Perbandingan Kadar Gula Darah Pada Mahasiswa FK-USU Stambuk 2007-2010 Yang Obsitas Rutin Berolahraga Dengan Tidak Rutin Berolahraga Selama 30 Menit Berolahraga

(1)

PERBANDINGAN KADAR GULA DARAH PADA MAHASISWA FK-USU STAMBUK 2007-2010 YANG OBSITAS RUTIN BEROLAHRAGA DENGAN TIDAK RUTIN BEROLAHRAGA SELAMA 30 MENIT

BEROLAHRAGA

Oleh : ADITHYA HUSNI

070100170

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : PERBANDINGAN KADAR GULA DARAH PADA MAHASISWA FK-USU STAMBUK 2007-2010 YANG OBSITAS RUTIN BEROLAHRAGA

DENGAN TIDAK RUTIN BEROLAHRAGA SELAMA 30 MENIT BEROLAHRAGA

Nama : Adithya Husni NIM : 070100170

Pembimbing Penguji I

(dr. Mutiara Indah Sari, M.Kes) (dr. Nuraiza Meutia, Biomed NIP. 19731015 200112 2 002 NIP. 19730911 200102 2 001 ) Penguji II

(dr. Nurfida Khairia A, M.Kes NIP. 19700819 199903 2 001


(3)

ABSTRAK

Kadar gula darah adalah jumlah glukosa yang terdapat didalam darah. Kadar gula ini juga disebut juga kadar gula plasma. Obesitas merupakan penyakit yang multifaktorial, yang terjadi akumulasi jaringan lemak yang berlebihan yang dapat mengganggu kesehatan.peningkatan aktifitas fisik merupakan komponen penting dari penurunan kadar gula darah. Dengan adanya masalah tersebut maka dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui perbandingan kadar gula darah pada mahasiswa yang obesitas yang berolahraga dengan yang tidak berolahraga.

Penelitian ini menggunakan metode “Analitik” dengan pendekatan intervensional (eksperimen). Penelitian dilakukan pada bulan Agustus sampai bulan oktober 2010 di fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara, dengan menggunakan teknik total sampling, sampel yang digunakan sebanyak 30 orang, yang memenuhi kriteria inklusi. Data dikumpulkan dengan meminta responden untuk berolahraga dan diperiksa kadar gula darah, kemudian hasil ditabulasi dan dilakukan pengolahan pada tiap-tiap kadar gula darah yang didapat. Kadar gula darah tersebut kemudian dianalisa, yang hasilnya dihasilkan dalam bentuk angka, kemudian diinterpretasikan.

Setelah dilakukan penelitian didapatkan data dari 30 responden mengenai perbandingan kadar gula darah pada mahasiswa FK-USU stambuk 2007-2010 yang obsitas berolahraga dengan tidak berolahraga. Hasil rata-rata kadar gula darah setelah berolahraga pada obesitas yang berolahraga adalah sebesar 97,90 mg/dl dan kadar gula darah setelah berolahraga pada obesitas yang tidak berolahraga adalah sebesar 86,75 mg/dl. Dari penelitian tersebut dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan kadar gula darah obesitas yang berolahraga dengan yang tidak berolahraga.

Perbedaan tersebut dikarenakan adanya perbedaan dari sistem respiratory cardiovaskular dan ketahanan seseorang pada saat berolahraga. Untuk itu perlu diberikan tambahan materi kepada mahasiswa fakultas kedokteran mengenai olahraga, dan mahasiswa dihimbau agar banyak membaca dan mencari informasi dari berbagai sumber.


(4)

ABSTRACT

The blood glucose is content of glucose in the blood The content of glucose is known as the plasma glucose. Obesity is a multi-factorial diseases as an over accumulation of the fat tissue that disturb the health. The increasing of physical activities is an important component of the decreasing of blood glucose content. Based on the problem, a research was conducted to study the ratio of bllod glucose content for college student with obesity who or not take sport.

This research applies the analytic method by intervensional (experiment) approach. This research wan conducted on august up to October 2010 at medical Faculty of north Sumatera University by total sampling method in which the number of sample is 30 respondens that fulfill the inclusion criteria. The data is collected by ask the respondent to that sport and check the blood glucose content and tabulated and processed in each the blood glucose content. The blood glucose content would analyzed the results is presented in the numerical data.

Based on research, the data of 30 respondent about the ratio of the blood glucose content of the college stundent of FKUSU in registration year of 2007 -2010 with obesity who take sport is 97.90 mg/dl and the blood glucose content after take sport for obesity who did not take is 86.75 mg/dl. Based on research indicated that there is a difference of the obesity blood glucose content who take sport and who did not take sport.

The different caused by the different of the cardiovascular respiratory system and defense of anyone when take sport. Therefore, there is additional material for the students of the medical faculty about the sport and college student ask to read more and seek any information from any sources.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Karya tulis ilmiah ini berjudul “PERBANDINGAN KADAR GULA DARAH PADA MAHASISWA FK-USU STAMBUK 2007-2010 YANG

OBSITAS RUTIN BEROLAHRAGA DENGAN RUTIN TIDAK

BEROLAHRAGA SELAMA 30 MENIT BEROLAHRAGA”. Dalam penyelesaian penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan rasa terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu dr. Mutiara Indah Sari, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberi arahan dan masukan kepada penulis, sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik.

3. dr. Nuraiza Meutia, Biomed selaku dosen penguji I dan dr. Nurfida Khairia A, M.Kes selaku dosen penguji II pada seminar hasil yang telah bersedia menguji dan memberikan masukan serta saran kepada penulis. 4. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara.

5. Rasa hormat dan terima kasih yang tiada terhingga saya persembahkan kepada kedua orang tua penulis, ayahanda Ir. Yusuf Husni, ibunda Ir. Eva Sartini Bayu Girsang, MP atas doa, perhatian dan dukungan yang tak putus-putusnya sebagai bentuk kasih sayang kepada penulis.

6. Rasa hormat dan kasih sayang yang tiada terhingga saya persembahkan kepada Meriza Martineta atas dorongan moril yang tiada hentinya kepada penulis, sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik.


(6)

7. Seluruh mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2007-2010 yang telah meluangkan waktu untuk menjawab kuesioner pada penelitian ini.

8. AnKa, Herwindo, Indah, Dina, Adelia dan Fadil serta seluruh teman-teman Stambuk 2007 yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungan dan bantuannya.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat berguna bagi kita semua.

Medan, 21 November 2010 Penulis,

Adithya Husni

Nim. 070100170


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR SINGKATAN ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 2

1.3. Tujuan Penelitian ... 2

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Glukosa Darah ... 4

2.1.1. Pencernaan Glukosa ... 5

2.1.2. Glikolisis ... 5

2.1.3. Glukogenolisis ... 8

2.1.4. Glukoneogenesis ... 8

2.2. Olahraga ... 9

2.2.1. Exercise dan General fitness ... 9

2.3. Obesitas ... 15

2.3.1. Signifikasi Obesitas ... 16

2.3.2. Indeks Massa Tubuh ... 18

2.3.3. Klasifikasi Obesitas ... 18

2.3.4. Pemeriksaan Fisik ... 19

2.3.5. Etiologi ... 19

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 21

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 21

3.2. Obesitas ... 21

3.2.1. Kadar Gula Darah ... 21

3.2.2. Olahraga ... 21

3.2.3. Obesitas ... 21


(8)

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 23

4.1. Jenis Penelitian ... 23

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 23

4.2.1. Lokasi Penelitian ... 23

4.2.2. Waktu Penelitian ... 23

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 23

4.3.1. Populasi Penelitian ... 23

4.3.2. Sampel Penelitian ... 23

4.3.3. Faktor Inklusi dan Eksklusi ... 23

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 24

4.5. Metode Analisis Data ... 24

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28

5.1. Hasil Penelitian ... 28

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 28

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden ... 29

5.1.3. Deskripsi Hasil Kadar Gula Darah Responden ... 30

5.2. Pembahasan ... 37

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 38

6.1. Kesimpulan ... 38

6.2. Saran ... 38

DAFTAR PUSTAKA ... 39 LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

5.1. Distribusi Sampel Bedasarkan Angkatan 28 5.2 Distribusi Sampel Berdasarkan Berolahraga dan

TidakBerolahraga 28

5.1.3.1 KGD 2jam setelah makan 29

5.1.3.2 KDG setalah 30 menit berolahraga. 30


(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 Physiology of Exercise and Physical Fitness 10 Gambar 2.2 Physiology of Exercise and Physical Fitness 11 Gambar 2.3 Physiology of Exercise and Physical Fitness 11 Gambar 2.4 Physiology of Exercise and Physical Fitness 12 Gambar 2.5 Metabolic Responses to Exercise in Normal 13 Gambar 2.6 Metabolic Responses to Exercise in Normal 14 Gambar 2.7 Mekanisme Siklus Lapar dan Kenyang yang Dikontrol oleh


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1 Daftar Riwayat Hidup 41

2 Lembar Penjelasan dan Persetujuan Kepada

Calon Subjek Penelitian 42

3 Ethical Clearance 44


(12)

ABSTRAK

Kadar gula darah adalah jumlah glukosa yang terdapat didalam darah. Kadar gula ini juga disebut juga kadar gula plasma. Obesitas merupakan penyakit yang multifaktorial, yang terjadi akumulasi jaringan lemak yang berlebihan yang dapat mengganggu kesehatan.peningkatan aktifitas fisik merupakan komponen penting dari penurunan kadar gula darah. Dengan adanya masalah tersebut maka dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui perbandingan kadar gula darah pada mahasiswa yang obesitas yang berolahraga dengan yang tidak berolahraga.

Penelitian ini menggunakan metode “Analitik” dengan pendekatan intervensional (eksperimen). Penelitian dilakukan pada bulan Agustus sampai bulan oktober 2010 di fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara, dengan menggunakan teknik total sampling, sampel yang digunakan sebanyak 30 orang, yang memenuhi kriteria inklusi. Data dikumpulkan dengan meminta responden untuk berolahraga dan diperiksa kadar gula darah, kemudian hasil ditabulasi dan dilakukan pengolahan pada tiap-tiap kadar gula darah yang didapat. Kadar gula darah tersebut kemudian dianalisa, yang hasilnya dihasilkan dalam bentuk angka, kemudian diinterpretasikan.

