KONFLIK PEMANGKU KEPENTINGAN DALAM PELAKSANAAN PROGRAM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI(PAUD)

(1)

commit to user

i

KONFLIK PEMANGKU KEPENTINGAN DALAM

PELAKSANAAN PROGRAM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

(PAUD)

( Studi eksploratif tentang konflik pemangku kepentingan dalam pelaksanaan program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Sinar Pelangi di Kelurahan

Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta )

Disusun Guna Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi Persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Sosial Jurusan Ilmu Sosiologi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret

Oleh: SINUNG REJEKI

D 0306057

JURUSAN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(2)

commit to user

ii

PERSETUJUAN

Disetujui Untuk Dipertahankan di Hadapan Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Dosen Pembimbing Skripsi

Drs. Argyo Demartoto, M.si NIP. 19650825 199203 1 003


(3)

commit to user

iii

PENGESAHAN

Skripsi ini telah diterima dan disahkan oleh Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta Hari :

Tanggal :

Panitia Penguji

Disahkan Oleh :

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta

Dekan

Drs. H. Supriyadi SN, SU NIP. 195301 28 198103 1 001


(4)

commit to user

iv

MOTTO

Jangan pernah takut dan jangan pernah menyesal

Semua yang Alloh tetapkan adalah demi kebaikan hamba Nya


(5)

commit to user

v

PERSEMBAHAN

Dengan segala kerendahan diri, kupersembahkan Karya ini kepada : ♫ Heru Sutarto, bapak yang telah mengorbankan waktu dan hidupnya demi masa depanku ♫ Pawestri Mitayani S.si, mbak ku yang selalu ada untukku ♫ Masku, ibu dan adik baruku yang senantiasa memberi semangat dan ♫ Para Pembaca yang tertarik untuk mempelajari tulisan ini


(6)

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Konflik Pemangku Kepentingan Dalam Pelaksanaan Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)” ( Studi eksploratif tentang konflik pemangku kepentingan dalam pelaksanaan program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)Sinar Pelangi di Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta). Penulis menyadari bahwa tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, maka penyusunan skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini penulis menghaturkan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat Bapak Drs. Argyo Demartoto, M.si selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah dengan sabar memberikan arahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini. Dalam kesempatan ini pula, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. Supriyadi SN, SU selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Ibu Dra. Hj. Trisni Utami, M.Si selaku Ketua Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ibu Dra. Suyatmi, MS selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan pengarahan bagi penulis selama belajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Seluruh dosen pengajar yang telah begitu banyak membekali ilmu pengetahuan kepada penulis.


(7)

commit to user

vii

5. Seluruh staf dan karyawan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta atas segala bantuan dan pelayanan akademik yang diberikan kepada penulis.

6. Keluargaku yang sangat mengasihiku, yang telah memberikan dukungan secara materiil maupun immateriil sehingga penulis dapat melangkah sampai sejauh ini. 7. Iin Suryaningsih, Novita Ayudi Hermanto, Indah Werdiningrum yang selalu

menjadi sahabat terbaik.

8. Teman- teman Jurusan Sosiologi dan saudara seperjuangan di LKI yang secara langsung atau tidak langsung memberikan motivasi kepada penulis.

9. Seluruh informan beserta semua pihak yang telah membantu dalam menyusun skripsi ini.

Semoga Allah SWT membalas budi baik dan amal mereka yang tiada tara dan anugerah yang berlipat ganda atas jasa yang tiada ternilai harganya. Dan akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Surakarta, Januari 2011


(8)

commit to user

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………... i

HALAMAN PERSETUJUAN ……… ii

HALAMAN PENGESAHAN……….. iii

HALAMAN MOTTO ……….. iv

HALAMAN PERSEMBAHAN………... v

KATA PENGANTAR ………. vi

DAFTAR ISI ……… viii

DAFTAR TABEL ……… x

DAFTAR BAGAN ……….. xi

DAFTAR MATRIK………... xii

HALAMAN ABSTRAK……….. xiii

HALAMAN ABSTRACT………..……… xiv

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………... 1

B. Perumusan Masalah………... 9

C. Tujuan Penelitian………... 10

D. Manfaat Penelitian………..…. 10

E. Tinjauan Pustaka………..… 11

F. Penelitian Terdahulu yang Menjadi Acuan……… ….. 16

G. Kerangka Pemikiran………....…. 18

H. Metode Penelitian………..….. 22

1. Lokasi Penelitian …………...……….………. …. 22

2. Jenis Penelitian………...……..…. 22

3. Sumber Data……….…. 23

4. Teknik Pengumpulan Data……… 24

5. Teknik Pengambilan sampel………... 25

6. Validitas Data……… 26

7. Teknik Analisa Data ………. 27

BAB II. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Berdiri PAUD Sinar Pelangi………. 29


(9)

commit to user

ix

B. Lokasi PAUD Sinar Pelangi……….. 31

C. Visi, Misi dan Tujuan PAUD Sinar Pelangi…….………. 32

D. Kondisi Sarana dan Prasarana PAUD Sinar Pelanggi….……. 34

E. Struktur Organisasi PAUD Sinar Pelangi ……… 36

F. Sumber Pendanaan PAUD Sinar Pelangi……….. 37

G. Prosedur Penerimaan Anak Didik PAUD Sinar Pelangi……… 37

H. Anak Didik PAUD Sinar Pelangi………... 37

I. Kegiatan Anak Didik PAUD Sinar Pelangi………. 40

J. Pola Pengklasifikasian anak didik PAUD Sinar Pelangi……….. 42

K. Metode Pembelajaran PAUD Sinar Pelangi……….... 42

BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN……….. 44

1. Profil Informan……… 44

2. Peran atau Dukungan Pemangku Kepentingan di PAUD Sinar Pelangi………. 50

3. Konflik yang Terjadi di PAUD Sinar Pelangi………. 63

a.Konflik yang terjadi antara pengelola dengan Pemerintah Keluraha……… 63

b.Konflik yang terjadi antara pengelola dengan masyarakat sekitar yang beragama Islam……… 65

c.Konflik yang terjadi antara pengelola dengan Orang tua Murid ……….. 70

d.Konflik yang terjadi antara pengelola dan Donatur………. 72

B. PEMBAHASAN ………...…… 77

BAB IV. PENUTUP A. KESIMPULAN………. 82

B. IMPLIKASI 1. Implikasi Empiris ……… 83

2. Implikasi Teoritis ……… 84

3. Implikasi Metodologis ……… 84

C. SARAN……… 86

DAFTAR PUSTAKA………. 88 LAMPIRAN- LAMPIRAN


(10)

commit to user

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Daftar Usia Anak PAUD Sinar Pelangi……… 38 Tabel 2. Daftar Nama Anak Didik PAUD Sinar Pelangi ……… 39


(11)

commit to user

xi

DAFTAR BAGAN

Skema 1. Kerangka Pemikiran ……….. 21 Skema 2. Struktur Organisasi PAUD Sinar Pelangi ……….. 36


(12)

commit to user

xii

DAFTAR MATRIKS

Matrik III. 1 Profil Informan………. ……..……… 50 Matrik III. 2 Peran dan Dukungan dari Pemangku Kepentingan di

PAUD Sinar Pelangi ……….… 62 Matrik III. 3.1 Tanggapan Informan terhadap konflik yang terjadi

antara pengelola dengan Pemerintah……….. 64 Matrik III. 3.2 Tanggapan Informan terhadap konflik yang terjadi

antara pengelola dengan masyarakat……….. 68 Matrik III. 3.3 Tanggapan Informan terhadap konflik yang terjadi

antara pengelola dengan orang tua murid..………….. 71 Matrik III. 3. 4 Tanggapan Informan terhadap konflik yang terjadi

antara pengelola dengan donatur….……….. 74 Matrik III. 4 Konflik yang terjadi di PAUD Sinar Pelangi…………. 76


(13)

commit to user

xiii

ABSTRAK

SINUNG REJEKI, D0306057, Konflik Pemangku Kepentingan Dalam

Pelaksanaan Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) ( Studi eksploratif tentang konflik pemangku kepentingan dalam pelaksanaan program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)Sinar Pelangi Di Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta), Skripsi, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik,

Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2011.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konflik yang terjadi antar pemangku kepentingan dalam pelaksanaan program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Sinar Pelangi di Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta

Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksploratif kualitatif. Dalam penelitian ini sampel yang diambil sebanyak 10 (sepuluh) orang, dengan perincian sebagai berikut: 1 (satu) orang Pengelola PAUD, 1 (satu) orang anggota masyarakat, 1 (satu) orang donatur. 1 (satu) orang anggota Tim Pemantau PAUD tingkat Kota, 1 (satu) orang staff Kelurahan, 1 (satu) orang dari PKK, 1 (satu) orang wali murid yang pernah menitipkan anaknya di PAUD Sinar Pelangi, 3 (tiga) orang wali murid PAUD Sinar Pelangi. Teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam, observasi berperan pasif dan dokumentasi, sedangkan pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan teknik purposive sampling. Informan yang diambil adalah merupakan informan yang memiliki latar belakang yang sesuai dengan kebutuhan peneliti.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat konflik yang terjadi antara dua kelompok dengan kepentingan yang berbeda. Kelompok kepentingan pertama mempunyai keinginan agar PAUD Sinar Pelangi tutup dan tidak beroperasi kembali, kelompok ini terdiri dari beberapa orang anggota masyarakat sekitar PAUD sinar Pelangi yang beragama Islam. Kelompok kepentingan yang kedua terdiri dari pengelola dan orangtua murid yang menginginkan PAUD Sinar Pelangi tetap berjalan.


(14)

commit to user

xiv ABSTRACT

SINUNG REJEKI, D0306057, Stakeholder Conflict in Progress Program Early Childhood Education (PAUD) (explorative study about conflict of stakeholders in the implementation of Early Childhood Education (PAUD) Sinar Pelangi At Semanggi Semanggi Subdistrict, Pasar Kliwon District Of Surakarta City), Script Faculty of Social Science and Political Science, Sebelas Maret University, 2011.

This study aims to identify conflicts between stakeholders in the implementation of Early Childhood Education program (PAUD) Sinar Pelangi in Semanggi Subdistrict,

Pasar Kliwon District Of Surakarta City.

This research is a type of exploratory qualitative research. In this study samples was 10 (ten) persons, with details as follows: 1 (one) Management of PAUD, 1 (one) member of society, 1 (one) of the donor. 1 (one) member of the Monitoring Team City early childhood level, 1 (one) District staff, 1 (one) out of the PKK, 1 (one) of parents who never leave their children in early childhood Sinar Pelangi, 3 (three) persons guardian Light Rain Early Childhood students. Techniques of collecting data through in-depth interviews, observation and documentation passive role, whereas sampling of research conducted with a purposive sampling technique. Informants are taken is an informant who has a background in accordance with the needs of researchers.

