menyampaikan tujuan dan manfaat PAUD kepada masyarakat merubah pemikiran masyarakat yang terbelakang menjadi lebih baik tentang arti pendidi kan.

5. Pendidikan dan pengajaran yang diberikan petani perempuan kepada anak bersifat santai tapi tidak menyimpang dari tujuan dan manfaat PAUD itu sendiri. Dengan cara belajar yang santai, membuat anak tidak mudah bosan ataupun jenuh dalam mengikuti pelajaran.

6. Pendidikan yang diberikan petani perempuan dilakukan atas pendekatan kekeluargaan, sehingga proses pemberian pendidikan terasa akrab, tidak


(4)

seperti belajar dengan orang yang tidak dikenal tapi seperti ibu yang belajar dengan anaknya.

B. Saran-saran

1. Dalam pelaksanaan Pendidikan Anak Usia Dini di Desa Namoriam hendaknya di bagi ke beberapa dusun. Dengan kata lain, tiap dusun memiliki PAUD agar semua anak dapat merasakan belajar bersama. Dengan cara seperti itu, jarak yang jauh antara rumah dan kelas PAUD tidak menjadi salah satu masatah dan alasan mengapa orang tua tidak mengantar anaknya untuk belajar di kelas PAUD.

2. Perlu ditambahnya tenaga pendidik agar kelas PAUD dapat disebarkan ke beberapa dusun.

3. Perlu diadakan spesialisasi kerja yang baik agar kualitas makin baik.

4. Perlu diupayakan ruangan khusus supaya anak dapat belajar dengan nyaman dan lebih fokus.

5. Melakukan kerjasama dengan pihak-pihak yang dapat memberikan dana ataupun bantuan lainnya agar pelaksanaan PAUD tidak terkendala dengan kebutuhan-kebutuhan pokoknya.

6. Mengadakan rnusyawarah sesering mungkin dengan masyarakat agar masyarakat semakin mengerti tujuan dan manfaat PAUD dan orang tua pengajar tidak menjadi penghalang bagi pengajar dalam melaksanakan tugasnya.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsinih. 1988. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. PT. Rineka Cipta. Yogyakarta.

Baso Zohra Andi. 2000. Langkah Perempuan. Yayasan Lembaga Konsumen, Sulsel.

Dirjen. Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda. Depart. Pendidikan Nasional UPI. 2004. Seminar dan Loka Karya Nasional Peudidikan Anak Usia Dini. Proyek Keserasian Kebijakan PAUD. Jakarta.

Goode, William J. 1985. Sosiologi Keluarga. Bina Aksara. Jakarta.

Haditono, Siti Rahayu. 2002. Psikologi Perkembangan. UGM Press. Yogyakarta.

Munandar, S.C. Utami. 1985. Emansipasi dan Peran Ganda Perempuan Indonesia. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Nawawi, Hadari. 1991. Metode Penelitian Bagian Sosial. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Ruwiyanto, Wahyudi. 1994. Peran Pendidikan Dalam Pengentasan Masyarakat Miskin. Raja grafindo Persada. Jakarta.

Sajogyo, Pudjiwati. 1985. Peran Perempuan Dalam Masyarakat Pembangunan Desa. Rajawali. Jakarta.

Singgih, D, Gunarsa. 2000. Psikologi Praktis: Anak Remaja dan Keluarga.BPK Gunung Mulia. Jakarta.


(6)

Soehartono, Suparlan. 2005. Filsafat Ilmu Pengetahuan. AR-RUZZ. Yogyakarta.

Sukadji, Soetarlina. 2000. Psikologi Pendidikan dan Psikologi Sekolah. LPSP3 Fakultas Psikologi UI. Depok.

Tan, Melly G. 1996. Perempuan Indonesia Peinimpin Niasa Depan, Sinar Harapan, Jakarta.

Sumber lain:

WFP, 2006. Upaya Pemerintah untuk Memperbaiki Kesejahteraan Anak melalni Bidang Pendidikan.http://ideurope.org. (13 November 2007) BPS, 2006. Data Statistik tahun 2006. http://www.badanpusatstatistik berita.4001