Setelah dilakukan penelitian didapatkan data dari 30 responden mengenai perbandingan kadar gula darah pada mahasiswa FK-USU stambuk 2007-2010 yang obsitas berolahraga dengan tidak berolahraga. Hasil rata-rata kadar gula darah setelah berolahraga pada obesitas yang berolahraga adalah sebesar 97,90 mg/dl dan kadar gula darah setelah berolahraga pada obesitas yang tidak berolahraga adalah sebesar 86,75 mg/dl. Dari penelitian tersebut dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan kadar gula darah obesitas yang berolahraga dengan yang tidak berolahraga.

Perbedaan tersebut dikarenakan adanya perbedaan dari sistem respiratory cardiovaskular dan ketahanan seseorang pada saat berolahraga. Untuk itu perlu diberikan tambahan materi kepada mahasiswa fakultas kedokteran mengenai olahraga, dan mahasiswa dihimbau agar banyak membaca dan mencari informasi dari berbagai sumber.


(13)

ABSTRACT

The blood glucose is content of glucose in the blood The content of glucose is known as the plasma glucose. Obesity is a multi-factorial diseases as an over accumulation of the fat tissue that disturb the health. The increasing of physical activities is an important component of the decreasing of blood glucose content. Based on the problem, a research was conducted to study the ratio of bllod glucose content for college student with obesity who or not take sport.

This research applies the analytic method by intervensional (experiment) approach. This research wan conducted on august up to October 2010 at medical Faculty of north Sumatera University by total sampling method in which the number of sample is 30 respondens that fulfill the inclusion criteria. The data is collected by ask the respondent to that sport and check the blood glucose content and tabulated and processed in each the blood glucose content. The blood glucose content would analyzed the results is presented in the numerical data.

Based on research, the data of 30 respondent about the ratio of the blood glucose content of the college stundent of FKUSU in registration year of 2007 -2010 with obesity who take sport is 97.90 mg/dl and the blood glucose content after take sport for obesity who did not take is 86.75 mg/dl. Based on research indicated that there is a difference of the obesity blood glucose content who take sport and who did not take sport.

The different caused by the different of the cardiovascular respiratory system and defense of anyone when take sport. Therefore, there is additional material for the students of the medical faculty about the sport and college student ask to read more and seek any information from any sources.


(14)

BAB 1 PEBDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Kadar gula darah adalah jumlah glukosa yang terdapat didalam darah. Kadar gula ini juga disebut dengan kadar gula plasma. Kadar gula darah ini diukur dengan satuan milimol per liter (mmol/L). kadar gula darah normal berkisar antar 4 sampai 8 mmol/L (Campbell, 2008).

Menurut Sherwood (2001) gula darah adalah satuan terkecil dari karbohidrat yang telah di metabolisme didalam tubuh dan berada didalam darah. Yang mempengaruhi kadar gula darah adalah

1. Asupan makanan (karbohidrat) 2. Pemecahan lipid

3. Glikogen 4. Asam amino 5. Insulin 6. Olahraga

Insulin memiliki 4 efek yang dapat menurunkan kadar gula darah (1) insulin mempermudah masuknya glukosa kedalam sebagian besar sel, jaringan yang tidak bergantung pada insulin adalah otak, otot yang aktif dan hati.(2) Insulin merangsang glikogenesis, pembentukan glikogen dari glukosa, baik di otot maupun dihati. (3) insulin menghambat glikogenolisis, penguraian glikogen menjadi glukosa (4) Insulin selanjutnya menurunkan penguaran glukosa oleh hati dengan menghambat glukoneogenesis, perubahan asam amino menjadi glukosa di hati. (Sherwood, 2001)

Pada orang dengan metabolisme normal, insulin dilepaskan dari sel-sel beta (ß) pulau Langerhans pankreas setelah makan ( "postprandial"), dan mengirim sinyal ke jaringan sensitif terhadap insulin dalam tubuh (misalnya, otot, adiposa ) untuk menyerap glukosa. Hal ini akan menurunkan kadar glukosa darah. Sel-sel beta mengurangi output insulin saat kadar glukosa darah turun, dengan akibat glukosa darah dijaga pada sekitar 5 mmol / L (mM) (90 mg / dL). Pada


(15)

orang dengan resistensi insulin, kadar normal insulin tidak memiliki efek yang sama pada sel-sel otot dan adiposa, dengan hasil kadar glukosa tetap lebih tinggi dari biasanya. Untuk mengkompensasi hal ini, pankreas dalam individu resistensi insulin dirangsang untuk melepaskan lebih banyak insulin ( Darmawan, 2008).

Obesitas merupakan suatu penyakit multifaktorial, yang terjadi akibat akumulasi jaringan lemak berlebihan, sehingga dapat mengganggu kesehatan. Obesitas terjadi bila besar dan jumlah sel lemak bertambah pada tubuh seseorang. Bila seseorang bertambah berat badannya maka ukuran sel lemak akan bertambah besar dan kemudian jumlah bertambah banyak (Sugondo, 2007).

Saat ini, 1,6 miliar orang dewasa di seluruh dunia mengalami berat badan berlebih (overweight), dan sekurang-kurangnya 400 juta diantaranya mengalami obesitas. Pada tahun 2015, diperkirakan 2,3 miliar orang dewasa akan mengalami overweight dan 700 juta di antaranya obesitas. Di Indonesia, menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, prevalensi nasional obesitas umum pada penduduk berusia ≥ 15 tahun adalah 10,3% (laki-laki 13,9%, perempuan 23,8%). Sedangkan prevalensi berat badan berlebih anak-anak usia 6-14 tahun pada laki-laki 9,5% dan pada perempuan 6,4%. Angka ini hampir sama dengan estimasi WHO sebesar 10% pada anak usia 5-17 tahun, ujar Menkes (Depkes, 2007)

Keadaan obesitas ini, terutama obesitas sentral, meningkatkan resiko penyakit kardiovaskular karena berkaitan dengan sindrom metabolik atau sindrom resistensi insulin. Prevalensi obesitas berhubungan dengan urbanisasi dan mudahnya mendapat makanan serta banyaknya jumlah makanan yang tersedia. Insiden obesitas di negara-negara berkembang makin meningkat, sehingga saat inin banyaknya orang dengan obesitas didunia hampir sama dengan jumlahnya dengan mereka yang menderita karena kelaparan. Peningkatan aktifitas fisik merupakan komponen penting dari penurunan berat badan walaupun aktifitas fisik tidak menyebabkan penurunan berat badan karena asupan harus diimbangi dengan penurunana asupan kalori (Sugondo 2007).

Olahraga yang optimal 30 sampai 40 menit dan dimulai dengan periode pemanasan selama 5 sampai 10 menit, melakukan peregangan dan merengangkan dari badan, otot kaki dan lengan dan bahu. Pemanasan ini membantu mencengah


(16)

dari ketengangan otot dan mempersiapkan sistem cardiopulmonar untuk melakukan olahraga. Latihan harus dimulai dengan periode 2 sampai 4 menit pada intensitas latihan dan latihan denyut jantung, dipisahkan periode 1 sampai 2 menit penurunan intensitas (Hartley, 1984).

1.2. Rumusan Penelitian

Berdasarkan hal di atas, memberi dasar bagi peneliti untuk merumuskan pertanyaan sebagai berikut bagaimana hubungan kadar gula darah orang obesitas yang rutin berolahraga dengan yang tidak rutin berolahraga setelah 30 menit berolahraga?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui bagaimana pengaruh antara riwayat olahraga dan tidak berolahraga dengan kadar gula darah setelah 30 menit exercise pada orang yang obesitas.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui KGD 2jam orang yang obesitas dengan riwayat berolahraga.

2. Untuk mengetahui KGD 2jam orang obesitas dengan riwayat tidak berolahraga.

3. Untuk mengetahui KGD 30 menit setelah exercise orang yang obesitas dengan riwayat berolahraga.

4. Untuk mengetahui KGD 30 menit setelah exercise orang obesitas dengan riwayat tidak berolahraga.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Memberikan masukan kepada dunia pendidikan bidang kedokteran tentang gambaran oarang yang obesitas yang melakukan olaharaga terhadap kadar gula darahnya.

2. Memberi informasi kepada peserta penelitian tentang pentingnya olahraga yang rutin untuk menmghindari komplikasi dari obesitas


(17)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Gula Darah

Kadar gula darah adalah jumlah glukosa yang terdapat didalam darah. Kadar gula ini juga disebut dengan kadar gula plasma. Kadar gula darah ini diukur dengan satuan milimol per liter (mmol/L). kadar gula darah normal berkisar antar 4 sampai 8 mmol/L (Campbell, 2008).

Glukosa merupakan karbohidrat terpenting. Glukosa merupakan bahan baker dalam tubuh yang dapat dibentuk. Unsur ini diubah menjadi jenis karbohidrat lain yang merupakan fungsi spesifik, misalnya glikogen untuk simpanan, ribosa dalam asam nukleat, galaktosa dalam laktosa susu (Sherwood, 2001).

Menurut Sherwood (2001) karbohidrat diklasifikasikan dalam beberapa bentuk yaitu:

1. Monosakarida adalah karbohidrat yang tidak dapat di hidrolisis menjadi bentuk yang lebih sederhana lagi. Bentuk monosakarida ini dapat dibagi lebih lanjut menjadi triosa, tetrosa, pentosa, heksosa, heptosa atau oktosa. 2. Disakarida menghasilkan dua molekul monasakarida yang sama atau

berbeda kalau di hirolisis.

3. Oligosakarida menghasilkan dua hingga sepuluh unit monosakarida pada hidrolisis

4. Polisakarida menghasilkan lebih dari sepuluh unit monasakarida pada hidrolisis

Devirat triosa dibentuk dalam proses pemecahan metabolik glukosa melalui lintasan glikolisis. Devirat triosa, tetrosa dan pentosa, serta gula tujuh karbon (sedoheptulosa) dibentuk didalam pemecahan glukosa lewat lintasan pentosa fosfat. Gula pentosa merupakan unsur penting yang membentuk nukleutida, asam nukleat dan banyak koenzim (Sherwood, 2001).


(18)

Pati dibentuk oleh rantai ά-glikosidat. Senyawa tersebut yang pada hidrolisis hanya menghasilkan glukosa, merupakan homopolimer yang dinamakan glukosan atau glukan. Pati merupakan sumber karbohidrat paling penting dalam makanan dan ditemukan didalam sereal, kentang, legume, serta jenis-jenis sayuran lain. Dua unsur utama pati adalah amilosa dan amilopekin.Glikogen merupakan polisakarida cadangan pada tubuh hewan dan manusia (Sherwood, 2001).

