Keadaan miskin bagi kaum buruh tani bukanlah hal yang memalukan, bahkan diantara mereka beranggapan bahwa kemiskinan mampu memotivasinya untuk terus
berusaha dan bekerja keras tanpa mengenal lelah untuk memperbaiki keadaan ekonomi keluarga.
Nampaknya kaum buruh tani masih optimis dalam menghadapi kenyataan hidup sebagai orang miskin. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya responden yang
mengatakan menerima kemiskinan dengan sabar dan akan tetap berusaha untuk memperbaikinya, namun ada juga yang menerima dengan pasrah tidak punya harapan
dan keinginan untuk memperbaikinya.
D. Pengaruh Kemiskinan Terhadap Pengamalan nilai-nilai
Keagamaan Kaum Buruh Tani
Mungkin tak salah memang bahwa pengaruh status seseorang sangat menentukan kehidupannya dalam masyrakat, bukan saja di Indonesia yang
merupakan negara majemuk negara yang mempunyai kebudayaan yang beragam, namun hal ini pun terjadi di luar negeri, Italia misalnya yang terjadi pada abad-abad
yang lalu. Dalam pengamatan selama penelitian bahwa masyarakat yang tidak
mempunyai apa-apa atau terbilang miskin yang kerjanya untuk menghidupi keluarga dan menumpang kerja pada orang lain, dalam masalah agama, memang satu sisi ada
yang taat dengan agama dan ada juga yang acuh tak acuh pada agama, dalam masalah shalat misalnya mereka yang shalat itu terhitung jumlahnya. Mereka melakukan
shalat itu biasanya pada hari Lebaran Idul Fitri atau Idul Adha saja itu pun mereka masih ada yang melalaikannya.
Kebanyakan dari mereka tidak mengerti tentang agama, karena dari hal pendidikan kaum buruh ini tidak mempunyai sama sekali, kebanyakan dari mereka
sekolah dasar pun tidak ada yang tamat, sehingga pemahaman tentang agama sangat minim sekali, terlebih lagi diantara mereka masih ada yang enggan mengikuti
pengajian yang ada di masyarakat. Ada beberapa faktor yang menyebabkan mereka enggan mengikuti pengajian;
Pertama, bahwa mereka yang mengikuti pengajian tersebut selalu diocehkan oleh tetangga yang lain seperti yang diungkap oleh masyarakat: “.... Sudahlah tidak perlu
mengaji, toh orang yang mengaji saja kelakuannya masih tidak benar...”, sehingga mereka enggan mengikuti pengajian. Kedua, mereka yang mengikuti pengajian
tersebut kebanyakan dari mereka adalah orang tergolong menengah keatas, sehingga mereka merasa tersisihkan dari pergaulan tersebut.
Dari hasil wawancara penulis, banyak dari masyarakat kelas buruh tani dengan konsidi yang mereka alami itu tidak berpengaruh terhadap keberagamaan
mereka, ini menyatakan bahwa mereka tahu benar bahwa sesudah alam ini ada kehidupan yang menanti di kemudian hari. Sehingga mereka selalu melaksanaan
ibadah seperti yan di ungkap oleh AE dan UN : “Menurut saya sendiri, itu tidak terpengaruh sama sekali karena shalat, puasa
itu kan tidak tergantung pada banyaknya uang seseorang. Ya... shalat mah shalat aja tidak berkenaan dengan ekonom.”
12
Menurut UN : “Kalau bagi saya sih tidak berpengaruh, karena ibadah itu-kan tidak
tergantung pada ekonomi kita, “ dia mengatakan.... buat apa kita punya rumah yang mewah kalau tidak tidak pernah ibadah, anak-anak terlantar, rumah
12
Wawancara Pribadi Dengan Informan AE
tempat kita ini kan cuma buat berteduh, yang abadikan di alam lain, ini menurut saya tidak tahu kalau yang lai.”
13
Dari sini penulis melihat bahwa masyarakat dalam beribadah tidak melihat di
posisi mana mereka berada dan dikelas mana mereka berada, walaupun kondisi ekonomi mereka tergolong lemah tapi dalam hal ibadah mereka tidak mengkaitnya
dengan hal-hal keduniawian. Dari kenyataan diatas bahwa ada dua hal yang dapat kita ambil yaitu,
masyarakat melihat ekonomi tidak dapat menjadi penghambat mereka untuk dapat beribadah kepada Yang Maha Kuasa. Namun di sisi lain ada yang menganggap
bahwa ekonomi dapat menjadi kendala mereka untuk dapat mendekatkan diri mereka seperti yang diungkapkan oleh AH kepada penulis:
“Menurut saya sangat berpengaruh, misalnya nih kalau di rumah tidak ada beras, tentu pikiran saya kacau dan ini bisa menyebabkan kurang
khusuk melaksanakan ibadah”
14
Dari penuturan ini penulis bisa melihat bahwa ekonomi mempunyai peranan bagi seseorang untuk dapat beribadah dengan baik, karena dalam kondisi yang tidak
baik, kita tidak dapat merasakan nikmatnya ibadah yang ada dan nantinya yang dipersalahkan dalam hal ini Tuhan.
E. Perilaku Keberagamaan Buruh Tani