Maria Ulfa : Prediksi Leeway Space Dengan Menggunakan Tabel Moyers Pada Pasien Yang Dirawat Di Klinik Ortodonsia FKG USU, 2009.
USU Repository © 2009
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Fase Gigi Geligi Bercampur
Fase gigi geligi bercampur merupakan fase dimana gigi desidui dan gigi permanen secara bersama-sama terdapat di dalam rongga mulut. Fase ini terbagi
dalam dua tingkatan. Pertama, menjelang erupsi molar pertama permanen antara umur 6-7 tahun. Kedua, antara umur 9-11 tahun dimana terjadi perubahan karena
pergantian kaninus, molar pertama dan kedua desidui.
8
Oklusi pada periode gigi bercampur bersifat sementara dan tidak statis sehingga memungkinkan
berkembangnya maloklusi. Oleh karena itu, berbagai analisis dan perawatan interseptif ortodontik perlu dilakukan untuk mencegah berkembangnya maloklusi dan
memungkinkan pencapaian perkembangan wajah yang harmonis. Bhalajhi 1997 mengklasifikasikan periode gigi bercampur ke dalam tiga fase,
yaitu fase transisi pertama, inter-transisi, dan transisi kedua.
5
2.1.1 Fase transisi pertama
Maria Ulfa : Prediksi Leeway Space Dengan Menggunakan Tabel Moyers Pada Pasien Yang Dirawat Di Klinik Ortodonsia FKG USU, 2009.
USU Repository © 2009
Fase ini ditandai dengan erupsinya molar pertama permanen dan pergantian insisivus desidui oleh insisivus permanen. Pada usia 6-7 tahun insisivus sentralis
desidui akan mulai digantikan oleh insisivus sentralis permanen. Pada rahang bawah biasanya insisivus sentralis bererupsi di sebelah lingual dari gigi yang digantikannya,
tetapi dengan adanya dorongan dari lidah maka insisivus sentralis ini dapat bergerak maju ke depan. Pada rahang atas insisivus sentralis permanen yang belum erupsi akan
tampak sebagai tonjolan yang besar pada lipatan mukosa disebelah atas dari insisivus yang digantikannya.
Pada usia 8-9 tahun insisivus lateralis permanen akan mulai erupsi di dalam lengkung rahang. Seperti pada insisivus sentralis rahang bawah, insisivus lateralis
rahang bawah ini juga bererupsi di sebelah lingual dan akan dibawa ke tempatnya oleh kekuatan fungsional, sedangkan insisivus lateralis rahang atas tidak seperti
insisivus sentralis yang bererupsi dengan menunjukkan tonjolan di sebelah labial. Jika pada pemeriksaan radiografi terlihat bahwa insisivus lateralis akan kekurangan
tempat, pencabutan kaninus desidui dapat dilakukan untuk menjaga agar insisivus lateralis tidak bererupsi di sebelah palatal yang dapat menyebabkan cross-bite dengan
gigi antagonisnya.
27
Dalam hal ini kontrol terus dilakukan untuk mengkondisikan ruangan yang cukup bagi erupsinya kaninus permanen mengingat ruangannya telah
digunakan untuk insisivus lateralis tersebut. Ilustrasi fase transisi pertama dapat dilihat pada gambar 1 gigi anterior dan gambar 2 gigi posterior.
Pada pergantian gigi insisivus desidui oleh insisivus permanen, insisivus permanen memiliki ukuran lebar mesiodistal yang lebih besar. Perbedaan ukuran
Maria Ulfa : Prediksi Leeway Space Dengan Menggunakan Tabel Moyers Pada Pasien Yang Dirawat Di Klinik Ortodonsia FKG USU, 2009.
USU Repository © 2009
lebar mesiodistal antara gigi insisivus desidui dan permanen disebut incisor liability. Bhalajhi 1997 menyatakan bahwa incisor liability pada rahang atas adalah rata-rata
7 milimeter, sedangkan pada rahang bawah adalah 5 milimeter.
5
Peter Ngan, et al 1999 menyatakan bahwa lebar mesiodistal keempat gigi insisivus permanen rahang
atas rata-rata 7,6 milimeter lebih besar daripada insisivus desidui, sedangkan pada rahang bawah rata-rata 6,0 milimeter.
7
Ukuran ini bervariasi pada setiap individu, tergantung pada berbagai faktor seperti ras, genetik, lingkungan dan jenis kelamin.
A B
C D
E F
Maria Ulfa : Prediksi Leeway Space Dengan Menggunakan Tabel Moyers Pada Pasien Yang Dirawat Di Klinik Ortodonsia FKG USU, 2009.
USU Repository © 2009
Gambar 1. Fase transisi pertama pada geligi anterior
A B
Gambar 2. Fase transisi pertama pada geligi posterior
Pada fase transisi pertama relasi molar pertama permanen ketika erupsi tergantung pada kontak permukaan distal molar kedua desidui rahang atas dan rahang
bawah.
3,5
Bila permukaan distal molar kedua desidui rahang atas dan rahang bawah berkontak pada satu dataran vertikal flush terminal plane, maka akan diperoleh
relasi molar pertama tonjol lawan tonjol. Hal ini merupakan suatu kondisi yang normal dan dapat terkoreksi melalui pergerakan molar rahang bawah ke depan sejauh
3-5 mm terhadap rahang atas memanfaatkan developmental spaces physiological
Maria Ulfa : Prediksi Leeway Space Dengan Menggunakan Tabel Moyers Pada Pasien Yang Dirawat Di Klinik Ortodonsia FKG USU, 2009.
USU Repository © 2009
spaces maupun leeway space yang ada sehingga relasi molar klas I Angel dapat tercapai. Bila permukaan distal molar kedua desidui rahang bawah berada lebih
mesial daripada molar kedua desidui rahang atas mesial step terminal plane, maka molar pertama permanen secara langsung erupsi dalam relasi klas I Angel dan bila
pertumbuhan rahang bawah terus berlanjut maka kemungkinan relasi klas III Angel dapat terjadi. Sebaliknya, bila permukaan distal molar kedua desidui rahang bawah
berada lebih distal daripada molar kedua desidui rahang atas distal step terminal plane, maka kemungkinan molar pertama permanen erupsi dalam relasi klas II Angel
gambar 3.
Maria Ulfa : Prediksi Leeway Space Dengan Menggunakan Tabel Moyers Pada Pasien Yang Dirawat Di Klinik Ortodonsia FKG USU, 2009.
USU Repository © 2009
Gambar 3. Hubungan oklusi gigi molar desidui dan permanen pada fase transisi
6
2.1.2 Fase inter-transisi