Teori Tentang Kemampuan yang Mempengaruhi Kinerja Individu

42

II.2. Teori Tentang Kemampuan yang Mempengaruhi Kinerja Individu

SpencerSpencer 1999 dalam Senen 2008 mengemukakan bahwa kemampuan individual merupakan karakter sikap dan perilaku, yang relatif bersifat stabil ketika menghadapi suatu situasi di tempat kerja yang terbentuk dari sinergi antara watak, konsep diri, motivasi internal, serta kapasitas pengetahuan kontekstual. Ada lima karakteristik utama dari kemampuan yang pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja individu karyawan, yaitu; 1. Motif motives, yaitu sesuatu yang dipikirkan atau diinginkan oleh seseorang secara konsisten dan adanya dorongan untuk mewujudkannya dalam bentuk tindakan-tindakan. Marshall 2003 juga mengatakan bahwa motif adalah pikiran-pikiran dan preferensi-preferensi tidak sadar yang mendorong perilaku merupakan sumber kepuasan. Motif mendorong, mengarahkan, dan memilih perilaku menuju tindakan atau tujuan tertentu. 2. Watak traits, yaitu karakteristik mental dan konsistensi respon seseorang terhadap terhadap rangsangan, tekanan, situasi, atau informasi. Hal ini dipertegas oleh Marshall 2003 yang mengatakan bahwa watak adalah karakteristik yang mengakar pada diri seseorang dan mencerminkan kecenderungan yang dimilikinya. Di samping itu, Rindjin 2004 juga mengatakan bahwa watak adalah kebiasaan yang secara sadar dijalankan secara berkelanjutan dan merupakan tingkat tertinggi dari ranah afektif yang meliputi menerima receiving, merespon responding, menilai valuing, dan karakterisasi characterizing. 43 3. Konsep diri self concept, yaitu tata nilai luhur yang dijunjung tinggi oleh seseorang, yang mencerminkan sikap tentang bayangan diri atau sikap diri terhadap masa depan yang dicita-citakan atau terhadap suatu fenomena yang terjadi di lingkungannya. Marshall 2003 juga mengungkapkan bahwa konsep diri adalah gambaran yang dimiliki seseorang mengenai dirinya sendiri dan hal mencerminkan identitas dirinya. Di samping itu, Kreitner and Kinichi 2001 bahwa konsep diri adalah persepsi diri seseorang sebagai mahluk fisik, sosial, dan spiritual. 4. Pengetahuan knowledge, yaitu informasi yang memiliki makna yang dimiliki seseorang dalam bidang kajian tertentu. 5. Keterampilan skill, yaitu kemampuan untuk melakukan suatu pekerjaan fisik atau mental. Dale 2003 mengatakan bahwa keterampilan adalah aspek perilaku yang bisa dipelajari mellaui latihan yang digunakan untuk memenuhi tuntutan pekerjaan. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kualitas dari Sumber Daya Manusia itu sendiri yaitu faktor internal dan ekternal dari individunya sendiri. Faktor internal misalnya moril kerja employee morale dan kemampuan kerja ability serta faktor eksternal yaitu kondisi sosial kerja social condition. Oleh karena itu harus ada upaya dalam membentuk SDM yang berkualitas. Kita ketahui bahwa salah satu ciri dan indikator SDM yang berkualitas adalah yang memiliki kemampuan kerja, kinerjanya bagus dan moral kerja bagus dan kesemuanya itu harus didukung oleh kondisi sosial kerja yang bagus juga. Walaupun memiliki SDM berkualitas akan 44 tetapi jika tidak didukung oleh kondisi sosial kerja yang bagus maka akan sia-sia saja. Apabila di gambarkan dalam sebuah paradigma, maka seperti tampak dalam gambar di bawah ini. Gambar II.1. Paradigma Peningkatan Social Condition, Ability dan Employee Morale dalam Upaya Pengembangan SDM yang Berkualitas Senen, 2008 II.3.Teori Karakteristik Individu Adapun Karakteristik individu dalam organisasi adalah : II.3.1.Karakteristik biografis a. Umur Hubungan antara usia dan kinerja diperkirakan akan terus menjadi isu yang penting dimasa yang akan datang. Hal ini setidaknya disebabkan oleh 3 tiga alasan, yaitu : keyakinan yang meluas bahwa kinerja merosot seiring dengan usia, realita bahwa angkatan kerja menua, dan mulai adanya perundang- undangan yang melarang segala macam bentuk pensiun yang bersifat perintah. Dalam bekerja, umumnya majikan menemukan sejumlah kualitas seperti pengalaman, pertimbangan, etika kerja, dan komitmen terhadap mutu. Social Condition Ability Employee Morale SDM Berkualitas 45 Selain itu, kemungkinan pekerja yang sudah tua akan keluar dari pekerjaan sangatlah kecil karena mereka tidak memiliki banyak alternatif lagi. Karyawan tua juga memiliki tingkat kemangkiran yang disengaja lebih rendah, sedangkan kemangkiran untuk hal-hal tak terhindarkan, seperti sakit, lebih tinggi. Sedangkan mengenai produktivitas yang ikut melemah, hal tersebut tidak terbukti benar adanya b. Jenis kelamin Dari segi jenis kelamin, umumnya tidak ada perbedaan yang konsisten antar pria dan wanita dalam hal kemampuan memecahkan masalah, ketrampilan analisis, dorongan kompetitif, motivasi, sosiabilitas, produktivitas pekerjaan, kepuasan kerja, atau kemampuan belajar. Namun hasil studi menunjukkan bahwa wanita lebih bersedia mematuhi wewenang dibandingkan pria yang lebih agresif dan lebih besar kemungkinannya dalam memiliki pengharapan untuk sukses, namun tetap saja perbedaannya kecil. Biasanya, yang membuat ada perbedaan adalah karena posisi wanita sebagai ibu yang juga harus merawat anak-anaknya. Ini juga yang mungkin menimbulkan anggapan bahwa wanita lebih sering mangkir daripada pria. Jika anak-anak sakit, tentulah ibu yang akan merawat dan menemani dirumah c. Status kawin Hasil riset menunjukkan bahwa karyawan yang menikah lebih sedikit absensinya, mengalami pergantian yang lebih rendah, dan lebih puas terhadap pekerjaan mereka. Dengan adanya perkawinan, karyawan memiliki peningkatan tanggung jawab yang besar seperti memiliki pekerjaan tetap atau kehidupan yang mapan.

d. Masa kerja