54 dikemudian hari mereka menghadapi masalah yang berhubungan dengan perkawinan
mereka, maka mereka dapat menjadikan akta perkawinan mereka sebagai alat bukti yang autentik.
77
D. Masalah dan Solusi
Dalam pelaksanaan pencatatan perkawinan, pegawai pencatat nikah tidak selamanya dapat melakukan tugas dan fungsinya secara sempurna, sesuai dengan apa
yang telah direncanakan sebelumnya. Beberapa hambatan ada saja yang menghalangi jika tidak dicarikan jalan keluarnya seberapa pun kecilnya hambatan ini akan
berpengaruh pada keberhasilan program pelaksanaan pencatatan nikah itu sendiri. Adanya beberapa hambatan itu karena pada kenyataannya, peristiwa pernikahan
sangat sulit diperhitungkan kejadiannya serta mengenai siapa saja orang-orang yang terlibat di dalamnya, sehingga atas dasar yang demikian Pegawai Pencatat Nikah
tidak dapat memastikan bahwa seluruh pasangan suami istri yang melangsungkan pernikahan di wilayahnya telah tercatat dan mempunyai akta nikah. Hal ini berarti
bahwa kemungkinan ada saja pasangan pernikahan yang pernikahanya tidak tercatat atau dicatatkan pada Kantor Urusan Agama kecamatan melalui Pegawai Pencatat
Nikah yang dengan demikian pasangan pernikahan tersebut tidak memiliki akta nikah. Padahal akta nikah itu sangat diperlukan sekali adanya oleh mereka yang
77
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata di Indonesia, h. 29.
55 bersangkutan
untuk kepentingan
pembuktian yang
sewaktu-waktu dapat
dipergunakan.
78
Di bawah ini adalah faktor-faktor yang melatarbelakangi pelaksanaan pencatatan nikah kurang berjalan efektif di tengah-tengah masyarakat khususnya
masyarakat Kecamatan Bekasi Utara sebagai berikut: a. Di daerah ini masih terdapat penduduk berpendidikan rendah yang masih
beranggapan bahwa pencatatan nikah dilakukan oleh Pegawai Pencatat Nikah pada Kantor Urusan Agama hanya merupakan proses pernikahan yang memakan
waktu dan biaya yang sangat mahal saja sehingga mereka lebih cenderung memilih ulama setempat untuk menikahkan anak atau keluarganya, toh dengan
pernikahan seperti itu mereka beranggapan pernikahan mereka telah sah.
79
b. Kurangnya sosialisasi mengenai besarnya biaya pencatatan nikah yang sesungguhnya sehingga adanya opini masyarakat mengenai mahalnya biaya
pencatatan nikah.
80
Hal tersebut jelas bertentangan dengan KMA No. 30 Tahun 2003 yang menyebutkan bahwa besaran biaya pencatatan nikah yaitu sebesar Rp
30.000,- tiga puluh ribu rupiah dengan catatan pernikahan tersebut dilaksanakan bertempat di KUA pada wilayah kompetensinya dan juga pada jam kerja KUA
tersebut. Dalam hal untuk pernikahan yang dilaksanakan bertempat di luar KUA dan dilaksanakan di luar jam kerja KUA tersebut sehingga mengharuskan
Pegawai Pencatatan Nikah untuk menghadiri pernikahan tersebut maka biaya
78
Happy Susanto, Nikah Siri Apa Untungnya?, h. 60.
79
Wawancara Pribadi dengan Bapak H. Madinah. Bekasi 19 April 2011.
80
Wawancara Pribadi dengan Bapak H. Madinah. Bekasi 19 April 2011.
56 transportasi dibebankan kepada pihak keluarga mempelai. Artinya keluarga
mempelai hendaknya memberikan uang atau biaya di luar biaya pencatatan nikah kepada Pegawai Pencatatan Nikah sesuai dengan keikhlasannya masing-masing.
Sepertinya karena hal inilah sehingga melahirkan opini masyarakat bahwa biaya pencatatan nikah mahal dan bervariatif.
