Latar Belakang Perbandingan Kadar Gula Darah Pada Mahasiswa FK-USU Stambuk 2007-2010 Yang Obsitas Rutin Berolahraga Dengan Tidak Rutin Berolahraga Selama 30 Menit Berolahraga

BAB 1 PEBDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kadar gula darah adalah jumlah glukosa yang terdapat didalam darah. Kadar gula ini juga disebut dengan kadar gula plasma. Kadar gula darah ini diukur dengan satuan milimol per liter mmolL. kadar gula darah normal berkisar antar 4 sampai 8 mmolL Campbell, 2008. Menurut Sherwood 2001 gula darah adalah satuan terkecil dari karbohidrat yang telah di metabolisme didalam tubuh dan berada didalam darah. Yang mempengaruhi kadar gula darah adalah 1. Asupan makanan karbohidrat 2. Pemecahan lipid 3. Glikogen 4. Asam amino 5. Insulin 6. Olahraga Insulin memiliki 4 efek yang dapat menurunkan kadar gula darah 1 insulin mempermudah masuknya glukosa kedalam sebagian besar sel, jaringan yang tidak bergantung pada insulin adalah otak, otot yang aktif dan hati.2 Insulin merangsang glikogenesis, pembentukan glikogen dari glukosa, baik di otot maupun dihati. 3 insulin menghambat glikogenolisis, penguraian glikogen menjadi glukosa 4 Insulin selanjutnya menurunkan penguaran glukosa oleh hati dengan menghambat glukoneogenesis, perubahan asam amino menjadi glukosa di hati. Sherwood, 2001 Pada orang dengan metabolisme normal, insulin dilepaskan dari sel-sel beta ß pulau Langerhans pankreas setelah makan postprandial, dan mengirim sinyal ke jaringan sensitif terhadap insulin dalam tubuh misalnya, otot, adiposa untuk menyerap glukosa. Hal ini akan menurunkan kadar glukosa darah. Sel-sel beta mengurangi output insulin saat kadar glukosa darah turun, dengan akibat glukosa darah dijaga pada sekitar 5 mmol L mM 90 mg dL. Pada Universitas Sumatera Utara orang dengan resistensi insulin, kadar normal insulin tidak memiliki efek yang sama pada sel-sel otot dan adiposa, dengan hasil kadar glukosa tetap lebih tinggi dari biasanya. Untuk mengkompensasi hal ini, pankreas dalam individu resistensi insulin dirangsang untuk melepaskan lebih banyak insulin Darmawan, 2008. Obesitas merupakan suatu penyakit multifaktorial, yang terjadi akibat akumulasi jaringan lemak berlebihan, sehingga dapat mengganggu kesehatan. Obesitas terjadi bila besar dan jumlah sel lemak bertambah pada tubuh seseorang. Bila seseorang bertambah berat badannya maka ukuran sel lemak akan bertambah besar dan kemudian jumlah bertambah banyak Sugondo, 2007. Saat ini, 1,6 miliar orang dewasa di seluruh dunia mengalami berat badan berlebih overweight, dan sekurang-kurangnya 400 juta diantaranya mengalami obesitas. Pada tahun 2015, diperkirakan 2,3 miliar orang dewasa akan mengalami overweight dan 700 juta di antaranya obesitas. Di Indonesia, menurut data Riset Kesehatan Dasar Riskesdas tahun 2007, prevalensi nasional obesitas umum pada penduduk berusia ≥ 15 tahun adalah 10,3 laki -laki 13,9, perempuan 23,8. Sedangkan prevalensi berat badan berlebih anak-anak usia 6-14 tahun pada laki- laki 9,5 dan pada perempuan 6,4. Angka ini hampir sama dengan estimasi WHO sebesar 10 pada anak usia 5-17 tahun, ujar Menkes Depkes, 2007 Keadaan obesitas ini, terutama obesitas sentral, meningkatkan resiko penyakit kardiovaskular karena berkaitan dengan sindrom metabolik atau sindrom resistensi insulin. Prevalensi obesitas berhubungan dengan urbanisasi dan mudahnya mendapat makanan serta banyaknya jumlah makanan yang tersedia. Insiden obesitas di negara-negara berkembang makin meningkat, sehingga saat inin banyaknya orang dengan obesitas didunia hampir sama dengan jumlahnya dengan mereka yang menderita karena kelaparan. Peningkatan aktifitas fisik merupakan komponen penting dari penurunan berat badan walaupun aktifitas fisik tidak menyebabkan penurunan berat badan karena asupan harus diimbangi dengan penurunana asupan kalori Sugondo 2007. Olahraga yang optimal 30 sampai 40 menit dan dimulai dengan periode pemanasan selama 5 sampai 10 menit, melakukan peregangan dan merengangkan dari badan, otot kaki dan lengan dan bahu. Pemanasan ini membantu mencengah Universitas Sumatera Utara dari ketengangan otot dan mempersiapkan sistem cardiopulmonar untuk melakukan olahraga. Latihan harus dimulai dengan periode 2 sampai 4 menit pada intensitas latihan dan latihan denyut jantung, dipisahkan periode 1 sampai 2 menit penurunan intensitas Hartley, 1984.

1.2. Rumusan Penelitian