The results showed that there is conflict between the two groups with different interests. The first interest group has the desire for early childhood Sinar Pelangi closed and not operated again, this group consisted of some community members about early childhood Rainbow rays as Muslim. The second interest group composed of managers and parents who want early childhood Rainbow Rays keep it running


(15)

commit to user

1 BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Indonesia berkomitmen dalam menindaklanjuti deklarasi A World

Fit For Children yang diterjemahkan ke dalam Program Nasional Bagi Anak

Indonesia (PNBAI) 2015. PNBAI 2015 mencakup 4 (empat) bidang pokok yaitu: promosi hidup sehat; penyediaan pendidikan berkualitas; perlindungan terhadap perlakuan salah; eksploitasi dan kekerasan; serta, memerangi HIV/AIDS. Untukmempercepat pelaksanaan PNBAI 2015, Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan bersama sektor pemerintah terkait, organisasi masyarakat dan lembaga swadaya masyarakat mengembangkan model Kota Layak Anak, yaitu kota yang didalamnya telah meramu semangat untuk memberikan perlindungan terhadap anak sebagai kegiatan atau upaya untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya dalam proses pembangunan berkelanjutan.

Inisiatif Kota Layak Anak (KLA) yang dikembangkan oleh UNICEF merujuk pada hasil penelitian Kevin Lynch mengenai “Children’s

Perception of theEnvironment” di Melbourne, Warsawa, Salta dan Mexico City

tahun 1971- 1975. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lingkungan yang terbaik untuk anakadalah yang mempunyai kelompok yang kuat secara fisik dan sosial, kelompok yang mempunyai aturan yang jelas dan tegas, kelompok yang 1


(16)

commit to user

2 memberi kesempatan pada anak, dan kelompok yang mempunyai fasilitas pendidikan yang memberi kesempatan anak untuk mempelajari dan menyelidiki lingkungan dan dunia mereka. Dari penelitian inilah kemudian dikembangkan berbagai indikatoruntuk mengukur suatu wilayah/ kawasan ramah terhadap anak atau belum.

KLA kemudian diperkenalkan oleh UNICEF bersama UNHABITAT Pada UnitedNations General Assembly Special Session on Children (UN-GASS) tahun 2002 yang mendeklarasikan World fit for Children. Pada paragraf 13 pembukaan menegaskan bahwa anak dan remaja harus mempunyai tempat tinggal yang layak, terlibat dalam proses pengambilan keputusan baik di kota maupun komunitas, dan penting untuk terpenuhinya kebutuhan dan peran anak dalam bermain di komunitasnya. Istilah Ramah Anak kemudian lahir di Indonesia menandai sebuah kondisi dimana masyarakat diajak bersama- sama lebih memperhatikan, mengakomodir dan memenuhi hak-hak anak.

Model Kota Layak Anak dikembangkan dengan pertimbangan bahwa 43,24% anak Indonesia tinggal di perkotaan (UNICEF, 2007) dengan pertumbuhan sekitar 4,4% diperkirakan pada tahun 2025, sekitar 60% anak Indonesia tinggal di kota. Permasalahan anak di kota mendapat perhatian tersendiri mengingat belakangan banyak berkembang berbagai perlakuan tak layak terhadap anak seperti kekerasan, kelaparan dan gizi buruk, penyakit endemik, kenakalan anak, eksploitasi anak berupa pelacuran, trafficking, pekerja


(17)

commit to user

3 anak dan kondisi traumatis, serta tidak mendapatkan kesempatan memperoleh pendidikan.

Untuk mempercepat terwujudnya pengembangan Kota Layak Anak (KLA), Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan menjadikan model KLA ini sebagai prioritas program dalam bidang kesejahteraan dan perlindungan anak denganmenetapkan 7 (tujuh) aspek penting dalam pengembangan KLA yaitu :

1. Kesehatan 2. Pendidikan 3. Sosial

4. Hak Sipil dan Partisipasi 5. Perlindungan Hukum

6. Perlindungan Ketenagakerjaan 7. Infrastruktur

Salah satu aspek terpenting dalam perkembangan hidup anak yaitu aspek pendidikan dan sosialisasi anak. Pada usia 0-6 tahun merupakan masa emas bagi pertumbuhan anak. Aneka stimulus yang diberikan pada masa itu akan meningkatkan daya pikir dan kreativitas anak. Karena itu, beberapa tahun terakhir ini bermunculan "sekolah" yang diperuntukkan bagi anak di bawah usia 4 tahun yang akrab disebut pre school.

Berikut kutipan dari sebuah jurnal yang berisikan pentingnya pendidikan anak sejak usia dini terutama sebagai sarana untuk mengenalkan anak pada lingkungan sosial:


(18)

commit to user

4 Usia dini yang lazim diartikan pada kisaran 0-6 tahun memang merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan pengembangan intelegensi seorang anak. Sudah banyak penelitian yang membuktikan pada usia tersebut anak-anak memiliki tingkat intelegensi atau kecerdasan paling optimal.

Tujuan utama pendidikan usia dini adalah memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak sejak awal yang meliputi aspek fisik, psikis, dan sosial secara menyeluruh. Dengan begitu anak diharapkan lebih siap untuk belajar lebih lanjut. Bukan hanya belajar secara akademik di sekolah, melainkan juga sosial, emosional, dan moral di semua lingkungan. (Tri Subeno. 2009)

Dengan diadakannya pendidikan sejak dini, maka kualitas generasi muda akan lebih optimal. Namun, tak semua anak Indonesia dapat menikmati

pre school akibat mahalnya biaya pendidikan yang harus ditanggung orang tua.

Belajar dari pengalaman itu, maka dikembangkan satu Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) berbasis masyarakat. Program PAUD berbasis masyarakat yang diupayakan secara mandiri merupakan satu upaya mengatasi kendala dana bagi anak dari keluarga tidak mampu untuk dapat menikmati rangsangan dalam pendidikan sejak usia dini.

Pendidikan anak usia dini sebenarnya menjadi kebutuhan anak, terutama yang tinggal di perumahan sempit, dengan fasilitas yang kurang mampu mendukung proses tumbuh kembang anak. Misalnya, anak yang tinggal


(19)

commit to user

5 di rumah dengan satu kamar tidur dan satu ruang tamu. Mereka jadi tidak mengenal dengan perbendaharaan kata- kata kamar bermain, ruang keluarga atau kamar belajar. Yang ada dibenak mereka hanya kamar tidur dan ruang tamu saja. Dengan kata lain, perbendaharaan kata mereka terbatas atau jadi miskin kata-kata. Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan dengan biaya murah, karena perangkat pendidikannya bisa dibuat sendiri dan tidak membeli produk impor yang harganya jutaan. Sehingga, biaya pendidikan yang dipungut ke orang tuanya tidak terlalu mahal.

Meskipun anak baru berusia satu tahun, mereka sudah bisa diperkenalkan dengan lingkungan belajar sekaligus bermain, sebelum memasuki lingkungan sekolah. Jadi di dalam PAUD pendidikannya tidak sama dengan taman kanak-kanak atau sekolah dasar yang mulai diperkenalkan huruf-huruf atau angka.

Pendidikan anak usia dini dapat dilakukan sendiri oleh para ibu di rumah, hal itu mungkin saja dapat dilakukan bila kualitas pendidikan sang ibu memenuhi kriteria untuk itu. Tapi persoalannya, pendidikan anak usia dini tak sekedar melatih kemampuan kognitif anak tetapi juga bersosialisasi dengan lingkungan. Karena biasanya keluarga masa kini hanya punya dua anak. Dan itu sangat berbeda bila anak bergaul dengan lingkungannya di dalam kelompok belajar.

Pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan jenjang pendidikan prasekolah untuk anak usia 0-6 tahun yang memiliki tujuan untuk


(20)

commit to user

6 mengembangkan potensi yang dimiliki anak sesuai bakat dan talenta melalui kurikulum pendidikan yang bersifat tutorial. Lembaga ini menjadi media pendorong tumbuh-kembang anak sesuai tahapan usia dengan mengutamakan unsur kegembiraan, permainan, dan kreasi berpikir bebas.

Saat ini banyak lembaga sosial atau yayasan pendidikan, yang menyelenggarakan pendidikan anak usia dini diberbagai wilayah. Meskipun demikian, disadari atau tidak, pendirian PAUD, baik berupa playgroup, TK, maupun Raudhatul Athfal, dan sebagainya lebih didorong oleh motivasi ekonomi. Di tengah arus komersialisasi pendidikan institusi ini tampak sebagai “alat ekonomi” untuk menarik laba sang pemilik. Tidak mengherankan di berbagai kota besar bermunculan institusi penyelenggara PAUD yang menawarkan berbagai fasilitas, metode pendidikan, serta segala keunggulan yang tentu saja harus ditebus orang tua siswa dalam bentuk sumbangan (biaya) pendidikan yang mahal.

Berikut kutipan dari sebuah jurnal yang menyatakan mahalnya biaya pendidikan usia dini formal. Sehingga perlu adanya PAUD non formal agar dapat diakses oleh anak dari keluarga yang termasuk dalam ekonomi bawah:

Persoalan yang muncul adalah PAUD yang formal seperti TK masih lebih banyak dinikmati oleh anak-anak dari masyarakat kelas menengah ke atas. Realitas seperti itu terjadi karena biaya pendidikan di TK tergolong mahal, apalagi di TK yang menerapkan sistem fullday school. Dengan


(21)

commit to user

7 demikian, anak-anak dari lapisan masyarakat bawah kehilangan akses untuk memasuki PAUD formal. Karena itu, yang mendesak untuk dilakukan adalah menggalakkan PAUD nonformal seperti kelompok bermain, tempat penitipan anak, dan pengasuhan di rumah.. Pemanfaatan jalur nonformal dan informal tersebut, menurut saya, akan menambah akses bagi masyarakat luas untuk memasukkan anak-anaknya ke dalam PAUD. (Bahtiar, 2009)

Berikut kutipan dua jurnal internasional yang berisikan bahwa anak dari keluarga miskin akan lebih susah mengakses pendidikan dibanding dengan anak-anak dari keluarga mampu:

Socioeconomic factors.Children from families that are better off economically and socially are more likely to be enrolled than are children from families with few resources or that are part of groups discriminated against socially. Although this statement is logical and comes from a general literature review, in evaluation reports prepared for the World Education Forum almost no attempt was made to present hard data showing how enrollment is related to

economic or social status (ROBERT G. MYERS Gale Encyclopedia of

Education)

Faktor sosial ekonomi. Anak-anak dari keluarga yang lebih baik secara ekonomi dan sosial lebih berpeluang untuk mendaftarkan diri daripada anak-anak dari keluarga dengan sumber daya yang sedikit (miskin) yang merupakan bagian dari kelompok pinggiran. Meskipun pernyataan ini logis dan berasal dari tinjauan literatur umum, dalam laporan evaluasi dipersiapkan untuk Forum Pendidikan Dunia hampir tidak ada usaha untuk menyajikan data nyata yang menunjukkan bagaimana pendaftaran terkait dengan status ekonomi atau sosial

Furthermore, within districts, the poor get the worst of all of these inequities. Children from poor families start school later, complete fewer years of schooling, and have higher dropout and repetition rates. These children also have lower rates of participation in early childhood education and development services.