81
Dari uraian di atas dijelaskan banyaknya faktor yang menghambat pelaksanaan pencatatan nikah melahirkan anggapan bahwa kepemilikan akta nikah
bagi setiap pasangan suami istri dipandang tidak perlu padahal keadaan seperti itulah yang akan membawa kesulitan pada mereka apabila disuatu saat timbul masalah atau
peristiwa yang pemecahannya memerlukan akta nikah untuk digunakan sebagai pembuktian. Oleh karena itu, akta nikah sangat penting sekali dimiliki oleh setiap
pasangan suami istri walaupun bukan merupakan syarat sah atau tidaknya pernikahan itu.
82
Hal ini berarti bahwa tugas pelaksana pencatatan nikah yang dilakukan oleh Pegawai Pencatat Nikah PPN harus dapat menjangkau seluruh pasangan suami istri
yang beragama Islam, sebab dengan begitu kepentingan para pihak yaitu suami, istri dan anak akan terlindungi. Akan tetapi di dalam pelaksanaannya, masih saja ada
hambatan yang dalam hal ini di wilayah kecamatan Bekasi Utara yaitu terdapat beberapa Amil Ulama yang mau dengan begitu saja menikahkan seorang laki-laki
dan perempuan dengan alas an untuk menghindarkan dari suatu perzinaan tanpa
81
Wawancara Pribadi dengan Bapak Muhammad Riza. Bekasi, 20 April 2011.
82
Wawancara Pribadi dengan Bapak Muhammad Riza. Bekasi, 20 April 2011.
57 melapor hal tersebut pada Pegawai Pencatat Nikah PPN. Hal ini jelas menyulitkan
Pegawai Pencatat Nikah PPN dalam melaksanakan tugasnya dan dapat menghambat pelaksanaan pencatatan terhadap seluruh pasangan suami istri yang menikah di
wilayah kecamatan Bekasi Utara.
83
Untuk mengatasi masalah tersebut, maka Pegawai Pencatat Nikah dan juga Kantor Urusan Agama dalam hal ini telah melakukan beberapa usaha:
1. Melakukan koordinasi kerja dengan setiap Lurah Kepala Desa yang ada di wilayah kecamatan Bekasi Utara dlam rangka mengatasi masalah yang
disebabkan karena pekerjaan Amil Ulama yang dengan sengaja tidak menikahkan laki-laki dengan perempuan, dimana pernikahan itu tanpa dilaporkan
kepada Pegawai Pencatat Nikah atau Kepala Kantor Urusan Agama kecamatan Bekasi Utara, koordinasi kerjanya adalah Lurah dimana Amil diangkat atau
Ulama bertempat tinggal akan mengambil tindakan berupa teguran, pemberian sanksi, pembebasan tugas sementara dan sebagainya. Sehingga bisa memberikan
efej jera bagi pelaku. 2. Menempelkan sticker yang diterbitkan oleh Walikota setempat yang bersifat
persuasif mengenai pentingnya pencatatan nikah pada tempat-tempat khalayak ramai dengan tujuan mensosialisasikan program pencatatan nikah.
3. Mengadakan penyuluhan dan bimbingan pada masyarakat kecamatan Bekasi Utara mengenai betapa pentingnya suatu pernikahan dicatat dan dihadiri oleh
Pegawai Penacatat Nikah atau petugas lain yang ditunjuk. Penyuluhan dan
83
Wawancara Pribadi dengan Bapak Muhammad Riza. Bekasi, 20 April 2011.
58 bimbingan ini terutama ditunjukan untuk remaja usia sekolah SLTP dan SLTA
yang belum menikah dan dilakukan dalam setiap kesempatan seperti dalam acara Maulid Nabi, Isra Mi’raj, Hari Kartini dan lainnya.
84
Melalui kesempatan semacam ini diharapkan bahwa masyarakat akan lebih mengetahui dan menyadari betapa pentingnya suatu pernikahan diterbitkan akta
nikahnya. Kepentingan ini bukan saja menyangkut untuk diri mereka sendiri melainkan juga masyarakat secara keseluruhan sehingga secara tidak langsung dapat
pula menciptakan ketertiban di bidang administrasi perkawinan.
85
E. Analisis Penulis