2.1.1. Proses Pencernaan Glukosa

Gula sederhana (monosakarida) tidak perlu dicerna sebelum diabsorpsi, yang biasa berlangsung didalam usus halus. Disakarida dipecah oleh enzim yang spesifik untuk masing-masing gula, saat disakarida melewati permukaan mukosa usus halus. Pati matang (yang telah dimasak) dicerna oleh amilase ludah didalam mulut. Rendah pH lambung mencengah proses pencernaan lebih lanjut, tetapi di duodenum dan jejunum pH naik dan tersedia amilase pankreas. Amilase ini menyebabkan pemecahan selang-seling pada ikatan α1-4 dalam pati metah atau matang. Amilosa terutama didegradasi menjadi maltosa dan maltotriosa serta dilepaskan sejumlah kecil glukosa. Amilopektin dipecah menjadi oligosakarida, yang kemudian didegradasi oleh enzim oligosakaridase spesifik yang terikat pada sel brush border dengan hasil akhirnya adalah glukosa. (Barasi, 2009)

Glukosa dan galaktosa diangkut dari usus halus, melintasi membran apikal dan memasuki aliran darah dengan mekanisme 2 tahap.

1. Sekelompok protein pengankut glukosa berada pada membran sel. Pada mulanya glukosa bergerak mengikuti penurunan gradient konsentrasi dari lumen usus halus menuju sel apikal. Pengakut GLUT-1, yang berkaitan dengan natrium, memfasilitasi difusi ini.

2. Ion natrium kemudian diangkut keluar secara aktif dari sel apikal. Molekul glukosa berpindah dari sel apikal menuju aliran darah, mengunakan molekul pengankut ke 2 GLUT-2 dan difusi yang terfasilitasi (Barasi, 2009).


(19)

2.1.2. Glikogenolisis

Glikogen merupakan bentuk penyimpanan karbohidrat yang utama ditubuh mamalia dan dijumpai terutama di hati dan otot (Mayes, 2003B).

Di hati, fungsi utama glikogen adalah untuk melayani jaringan tubuh lain lewat pembentukan glukosa darah. Di otot unsur ini hanya memenuhi kebutuhan organ itu sendiri sebagai sumber bahan bakar metabolik yang siap dipakai (Mayes, 2003B).

Glikogen disintesi dari glukosa dan prekursor lainnya lewat lintasan glikogenesis. Pemecahan terjadi melalui sebuah lintasan terpisah yang dikenal sebagai glikogenolisis. Glikogenolisis menyebabkan pembentukan glukosa dihati dan pembentukan laktat di otot yang masing-masing terjadi akibat adanya atau tidak adanya enzim glukosa fosfatase (Mayes, 2003B).

AMP siklik mengintegrasikan pengaturan glikoneogenesis dan glikogenesis secara timbal balik dengan mendorong aktivitas enzim fosforilase dan inhibisi enzim glikogen sintase (Mayes, 2003B).

2.1.3. Glukoneogenesis

Glukogenesis merupakan mekanisme untuk mengonvesikan unsur-unsur nonkarbohidrat menjadi glukosa atau glikogen. Proses ini memberikan glukosa pada tubuh disaat karbohidrat tidak tersedia. Substrat yang penting adalah asam amino, glukogenik, laktat, gliserol dan propionate (Mayes, 2003C).

Lintasan glukoneogenesis yang ditemukan dihati dan diginjal memanfaatkan reaksi pada glikolisis yang revesibel tambah 4 reaksi tambahan untuk menghindari reaksi nonekuilibrium yang irrevesibel. Enzim yang mekatalisi reaksi tambahan tersebut adalah piruvat karbosilase, fosfoenolpiruvat, fruktosa 1.6 bifosfatase dan glukosa 6 fosfatase (Mayes, 2003C).

Laktat membentuk piruvat yang memasuki mitokodria untuk menjalani karbosilasi menjadi oksaloasetat sebelum terjadi konversi menjadi fosfoenolpiruvat yang diikuti dengan biosintesis glukosa di sitosol (Mayes, 2003C).


(20)

Karena glikolisis dan glukoneogenesis mengunakan lintsan yang sama tetapi berkerja dengan arah yang berlawanan, maka aktivitas keduanya harus diatur secara timbal balik. Cara ini dicapai dengan 3 mekanisme yang utama yang mempegaruhi aktivitas enzim-enzim yang penting, yaitu (1) induksi atau represi sistensi enszim (2) modifikasi kovalen oleh fosfolirasi yang revesibel dan (3) efek alosterik (Mayes, 2003C).

Sel hati yang dapat dilewati glukosa dengan bebas merupakan utama untuk mengatur glukosa darah karena sel tersebut mengandung enzim glukokinase dengan nilai Km yang tinggi, yang secara specifik disesuaikan dengan fungsi pengeluaran glukosa sesudah makan. Insulin disekresikan sebagai respon langsung dari hiperglikemia; hormon ini akan membantu hati untuk menyimpan glukosa dlam bentuk glikogen dan memfasilitasi pengambilan glukosa oleh jaringan ekstrhepatik.glukagon disekresikan sebagai respon terhadap hipoglikemia dan mengaktifkan glikogenesis serta glukoneogenesis dihati yang menyebabkan pelepasan glukosa kedalam darah (Mayes, 2003C).

Enzim-enzim glukoneogenesis yang cacat akan menimbulkan hipoglikemia dan asidosis asam laktat. Penyebab oksidasi asam lemak merupkan penyebab tambahan adanya gangguan pada glukoneogenesis dan hipoglikemia. (Mayes, 2003C)

2.2. Olahraga

2.2.1 Exercise dan General Fitness

Fitness adalah suatu kondisi yang dapat secara efektif bekerja dalam

pekerjaannya sehari-hari. Memainkan dan berperan penting dalam kesegaran fisik yang tidak diketahui. Physical fitness (kesegaran jasmani) dipengaruhi beberapa factor seperti kekuatan dan daya tahan otot, koordinasi, fleksibilitas dan efesiensi, organ vital (Fait, 1967).

Pengaruh kekuatan dan daya tahan otot pada kesegaran jasmani sangat penting melakukan suatu pekerjaan sangat tidak mungkin dilakukan kecuali seseorang memiliki kekuatan otot untuk melakukan pekerjaan tersebut dan


(21)

memiliki daya tahan otot untuk melanjutkannya tanpa megalami kelelahan ( fatique) yang bermakna (Fait, 1967).

Pentingnya koordinasi dan fleksibilitas juga dipahami ketika seseorang menyadari bahwa suatu kemampuan untuk bergerak dengan baik dan efesien adalah dengan adanya energi. Koordinasi dan fleksibilitas menyebabkan pekerjaan fisik menjadi lebih muda dan tidak melelahkan (Fait, 1967).

Hal ini dipengaruhi oleh suplai oksigen oleh jantung dan paru-paru ke sel dan mengangkut sisa-sisa metabolisme sel, kapasitas jantung dan paru-paru untuk melakukan kegiatan tersebut dikenal dengan daya tahan kardiorespiratorik. Tanpa adanya daya tahan kardiorespiratorik yang tinggi, pekerjaan fisik tidak akan bertahan lama secara konsekuen, daya tahan kardiorespiratorik berhubungan langsung dengan kesegaran jasmani (Fait, 1967).

Pada pekerjaan masyarakat modern yang dibutuhkan kerja fisik manusia sekarang dilakukan dengan cepat dan efesien oleh mesin. Sebagai contohnya, kebanyakan orang tidak dapat bergantung pada pekerjaan mereka untuk memberi mereka latihan yang dibutuhkan untuk menjaga kesegaran jasmani (Fait, 1967).

Program regular olahraga meningkatkan kesegaran dan efesien jasmani dengan bekerja lebih keras dari biasanya. Ini bukan berarti bahwa pekerjaan tersebut harus pekerjaan yang ekstra kasar dan berat. Ini berarti pekerjaan tersebut harus lebih kuat dari pekerjaan yang biasa dilakukan tubuh (Fait, 1967).

Meningkatkan kekuatan fisik menyebabkan timbulnya upaya tuntutan yang lebih besar dari kerja tubuh yang biasanya secara bertahap. Karena mereka terpanggil untuk melakukan pekerjaan lebih, mereka menjadi lebih efesien dalam pelaksanaan kerja masing-masing. Program regular aktifitas fisik memungkin lebih sehat secara fisik dan efesien tubuh dengan (1) meningkatkan kekuatan dan ketahan otot (2) mengembangkan korsinasi otot (3) meningkatkan fleksibilitas (4) meningkatkan kardiorespiratorik (Fait, 1967).

Ventilasi permenit akan meningkat dengan adanya aktifitas otot. Peningkatan ventilasi adalah awal yang harus dicapai untuk meningkatkan volume tidal. Dengan olahraga yang berat, volume tidal mencapai 50 % dari kapasitas vital dan frekuensi pernapasan akan meningkat 40 sampai 50


(22)

permenit(lihat gambar 2.3). Awal peningkatan ventilasi untuk meningkatkan pengambilan oksigen dengan peningkatan ventilasi yang lebih lanjut mencermikan respon fisiologi untuk mengurangi produksi asam laktat selama berolahraga. Sistolik, diastolik dan arteri pulmonal utama akan meningkat akan meningkat seiring dengan peningkatan olahraga. Penurunan PCO2 yang sedikit dengan olahraga yang ringan dan sedang dan sangat signifikan (serendah 30mmHg) dengan olahraga yang berat, hal ini disebabkan oleh peningkatan ventilasi yang distimulasi oleh asam laktat(lihat gambar 2.4). Perbedaan PO2 pada arteri pulmonal pada dasarnya tidak berubah karena adanya perubahan dalam sirkulasi paru. Agar dapat memenuhi kebutuhan akan oksigen selama berolah raga maka ada 2 yang utama yang perlu berubah (1) meningkatkan cardiac output (lihat gambar 2.2) (2) restribusi aliran darah dari organ yang tidak aktif untuk otot rangka yang aktif (Fox, 1984)(Lihat gambar 2.1).

Gambar 2.1. Physiology of Exercise and Physical Fitness Sumber: (Fox, Sport Medicine, 1984)


(23)

Gambar 2.2. Physiology of Exercise and Physical Fitness Sumber: (Fox, Sport Medicine 1984)

Gambar 2.3. Physiology of Exercise and Physical Fitness Sumber: (Fox, Sport Medicine. 1984)


(24)

Gambar 2.4. Physiology of Exercise and Physical Fitness Sumber: (Fox, Sport Medicine 1984)


(25)

Gambar 2.5. Metabolic Responses to Exercise in Normal Sumber: Sport Medicine (Sutton, 1984)


(26)

Gambar 2.6. Metabolic Responses to Exercise in Normal Sumber: (Sutton, Sport Medicine 1984)

Salah satu tujuan berolahraga adalah untuk meningkatkan kekuatan. Kekuatan otot meningkat ketika otot melakukan suatu pekerjaan yang lebih berat dari yang biasanya. Jika seseorang mengunakan ototnya lebih keras, seperti berolahraga basket atau angkat beban yang lebih berat dari sebelumnya, maka otot akan menjadi lebih kuat (Fait, 1967).