Lagipula, di dalam daerah, yang miskin mendapat yang terburuk dari semua ini inequas. Anak-Anak dari keluarga-keluarga miskin terlambat memulai sekolah,


(22)

commit to user

8 kemudian putus sekolah, dan harus mengulang. Anak-Anak ini juga mempunyai tingkat keikutsertaan yang rendah dalam pendidikan anak usia dini dan pengembangan jasa. (NAEYC 1994. 64 Early Childhood Education and Development in Indonesia)

Tidak ketinggalan di tengah inflasi partisipasi publik dalam penyelenggaraan pendidikan anak usia dini sesuai amanat Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, diberbagai wilayah, terutama di Surakarta bermunculan institusi penyelenggara PAUD bersifat sosial. Institusi penyelenggara yang bersifat sosial umumnya didirikan oleh komunitas pro-edukasi atau oleh pemerintah lokal. Banyak institusi penyelenggara yang didirikan oleh kalangan organisasi non-pemerintah dan elemen civil society dengan sasaran komunitas dampak (beneficiaries community) adalah anak-anak usia prasekolah dari keluarga miskin.

Sebuah iktikad pelayanan sosial di bidang pendidikan dasar yang tanpa menarik biaya sepeser pun dari orang tua siswa atau dengan menarik biaya seminimal mungkin. Dukungan dari lembaga donor atau unit penggalangan dana, menjadikan aktivitas pendidikan anak usia dini bagi keluarga miskin bisa terselenggara secara berkelanjutan.

Partisipasi multipihak pada penyelenggaraan pendidikan usia dini bagi masyarakat miskin memiliki beberapa ciri sosial. Pertama, diselenggarakan di wilayah tinggal para siswa usia dini. Wilayah edukasi berbasis kampung (teritori tinggal) anak yang mengikuti fasilitas pendidikan anak usia dini. Kedua, dikelola dalam konsep public voluntary, dengan


(23)

commit to user

9 melibatkan partisipasi multipihak. Karena itu ada kerja sama untuk memajukan proses pendidikan anak usia dini. Ketiga, lebih mengedepankan aspek pembelajaran yang mendorong penguatan aspek solidaritas sosial dalam ranah peningkatan psikomotorik siswa anak usia prasekolah.

Di Kota Surakarta institusi PAUD berbasis kampung pada umumnya berada di wilayah pinggiran kota yang didiami masyarakat urban yang biasanya berprofesi sebagai pekerja informal. Sayangnya berbagai institusi penyelenggara PAUD yang bervisi sosial, untuk kepentingan masyarakat kurang mampu (miskin) masih memiliki kekurangan. Kekurangan itu meliputi: fasilitas atau infrastruktur kegiatan baik berupa bangunan yang semi permanen, alat peraga-permainan yang ala kadarnya, sampai model kurikulum pembelajaran yang belum inovatif. Tenaga pendidik institusi penyelenggara PAUD berbasis kampung, juga merupakan tenaga honorer tanpa pendidikan keahlian. Meski demikian kompetensi mereka tidak diragukan dalam mendidik anak-anak usia dini. Sebenarnya jika ada respons kreatif dari pemegang kebijakan anggaran pendidikan institusi PAUD yang berfungsi sosial seharusnya berhak mendapatkan alokasi anggaran sesuai kebutuhan. Lagipula, saat ini ada goodwill dari pemerintah pusat/ daerah untuk mengalokasikan 20 persen dana APBN/APBD untuk sektor pendidikan. Meski dalam implementasi masih terkendala kebijakan birokrasi.


(24)

commit to user

10 Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dikemukakan di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

“Bagaimanakah konflik pemangku kepentingan dalam pelaksanaan program PAUD institusi Sinar Pelangi di Kelurahan Semanggi Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta?”

C. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui kepentingan pemerintah, dan lembaga sosial/ lembaga

donor dalam pola relasi dengan Pemangku Kepentingan PAUD Sinar Pelangi di Kelurahan Semanggi Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta.

2. Untuk mengetahui kepentingan masyarakat dan wali murid dalam pola relasi dengan Pemangku Kepentingan PAUD Sinar Pelangi di Kelurahan Semanggi Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta.

3. Untuk mengetahui jenis atau tipe- tipe konflik antar pemangku kepentingan dalam pelaksanaan program PAUD Sinar Pelangi di Kelurahan Semanggi Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta.

4. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab konflik antar pemangku kepentingan dalam pelaksanaan program PAUD Sinar Pelangi di Kelurahan Semanggi Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta.


(25)

commit to user

11 5. Untuk mengetahui resolusi yang diambil dalam upaya menyelesaikan konflik antar pemangku kepentingan dalam pelaksanaan program PAUD Sinar Pelangi di Kelurahan Semanggi Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta.

D. MANFAAT PENELITIAN

Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Memberi sumbangan dan sekaligus ikut memperkaya khasanah ilmu pengetahuan khususnya bagi ilmu Sosiologi.

2. Dapat digunakan sebagai titik tolak untuk melakukan penelitian secara lebih mendalam.

3. Menjadi referensi dalam pengembangan proses pendidikan usia dini khususnya PAUD Sinar Pelangi di Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta.

E. TINJAUAN PUSTAKA

1. Teori Yang Digunakan

Dalam karya Dahrendorf (1958, 1959), pendirian teori konflik dan teori fungsional disejajarkan. Menurut Dahrendorf dan teoritisi lainnya, setiap masyarakat setiap saat tunduk pada proses perubahan. Teoritisi konflik melihat pertikaian dan konflik dalam sistem sosial, berbagai elemen kemasyarakatan menyumbang terhadap disintegrasi dan perubahan. Teoritisi


(26)

commit to user

12 konflik melihat apa pun keteraturan yang terdapat dalam masyarakat berasal dari pemaksaan terhadap anggotanya oleh mereka yang berada diatas. Teori ini juga menekankan pada peran kekuasaan dalam mempertahankan ketertiban dalam masyarakat. Teori konflik harus menguji konflik kepentingan dan penggunaan kekerasan yang mengikat masyarakat bersama dihadapan tekanan itu.

Menurut Dahrendorf, ada dua kelompok konflik yang dapat terbentuk di dalam setiap asosiasi. Kelompok yang memegang posisi otoritas dan kelompok subordinat yang mempunyai kepentingan tertentu “yang arah dan substansinya saling bertentangan”. Konsep kunci dalam teori konflik Dahrendorf adalah kepentingan. (Ritzer dan Goodman, 2007: 153-154)

Menurut Dahrendorf, teori konflik bertujuan mengatasi watak yang secara dominan bersifat arbiter dari peristiwa-peristiwa sejarah yang tidak dapat dijelaskan, dengan menurunkan peristiwa-peristiwa tersebut dari elemen-elemen struktur sosial. Dengan kata lain, menjelaskan proses-proses tertentu dengan penyajian yang bersifat ramalan. Koflik antar buruh dan majikan memang memerlukan penjelasan tetapi yang lebih penting ialah menunjukkan bukti bahwa konflik yang demikian didasari oleh susunan-susunan struktur tertentu, yang oleh karenanya di manapun cenderung melahirkan susunan struktur sebagaimana yang telah ada. Dengan demikian yang menjadi tugas sisiologi ialah melihat hubungan konflik dengan struktur sosial tertentu dan bukan menganggapnya berhubungan dengan


(27)

variabel-commit to user

13 variabel psikologi (“sifat-sifat agresif”) atau variabel historis deskriptif (masuknya orang negro ke amerika serikat) atau unsur kebetulan (Poloma, 2005 : 129).

Teori konflik berorientasi ke studi struktur dan institusi sosial. Dalam karya Dahrendorf, teoritisi konflik lainnya, setiap masyarakat tunduk pada proses perubahan. Teoritisi konflik juga melihat pertikaian dan konflik dalam sistem sosial. Teoritisi konflik juga melihat berbagai elemen kemasyarakatan menyumbang terhadap disintegrasi dan perubahan. (Ritzer dan Goodman, 2003 : 153).

Dahrendorf membedakan golongan yang terlibat konflik itu atas dua tipe. Pertama kelompok semu (Quasi Group) dan kelompok kepentingan. Kelompok semu merupakan kumpulan dari para pemegang kekuasaan atau jabatan dengan kepentingan yang sama yang terbentuk karena munculnya kelompok kepentingan. Sedangkan kelompok yang kedua yakni kelompok kepentingan terbentuk dari kelompok semu yang lebih luas. Kelompok kepentingan ini mempunyai struktur, organisasi, program, tujuan serta anggota yang jelas. Kelompok kepentingan inilah yang menjadi sumber nyata timbulnya konflik dalam masyarakat. (Ritzer, 2004 : 27)

Kedua kelompok ini dilukiskan oleh Dahrendorf seperti berikut : “Mode perilaku yang sama adalah karakteristik dari kelompok kepentingan yang direkrut dari kelompok semu yang lebih besar. Kelompok kepentingan adalah kelompok dalam pengertian sosiologi yang ketat; dan kelompok ini


(28)

commit to user

14 adalah agen riil dari konflik kelompok. Kelompok ini mempunyai struktur, bentuk organisasi tujuan atau program dan anggota perorangan. Dari berbagai jenis kelompok kepentingan itulah muncul kelompok konflik atau kelompok yang terlibat dalam konflik aktual (Ritzer dan Goodman, 2003 : 156).

Kondisi-kondisi tersebut, kepemimpinan, ideologi, kebebasan politik yang minimal, komunikasi internal merupakan prasyarat dasar untuk pembentukan kelompok-kelompok konflik. Dengan demikian berarti bahwa apabila salah satu dari elemen-elemen tersebut tidak ada diantara para anggota suatau kelompok semu, maka suatu kelompok konflik tidak akan terbentuk. Kondisi-kondisi ini juga harus diingat sebagai variabel- variabel yang mungkin mempunyai nilai yang berbeda dalam kelompok konflik yang berbeda. Disamping itu, diluar tingkat minimal yang diperlukan untuk pembentukan kelompok konflik, peminpin-pemimpin dan idiologi- idiologi mungkin sangat berbeda menurut kemampuannya untuk menggerakkan dan merangsang tindakan kelompok kolektif. Begitu pula dengan tingkat kebebasan politik eksternal serta tingkat komunikasi antar anggota dalam suatu kelompok konflik dan intensitas serta frekuensinya mungkin berbeda-beda antara kelompok konflik satu dengan kelompok konflik lainnya. (Demartoto, 2007 : 80)

Dahrendorf menyatakan bahwa segera setelah kelompok konflik muncul, kelompok itu melakukan tindakan yang menyebabkan perubahan


(29)

commit to user

15 dalam struktur sosial. Bila konflik itu hebat, perubahan yang terjadi adalah radikal. Bila konflik disertai tindakan kekerasan, akan terjadi perubahan struktur secara tiba-tiba. Apapun ciri konflik, sosiologi harus membiasakan diri dengan hubungan antara konflik dan perubahan maupun dengan hubungan antara konfik dan status quo (Ritzer dan Goodman, 2003 : 157).

