Sartika Aryanti : Penanggulangan Gangguan Sendi Temporomandibula Akibat Kelainan Oklusi Secara Konservatif, 2007.
USU Repository © 2009
harus ada ruang khusus untuk tujuan ini , tetapi walaupun demikian, ruang operasi pribadi kamar praktek merupakan lingkungan yang paling sesuai.
11
3.1 Perawatan Secara Konservatif
Umumnya, rasa tidak enak mendorong pasien mencari pertolongan. Perawatan yang segera dan efisien tidak hanya dapat meredakan penderitaannya
tetapi juga membantu mengembalikan rasa percaya diri pasien.
11
Adapun perawatan secara konservatif adalah : mengistirahatkan rahang, obat-obatan, latihan, terapi fisik,
splin oklusal, perawatan psikososial, karies dan kelainan patologi yang lain, protesa, terapi oklusal, dan faktor pendukung yang lain.
3.1.1 Mengistirahatkan Rahang
Kunjungan pertama biasanya hanya digunakan untuk menentukan diagnosa dan menenangkan pasien, tetapi dapat juga ditambah dengan pemberian nasehat
untuk mengistirahatkan rahang dan pengobatan sederhana. Istirahat, berarti menghindari pergerakan rahang yang berlebihan seperti menguap, atau gerak untuk
mengunyah makanan yang keras. Gerakan ini memang menimbulkan rasa nyeri dan oleh karena itu , pasien dianjurkan untuk menghindari pergerakan yang menimbulkan
rasa nyeri.
11
Diet lunak dianjurkan dan semua makanan harus dipotong kecil-kecil. Seperti apel harus dipotong-potong, bukan digigit. Bila mungkin, semua pergerakan rahang
yang menimbulkan kliking harus dihindari, walaupun hal ini sulit dilakukan. Dapat juga menganjurkan pasien agar jangan berteriak terhadap keluarga, tetapi hal ini sulit
Sartika Aryanti : Penanggulangan Gangguan Sendi Temporomandibula Akibat Kelainan Oklusi Secara Konservatif, 2007.
USU Repository © 2009
dilakukan. Analogi yang lain dalam memberikan nasehat kepada pasien adalah dengan perumpamaan seperti pasien dengan kaki keseleo. Keadaan ini akan cepat
membaik bila kaki diistirahatkan dengan menggantung kaki ke atas bukan terus menerus menggunakannya untuk berjalan.
11
3.1.2 Obat-obatan
Perawatan farmakologik dapat membantu meredakan gejala kelainan STM seperti rasa sakit, hiperaktivitas otot, ansietas, dan depresi. Baik pengalaman klinis
maupun studi eksperimental terkendali menunjukkan bahwa farmakoterapi dapat menjadi katalis kuat bagi rasa nyaman pasien dan rehabilitasinya bila digunakan
sebagai program tatalaksana komprehensif. Obat-obat yang bermanfaat dalam perawatan STM terdiri dari analgetika, kortikosteroid, relaksan otot, anti ansietas, dan
anti depresi. Walaupun ada kecendrungan para dokter untuk mengandalkan obat favorit tunggal, sebetulnya tak ada satu pun obat yang benar-benar terbukti manjur
untuk seluruh spektrum STM. Untuk menghindari komplikasi tak diharapkan dan efek interaksi buruk serta mencapai kemujaraban maksimal suatu jenis obat, penting
sekali memahami spektrum obat-obat yang dapat diberikan untuk STM dan masalah yang lain timbul karena pemakaiannya.
1,4,5,9,18
3.1.3 Latihan