Ukuran otot akan bertambah dengan bertambahnya kekuatan. Otot juga akan lebih efesien sehingga dapat dipergunakan pada pekerjaan yang lebih sedikit mengunakan energi. Otot tidak dapat menjadi lebih kuat adalah otot yang terikat. Tidak mungkin menjadi lebih kuat jika tidak bergerak lebih cepat dari


(27)

sebelumnya. Pada kenyataanya, percobaan menunjukan otot-otot lebih kuat adalah otot-otot yang lebih cepat (Fait, 1967).

Seiring bertambahnya kekutan otot tersebut, kekuatan otot tersebut, ketahanan otot juga meningkat artinya otot akan bekerja lebih sebelum mengalami kelelahan. Otot akan bekerja lebih lama karena otot tersebut lebih kuat. Selain itu olahraga yang teratur dan berat akan membuat otot lebih tahan terhadap cedera (Fait, 1967).

Otot tidak hanya akan lebih besar dan kuat jika berolahraga. Otot, bahkan pada saat relaksasi juga akan berkontraksi ringan. Kontraksi parsial ini disebut tonus. Berolahraga akan meningkatkan tonus otot jika seseorang gagal untuk berolahraga secara teratur, otot akan menjadi lembek dan kehilangan kekuatanya untuk berkerja dan berkontraksi secara efisien (Fait, 1967).

Tonus sangat penting dalam menjaga bentuk tubuh. Otot lurus melapisi abdomen yang disebut dengan musculus rectus rectus abdominis. Dengan meningkatnya tonus otot, otot menjadi lebih kuat dan menjaga perut tetap datar dengan demikian membuat pinggang menjadi lebih kecil. Hal ini sering mungkin untuk mencapai pinggang yang lebih kecil tanpa mengurangi berat badan dengan latihan otot tersebut (Fait, 1967).

Olahraga akan meningkatkan ukuran, kekutan dan tonus otot. Oleh karena itu, ukuran lengan, kaki, dan banyak bagian tubuh lain dapat meningkat dengan berolahraga. Peningkatan akan lebih cepat jika otot berkerja sampai kapasitasnya (Fait, 1967).

Aktifitas seperti berlari akan meningkatkan ukuran dan kekuatan otot. Namun kenaikan yang paling cepat dan paling jelas ketika otot dipaksa untuk menarik, mengangkut atau mendorong yang membutuhkan upaya maximal (Fait, 1967).

Disamping kekuatan dan tonus otot, keterampilan otot dipengaruhi oleh faktor lain seperti yang diketahui, seseorang yang bermain tennis misalnya, harus bisa mengunakan otot yang benar pada saat yang benar. Koordinasi berkembang dengan adanya latihan mengunakan otot yang benar untuk menghasilkan suatu


(28)

keterampilan. Koordinasi dapat menjadi lebih baik dengan berolahraga yang teratur (Fait, 1967).

2.2.2. Glikolisis

Glikolisis bukan saja merupakan jalur utama bagi metabolisme glukosa yang menghasilkan produksi asetil-KoA dan oksidasi dalam siklus sitrat, tetapi juga menjadi lintasan utama bagi metabolisme fruktosa dan galaktosa yang berasal dari makanan. Salah satu makna biomedis glikolisis menghasilkan ATP dalam keadaan tanpa oksigen karena lintasan ini memungkinkan otot rangka bekerja pada tingkat kerja yang sangat tinggi saat oksidasi aerob tidak mencukupi, dan memungkinkan jaringan yang memiliki kemampuan glikolisis bermakna tetap bertahan hidup melewati kondisi anoksia (Mayes, 2003A).

Menurut Mayes (2003A) Semua enzim lintasan glikolisis ditemukan dalam fraksi ekstramitokondria sel yang bersifat larut air, yaitu sitosol. Enzim-enzim ini mengatalisis berbagai reaksi yang terlibat didalam glikolisis menjadi piruvat dan laktat adalah sebagai berikut :

Glukosa memasuki lintasan glikolisis melalui fosfolirasi menjadi glukosa 6 fosfat, yang diselenggarakan oleh enzim heksokinase. Meskipun demikian, dalam sel parenkim hati dan sel pulau langerhans pancreas, fungsi tersebut dilaksanankan oleh enzim glukokinase, yang aktivitasnya didalam hati dapat dipicu serta dipengaruhi oleh perubahan status gizi. ATP diperlukan sebagai donor fosfat, dan seperti reaksi yang melibatkan fosforilasi, ATP beraksi kompleks Mg-ATP. Terminal fosfat berenergi tinggi pada ATP akan digunakan dan dihasilkanlah ADP. Reaksi ini akan disertai dengan hilangnya energi bebas dalam jumlah besar sebagai panas dan dengan demikian dalam kondisi fisiologi, reaksi tersebut bisa dianggap tidak revesibel. Heksokinase dapat dihambat secara alosterik oleh produk reaksi glukosa 6 fosfat (Mayes, 2003A).

Heksokinase yang pada dasarnya terdpat didalam semua sel ekstrahepatik, memiliki afinitas tinggi terhadap substratnya, yaitu glukosa. Enzim ini berfungsi menjamin pasokan glukosa bagi jaringan sekalipun pada konsentrasi glukosa darah yang rendah, melalui fosforilasi semua glukosa yang masuk kedalam sel,


(29)

dan dengan demikian mempertahankan gradient konsentrasi glukosa yang besar antara darah dengan lingkungan intrasel. Heksokinase bekerja pada anomer-ά dan β-glukosa dan juga akan mengatalisis reaksi fosfolirasi jenis-jenis heksosa lain sekalipun pada kecepatan yang jauh lebih rendah dibandingkan glukosa (Mayes, 2003A).

Glukokinase berfungsi mengeluarkan glukosa dari dalam darah setelah makan. Berbeda dengan heksokinase, enzim ini mempunyai nilai aktifitas yang tinggi terhadap glukosa dan bekerja pada konsentrasi glukosa darah diatas 5 mmol/L. merupakan enzim yang spesifik untuk glukosa (Mayes, 2003A).

Glukosa 6 fosfat merupakan senyawa penting yang dijumpai pada titik temu antara berbagai lintasan metabolik. Dalam glikolisis, senyawa ini diubah menjadi fruktosa 6 fosfat dengan bantuan enzim fosfoheksosaisomerase, yang melibatkan reaksi isomerasi aldosa-ketosa. Enzim ini hanya berkeja pada anomer-ά glukosa 6 fosfat (Mayes, 2003A

).

Reaksi ini dikuti oleh reaksi fosforilasi lain dengan ATP, yang dikatalisis oleh enzim fosfofruktokinase untuk menjadi frukstosa 1,6 bifosfat. Enzim ini yang aktifitasnya dianggap memiliki peran penting dalam refulasi laju glikolisis (Mayes, 2003A).

Fruktosa 1,6 bifosfat akan dipecah menjadi dua senyawa triosa fosfat yaitu gliseraldehid 3 fosfat dan dihirosiaston oleh enzim aldolase (Mayes, 2003A).

Gliseraldehid 3 fosfat dan hidrosiaseton fosfat akan mengalami interkonvesi dengan bantuan enzim fosfotriosa isomerase. Glikolisis berlangsung melalui oksidasi gliseraldehid 3 fosfat menjadi 1,3 bifosfogliserat dan karena aktivitas enzim fosfotriosa isomerase senyawa dihidrosiaseton juga dioksidasi menjadi 1,3 bifosfogliserat lewat gliseraldehip 3 fosfat (Mayes, 2003A).

Enzim yang bertanggung jawab atas proses oksidasi tersebut yaitu gliseraldehid 3 fosfat dehidroginase, merupakan enzim yang bertanggung jawab pada NAD. Akhirnya melalui fosforolisis, ditambahkan fosfat anorganik sehingga terbentuk 1,3 bifosfogliserat dan enzim bebas dengan gugus –SH yang sudah dibentuk kembali kemudian dibebaskan. Energi yang dibebaskan selama oksidasi disimpan melalui pembentukan ikatan sulfur berenergi tinggi dalam posisi 1


(30)

senyawa 1,3 bisfosfogliserat. Fosfat berenergi tinggi ini ditangkap dengan ADP yang dikatalisis oleh fosfogliserat kinase menyisakan senyawa 3 fosfogliserat. Pada tahap ini satu molekul glukosa menhasilkan dua molekul ATP (Mayes, 2003A).

Senyawa 3 fosfogliserat yang dibentuk dari reasi diatas diubah menjadi 2 fosfogliserat oleh enzim fosfogliserat mutase. Senyawa 2,3 bifosfogliserat merupakan intermedieat didalam reaksi ini (Mayes, 2003A).

Tahap berikutnya dikatalisis oleh enzim enolase dan melibatkan dehidrasi serta pendistribusian energi didalam molekul, menaikan valensi fosfat dari posisi 2 ke status berenergi tinggi, sehingga terbentuk fosfoenolpiruvat. Enolase di hambat oleh fluorida (Mayes, 2003A).

Fosfat berenergi tinggi pada fosfoenolpiruvat dipindahkan kepada ADP oleh enzim piruvat kinase sehingga menghasilkan, pada tahap ini, dua molekul ATP per glukosa teroksidasi. Enolpiruvat yang terbantuk dalam reaksi ini mengalami konversi menjadi keto piruvat. Peristiwa ini merupakan reaksi ninekuilibrium yang disertai hilangnya energi bebas dalam jumlah besar sebagai panas, dan harus dianggap sebagai yang secara fisiologi tidak revesibel (Mayes, 2003A).

2.3. Obesitas

Obesitas merupakan masalah nutrisi di Eropa dan Negara-negara lainya dengan prevalensi yang berbeda. Pada Konfrensi Internasional Kontrol Berat Badan pertama telah disimpulkan berat badan ideal atau optimum adalah berat badan dengan indeks massa tubuh (IMT) 20-25. Hal ini telah dikonfirmasikan oleh Konferensi Fogarty di Amerika serikat dan oleh British Royal College of

Physicians (Uwaifo, 2009).