Fungsi konflik menurut Dahendorf adalah a. Membantu membersihkan suasana yang sedang kacau

b. Katub penyelamat (proses / salah satu sikap serta ide) yang berfungsi dalam permusuhan

c. Keagresifan dalam konflik yang realitas (dalam kekecewaan) dan konflik tidak realitas (dalam kebutuhan untuk meredakan ketegangan) mungkin terakumulasi dalam proses interaksi lain sebelum ketegangan dalam situasi konflik diredakan

d. Konflik tidak selalu berakhir dengan rasa permusuhan

e. Konflik dapat dipakai sebagai indikator kekuatan dan stabilitas suatu hubungan

f. Konflik dengan berbagai outgroup dapat memperkuat kohesi (hubungan atau kerjasama) internal suatu kelompok (Dahrendorf, 1986 : 255-259).

Seperti halnya konsensus dan konflik adalah sebuah realitas sosial. Teori konflik Dahrendorf adalah mata rantai antara konflik dan perubahan sosial yang mengabaikan norma- norma dan nilai-nilai. Menurut Marx “kepentingan” selalu dipandang dari segi materialnya saja


(30)

commit to user

16 tetapi sebenarnya menurut Dahrendorf “kepentingan” selalu memiliki suatu harapan- harapan. Dalam memegang peran penguasa seseorang tersebut akan bertindak demi keuntungan organisasi sebagai suatu keseluruhan dan dalam kepentingan untuk mempertahankan kekuasaan (Ritzer dan Goodman, 2003 : 153-154).

2. Definisi Konseptual

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, kepentingan didefinisikan sebagai suatu kebutuhan, keperluan yang menjadi tujuan. (KBBI, 1988: 644). Konflik kepentingan adalah suatu keadaan sewaktu seseorang pada posisi yang memerlukan kepercayaan. Seperti pengacara,

politikus, eksekutif atau direktur suatu perusahaan, memiliki kepentingan

profesional dan pribadi yang bersinggungan. Persinggungan kepentingan ini

dapat menyulitkan orang tersebut untuk menjalankan tugasnya. Suatu konflik kepentingan dapat mengurangi kepercayaan terhadap seseorang atau suatu profesi. (Lawang, 1986: 270)

Pemangku kepentingan didefinisikan sebagai pengelola, penyelenggara, orang yang mewakili/ orang yang mempunyai keperluan atau kebutuhan. (KBBI, 1988: 644). Pemangku kepentingan di dalam PAUD yaitu meliputi Pemerintah, Pengelola, Donatur, Orang Tua Murid, Murid dan Masyarakat.

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu


(31)

commit to user

17 upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

F. Penelitian Terdahulu yang Menjadi Acuan

Penelitian yang dilakukan oleh Fatwa Nurul Hakim untuk mencapai derajat sarjana S-1. Penelitian tentang konflik manajemen pedagang pasar Windujenar Solo. Konflik yang terjadi di pasar Windujenar adalah konflik yang bersifat langsung dan konflik tidak langsung. Dinamika konflik langsung terjadi antara pedagang dengan Dinas Pengelola Pasar (DPP). Pedagang merasa pasca revitalisasi, pasar Windujenar masih sepi pembeli. Ada kejanggalan dalam pembagian kios, penyempitan kios dan pembagian kios pedagang yang berada di laitai 2, serta kemasan event yang berdampak pada sepinya pembeli. Selanjutnya DPP berkeinginan untuk merubah pasar Windujenar yang sebelumnya kotor, kumuh dan becek, menjadi bersih, modern dan rapi.

Konflik yang bersifat langsung juga terjadi antar pedagang. Hal ini disebabkan oleh adanya perwakilan pedagang (yang sudah ditunjuk oleh beberapa pedagang) untuk mewakili aspirasi pedagang dalam revitalisasi pasar windujenar tahap kedua, ada semacam keinginan dari perwakilan pedagang untuk menempati kios yang dekat dengan akses jalan. Akhirnya hal tersebut diketahui oleh pedagang lain, khususnya pedagang yang merasa dirugikan. Niat perwakilan pedagang itu


(32)

commit to user

18 tidak tercapai karena DPP telah mempertemukan 15 SHP pembangunan tahap II pasar Windujenar dan mengembalikan kios pedagang seperti semula.

Konflik tidak langsung yang terjadi di pasar Windujenarantara pedagang pasar Windujenar dengan kontraktor Pasar Windujenar. Kontraktor pada dasarnya ditunjuk oleh DPP melalui proses lelang. Konflik ini terjadi karena pedagang merasa kontraktor dalam pembangunan pasar Windujenar dianggap tidak professional, hal ini terbukti dengan talang saluran air pasar Windujenar sudah ada yang bocor, padahal pasar baru selesai dibangun. Kemudian lantai keramik yang sudah lepas, dan yang paling membuat pedagang kecewa adalah adanya tangga yang berada di depan kios dan tangga itu sangat sempit. Pedagang mengutarakan kekecewaannya itu kepada DPP, tetapi DPP berkilah itu karena pekerjaan kontraktor. Pedagang pasar Windujenar jarang sekali bertemu dengan kontraktor pembangunan pasar Windujenar Solo.

G. KERANGKA BERFIKIR

Anak usia dini (0-6 tahun) adalah sosok yang istimewa, karena diusia inilah mereka akan menjalani suatu proses perkembangan yang sangat pesat bagi kehidupan selanjutnya. Kepribadian dan kecerdasan sang anak dimasa anak-anak, remaja dan dewasa juga sangat ditentukan oleh pembelajaran yang dia dapatkan dari orang tuanya sejak usia dini. Sifat anak- anak usia dini memang unik dan menarik. Mereka akan selalu aktif, dinamis, antusias dan selalu ingin tahu tentang


(33)

commit to user

19 apa yang dilihat dan didengarnya. Mereka juga memiliki rasa ingin tahu yang besar, memiliki sifat egosentris dan seolah- olah tidak pernah berhenti belajar. Mereka juga sosok yang kaya dengan fantasi dan memiliki daya perhatian yang pendek. Jadi di usia dini inilah masa- masa pembelajaran yang paling potensial dilakukan.

Anak adalah aset bangsa yang akan menentukan masa depan bangsa dan negara kita, sehingga perlu dibina dan dikembangkan sejak dini. Untuk mewujudkan perkembangan yang optimal dalam membentuk sumber daya manusia yang berkualitas, anak membutuhkan dukungan dari semua pihak seperti orang tua, lingkungan masyarakat sekitarnya dan Negara. Hal ini sesuai dengan hak anak, sebagaimana diatur dalam UU No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Salah satu dari hak ini adalah bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya. Pola asuh orangtua yang tepat dapat mengembangkan bakat atau potensi anak, sebaliknya, jika orangtua salah asuh anak- anak akan tumbuh menjadi pribadi yang berperilaku buruk dan sulit diterima di lingkungannya. Ketidaksensitifan orangtua terhadap kesulitan anak bisa juga terjadi, alasan utama yang dikemukakan biasanya karena kurangnya waktu karena orangtua bekerja di luar rumah. Pada hakikatnya belajar harus berlangsung sepanjang hayat. Untuk menciptakan generasi yang berkualitas, pendidikan harus dilakukan sejak usia dini dalam hal ini melalui Pendidikan Anak


(34)

commit to user

20 Usia Dini (PAUD), yaitu pendidikan yang ditujukan bagi anak sejak lahir hingga usia 6 tahun. PAUD menjadi sangat penting mengingat potensi kecerdasan dan dasar-dasar perilaku seseorang terbentuk pada rentang usia ini. Sedemikian pentingnya masa ini sehingga usia dini sering disebut the golden age (usia emas). Pada penelitian ini lokasi yang dipilih yaitu PAUD Sinar Pelangi di Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta. PAUD Sinar Pelangi dapat berjalan dengan dukungan dari berbagai pihak yang kemudian disebut sebagai “pemangku kepentingan”. Para pemangku kepentingan tersebut antara lain: 1) Pendiri/ Pemilik, 2) Pengajar, 3) Pemerintah, 4) Masyarakat, 5) Orang Tua Murid. Meski demikian orientasi atau cara berfikir dari masing- masing pemangku kepentingan di PAUD Sinar Pelangi akan mempengaruhi cara berhubungan dan bentuk dari hubungan tersebut yang kemudian akan terlihat dalam tindakan atau perilaku yang ditunjukkan dalam kesehariannya. Di dalam orientasi sosial terdapat orientasi mutual antara perilaku pihak yang satu terhadap pihak yang lain. Isinya mungkin menyangkut konflik, sikap permusuhan, daya tarik seksual, persahabatan, kepercayaan dan lain sebagainya. Dilain pihak isinya mungkin menyangkut pemenuhan suatu kebutuhan, pengelakan terhadap kemajuan serta ketegasan agar menaati perjanjian dan seterusnya. (Soekanto, 2002: 64)

Dari perbedaan orientasi tersebut muncul konflik. Konflik disini tidak berbentuk bentrokan secara fisik, akan tetapi lebih kepada tujuan- tujuan terselubung yang menyimpang dari tujuan utama diadakannya program PAUD.


(35)

commit to user

21 Penyebabnya bermacam- macam, mulai dari kepentingan ekonomi sampai dengan kepentingan politik. Sebagai contohnya yaitu tujuan dari pemilik dan pengajar yang seharusnya mengabdikan diri untuk anak didik tetapi tergantikan dengan tujuan memperoleh penghasilan untuk mencukupi kebutuhan ekonomi pribadi mereka. Begitu pula tujuan dari pemerintah menyuplai dana untuk mengembangkan program PAUD, tujuan itu kadang tergantikan dengan tujuan- tujuan yang menyalahi aturan. Sebagian golongan pemerintah hanya memanfaatkan hal ini untuk kepentingan politik, seperti pemanfaatan dalam kampanye sebagai upaya perbaikan citra diri semata.

Dampak yang ditimbulkan dari konflik tersebut yaitu kurang optimalnya pelaksanaan program PAUD. Untuk mengatasi permasalahan ini hendaknya masing- masing pemangku kepentingan PAUD kembali meluruskan niat dan tujuan awal pembentukan PAUD sesuai dengan UU Nomor 20 Tahun 2003.

