Pandangan Buruh Tani Tentang Nasib Sebagai Orang Miskin

AH mengatakan agama, sebagai hal yang sangat penting dalam menjalani kehidupan didunia.... 8 AI pun memaknai agama sebagai jaminan di akhirat kelak, seperti yang diungkapkan AI : “ .. Setahu saya, orang beragam Islam itu jaminan buat dia masuk surga...” 9 Dari pemaparan AI tersebut tersirat bahwa agama mengandung makna sebagai jaminan atau tiket untuk mendapatkan surga, AI memahami bahwa seberat apapun dosa yang dilakukan oleh seseorang maka suatu saat ia akan diangkat juga dari siksaan api neraka dan dimasukannya ke dalam surga, setelah ia mendapat balasan atas dosa-dosa yang ia perbuat. Dari beberapa pernyataan buruh tani tentang makna agama, maka dapat disimpulkan bahwa setiap individu memaknai agama berbeda-beda berdasarkan pemahaman agamanya masing-masing, namun pada intinya mereka memaknai agama sebagai pedoman hidup dalam masyarakat yang harus dimiliki oleh setiap orang karena agama mempunyai peranan penting bagi setiap orang.

C. Pandangan Buruh Tani Tentang Nasib Sebagai Orang Miskin

Kemiskinan diartikan sebagai satu keadaan dimana seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan kelompok dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga mental maupun fisiknya dalam kelompok tersebut, ketika itu individu sadar akan kedudukan ekonomisnya, sehingga mereka mampu untuk mengatakan dirinya kaya atau miskin. Kemiskinan dianggap sebagai masalah 8 Wawancara Pribadi Dengan Informan AH. 9 Wawancara Pribadi Dengan Informan AI sosial apabila perbedaan kedudukan ekonomisnya para warga ditentukan secara tegas. 10 Potret kemiskinan di desa sangat beragam, kemiskinan dapat menjadi suatu yang sangat mencekam karena kemiskinan itu diwariskan dari generasi ke generasi, seorang anak yang tiadak mengenyam pendidkan karena keluarganya berada di bawah garis kemiskinan, akan membawa dirinya menjadi orang miskin ketika ia tumbuh menjadi orang dewasa, nasib dan mungkin usaha mereka yang belum maksimal yang menjadikan mereka seperti itu, tetapi semua itu kembali kepada diri sendiri, apakah mereka menerimanya dengan tulus nasib yang telah digariskan kepada mereka dan memperbaiki keadaannya dengan usaha lebih giat lagi. Pandangan buruh tani terhadap kemiskinan bervariasi diantara mereka ada yang mengatakan bahwa miskin itu adalah orang yang penghasilannya kurang dari kebutuhan pokok sehari-hari, sehingga mereka tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan baik. Mereka juga memandang kemiskinan yang mereka alami dianggapnya sebagai takdir dan tidak ada usaha-usaha untuk mengatasinya sehingga tidak dapat dirubah dan diperbaiki, seperti yang diungkapkan oleh AH kepada penulis : “... yah, mau gimana lagi, inikan semua udah takdir dari Allah, saya ga’ bisa ngapa-ngapain, cuma bisa ngejalanin dengan pasrah...” 11 Akan tetapi tidak semua beranggapan demikian, UN mengatakan bahwa kemiskinan itu bisa dirubah dengan tawakal dan usaha, baginya kemiskinan bukanlah hal yang permanen, selagi ada kemauan untuk kerja keras dan memperbaiki keadaan maka lambat laun semuanya dapat berubah. 10 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2002 h. 407 11 Wawancara Pribadi Dengan Informan AH Keadaan miskin bagi kaum buruh tani bukanlah hal yang memalukan, bahkan diantara mereka beranggapan bahwa kemiskinan mampu memotivasinya untuk terus berusaha dan bekerja keras tanpa mengenal lelah untuk memperbaiki keadaan ekonomi keluarga. Nampaknya kaum buruh tani masih optimis dalam menghadapi kenyataan hidup sebagai orang miskin. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya responden yang mengatakan menerima kemiskinan dengan sabar dan akan tetap berusaha untuk memperbaikinya, namun ada juga yang menerima dengan pasrah tidak punya harapan dan keinginan untuk memperbaikinya.

D. Pengaruh Kemiskinan Terhadap Pengamalan nilai-nilai