Overweight dapat diklasifikan dengan IMT lebih dari 25 (obesitas tingkat

1). IMT dikatas 30 dapat diklasifikasikan sebagai obesitas tingkat 2 dan Garrow menyatakan obesitas tingkat 3 jika IMT lebih dari 40. Hal ini belum diaplikasikan secara universal banyak penelitian eropa mengunakan indeks Broca yang lebih sulit, yaitu berat badan normal (Kg) merupakan hasil dari tinggi badan (cm)


(31)

dikurang 100 dan obesitas jika berat badan 20% blebih besar dari hasilnya (Uwaifo, 2009).

Pada tahun 1981, penelitian yang lebih konfrehensif di Inggris ditemukan bahwa perempuan lebih sering menderita obesitas tingkat 2 dan 3 daripada pria. Prevalesi berubah dengan bertambahnya usia. Wanita lebih sering menderita overweight pada usia pertengahan (middle age) dan pada usia 60-64 49% wanita di Inggis mengalami IMT lebih dari 25. Hal yang sama juga terdapat di Norwegia berdasarkan pengukuran Waaler pada 1.8 juta Norwegia 1963-1975. Di Inggis rata-rata pria berumur 40 tahun mengalami overweigth. Pada penduduk Norwegia laki laki rata-rata mengalami 40 tahun juga mengalami overweigth kecuali pada wanita Norwegia yang lebih tua. Hal yang sama juga terdapat di Austria (Uwaifo, 2009).

2.3.1. Signifikasi Obesitas

Penurunan berat badan menyebabkan penurunan gula darah dan kolesterol darah oleh sebab itu, kelebihan berat badan dan obesitas merupakan faktor resiko terjadinya penyakit jantung koroner. Orang yang kelebihan lemak pada daerah abdomen (tipe android) daripada orang yang mengalami kelebihan lemak pada pinggul (tipe ginekoid) hal ini dapat di monitor dengan membandingkan rario pinggang dan pinggul (Uwaifo, 2009).

Obesitas tidak hanya merupakan penyebab kematian tinggi, tetapi juga menyebabkan penyakit lainnya. Obesitas pada pria dan wanita beresiko tinggi terkena Diabetes Melitus dan batu empedu. Pada pria dewasa dengan IMT diatas 30, angka kejadian timbulnya Diabetes Melitus tinggi. Pada wanita resiko terjadinya penyakit pada kantung empedu meningkat seiring dengan bertambahnya usia (Uwaifo, 2009).

Obesitas juga meningkatkan resiko terjadinya penyakit Gout, arthritis dan beberapa kanker, Hernia dan masalah kulit seiring dengan bertambahnya stress fisiologi. Selain itu, obesitas juga mengkatkan resiko terjadinya trombosis vena, infeksi dada dan penyembuhan luka yang kurang sempurna (Uwaifo, 2009).

Obesitas merupakan masalah kesehatan di Amerika dan di negara berkembang. Prevalensi ini meningkat dengan cepat terutama di negara


(32)

berkembang. Angka pertumbuhan ini menunjukkan suatu keadaan pandemik yang harus dicegah untuk menurunkan angka morbiditas dan mortalitas (Uwaifo, 2009).

Gambar 2.7. Mekanisme Siklus Lapar dan Kenyang yang Dikontrol oleh Sistem Saraf Pusat

Sumber:

2.3.2. Indeks Massa Tubuh

Obesitas menunjukkan suatu keadaan berlebih dalam penyimpanan lemak tubuh. Meskipun mirip, istilah overweight menunjukkan keadaan berlebihnya berat badan bila dibandingkan dengan komposisi tinggi badan. Pria memiliki lemak tubuh sebanyak 15-20% dari berat tubuh dan wanita memiliki 25-30%. Oleh karena perbedaan berat badan, maka pada setiap orang jumlah lemak tubuhnya pun bervariasi (Uwaifo, 2009).


(33)

Indeks massa tubuh (IMT), yang juga dikenal dengan indeks Quatelet, lebih sering digunakan untuk mengidentifikasi obesitas daripada persentase lemak tubuh. IMT sangat erat hubungannya dengan tingkat lemak tubuh. IMT = berat badan/(tinggi badan)2, dimana berat badan dinyatakan dalam kilogram dan tinggi badan dalam meter (Uwaifo, 2009).

Persentase lemak tubuh dapat diestimasikan dengan menggunakan perhitungan Durenberg, yaitu persentase lemak tubuh = 1.2(IMT) + 0.23(umur) - 10.8(jenis kelamin) - 5.4, dimana umur dinyakatakan dalam tahun, jenis kelamin pria dinyatakan 1 dan wanita 0. Perhitungan ini memiliki standar error 4% dan perhitungan sampai mencapai 80% dari variasi lemak tubuh (Uwaifo, 2009).

Beberapa penulis mendefinisikan obesitas berdasarkan persentase lemak tubuh. Dikatakan obesitas pada pria jika persentase lemak tubuh lebih dari 25% dan 21-25% merupakan nilai ambang batas. Pada wanita, persentase lemak tubuh lebih dari 35% merupakan obesitas dan nilai ambang batasnya adalah 31-35% (Uwaifo, 2009).

2.3.3. Klasifikasi Obesitas

Meskipun beberapa klasifikasi dan definisi untuk tingkat obesitas telah diterima, klasifikasi obesitas yang digunakan adalah kriteria World Helath

Organization (WHO) berdasarkan IMT. Berdasarkan kriteria ini, obesitas untuk

dewasa dapat diklasifikasikan menjadi obesitas tingkat 1, 2, dan 3. Overweight tingkat 1 atau yang sering disebut dengan overweight saja jika IMT 25-29.9 kg/m2. Overweight tingkat 2 atau yang disebut obesitas ringan jika IMT 30-39.9 kg/m2. Overweight tingkat 3 atau yang disebut dengan obesitas berat jika IMT lebih atau sama dengan 40 kg/m2 (Uwaifo, 2009).

Literatur bedah seing menggunakan klasifikasi yang berbeda untuk menentukan derajat keparahan obesitas/ jika IMT lebih dari 40 kg/m2 dikatakan sebagai obesitas berat dengan kriteria IMT 40-50 kg/m2 merupakan obesitas morbid dan IMT lebih dari 50 kg/m2 dikatakan sebagai obesitas super (Uwaifo, 2009).


(34)

2.3.4. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan klinis dilakukan dengan menggunakan parameter antropometrik untuk mengevaluasi orang-orang dengan diabetes. Lingkar pinggang dan pinggul sangat penting digunakan dalam menentukan estimasi lemak visceral. Lingkar leher dapat digunakan untuk memprediksi risiko sleep

apnea. Pemeriksaan kulit dilakukan untuk menilai hirsutisme pada wanita, ruam,

akantosis nigrikans dan kemungkinan dermatitis kontak. Pemeriksaan jantung dan paru-paru dilakukan untuk menyingkirkan adanya kardiomegali dan insufisiensi pernapasan. Pemeriksan abdomen dilakukan untuk menyingkirkan adanya kemngkinan hepatomegali (yang data disebabkan oleh non-alcoholic

steatohepatitis) dan melihat adanya striae. Pemeriksaan ekstremitas dilakukan

untuk melihat ada tidaknya osteoarthritis dan ulserasi. 2.3.5. Etiologi

Etiologi obesitas disebabkan oleh bermacam-macam faktor atau multifaktorial. Faktor-faktor tersebut meliputi faktor metabolik, genetik, dan endokrin. Selain itu obesitas juga dipengaruhi oleh aktivitas yang dilakukan, tingkah laku, kebiasaan baik makan dan merokok. Obesitas juga dipengaruhi oleh faktor umur, jenis kelamin, ras, etnis, budaya, dan psikologi. Kehamilan, menopause, riwayat diabetes saat hamil, riwayat laktasi juga mempengaruhi timbulnya obesitas pada seseorang (Uwaifo, 2009).

Salah satu penyebab obesitas adalah resistensi insulin. Resistensi insulin (IR) adalah kondisi di mana jumlah normal insulin tidak memadai untuk menghasilkan respons insulin normal dari sel lemak, sel otot dan sel hati. Resistensi insulin pada sel-sel lemak mengurangi efek insulin dan mengakibatkan peningkatan hidrolisis cadangan trigliserida, jika tidak ada langkah-langkah yang baik untuk meningkatkan sensitifitas terhadap insulin atau dengan memberikan insulin tambahan. Peningkatan mobilisasi cadangan lipid akan meningkatkan asam lemak bebas dalam plasma darah. Resistansi insulin pada sel-sel otot mengurangi ambilan glukosa (serta menurunkan penyimpanan glukosa sebagai glikogen). Kadar plasma yang tinggi dari insulin dan glukosa akibat resistensi


(35)

insulin diyakini sebagai asal usul sindrom metabolik dan diabetes tipe 2, termasuk komplikasinya. Penelitian terbaru menyelidiki peran adipokin (sitokin yang dihasilkan oleh jaringan adiposa) dalam resistensi insulin. Insulin itu sendiri dapat menyebabkan resistensi insulin; setiap kali sel terpapar ke insulin, produksi GLUT4 (reseptor glukosa tipe 4) pada membran sel berkurang. Hal ini menyebabkan kebutuhan yang lebih besar untuk insulin, yang lagi-lagi mengarah pada reseptor glukosa lebih sedikit. Latihan fisik membalikkan proses ini dalam jaringan otot, tetapi jika dibiarkan, dapat bergulir menjadi resistensi insulin.

Resistensi insulin sering ditemukan pada orang dengan adipositas visera (yaitu, kandungan jaringan lemak yang tinggi di bawah dinding otot perut - yang berbeda dengan adipositas subkutan atau lemak antara kulit dan dinding otot , khususnya di tempat lain pada tubuh, seperti pinggul atau paha), hipertensi, hiperglikemia dan dislipidemia yang disertai trigliserida tinggi, partikel small dense low-density lipoprotein (sdLDL) partikel, dan penurunan kadar kolesterol HDL. Sehubungan dengan adipositas viseral , banyak bukti menunjukkan dua hubungan erat dengan resistensi insulin. Pertama, tidak seperti jaringan adiposa subkutan, sel-sel adiposa viseral menghasilkan sejumlah besar sitokin pro-inflamasi seperti tumor necrosis factor-alpha (TNF-a), dan interleukin-1 dan -6, dll. Pada banyak model eksperimental, sitokin pro-inflamasi ini sangat mengganggu aksi normal insulin dalam lemak dan sel-sel otot, dan mungkin menjadi faktor utama dalam menyebabkan resistensi insulin seluruh tubuh yang diamati pada pasien dengan adipositas viseral. Banyak perhatian ke produksi sitokin pro-inflamasi berfokus pada jalur IKK-beta/NF-kappa-B, jaringan protein yang meningkatkan transkripsi gen sitokin. Kedua, adipositas viseral terkait dengan akumulasi lemak dalam hati, suatu kondisi yang dikenal sebagai penyakit hati berlemak nonalkohol (NAFLD). Hasil yang berlebihan NAFLD adalah pelepasan asam lemak bebas ke dalam aliran darah (karena meningkatnya lipolisis), dan peningkatan produksi glukosa hepatik, yang keduanya mempunyai efek memperburuk resistensi perifer insulin dan meningkatkan kecenderungan diabetes mellitus tipe 2 (Darmawan, 2008).