PAUD sesuai dengan UU Nomor 20 Tahun 2003 yaitu suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak usia dini, tidak selayaknya disalahgunakan. Pihak- pihak yang terkait hendaknya benar- benar tulus dalam mendukung berkembangnya program PAUD (bukan sekedar untuk kepentingan politik atau kepentingan pribadi, untuk mendapatkan uang semata). Wujud dari dukungan tersebut antara lain perhatian berupa dana, waktu, tenaga, dan kegiatan- kegiatan di luar rutinitas PAUD. Akan tetapi tetap sejalan dengan tujuan dari


(36)

commit to user

22 program PAUD. Dari program PAUD ini diharapkan dapat mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas.

Secara singkat kerangka berfikir diatas dapat digambarkan dalam skema sebagai berikut:

Bagan 1. Kerangka Berfikir

Anak Usia Dini ( 0-6 tahun ) Mempunyai Hak Memperoleh Pendidikan

Pemenuhan Hak Anak akan Pendidikan Melalui PAUD Sinar Pelangi

Proses Pelaksanaan PAUD

Pemangku Kepentingan yang Terlibat: Pengelola PAUD

Donatur

Orang Tua Murid Pemerintah Masyarakat

Ada konflik anatara 2 kelompok kepentingan

(kelompok yg ingin PAUD sinar Pelangi bubar dan kelompok yang ingin PAUD Sinar Pelangi tetap berjalan)

Dampak terhadap PAUD Sinar Pelangi

Resolusi konflik


(37)

commit to user

23

H. METODE PENELITIAN

1.Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Semanggi Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta, karena di Kelurahan Semanggi terdapat lembaga yang menyelenggarakan program PAUD yaitu Sinar Pelangi. Peneliti memilih program pendidikan PAUD Sinar Pelangi di Kelurahan Semanggi dan pendapat berbagai pemangku kepentingan yang terlibat didalamnya sebagai tempat penelitian karena PAUD Sinar Pelangi merupakan salah satu PAUD yang bersifat sosial yang masih tumbuh di kota Surakarta. Selain itu PAUD Sinar Pelangi di Kelurahan Semanggi Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta lebih mudah dijangkau oleh peneliti.

2. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, bentuk penelitian yang dipilih adalah penelitian eksploratif. Penelitian Esploratif dilakukan bilamana peneliti tidak familiar dengan masalah yang dia teliti. Topik yang dia teliti masih relatif baru. Literature atau hasil penelitian yang membahas masalah tersebut masih langka. Peneliti ibaratnya masuk hutan yang belum pernah ia masuki. Peneliti mengidentifikasi orang- orang yang ada berdasarkan ciri- ciri sosiologis dan perannya di dalam masyarakat. Peneliti mencatat kejadian-kejadian. Dari kategori- kategori itu peneliti mengembangkan konsep sesuai dengan keadaan yang ada di lapangan, atau mungkin juga merevisi konsep- konsep ilmiah yang pernah dia peroleh di dalam literatur- literatur ilmiah. (Slamet, 2006: 7)


(38)

commit to user

24 Penelitian ini menitik beratkan pada field research atau penelitian lapangan, namun juga tidak mengesampingkan pada studi kepustakaan atau

library research terutama dalam menyusun landasan teori.

3. Sumber Data

Di dalam penelitian ini menggunakan data yang akan dikumpulkan dari berbagai sumber antara lain:

a. Data Primer

Data primer adalah data yang didapat dari sumber pertama baik dari individu maupun perseorangan seperti hasil dari wawancara atau hasil pengisian kuesioner yang biasa dilakukan oleh peneliti. Data primer yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah informan. Informan merupakan orang yang dianggap mengetahui permasalahan yang akan dihadapi baik itu permasalahan yang terjadi pada dirinya sendiri ataupun yang terjadi pada orang lain. Adapun yang nantinya akan dijadikan informan untuk penelitian ini adalah Pemerintah Kelurahan Semanggi, Pengelola PAUD Sinar Pelangi, Orang Tua Murid, donatur dan Masyarakat.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah secara lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau pihak lain (jurnal- jurnal).


(39)

commit to user

25 4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai beikut :

a. Interview (Wawancara)

Teknik wawancara dilakukan dengan struktur yang fleksibel atau informal guna menanyakan pendapat informan tentang suatu peristiwa tertentu. Wawancara ini bersifat lentur dan terbuka, tidak terstruktur ketat, tidak dalam suasana formal, dan bisa dilakukan berulang pada informan yang sama. Untuk melakukan wawancara peneliti menggunakan Interview

Guide merupakan teknik pengumpulan data dengan melalui beberapa

daftar pertanyaan yang telah disusun terlebih dahulu oleh peneliti. Dalam penelitian ini dilakukan secara fleksibel, artinya pertanyaan yang diajukan kepada informan akan berkembang dan tidak hanya terpancang pada daftar pertanyaan, karena sifat dari penelitian kualitatif yaitu semakin banyak informasi yang diperoleh, maka akan semakin valid data yang akan diperoleh dalam penelitian tersebut.

b. Observasi Langsung

Kegiatan observasi dapat dilakukan baik secara formal maupun informal. Secara formal dapat diamati, secara informal dapat dilakukan selama kunjungan dengan mengamati situasi berbagai hal. Guna menjaga reliabilitas studi, observasi sebaiknya tidak dilakukan sekali saja, baik dengan cara formal maupun informal. (Sutopo, 2006: 76-77). Observasi


(40)

commit to user

26 sebelum penelitian baik secara formal maupun informal dilakukan agar penulis dapat menentukan sampel yang benar, supaya nantinya dapat diperoleh hasil yang maksimal.

c. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mencatat arsip- arsip, surat- surat, pendapat dan dokumen lain yang mendukung (Nawawi, 1995: 95)

5. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah penarikan sampel dari populasi.

a. Populasi

Populasi adalah kumpulan unsur-unsur survei yang memiliki spesifikasi tertentu (Slamet, 2001: 2). Berkaitan dengan penelitian ini, maka yang menjadi populasi adalah seluruh pihak yang terkait dalam pelaksanaan program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Sinar Pelangi di Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasaar Kliwon, Kota Surakarta. b. Sampel

Sampel merupakan subset atau bagian dari populasi. Tentang siapa dan berapa jumlah sampel sangat tergantung dari informasi yang diperlukan. (Slamet, 2001: 5). Dalam penelitian ini, sampel yang diambil tidak mutlak jumlahnya, artinya sampel yang akan diambil disesuaikan dengan kebutuhan data selama dilapangan.


(41)

commit to user

27 Adapun teknik pengambilan sampel yanng digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling (sampel bertujuan) dan maximum

variation sampling. Purposive sampling adalah dimana peneliti cenderung

memilih informan yang dianggap tahu dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang lebih valid dan mengetahui secara mendalam berdasarkan observasi langsung yang telah dilakukan oleh penulis. Sedangkan maximum variation sampling ini dimaksudkan untuk bisa menangkap atau menggambarkan tema sentral dari studi melalui informasi yang saling silang- menyilang dari berbagai tipe responden (Slamet,2001: 25).

6.Validitas Data

Validitas membuktikan bahwa apa yang diamati sesuai dengan apa yang ada dalam dunia kenyataan dan apakah penjelasan yang diberikan tentang dunia kenyataan memang sesuai dengan apa yang sebenarnya terjadi. Dalam penelitian ini akan dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data ini. Denzin (1978) membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori (Moleong, 2001: 178). Cara yang dapat diambil adalah :


(42)

commit to user

28 1. Membandingkan data hasil observasi dengan data hasil wawancara. 2. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa

yang dikatakannya secara pribadi.

3. Membandingkan apa yang dikatakan orang- orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.

4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan.

5. Membandingkan hasil wawancara dengan isu dokumen yang berkaitan.

b. Member check

Member check merupakan salah satu cara yang penting, pada

akhir wawancara juga pada saat penelitian berlangsung. peneliti mengulangi dalam garis besarnya apa yang telah dikatakan oleh informan dengan maksud agar dapat memperbaiki bila ada kekeliruan atau menambah apa yang masih kurang. (Sutopo, 2006: 32)

7. Teknik Analisa Data

Dari data yang diperoleh dilapangan kemudian akan dianalisa secara kualitatif. Teknik analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisa data interaktif. Dalam tahap analisa ada tiga komponen pokok yang harus disadari sepenuhnya oleh setiap peneliti. Tiga komponen pokok


(43)

commit to user

29 tersebut adalah reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. (Sutopo, 2006: 113)

a. Reduksi Data

Reduksi data adalah merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, dan abstraksi data (kasar) yang ada dalam field note. Proses ini berlangsung terus sepanjang pelaksanaan riset, yang dimulai dari awal bahkan sebelum pengumpulan data dilakukan. Proses reduksi ini terus berlangsung sampai laporan akhir penelitian selesai ditulis. Reduksi data adalah bagian dari analisis, suatu bentuk analisis yang mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal yang tidak penting, dan mengatur data sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat dilakukan.

b. Penyajian Data

Penyajian data adalah suatu rakitan organisasi informasi yang memungkinkan kesimpulan riset dapat dilakukan. Dengan melihat suatu penyajian data, peneliti akan mengerti apa yang terjadi dan memungkinkan untuk mengerjakan sesuatu pada analisa ataupun tindakan lain berdasarkan pengertian tersebut.

c. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan merupakan proses konklusi- konklusi yang terjadi selama pengumpulan dari data awal sampai akhir. Konklusi-konklusi tersebut dibiarkan tetap disitu, yang pada awalnya kurang jelas


(44)

commit to user

30 kemudian semakin meningkat secara eksplisit dan memiliki landasan yang kuat. Kesimpulan akhir tidak akan terjadi sampai pengumpulan data berakhir. Kesimpulan yang perlu diverifikasi, yang dapat berupa suatu pengulangan yang meluncur cepat, sebagai pemikiran kedua yang timbul melintas dalam pikiran peneliti pada waktu menulis dengan melihat kembali sebentar pada field note. (Sutopo, 2006: 116)

BAB II

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Berdiri PAUD Sinar Pelangi

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Sinar Pelangi terletak di Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta. PAUD Sinar Pelangi dirintis oleh Bapak Joko Kristianto mulai tahun 2005. Pada awalnya Bapak Joko Kristianto tertarik mendirikan PAUD, setelah beliau mengetahui adanya program pemerintah yaitu Kota Layak Anak yang didalamnya juga terdapat program pemenuhan hak anak khususnya hak untuk memperoleh pendidikan sejak dini yang kemudian diwujudkan dengan mendirikan Lembaga PAUD. Selain ketertarikan beliau terhadap program pemerintah tersebut, pendirian PAUD Sinar Pelangi juga didasarkan pada pengalaman masa lalu beliau yang pernah hidup dijalanan sebagai pengamen untuk membiayai sekolahnya dulu. Bapak Joko Kristianto melihat realitas sosial terkait dengan kehidupan jalanan yang