(36)

BAB 3

KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konsep

Berdasarkan pada masalah dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini maka kerangka konsep dalam penelitian dapat digambarkan sebagai berikut : Variabel independen Variabel dependen

3.2 Defenisi Operasional 3.2.1. Kadar Gula Darah

Kadar gula darah adalah suatu molekul terkecil dari karbohidrat yang telah dimetabolisme oleh tubuh dan berada didalam darah. Cara ukur dengan mengambil darah dari sampel dan diperiksa dengan mengunakan alat pengukur gula darah. Skala yang digunakan numerik rasio kontinu.

3.2.2. Olahraga

Olahraga adalah intervensi yang dilakukan pada subjek penelitian berupa treadmill test dengan kecepatan 5km/jam .Cara ukur dengan mengunakan waktu yang ditentukan dengan skala nominal.

Olahraga pada subjek adalah berolahraga dengan frekuensi > 1 kali per minggu.

Tidak olahraga pada subjek adalah subjek tidak melakukan kegiatan olahraga dengan frekuensi < 1 kali per minggu

Orang obesitas dengan riwayat: • Yang rutin berolahraga • Yang tidak rutin

berolahraga


(37)

3.2.3. Obesitas

Obesitas adalah subjek penelitian dengan IMT > 25 . Cara ukur dengan menghitung IMT dari sampel. Skala yang digunakan nominal.

3.2.3 KGD setelah berolahraga 30 menit

KGD yang diambil setelah responden berolahraga selama 30 menit. Cara ukur dengan mengunakan Glucose meter. Skala numerik.

3.2.4 KGD setelah 2 jam makan

KGD yang diambil setelah pasien makan 2 jam. Cara ukur dengan mengunakan Glucose meter. Skala numerik.

3.3 Hipotesa

Penelitian ini bertujuan untuk melihat ada hubungan antara riwayat olahraga dan tidak berolahraga dengan kadar gula darah setelah 30 menit exercise pada orang yang obesitas


(38)

BAB 4

METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan pendekatan intervensional (eksperimen). Yaitu penelitian yang memberi perlakuan terhadap subjek penelitian dan hasil perlakuan tersebut diamati, diukur, dan dianalisis dimana dalam penelitian ini perlakuan tersebut berupa olahraga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kadar gula darah orang obesitas yang berolahraga dan yang tidak berolahraga di Fakultas Kedokteran Sumatera Utara 2010.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian 4.2.1. Waktu

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai Oktober 2010. 4.2.2. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di gym yang berada dijalan Darusalam dan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Alasan memilih lokasi tersebut adalah

1. Karena populasi dan sample mudah didapat.

2. Karena mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara mempunyai ekonomi yang tinggi.

4.3 Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Sumatera Utara angkatan 2007-2010. 4.3.2 Sampel

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara total sampling, dengan studi eksperimen. Yaitu semua subjek yang obesitas menjadi sampel dalam penelitian ini.


(39)

4.3.3. Faktor Inklusi dan Eksklusi Faktor Inklusi

Mahasiswa yang mengalami obesitas yang berada di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Faktor Eksklusi

Tidak bersedia menjadi responden 4.4. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan berasal dari data primer. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden yaitu data diri responden. Kemudian data diri yang diisi dikumpulkan dan dicek kelengkapanya untuk diolah dan diaanalisis. Data primer meliputi karateristik responden yaitu nama, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan.

Dilakukan pengukuran IMT dari sample dengan mengunakan tinggi dan berat badan. Kemudian sample diberi makan untuk mengukur kadar gula 2 jam setelah makan. Pre test atau pemeriksaan KGD 2jam setelah makan dilakukan pada penelitian ini hanya untuk memulai pemeriksaan KGD setelah berolahraga selama 30 menit agar semua responden memiliki KGD 2 jam setelah makan yang sama.

Sampel melakukan olahraga setelah makan selama 2 jam. Olahraga mengunakan treadmill dengan waktu 30 menit sebanyak satu kali perlakuan. Kemudian kadar gula orang yang berolahraga diukur dengan mengunakan glucose

meter sebanyak dua kali sebelum dan setelah berolahraga.

4.5. Analisa Data

Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan uji-t independent dan SPSS (Statistical Product and Service Solution). Uji-t independent digunakan untuk menganalisis data dengan variabel bebas nominal (obesitas yang berolahraga dan tidak berolahraga) dengan variabel tergantung berskala numerik (kadar gula darah).


(40)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Responden diambil di fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara yang berlokasi di jalan dr. Mansyur no.5 Medan, Indonesia dimana fakultas ini merupakan salah satu fakultas kebanggaan di Universitas Sumatera Utara. Fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara, yang berlokasi di Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru dengan batas wilayah:

- Batas Utara : Jalan dr. Mansyur, Padang Bulan - Batas Selatan : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU - Batas Timur : Jalan Universitas, Padang Bulan - Batas Barat : Fakultas Psikologi USU

Kampus ini memiliki luas sekitar 122 Ha, dengan zona akademik seluas 100 Ha yang erada di tengahnya. Fakultas ini memiliki beberapa ruang kelas, ruang administrasi, ruang laboratorium, ruang skills lab, ruang seminar, perpustakaan, kedai mahasiswa, ruang PEMA, kantin, kamar mandi, dan mushola. Fakultas ini menerima mahasiswa baru sebanyak 400an orang setiap tahunnya yang dapat masuk melalui jalur UMB, PMP, SNMPTN, Kemitraan, Mandiri dan Internasional, dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh pihak Universitas.

Pengukuran sampel dan olahraga dilakukan di gym yang berada dijalan Darusalam.


(41)

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Responden yang menjadi sampel dalam penelitian adalah semua mahasiswa yang obesitas dan masih berkuliah di fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara pada tahun 2010.

Tabel 5.1. Distribusi Sampel Bedasarkan Angkatan

Stambuk Frekuensi Persen

2007 2 6.7

2008 9 30

2009 7 23.3

2010 12 40

Total 30 100

Berdasarkan kelompok angkatan, distribusi sampel terbanyak pada penelitian ini berada dalam angkatan 2010, yaitu sebanyak 12 orang, diikuti oleh angkatan 2008 sebanyak 9 orang dan angkatan 2009 sebanyak 7 orang. Selanjutnya angkatan 2007 sebanyak 2 orang.

Tabel 5.2. Distribusi Sampel Berdasarkan Berolahraga dan TidakBerolahraga

Obesitas Frekuensi Persen

Berolahraga 10 33.3

Tidak Berolahraga 20 66.7

Total 30 100.0


(42)

Tabel 5.1.3.1 Kadar gula darah responden 2jam setelah makan

Mean Modus Median STD Maximum Minimum KGD

2jam setelah makan pada semua responden

117.57 120 118 4.659 124 99

KGD 2jam setelah makan pada riwayat olahraga

114.4 114 116 6.203 120 99

KGD 2jam setelah makan pada riwayat tidak olahraga

119.15 120 119 6.641 124 115


(43)

Mean Modus Median STD maximum Minimum KGD

setelah 30menit berolahraga pada semua responden

92.13 80 92.5 8.492 109 80

KGD setelah 30menit berolahraga pada

riwayat tidak rutin berolahraga

98.9 98 99 2.806 103 93

KGD setelah 30menit berolahraga pada

riwayat rutin

berolahraga

88.75 80 86.5 8.378 109 80


(44)

df mean square F Sig. Perbandingan

KGD 2 jam setelah makan dengan pada

obesitas dengan riwayat olahraga dan

tidak olahraga

1 757.174 38.994 .000

Perbandingan KGD setelah

berolahraga dengan pada

obesitas dengan riwayat olahraga dan

tidak olahraga

1 130.113 11.269 .002

Dengan P = .005

t df Sig.

Obesitas-KGD 2jam setelah

makan

-142.850 29 .000

Obesitas-KGD setelah olahraga

-56.462 29 .000


(45)

Perbandingan KGD 2 jam setelah makan dengan 30 menit olahraga pada obesitas dengan riwayat rutin berolahraga..

Dari hasil hasil analisa dengan mengunakan SPSS didapatikan hasil output Hasil uji t adalah 57.802 dan p value 0.000 (tepatnya 0.0001). Hal ini berarti terdapat perbedaan rata-rata kadar 2 jam setelah makan dan setelah olahraga. Perbandingan KGD 2 jam setelah makan dengan 30 menit olahraga pada obesitas dengan riwayat rutin berolahraga.

Dari hasil hasil analisa dengan mengunakan SPSS didapatikan hasil output Hasil uji t adalah 198.355 dan p value 0.000 (tepatnya 0.0001). Hal ini berarti terdapat perbedaan rata-rata kadar 2 jam setelah makan dan setelah olahraga. 5.2. Pembahasan

5.2.1. Perbandingan orang obesitas yang berolahraga dengan yang tidak berolahraga

Glukosa darah merupakan homeostatis antara masukan dengan pengeluaran. Glukosa darah berasal dari makanan, glukoneogensis dan glikogenolisis. Pengeluaran glukosa terjadi akibat pengambilan glikosa darah oleh jaringan ekstrahepatik terutama otot rangka dan jaringan adiposa. (Mayes, 2003)

Pada orang yang dewasa yang memerlukan energi maka orang dewasa memerlukan sekitar 2000 kkal/hari, sedangkan kebutuhan energi dengan pekerjaan mahasiswa hanya memerlukan 500kkal.(Ganong, 2003).

Dapat dilihat pada stambuk 2010 pada mahasiswa FK USU sebanyak 20 orang memungkinkan untuk menjadi obesitas karena kurangnya aktifitas fisik, maka glukosa akan disimpan dalam bentuk lemak.

Amilase ini menyebabkan pemecahan selang-seling pada ikatan α1-4 dalam pati metah atau matang. Amilosa terutama didegradasi menjadi maltosa dan maltotriosa serta dilepaskan sejumlah kecil glukosa. Amilopektin dipecah menjadi oligosakarida, yang kemudian didegradasi oleh enzim oligosakaridase spesifik yang terikat pada sel brush border dengan hasil akhirnya adalah glukosa. (Barasi, 2009)

Sekelompok protein pengankut glukosa berada pada membran sel. Pada mulanya glukosa bergerak mengikuti penurunan gradient konsentrasi dari lumen


(46)

usus halus menuju sel apikal. Pengakut GLUT-1, yang berkaitan dengan natrium, memfasilitasi difusi ini. Ion natrium kemudian diangkut keluar secara aktif dari sel apikal. Molekul glukosa berpindah dari sel apikal menuju aliran darah, mengunakan molekul pengankut ke 2 GLUT-2 dan difusi yang terfasilitasi (Barasi, 2009).

Rata-rata KGD 2 jam stelah makan semua responden masih dalam batas normal (80-120 mg/dl). Hal ini mungkin dikarenakan oleh tidak adanya masalah pencernaan dan enzim pencernaan pada semua responden.

Rata-rata KGD 2jam setelah makan pada obesitas yang rutin berolahraga adalah 114,4 mg/dl sedangkan pada obesitas yang tidak rutin berolahraga adalah 119,15. Nilai tertinggi pada obesitas dengan riwayat rutin berolahraga adalah 120 mg/dl sedangkan pada obesitas dengan riwayat tidak rutin berolahraga 124 mg/dl. Nilai terendah pada obesitas dengan riwayat rutin berolahraga adalah 93 mg/dl sedangkan pada obesitas dengan riwayat tidak rutin berolahraga adalah 115 mg/dl.

Rata-rata KGD setelah olahraga selama 30 menit pada semua responden adalah 92,13 mg/dl. Nilai tertinggi adalah 109 mg/dl dan nilai terendah adalah 80 mg/dl. Hal ini diakarenakan sejumlah hormon berperan dalam homeostatis glukosa darah, seperti insulin, glukagon, dan hormon pertumbuhan. Insulin dapat meningkatkan ambilan glukosa oleh jaringan ekstrahepatik sehingga mengakibatkan hipoglikemia seketika. Efek hipoglikemia diperkuat oleh efek insulin yang menghambat glikogenolisis dan glukoneogenesi. (Mayes, 2003)

Kecepatan transportasi kedalam otot yang sedang digunakan selama berolahraga intensitas sedang dapat meningkatkan sampai sepuluh kali lipat. Saat berolahraga kadar insulin plasma menurun sehingga transportasi glukosa tersebut bersifat non-dependent insulin. Olahraga akan meningkatkan ketesediaan GLUT 4 membran plasma sel otot. Glukosa akan berdifusi kedalam otot sehingga glukosa darah akan menurun pada akhir olahraga. (Rose, 2005).

Dapat dilihat rata-rata kadar gula darah orang yang obesitas yang rutin berolahraga dengan yang tidak rutin berolahraga adalah 98,9 dan 88.75 mg/dl. Nilai tertinggi pada kedua kelompok sebesar 103 dan 109 mg/dl. Nilai terndah pada kedua kelompok sebesar 93 dan 80 mg/dl. Didapati ada perbedaan rata-rata


(47)

kadar gula darah antara orang obesitas yang rutin berolahraga dengan yang tidak rutin berolahraga. Kadar gula darah orang obesitas yang tidak rutin berolahraga lebih rendah dari obesitas yang rutin berolahraga. Hal ini kemungkinan dikarenakan adanya perbedaan dari sistem respiratory, cardiovascular dan ketahanan saat berolahraga.(Sutton 1984).

Bila glukosa darah sebelum berolahraga dengan glukosa darah setelah berolahraga didapatkan perbedaan yang signifikan, baik pada obesitas yang berolahraga maupun obesitas yang tidak berolahraga.


(48)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan

Dari uraian-uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dalam penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu :

1. Terdapat perdedaan antara KGD 2 jam setelah makan pada obesitas dengan riwayat rutin berolahraga dengan riwayat yang tidaka rutin berolahraga

2. Terdapat perbedaan antara KGD setelah olahraga selama 30 menit antara obesitas dengan riwayat rutin berolahraga dengan riwayat tidak berolahraga.

6.2. Saran

Dari seluruh proses penelitian yang telah dijalani oleh penulis dalam menyelesaikan penelitian ini, maka dapat diungkapkan beberapa saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berperan dalam penelitian ini. Adapun saran tersebut, yaitu:

1. Berdasarkan penelitian ini, peneliti menyarankan untuk peneliti selanjutnya untuk memperbanyak sampel pada penelitian.

2. Berdasarkan penelitian ini , peneliti menyarankan untuk menentukan frekuesi dan jenis olahraga untuk sampel dengan riwayat rutin berolahraga.


(49)

DAFTAR PUSTAKA

Barasi, Mary E. 2009. At a Glance Ilmu Gizi. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Campbell, Ian W. 2008. Blood Glucose Levels. Available from:

[Accesed 5 May 2010]

Darmawan, Iyan. 2008. Resistensi Insulin. Available from:

[Accesed 21 April 2010]

Fait, Hollis F. 1967. Health and Fitness for Modern Living. USA: Allyn and Bacon, Inc.

Fox, Edward L. 1984. Physiology of Exercise and Physical Fitness. In: Strauss, Richard H, ed. Sports Medicine. 1st ed. Italy: W. B. Saunders Company. 381-455.

Hartley, L Howard. 1984. Exercise Prescription. In: Strauss, Richard H, ed. Sports

Medicine. 1st ed. Italy: W. B. Saunders Company. 41- 56.

Mayes, Peter A. 2003A. Glikolisis dan Oksidasi Piruvat. In: Murray, R.K., Granner, D.K., Mayes, P.A., dan Rodwell, V.W., eds. Biokimia Harper. Edisi ke-25. Jakarta: EGC. 178-186.

Mayes, Peter A. 2003B. Metabolisme Glikogen. In: Murray, R.K., Granner, D.K., Mayes, P.A., dan Rodwell, V.W., eds. Biokimia Harper. Edisi ke-25. Jakarta: EGC. 187-194.

Mayes, Peter A. 2003C. Glukoneogenesis dan Pengontrolan Kadar Glukosa Darah.

In: Murray, R.K., Granner, D.K., Mayes, P.A., dan Rodwell, V.W., eds. Biokimia Harper. Edisi ke-25. Jakarta: EGC. 195-205.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Sastroasmoro, Sudigdo. 2010. Pemilihan Subyek Penelitian. In: Sastroasmoro S, Ismael S, ed. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi ketiga. Jakarta: Sagung Seto. 79-90.


(50)

Schonfeld, S.A., and Dixon, G. F. 1984. The Respiratory System. In: Strauss, Richard H, ed. Sports Medicine. 1st ed. Italy: W. B. Saunders Company. 105-118.

Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC. Smith, Nathan J. 1984. Nutrition. In: Strauss, Richard H, ed. Sports Medicine. 1st

ed. Italy: W. B. Saunders Company. 468-480.

Sugondo, Sidartawan. 2007. Obesitas. In: Sudoyo AW, Setiyohadi, B., Alwi, I., K Simadibrata, M., Setiati, S., eds. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi keempat-Jilid III. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1919-1925.

Uwaifo, Gabriel I. 2009. Obesity. Available from:

[Accesed 21


(51)

LAMPIRAN 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Foto

Nama : Adithya Husni Tempat/Tgl. Lahir : Medan/9 Maret 1989

Agama : Islam

Alamat : Comp. Citra Wisata blok 6 no.9 Medan Jumlah Bersaudara : 3 orang

Riwayat Pendidikan :

1. SD Al-Ulum Medan 1995-2001

2. SMP Swasta Harapan 3 Medan 2001-2004 3. SMA Swasta Harapan 1 Medan 2004-2007

Riwayat Organisasi :


(52)

LAMPIRAN 2

LEMBAR PENJELASAN DAN PERSETUJUAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

PENELITIAN PERBANDINGAN KADAR GULA DARAH PADA OBESITAS YANG BEROLAHRAGA DAN TIDAK BEROLAHRAGA

INFORMED CONSENT

Penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui ada perbedaan kadar gula darah pada obesitas yang berolahraga dan tidak berolahraga. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini saya akan mengukur kadar gula darah anda sebanyak dua kali, yaitu saat sebelum olahraga dan setelah berolahraga. Melalui penelitian ini, anda dapat mengetahui kadar gula darah anda pada saat sebelum olahraga dan setelah olahraga.

Responden sebelum olahraga disuruh makan dengan porsi yang telah ditentukan dengan semua responden, dengan member nasi bungkus. Setelah responden diberi makan, maka responden diperiksa kadar gula darahnya 2 jam setelah makan.

Responden diminta untuk berolahraga selama 30 menit dengan mengunakan treadmill dengan kecepatan 5 km/jam. Selama responden berolahraga peneliti memperhatikan keaadan responden, seperti : tingkat kelahaan dan ada tidaknya kram. Hal ini dilakukan untuk menghindari cedera pada responden.

Responden diminta untuk memeriksaan kadar gula darahnya kembali setelah berolahraga selama 30 menit.

Cara mengukur kadar gula darah adalah dengan menggunakan glucose

meter. Cara ini dijamin aman dan tidak berbahaya bagi responden. Karena hanya

menusukan jarum yang berukuran kecil pada jari telunjuk pada tangan yang jarang dipakai untuk berkerja responden. Rasa sakit akibat tusukan jarum akan hilang dalam waktu kurang dari 1 jam jadi responden tidak akan mengalami rasa nyeri akibat hal ini.

Komplikasi yang mungkin timbul pada responden yang jarang berolahraga adalah kram, jantung berdebar dan sesak napas.


(53)

Apabila ada terjadi hal-hal yang tidak diinginkan oleh responden atau menolak untuk dilakukan penelitian dapat menghubungi :

Nama : Adithya Husni Telp : 061-77158181 Stambuk : 2007

Untuk mejadi sampel penelitian ini, anda diminta menandatangani persetujuan di bawah:

Segala kerjasama yang anda berikan sangat berharga. Atas kerjasama anda, saya ucapkan terima kasih.