(45)

commit to user

31 amat keras dan sangat jauh dari sentuhan pendidikan yang berakibat pada tidak terpenuhinya kesejahteraan hidup anak- anak jalanan tersebut. Pada awalnya Bapak Joko Kristianto hanya ikut membantu menjalankan PAUD Pelangi yang didirikan oleh Bapak Eko yang beralamat di Kelurahan Sangkrah, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta. Namun dikemudian hari justru muncul inisiatif untuk mendirikan lembaga PAUD yang berlokasi di rumahnya yang kemudian diberi nama PAUD Sinar Pelangi. Inisiatif ini tumbuh karena Bapak Joko Kristianto melihat perilaku sosial budaya masyarakat sekitar rumahnya yang kurang memperhatikan pendidikan anak sejak usia dini yang disebabkan oleh kondisi ekonomi yang tergolong kalangan tidak mampu. Oleh karena itu kemudian Bapak Joko Kristianto melakukan survei wilayah di sekitar tempat tinggalnya, kemudian melakukan pemetaan daerah mana saja yang akan didatangi untuk mensosialisasikan pentingnya pendidikan anak pada usia dini. Setelah proses pemetaan selesai Bapak Joko kristianto mulai mendatangi penduduk satu persatu dengan membawa brosur tentang PAUD Sinar Pelangi yang dapat diikuti warga dengan biaya yang sangat terjangkau yaitu biaya pendaftaran sebesar Rp.5000,- dan uang bulanan sebesar Rp.5000,- dan ini pun tidak diwajibkan, apabila ada orangtua murid yang merasa keberatan dengan jumlah biaya ini maka dari pihak PAUD Sinar Pelangi memberi kebijakan untuk menggratiskan biaya tersebut.


(46)

commit to user

32 Usaha sosialisasi yang dilakukan oleh Bapak Joko Kristianto membuahkan hasil. Masyarakat sekitar memberi respon positif terhadap berdirinya PAUD Sinar Pelangi. Pada awalnya ada sekitar 65 wali murid yang mendaftarkan anak-anak mereka menjadi murid PAUD Sinar Pelangi.

Selama 1 bulan pertama, proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar, meskipun hanya dengan sarana prasarana yang sangat terbatas. Kondisi bangunan kelas PAUD Sinar Pelangi pada saat itu, lantainya berupa tanah yang dtimbun dengan batu kerikil, kemudian diatasnya dibentangkan tikar sebagai alas duduk bagi murid dan pengajar.

Setelah proses belajar mengajar berjalan 1 bulan, mulai terjadi konflik. Ada beberapa pihak yang kurang setuju dengan didirikannya PAUD Sinar Pelangi. Ada beberapa hal yang mendasari sikap sebagian masyarakat tersebut, diantaranya yaitu: 1) Kondisi kelas yang sangat jauh dari standar. Banyak diantara orang tua murid yang mengeluhkan kondisi bangunan PAUD Sinar Pelangi yang kurang layak, yang kemudian mereka memutuskan untuk tidak lagi menitipkan putra- putri mereka di sana. 2) Mayoritas masyarakat Kelurahan Semanggi beragama Islam, sedangkan pendiri PAUD Sinar Pelangi bukan beragama Islam. Hal ini menyebabkan merosotnya jumlah peminat PAUD Sinar Pelangi. Pada bulan ke 2, jumlah muridnya merosot tajam. Yang mulanya terdiri dari 65 orang murid menjadi 7 murid. Kemudian meningkat menjadi 25 orang murid. Jumlah


(47)

commit to user

33 inipun tidak selalu penuh tiap harinya. Tiap hari murid yang masuk hanya sekitar 15 orang anak saja.

B. Lokasi PAUD Sinar Pelangi

PAUD Sinar Pelangi ini berada di tengah- tengah pemukiman penduduk. Di kawasan marginal pinggiran sungai Bengawan Solo. PAUD Sinar Pelangi beralamat di Jalan Comal 7 No.7 Semanggi Mojo RT 06/V Kelurahan Semanggi Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta

Batas- batas lokasi PAUD Sinar Pelangi adalah sebagai berikut: 1. Sebelah Selatan : Pasar Klithikan Notoharjo Semanggi

2. Sebelah Timur : Jembatan Mojo Sungai Bengawan Solo Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta

3. Sebelah Utara : Pemukiman penduduk Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta 4. Sebelah Barat : SMA MTA Kelurahan Semanggi, Kecamatan

Pasar Kliwon, Kota Surakarta

C. Visi , Misi dan Tujuan PAUD Sinar Pelangi


(48)

commit to user

34 Memberikan layanan yang sebaik-baiknya kepada seluruh lapisan masyarakat terhadap Pendidikan Anak Usia Dini untuk memberikan karakter anak dan mengembangkan potensi kecerdasan intelegensia anak secara maksimal, melalui peningkatan kesehatan gizi, ketrampilan, dan nilai- nilai agama serta dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

2. Tujuan PAUD Sinar Pelangi adalah sebagai berikut:

Tujuan dari Pendidikan Anak Usia Dini ini untuk mengembangkan potensi anak usia dini di wilayah Kelurahan Semanggi, melalui pertumbuhan anak terhadap kesehatan psiko, sosial, fisik, bahasa, moral, dan nilai-nilai agama serta rangsangan intelektual lainnya.

Adapun tujuan kegiatan PAUD Sinar Pelangi secara rinci yaitu:

1. Tujuan Umum

1) Sebagai tempat pendidikan masyarakat yang bersifat kebangsaan dan berwawasan nusantara, tanpa membedakan derajat/martabat, ras/suku dan dan agama.

2) Meningkatkan mutu pemerataan layanan pendidikan bagi anak usia dini agar kelak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan dasar.


(49)

commit to user

35 3) Meningkatkan kesadaran masyarakat, khususnya orangtua akan

pentingnya pembinaan dan pengembangan anak usia dini. 2. Tujuan Khusus

1) Membangun perkembangan dan mencerdaskan anak usia dini. 2) Meringankan beban masyarakat yang kurang mampu untuk

tetap dapat menikmati pendidikan dengan biaya terjangkau. 3) Meningkatkan kemampuan dan kesadaran orangtua, keluarga

dan masyarakat akan pentingnya pendidikan, pembinaan dan pengembangan anak usia dini.

D. Kondisi Sarana dan Prasarana PAUD Sinar Pelangi

Secara umum bangunan PAUD Sinar Pelangi dalam keadaan baik tetapi kurang memenuhi syarat sebagai tempat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Karena tempatnya masih menjadi satu dengan tempat tinggal Bapak Joko sehingga ukurannya pun sempit, yakni berukuran sekitar 4 x 6 m2. Alas yang dipakai belajar masih beralaskan semen dan dinding bagian depan masih batu bata serta pintu berupa potongan triplek dan seng sehingga rawan untuk bermain anak-anak.

Dibagian dalam bangunan tidak ada pembagian ruangan semuanya jadi satu ruangan antara ruang guru dan perpustakaan mini. Di ruang ini terdapat 2 buah jendela, yang masing- masing belum ada penutupnya. Belum ada kamar mandi atau WC, jika ada yang ingin buang


(50)

commit to user

36 air kecil atau besar maka dapat menggunakan kamar mandi milik penduduk.

Fasilitas PAUD Sinar Pelangi diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Koleksi buku-buku: sains, buku cerita, bergambar, majalah, buletin dan lain- lain

2. Tempat bermain : ayunan, prosotan 3. Alat-alat penunjang belajar mengajar :

a. Bangku : 4 buah b. Kursi mini : 10 buah

c. Papan Tulis : 1 buah apan tulis hitam dan I buah papan tulis putih

d. Rak dan almari : 3 buah e. Meja guru : 1 buah f. Kursi guru : 1 buah g. Jam dinding : 1 buah h. Tikar : 3 buah

Meskipun sarana penunjang belajar masih terbatas tetapi anak didik yang belajar PAUD Sinar Pelangi itu masih tetap semangat bersekolah. Tidak seperti sekolah-sekolah lainnya PAUD Sinar Pelangi


(51)

commit to user

37 hanya diajar oleh 1 orang guru yang merangkap sebagai Kepala Sekolah dan guru. Karena keterbatasan dana sehingga sangat sulit untuk mencari guru sukarelawan atau yang bekerja secara sosial. Yang aktif setiap hari mengajar hanya Bapak Joko Kristianto, beliau mengajar dengan ikhlas tanpa mendapatkan gaji tiap bulannya.

Dulu memang ada 1 guru perempuan yang ikut membantu mengajar di PAUD Sinar Pelangi, tetapi karena beliau baru melahirkan sehingga memutuskan untuk berhenti mengajar. Selain itu ada seorang wali murid bernama ibu Siti yang kadang kala menggantikan mengajar jika Bapak Joko Kristianto berhalangan karena ada acara yang penting. Upaya ini dilakukan agar anak tidak kecewa karena ketika anak berangkat dari rumah sudah mempunyai semangat namun sampai tempat belajar tidak ada guru yang mengajar, hal ini akan mengganggu psikis anak.

E. Struktur Organisasi PAUD Sinar Pelangi

Struktur Organisasi PAUD Sinar Pelangi Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta adalah sebagai berikut:

Bagan 2

Struktur Organisasi PAUD Sinar Pelangi Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta

--- Kepala Sekolah Joko Kristianto --- Komite Sekolah

Yayasan / Lembaga Eko Purnomo


(52)

commit to user

38 Keterangan :

: Garis Komando --- : Garis Koordinasi

F. Sumber Pendanaan PAUD Sinar Pelangi

Dana bagi sebuah sekolah adalah sangat penting, terutama untuk pengadaan sarana belajar mengajar. Meskipun dana adalah salah satu orientasi dalam lembaga sekolah tetapi PAUD Sinar Pelangi dapat menyiasatinya, yaitu dengan memanfaatkan barang- barang bekas yang yang ada di sekitar.

Sumber pendanaan PAUD ini berasal dari:

1. Dana tidak tetap ( dari masyarakat, pemerintah atau instansi swasta) 2. Iuran siswa tiap bulan ( Rp 5000,- per bulan )

Guru

Siswa

Masyarakat Penjaga Sekolah

Guru

Guru Guru

Siti S. Nuriyah Guru

Joko Kristiyanto


(53)

commit to user

39 3. Dana kegiatan siswa (dari pihak penyelenggara kegiatan)

G. Prosedur Penerimaan Anak Didik PAUD Sinar Pelangi

Prosedur penerimaan anak didik di PAUD Sinar Pelangi yakni: 1. Usia antara 2-6 tahun

2. Mengisi formulir pendaftaran

3. Menyerahkan fotocopy AKTA kelahiran atau surat kelahiran anak 4. Membayar administrasi sebesar Rp 5.000,-

H. Anak Didik PAUD Sinar Pelangi

Anak didik PAUD Sinar Pelangi berjumlah 25 orang anak yang berasal dari masyarakat sekitar Kelurahan Semanggi. Karena masyarakat tersebut masih marginal sehingga hal tersebut berpengaruh juga kepada pendidikan anak. Ketika belajar di PAUD anak masih perlu penjagaan dari orangtua. Tetapi yang terjadi adalah orangtua lebih mementingkan untuk mencari uang guna menafkahi keluarga sehingga mendampingi anak sewaktu belajar menjadi suatu hal yang tidak penting lagi bagi mereka. Padahal Dukungan orangtua menjadi faktor utama agar anak berminat dan mau belajar.

Daftar usia anak PAUD Sinar Pelangi di Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta Tahun 2009/ 2010 dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini :


(54)

commit to user

40 Tabel 1

Daftar Usia Anak PAUD Sinar Pelangi di Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta Tahun 2009/ 2010

Usia Laki-laki Perempuan Jumlah

2 Tahun 1 1 2

3 Tahun 4 3 7

4 Tahun 4 2 6

5 Tahun 3 3 6

6 Tahun 2 2 4

Jumlah 14 11 25

(Sumber: Buku administrasi PAUD Sinar Pelangi Tahun 2009/2010 )

Adapun daftar nama anak didik PAUD Sinar Pelangi di Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta Tahun 2009/2010 dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini :

Tabel 2

Daftar Nama Anak Didik PAUD Sinar Pelangi di Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta Tahun 2009/2010

No Nama Anak TTL Alamat

1 Adinda Setya Nugraheni Sukoharjo, 21 Desember 2005 Semanggi, RT 04/23 2 An-Nisa Azmi Wardani Surakarta, 27 Oktober 2006 Semanggi, RT 06/ 05 3 Badar Aji Pamungkas Surakarta, 15 September 2003 Semanggi, RT 04/23


(55)

commit to user

41 4 Chantika Amalia Putri Batam, 20 Juni 2005 Semanggi, RT 02/23 5 Nathazya Zahra Surakarta, 3 Desenber 1996 Semanggi, RT 01/23 6 Wulan Sari Kurnia Surakarta, 28 Oktober 2004 Semanggi, RT 01/04 7 Dimas Firmansyah Surakarta, 19 April 2006 Semanggi, RT 02/32 8 Olda Sang Brian Putra Surakarta, 15 februari 2006 Semanggi, RT 06/05 9 Rois Ahmad Al falah Surakarta, 27 Oktober 2006 Semanggi, RT 06/05 10 Muhammad Jasen Surakarta, 22 Oktober 2005 Semanggi, RT 02/23 11 Muhammad Ridwan Santoso Surakarta, 29 Juni 2005 Semanggi, RT 06/05 12 Chelsea Chandra Lamongi Surakarta, 1 Juni 2005 Semanggi, RT 07/5 13 Ornela Alfiani Surakarta, 7 November 2004 Semanggi, RT 02/23 14 Azriel Pradana Jaya Praseyta Surakarta, 21 Oktober 2006 Semanggi, RT 03/02 15 Andika Wahyu Yulianto Surakarta, 28 Juli 2008 Semanggi, RT 06/05 16 M. Yoga Widyanto Pacitan, 13 Maret 2007 Semanggi, RT 06/05 17 Vannia Ferby mellanie Sukoharjo, 25 Juni 2007 Semanggi, RT 03/05 18 Safira Kirana Gustavanie Surakarta, 2 Agustus 2007 Semanggi, RT 06/05 19 Rich Arif Hidayah Surakarta, 2 Desember 2007 Semanggi, RT 01/04 20 Fransisca Chreesna Surakarta, 23 Desember 2007 Semanggi, RT 06/05 21 Christoper Milano Yuli P Surakarta, 13 Mei 2007 Semanggi, RT 08/05 22 Rangga Reza Aldriano Surakarta, 29 Oktober 2007 Semanggi, RT 06/05 23 Ahmad Zainuri Rizki Utomo Surakarta, 13 Juli 2006 Semanggi, RT 08/05 24 Bintang Pamungkas Surakarta, 16 Desember 2004 Semanggi, RT 07/05 25 Nareth Kirana Adi Surakarta, 2 Januari 2007 Semanggi, RT 02/23

(Sumber: Buku administrasi PAUD Sinar Pelangi Tahun 2009/2010)

I. Kegiatan Anak Didik PAUD Sinar Pelangi

PAUD Sinar Pelangi dalam rangka meletakkan dasar ke-arah perkembangan sikap, perilaku, ketrampilan dan daya cipta serta mempersiapkan anak untuk memasuki Sekolah Dasar mengadakan berbagai kegiatan diantaranya:


(56)

commit to user

42 Kegiatan belajar menggambar merupakan salah satu bagian dari sisi lingkup kreatif. Maka dalam kegiatan ini anak diberikan kesempatan untuk berekspresi, sehingga anak akan mengungkapkan perasaan keindahan, puas, senang. Ketika anak sudah menemukan perasaan yang diinginkan, anak akan terdorong atau termotivasi untuk lebih kreatif dalam menciptakan hal baru.

2. Menulis

Kegiatan menulis ini melatih kesabaran dan ketelitian anak dalam menggerakkan tangan. Anak akan lebih luwes menulis jikalau si anak sering dilatih dan dibina untuk menggerakkan tangan, seperti membentuk lingkaran, persegi panjang dan sebagainya. Lama kelamaan anak akan bisa membuat huruf ataupun angka.

3. Membaca

Kegiatan belajar membaca bagi anak sangat penting. Membaca untuk anak didik PAUD dimulai dari melafalkan benda-benda yang ada disekitar mereka atau yang pernah mereka jumpai.

4. Menyanyi

Dunia anak selain bermain adalah menyanyi. Anak akan sangat suka jika menyanyi dengan diiringi tepuk tangan. Seperti anak di PAUD, menyanyi adalah kegiatan untuk merefleksikan pikiran karena lelah belajar. Tidak hanya suara yang diucapkan tetapi disini


(57)

commit to user

43 anak PAUD dituntut untuk berkonsentrasi terhadap petunjuk yang diberikan guru. Sehingga meskipun hanya menyanyi tetapi sisi edukasi masih ada. Dengan menyanyi anak akan sedikit demi sedikit mengolah otaknya untuk belajar menghafal.

5. Jalan-jalan

Kegiatan jalan-jalan ini dilaksanakan hari Sabtu atau disebut dengan Sabtu ceria. Anak-anak belajar di luar ruangan PAUD Sinar Pelangi

6. Makan Bersama

Kegiatan ini biasa dilakukan sebulan sekali pada hari Jum’at minggu pertama, dengan cara iuran dari orangtua murid. Dalam hal ini yang memasak makanan adalah orangtua murid. Kegiatan ini tidak bisa dilakukan seminggu sekali karena keterbatasan dana selain itu mayoritas masyarakat adalah kaum marginal sehingga kegiatan makan bersama hanya dilakukan sebulan sekali.

Pembelajaran atau kegiatan anak didik di PAUD Sinar Pelangi berlangsung dari hari Senin sampai Sabtu. Kegiatan yang diajarkanpun masih berkisar tentang lingkungan sekitar.

J. Pola pengklasifikasian anak didik PAUD Sinar Pelangi

Proses belajar mengajar anak PAUD Sinar Pelangi dilakukan dengan memakai shif pagi dan siang. Untuk anak usia 2-3 tahun yang biasa disebut kelompok A masuk pada pukul 08.00-09.30 WIB, sedangkan


(58)

commit to user

44 untuk anak usia 4-6 tahun disebut kelompok B masuk pada pukul 09.30-11.00 WIB. Hal ini dilakukan agar guru bisa menyeimbangkan pembelajaran sesuai usia anak.

K. Metode Pembelajaran PAUD Sinar Pelangi

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah pendidikan transisi dari pendidikan keluarga ke pendidikan sekolah. Oleh sebab itu pendidikan anak usia dini bertujuan untuk membantu perkembangan pendidikan anak-anak usia 2-6 tahun menuju ke jenjang pendidikan selanjutnya. PAUD bukanlah sekolah dengan aturan yang ketat tetapi di sini adalah tempat untuk bermain anak-anak yang mengandung nilai edukasi. Pada usia 2-6 tahun bermain adalah kegiatan yang menyenangkan. Bermain adalah dunia anak-anak.

Metode pembelajaran yang digunakan oleh PAUD Sinar Pelangi adalah bermain sambil belajar dengan menggunakan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dengan memadukan nilai kecerdasan intelektual (IQ), Kecerdasan Emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ) secara seimbang serta kurikulum BCCT (Beyond Centre and Circle Time). Kurikulum berbasis kompetensi adalah kurikulum atau program kegiatan belajar yang disusun berdasarkan karakteristik anak, bakat, minat, kemampuan dan cara belajar anak. Guru menyajikan materi-materi pembelajaran dan memberikan stimulus-stimulus yang sesuai dengan


(59)

commit to user

45 karakteristik anak sehingga guru akan mengetahui bakat, minat serta kemampuan tiap-tiap anak serta mengetahui perkembangannya selama belajar di PAUD. Guru PAUD Sinar Pelangi tidak memaksakan kehendak anak untuk bereksperimen atau berkreasi. Karena jika anak di kekang atau diberi aturan yang memaksa, anak akan semakin melawan kepada guru dan akan berpengaruh pada psikologi dan inteligensi anak sehingga hasilnya terhadap perkembangan anak menjadi tidak baik. Dalam penerapan metode BCCT, guru mengajak anak didik untuk bermain, bernyanyi, bertepuk tangan atau kegiatan ringan lainnya. Hal ini bertujuan untuk mengalihkan perhatian anak dari permasalahan di rumah dan agar anak menjadi bersemangat dalam belajar. Menu pembelajaran yang diajarkan di PAUD Sinar Pelangi diantaranya adalah :

a. Pengetahuan Umum, meliputi : Agama, Bahasa, Daya Pikir, Ketrampilan dan Jasmani

b. Program Khusus, meliputi : Kemandirian , Kedisiplinan, Kesopanan, Kerajinan,

Kebersihan, Kebiasaan dan Berdoa

BAB III


(60)

commit to user

46 A. HASIL PENELITIAN

Dalam bab ini penulis akan menyajikan hasil penelitian beserta dengan pembahasannya.