Saya yang bertandatangan di bawah ini, bersedia untuk menjadi sampel penelitian yang berjudul Perbandingan Kadar Gula Darah pada Obesitas yang Berolahraga dan Tidak

Berolahraga. Saya akan memberikan kerjasama yang sepenuhnya terhadap peneliti. NAMA : ________________________________________________________ TANDATANGAN :

_____________________________ TANGGAL : _____________________________

Diketahui dan diakui peneliti: NAMA

PENELITI

: ADITHYA HUSNI TANDATANGAN :

_____________________________ TANGGAL : _____________________________


(54)

LAMPIRAN 3


(55)

LAMPIRAN 4 DATA INDUK

Stambuk Obesitas

KGD 2 Jam Setelah Makan

(mg/dl)

KGD Setelah Olahraga (mg/dl)

2008 Olahraga 99 93

2008 Olahraga 114 100

2010 Olahraga 114 98

2010 Olahraga 117 102

2009 Olahraga 110 103

2009 Olahraga 120 100

2008 Olahraga 118 100

2008 Olahraga 115 98

2010 Olahraga 120 98

2010 Olahraga 117 97

2009 Tidak Olahraga 117 80

2008 Tidak Olahraga 124 109

2007 Tidak Olahraga 120 90

2010 Tidak Olahraga 115 82

2010 Tidak Olahraga 117 83

2009 Tidak Olahraga 115 80

2009 Tidak Olahraga 118 92

2010 Tidak Olahraga 120 94

2010 Tidak Olahraga 120 84

2010 Tidak Olahraga 124 95

2008 Tidak Olahraga 124 108

2008 Tidak Olahraga 116 86

2008 Tidak Olahraga 119 84

2009 Tidak Olahraga 120 90

2009 Tidak Olahraga 120 90

2010 Tidak Olahraga 118 84

2010 Tidak Olahraga 118 87

2010 Tidak Olahraga 120 95

2008 Tidak Olahraga 119 82


(56)

Between-Subjects Factors

Value Label N

Obesitas 1 Olahraga 10

2 Tidak

Olahraga

20

Descriptive Statistics

Dependent Variable:KGD Setelah Olahraga (mg/dl)

Obesitas Mean Std. Deviation N

Olahraga 98.90 2.807 10

Tidak Olahraga 88.75 8.378 20

Total 92.13 8.492 30

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:KGD Setelah Olahraga (mg/dl)

Source

Type III Sum of Squares Df

Mean

Square F Sig.

Partial Eta Squared

Corrected Model 1586.602a 3 528.867 27.236 .000 .759

Intercept 147.179 1 147.179 7.580 .011 .226

Obesitas 583.056 1 583.056 30.027 .000 .536

KGD2jamSetelahMakan 757.174 1 757.174 38.994 .000 .600

Obesitas *

KGD2jamSetelahMakan

527.699 1 527.699 27.176 .000 .511

Error 504.864 26 19.418

Total 256748.000 30

Corrected Total 2091.467 29


(57)

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:KGD 2 jam Setelah Makan (mg/dl)

Source

Type III Sum of Squares df

Mean

Square F Sig.

Partial Eta Squared

Corrected Model 329.157a 3 109.719 9.502 .000 .523

Intercept 67.586 1 67.586 5.853 .023 .184

Obesitas 61.566 1 61.566 5.332 .029 .170

KGDSetelahOlahraga 130.113 1 130.113 11.269 .002 .302

Obesitas *

KGDSetelahOlahraga

51.868 1 51.868 4.492 .044 .147

Error 300.210 26 11.547

Total 415287.000 30

Corrected Total 629.367 29

a. R Squared = .523 (Adjusted R Squared = .468)

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair 1 Obesitas - KGD 2 jam Setelah Makan (mg/dl)


(58)

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair 1 Obesitas – KGD Setelah Olahraga (mg/dl)

-90.467 8.776 1.602 -93.744 -87.190 -56.462 29 .000

KGD 2jam setelah makan pada semua responden

KGD 2 jam setelah makan

Mean 117.57

Median 118

Mode 120

Std. Deviation 4.659

Variance 21.702

Minimum 99

Maximum 124

KDG 2jam setalah makan riwayat rutin olahraga..

KGD 2 jam setelah makan

Mean 114.4

Median 116

Mode 114

Std. Deviation 6.203

Variance 38.489

Minimum 99


(59)

KGD 2jam setelah makan riwayat tidak rutin olahraga

KGD 2 jam setelah makan

Mean 119.15

Median 119

Mode 120

Std. Deviation 2.641

Variance 6.976

Minimum 115

Maximum 124

KDG responden setelah olahraga selama 30 menit exercise

KGD setelah exercise

Mean 92.13

Median 92.5

Mode 80

Std. Deviation 8.492

Variance 72.120

Minimum 80

Maximum 109

KGD responden selama 30 olahraga pada kelompok dengan riwayat olahraga dan tidak berolahraga.

Riwayat olahraga positif KGD setelah exercise

Mean 98.9

Median 99

Mode 98

Std. Deviation 2.806

Variance 7.878

Minimum 93


(60)

Riwayat olahraga negative KGD setelah exercise

Mean 88.75

Median 86.5

Mode 80

Std. Deviation 8.378

Variance 70.197

Minimum 80

Maximum 109

KGD obesitas dengan riwayat tidak rutin berolahraga 2 jam setelah makan dan setelah berolahraga selama 30 menit.

Paired Samples Test Paired Differences

T df

Sig. (2-tailed) 95% Confidence

Interval of the Difference Mean Std. Deviatio n Std. Error

Mean Lower Upper Pair 1 Obesitas - KGD2jamSetel ahMakan -117.150 00

2.64127 .59061 -118.3861 5 -115.9138 5 -198.3 55

19 .000

Pair 2 Obesitas – KGDSetelahOla hraga -86.7500 0

8.37839 1.87346 -90.67121 -82.82879 -46.30 5


(61)

Perbandingan KGD 2 jam setelah makan dengan 30 menit olahraga pada obesitas dengan riwayat rutin berolahraga..

Paired Samples Test Paired Differences

T df Sig.

(2-taile

d) 95% Confidence

Interval of the Difference Mean

Std. Deviation

Std. Error

Mean Lower Upper Pair

1

Obesitas – KGD 2 jam Setelah Makan (mg/dl)

-113.40 0

6.204 1.962 -117. -108.962 -57.802

9 .000

Pair 2

Obesitas – KGD Setelah Olahraga (mg/dl)

-97.900

2.807 .888 -99.908 -95.892 -110.30 1


(1)

Between-Subjects Factors Value Label N Obesitas 1 Olahraga 10

2 Tidak Olahraga

20

Descriptive Statistics

Dependent Variable:KGD Setelah Olahraga (mg/dl) Obesitas Mean Std. Deviation N

Olahraga 98.90 2.807 10

Tidak Olahraga 88.75 8.378 20

Total 92.13 8.492 30

Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:KGD Setelah Olahraga (mg/dl)

Source

Type III Sum of Squares Df

Mean

Square F Sig.

Partial Eta Squared Corrected Model 1586.602a 3 528.867 27.236 .000 .759

Intercept 147.179 1 147.179 7.580 .011 .226 Obesitas 583.056 1 583.056 30.027 .000 .536 KGD2jamSetelahMakan 757.174 1 757.174 38.994 .000 .600 Obesitas *

KGD2jamSetelahMakan

527.699 1 527.699 27.176 .000 .511

Error 504.864 26 19.418

Total 256748.000 30

Corrected Total 2091.467 29 a. R Squared = .759 (Adjusted R Squared = .731)


(2)

Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:KGD 2 jam Setelah Makan (mg/dl)

Source

Type III Sum of Squares df

Mean

Square F Sig.

Partial Eta Squared Corrected Model 329.157a 3 109.719 9.502 .000 .523

Intercept 67.586 1 67.586 5.853 .023 .184

Obesitas 61.566 1 61.566 5.332 .029 .170

KGDSetelahOlahraga 130.113 1 130.113 11.269 .002 .302 Obesitas *

KGDSetelahOlahraga

51.868 1 51.868 4.492 .044 .147

Error 300.210 26 11.547

Total 415287.000 30

Corrected Total 629.367 29 a. R Squared = .523 (Adjusted R Squared = .468)

Paired Samples Test Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed) Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper Pair 1 Obesitas - KGD 2

jam Setelah Makan (mg/dl)


(3)

Paired Samples Test Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed) Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper Pair 1 Obesitas – KGD

Setelah Olahraga (mg/dl)

-90.467 8.776 1.602 -93.744 -87.190 -56.462 29 .000

KGD 2jam setelah makan pada semua responden

KGD 2 jam setelah makan

Mean 117.57

Median 118

Mode 120

Std. Deviation 4.659

Variance 21.702

Minimum 99

Maximum 124

KDG 2jam setalah makan riwayat rutin olahraga..

KGD 2 jam setelah makan

Mean 114.4

Median 116

Mode 114

Std. Deviation 6.203

Variance 38.489

Minimum 99


(4)

KGD 2jam setelah makan riwayat tidak rutin olahraga

KGD 2 jam setelah makan

Mean 119.15

Median 119

Mode 120

Std. Deviation 2.641

Variance 6.976

Minimum 115

Maximum 124

KDG responden setelah olahraga selama 30 menit exercise

KGD setelah exercise

Mean 92.13

Median 92.5

Mode 80

Std. Deviation 8.492

Variance 72.120

Minimum 80

Maximum 109

KGD responden selama 30 olahraga pada kelompok dengan riwayat olahraga dan tidak berolahraga.

Riwayat olahraga positif KGD setelah exercise

Mean 98.9

Median 99

Mode 98

Std. Deviation 2.806

Variance 7.878

Minimum 93


(5)

Riwayat olahraga negative KGD setelah exercise

Mean 88.75

Median 86.5

Mode 80

Std. Deviation 8.378

Variance 70.197

Minimum 80

Maximum 109

KGD obesitas dengan riwayat tidak rutin berolahraga 2 jam setelah makan dan setelah berolahraga selama 30 menit.

Paired Samples Test

Paired Differences

T df

Sig. (2-tailed) 95% Confidence

Interval of the Difference Mean Std. Deviatio n Std. Error

Mean Lower Upper Pair 1 Obesitas - KGD2jamSetel ahMakan -117.150 00

2.64127 .59061 -118.3861 5 -115.9138 5 -198.3 55

19 .000

Pair 2 Obesitas – KGDSetelahOla hraga -86.7500 0

8.37839 1.87346 -90.67121 -82.82879 -46.30 5


(6)

Perbandingan KGD 2 jam setelah makan dengan 30 menit olahraga pada obesitas dengan riwayat rutin berolahraga..

Paired Samples Test

Paired Differences

T df Sig.

(2-taile

d) 95% Confidence

Interval of the Difference Mean

Std. Deviation

Std. Error

Mean Lower Upper Pair

1

Obesitas – KGD 2 jam Setelah Makan (mg/dl)

-113.40 0

6.204 1.962 -117. -108.962 -57.802

9 .000

Pair 2

Obesitas – KGD Setelah Olahraga (mg/dl)

-97.900

2.807 .888 -99.908 -95.892 -110.30 1