1. Profil Informan

Informan adalah orang yang dianggap mengetahui permasalahan yang akan dihadapi dan bersedia memberikan informasi yang dibutuhkan. Informan dalam penelitian ini adalah orang yang tahu dan dapat memberikan jawaban atas pertanyaan- pertanyaan peneliti baik lisan maupun tertulis, guna mengetahui konflik yang terjadi antar pemangku kepentingan PAUD Sinar Pelangi di Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta. Adapun profil sepuluh informan yang penulis wawancarai adalah sebagai berikut:

a. Bapak Joko Kristiyanto

Bapak Joko Kristiyanto merupakan informan pertama yang diwawancarai. Bapak Joko Kristiyanto berusia 34 tahun. Beliau adalah Kepala Sekolah di PAUD Sinar Pelangi Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta. Selain itu beliau juga menjabat sebagai guru. Riwayat pendidikan beliau yaitu SD Kanisius Semanggi, SMP N 6


(61)

commit to user

47 Surakarta, STM N 2 Surakarta. Profesi lain beliau adalah sebagai desainer bangunan.

Alasan Bapak Joko Kristiyanto mendirikan PAUD, setelah beliau mengetahui adanya program pemerintah yaitu Kota Layak Anak yang didalamnya juga terdapat program pemenuhan hak anak khususnya hak untuk memperoleh pendidikan sejak dini yang kemudian diwujudkan dengan mendirikan Lembaga PAUD. Selain ketertarikan beliau terhadap program pemerintah tersebut, pendirian PAUD Sinar Pelangi juga didasarkan pada pengalaman masa lalu beliau yang pernah hidup dijalanan sebagai pengamen untuk membiayai sekolahnya dulu. Bapak Joko Kristiyanto melihat realitas sosial terkait dengan kehidupan jalanan yang amat keras dan sangat jauh dari sentuhan pendidikan yang berakibat pada tidak terpenuhinya kesejahteraan hidup anak-anak jalanan tersebut. Pada awalnya Bapak Joko Kristiyanto hanya ikut membantu menjalankan PAUD Pelangi yang didirikan oleh Bapak Eko yang beralamat di Kelurahan Sangkrah, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta. Namun dikemudian hari justru muncul inisiatif untuk mendirikan lembaga PAUD yang berlokasi dirumahnya yang kemudian diberi nama PAUD Sinar Pelangi. Inisiatif ini tumbuh karena Bapak Joko Kristiyanto melihat


(62)

commit to user

48 perilaku sosial budaya masyarakat sekitar rumahnya yang kurang memperhatikan pendidikan anak sejak usia dini yang disebabkan oleh kondisi ekonomi yang tergolong kalangan tidak mampu.

b. Ibu Siti Sinta Nuriyah

Ibu Siti Sinta Nuriyah merupakan informan kedua. Ibu Siti Sinta Nuriyah berusia 31 tahun dan bekerja sebagai wiraswasta, membuka warung kelontong kecil- kecilan di teras rumahnya. Suami Ibu Siti Sinta Nuriyah yaitu Bapak Basuki Muhammad Nurhadi bekerja sebagai Guru Agama. Di PAUD Sinar Pelangi Ibu Siti Sinta Nuriyah merupakan orang tua murid, akan tetapi terkadang beliau juga ikut membantu mengajar. Ibu Siti Sinta Nuriyah membantu mengajar di PAUD Sinar Pelangi pada waktu Bapak Joko Kristiyanto mempunyai kegiatan lain yang waktunya bersamaan dengan jam belajar di PAUD. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Bapak Joko Kristiyanto, yaitu:

“…Saya terkadang digantikan oleh Ibu Siti, contohnya waktu

saya diundang rapat tentang PAUD dengan Kecamatan, atau

saat ada undangan yang berkaitan dengan PAUD…” (22 Juni

2010)

Hal senada juga disampaikan oleh Ibu Siti Sinta Nuriyah:


(1)

commit to user

84

BAB IV

PENUTUP

A.

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang peneliti lakukan dengan judul

konflik

pemangku

kepentingan

dalam

pelaksanaan

program

pendidikan anak usia dini (PAUD) Sinar Pelangi, maka dapat

disimpulkan bahwa di PAUD Sinar Pelangi terdapat konflik yang

terjadi antara dua kelompok dengan kepentingan yang berbeda.

Kelompok kepentingan pertama mempunyai keinginan agar PAUD

Sinar Pelangi tutup dan tidak beroperasi kembali, kelompok ini terdiri

dari beberapa orang anggota masyarakat sekitar PAUD sinar Pelangi

yang beragama Islam. Kelompok kepentingan yang kedua terdiri dari

pengelola dan orangtua murid yang menginginkan PAUD Sinar

Pelangi tetap berjalan

Konflik juga terjadi secara pribadi, akan tetapi konflik dapat

diselesaikan sehingga konflik tersebut tidak berlarut-larut. Konflik

yang terjadi sempat membuat PAUD Sinar Pelangi mengalami situasi

tidak dipercayai oleh masyarakat dan murid yang mendaftar hanya

sedikit. Tetapi setelah diadakan komunikasi maka konflik dapat

diselesaikan dan PAUD Sinar Pelangi tetap dapat berjalan.


(2)

commit to user

85

B. IMPLIKASI

1.

Implikasi Empiris

Hasil penelitian di lapangan dan pembahasan konflik

pemangku kepentingan di PAUD Sinar Pelangi yaitu konflik

berdampak pada munculnya integrasi

out-group

( kelompok luar )

yaitu orang tua murid PAUD Sinar Pelangi , hal ini terbukti

dengan kerjasama yang dilakukan orang tua murid PAUD Sinar

Pelangi dalam hal menyatukan persepsi dalam menyikapi

kekurangan yang ada di PAUD Sinar Pelangi. Hal yang paling

menonjol dalam bentuk kerjasama mereka adalah saat melihat

anak-anak mereka belajar dengan hanya beralaskan tikar, mereka

rela untuk mengadakan iuran di luar iuran rutin, untuk membeli

bangku agar anak-anak mereka merasa nyaman saat belajar.

Mereka tidak menuntut pengelola untuk menyediakan

bangku-bangku tersebut karena mereka sudah memahami akan kondisi

PAUD yang memang serba kekurangan karena hingga saat ini

PAUD Sinar Pelangi belum mendapat bantuan dari pihak

Pemerintah. Itulah yang merupakan bentuk integrasi antar orang

tua murid dengan adanya konflik yang ada di PAUD Sinar Pelangi.


(3)

commit to user

86

2.

Implikasi Teoritis

Penelitian tentang konflik pemangku kepentingan dalam

pelaksanaan program pendidikan anak usia dini (PAUD) Sinar

Pelangi,menggunakan teori Dahrendorf. Di PAUD Sinar Pelangi

terdapat konflik yang terjadi antara dua kelompok dengan

kepentingan yang berbeda. Kelompok kepentingan yang pertama

terdiri dari beberapa orang anggota masyarakat sekitar PAUD

Sinar Pelangi, yang menginginkan PAUD Sinar Pelangi tutup dan

tidak beroperasi lagi dan kelompok kepentingan yang kedua terdiri

dari pengelola dan orangtua murid yang menginginkan PAUD

Sinar Pelangi tetap berjalan

3.

Implikasi Metodologis

Bentuk dari penelitian ini adalah penelitian eksploratif

kualitatif yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk menggali

sumber yang ada. Fokus dalam penelitian ini adalah untuk

mengetahui konflik pemangku kepentingan dalam pelaksanaan

program pendidikan anak usia dini (PAUD) Sinar Pelangi.

Sesuai dengan metode penelitian kualitatif ini, maka

peneliti menjadi instrument penelitian dalam mencari dan

mengumpulkan data lengkap dengan keterbatasan yang dimiliki

oleh peneliti. Keterbatasan yang dimiliki peneliti antara lain :


(4)

commit to user

87

a.

Kurangnya pengetahuan dan pengalaman peneliti dalam bidang

pendidikan khususnya dalam metode pengajaran di PAUD

yang bertujuan untuk memberi pendidikan kepada anak usia

dini.

b.

Kurang pahamnya peneliti mengenai PAUD dan pemangku

kepentingan yang ada di PAUD.

Dalam penelitian ini informan dipilih berdasarkan

purposive sampling

(sampel bertujuan) dan dipilih disesuaikan

dengan derajat kebutuhan data. Dengan menggunakan teknik

tersebut terasa cukup efektif sebab peneliti dapat menemukan

informasi yang tepat dengan permasalahan penelitian. Informan

dalam penelitian ini adalah pengelola PAUD, orang tua murid,

pemerintah (Kelurahan), serta masyarakat dilingkungan sekitar.

Untuk keperluan triangulasi, peneliti menggunakan

triangulasi sumber data yang diperoleh dari tiap informan agar

mempunyai validitas tinggi. Sedangkan untuk menganalisa data,

penulis menggunakan analisa interaktif. Proses tersebut diawali

dengan pengumpulan data, karena data yang diperoleh selalu

berkembang dilapangan, maka penulis selalu membuat reduksi

data dan kajian data. Penulis membuat singkatan dan menyeleksi

data yang diperoleh dilapangan, kemudian diikuti dengan


(5)

commit to user

88

penyusunan sajian data yang berupa contoh atau uraian yang

sistematik.

Setelah pengumpulan data berakhir, tindakan penelitian

selanjutnya adalah menarik kesimpulan dan verifikasi berdasarkan

semua hal yang terdapat dalam penulisan reduksi data dan sajian

data. Secara metodologis, hasil penelitian ini tidak dapat dibuat

generalisai dan hanya berlaku pada lokasi penelitian. Namun dari

hasil penelitian yang ada mampu mengungkapkan realitas secara

lebih mendalam sehingga memungkinkan memberi gambaran

realitas sebagaimana adanya.

C.

SARAN

Mengacu pada hasil penelitian dan kesimpulan di atas,

penulis merekomendasikan beberapa saran sebagai berikut:

1.

Bagi pengelola PAUD Sinar Pelangi

a.

Mengajukan permohonan bantuan ke Pemerintah, agar PAUD

Sinar Pelangi mempunyai fasilitas yang layak dan mempunyai

jumlah guru yang memadai serta mendapatkan perhatian dari

tim Pembina dan tim pemantau, sehingga PAUD Sinar Pelangi

bisa berkembang dengan baik


(6)

commit to user

89

b.

Melakukan pendekatan dan komunikasi secara intensif kepada

masyarakat sekitar, agar masyarakat tertarik dengan PAUD

Sinar Pelangi

2.

Bagi Pemerintah

Pemerintah lebih tanggap dengan PAUD yang ada sehingga dapat

memajukan Program PAUD, dengan melakukan pendataan PAUD

yang ada di Kota Surakarta, meninjau serta melihat kondisi fisik

dan proses belajar mengajar masing-masing PAUD secara

langsung.

3.

Bagi Orang tua murid

Orang tua lebih peduli dengan kewajiban yang seharusnya di

lakukan, untuk kelancaran proses belajar mengajar di PAUD Sinar

Pelangi..

4.

Bagi Masyarakat

Masyarakat diharapkan mendukung program PAUD, oleh karena

itu penting bagi masyarakat untuk memperhatikan hak anak untuk

mendapatkan pendidikan sejak usia dini. Sehingga menjadi bekal

untuk pendidikan yang lebih tinggi, yang dapat digunakan sebagai

modal dalam mencari pekerjaan yang baik dengan pendapatan

yang layak sehingga kondisi masyarakat bisa lebih sejahtera.