Efektifitas risperidon terhadap perbaikan fungsi kognitif pada skor Mini Mental State Examination dan Clock Drawing Test

(1)

EFEKTIFITAS RISPERIDON TERHADAP PERBAIKAN FUNGSI KOGNITIF PADA SKOR MINI MENTAL STATE EXAMINATION

DAN CLOCK DRAWING TES PADA PASIEN SKIZOFRENIK

TESIS

SAULINA DUMARIA SIMANJUNTAK 080153003

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK –SPESIALIS KEDOKTERAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN SUMATERA UTARA


(2)

EFEKTIFITAS RISPERIDON TERHADAP PERBAIKAN

FUNGSI KOGNITIF PADA SKOR MINI MENTAL STATE EXAMINATION DAN CLOCK DRAWING TES PADA PASIEN SKIZOFRENIK

TESIS

Untuk memperoleh gelar Magister Kedokteran Klinik dalam Program Studi Spesialis Kedokteran Jiwa pada

Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

SAULINA DUMARIA SIMANJUNTAK 080153003

SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(3)

Judul Tesis : Efektifitas risperidon terhadap perbaikan fungsi kognitif pada skor Mini Mental State Examination dan Clock Drawing Test

Nama mahasiswa : Saulina Dumaria Simanjuntak Nomor Induk Mahasiswa : 080153003

Program Magister : Magister Kedokteran Klinik Konsentrasi : Ilmu Kedokteran Jiwa

Menyetujui :

Komisi pembimbing :

dr. H. Harun T Parinduri, SpKJ (K) Ketua

Ketua Program Studi KetuaTKP PPDS I


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 23 Desember 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : dr. Harun T. Parinduri, SpKJ (K) ………

Anggota : 1. Prof.dr. H. Syamsir BS, SpKJ (K) …………... 2. Prof.dr. Bahagia Loebis, SpKJ (K) ……… 3. Prof.dr. H. M. J Simbolon, SpKJ (K) ……… 4. dr. Dapot P.Gultom, Sp KJ, M.Kes ………


(5)

PERNYATAAN

EFEKTIFITAS RISPERIDON TERHADAP PERBAIKAN

FUNGSI KOGNITIF PADA SKORMINI MENTAL STATE EXAMINATION DAN CLOCK DRAWING TES PADA PASIEN SKIZOFRENIK

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah dituliskan atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis mengacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 10 Desember 2010


(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis selama mengikuti

Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa,

sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.

1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara, dan Ketua TKP PPDS I Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara yang telah memberikan kepada saya kesempatan untuk

mengikuti Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu

Kedokteran Jiwa di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. dr. H. Syamsir BS, SpKJ(K), selaku Ketua Departemen Psikiatri FK

USU dan guru penulis, yang banyak memberikan masukan-masukan berharga

kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

3. Prof. dr. Bahagia Loebis, SpKJ(K), selaku Ketua Program Studi PPDS-I

Psikiatri FK USU, guru penulis dalam penyusunan tesis ini, yang dengan

penuh kesabaran dan ketelitian membimbing, mengoreksi, dan memberi

masukan-masukan berharga kepada penulis sehingga tesis ini dapat

diselesaikan.

4. dr. H. Harun Thaher Parinduri, SpKJ(K), selaku guru dan pembimbing

penulis, dalam penyusunan tesis ini, yang dengan penuh kesabaran dan


(7)

5. Prof. dr. H.M. Joesoef Simbolon, SpKJ(K), selaku guru penulis, yang banyak

membagikan pengetahuan dan bimbingan kepada penulis selama mengikuti

pendidikan spesialisasi, khususnya mengenai psikiatri anak dan remaja.

6. dr. Dapot P.Gultom, SpKJ, M.Kes selaku Direktur Badan Layanan Umum

Daerah RSJ Propinsi Sumatera Utara dan guru penulis yang telah memberikan

izin, kesempatan dan fasilitas kepada saya selama mengikuti Program

Pendidikan Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

7. dr. Elmeida Effendy, SpKJ, selaku Sekretaris Program Studi PPDS I

Departemen Psikiatri Fakultas Kedokteran USU Medan dan sebagai guru yang

telah banyak memberi masukan selama mengikuti Program Magister

Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

8. dr. Arlinda Sari Wahyuni, M.Kes, selaku staf pengajar Ilmu Kesehatan

Masyarakat / Ilmu Kedokteran Komunitas / Ilmu Kedokteran Pencegahan FK

USU dan konsultan Metodologi Penelitian dan Statistik penulis dalam

penelitian ini, yang banyak meluangkan waktu untuk membimbing dan

berdiskusi dengan penulis dalam penelitian ini.

9. dr. Juskitar, SpKJ, dr. Mawar Gloria Tarigan, SpKJ, dr. Mustafa Mahmud

Amin SpKJ, dr. Vita Camelia SpKJ dan dr. M. Surya Husada, SpKJ selaku

guru yang telah banyak memberi masukan selama mengikuti Program

Pendidikan Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

10.dr. Donald F. Sitompul, SpKJ; dr. Hj. Sulastri Effendi, SpKJ; dr. Evawaty

Siahaan, SpKJ; dr. Artina Roga Ginting, SpKJ; dr. Rosminta Girsang, SpKJ;

dr. Imat S. Depari, SpKJ; dr. Mariati, SpKJ; dr. Paskawani Siregar, SpKJ; dr.


(8)

SpKJ; dr. Freddy S. Nainggolan SpKJ; dr. Yusak P. Simanjuntak SpKJ;

dr. Adhayani Lubis SpKJ; dr. Juwita Saragih SpKJ; dr Rudyhard Hutagalung

SpKJ; dr Laila Sari SpKJ; dr Friedrich Lupini SpKJ; dr. Evalina

Perangin-angin, SpKJ; dr.Victor Eliezer Pinem, SpKJ; dr.Siti Nurul, SpKJ; dr.Lailan

Sapinah, SpKJ, sebagai senior, yang banyak memberikan bimbingan,

dorongan dan semangat kepada penulis selama mengikuti Program Pendidikan

Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

11.Direktur Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, Direktur

Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan atas izin, kesempatan dan

fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk belajar dan bekerja selama

penulis mengikuti Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran

Jiwa .

12.Teman-teman sejawat peserta PPDS-I Psikiatri FK USU: dr. Silvy Agustina

Hasibuan, dr. Herny T. Tambunan, dr. Mila Astari Harahap, dr. Ira Aini

Dania, dr. Baginda Harahap, dr. Muhammad Yusuf, dr. Ricky Wijaya Tarigan,

dr. Superida Ginting Suka, dr. Ferdinan Leo Sianturi, dr. Lenni Crisnawati

Sihite, dr. Hanip Fahri, dr. Endang Sutry Rahayu, dr. Duma M. Ratnawati, dr.

Dian Budianti Amalina, dr.Tiodoris Siregar, dr. Andreas Xaverio Bangun, dr.

Nirwan Abidin, dr. Nauli Aulia Lubis, dr. Nanda Sari Nuralita, dr. Wijaya

Taufik Tiji, dr. Alfi Syahri Rangkuti, dr. Agussyah Putra, dr. Rini Gusya Liza,

dr. Gusri Girsang yang banyak memberi masukan berharga kepada penulis

melalui diskusi-diskusi kritis dalam berbagai pertemuan formal maupun


(9)

semangat kepada penulis menyelesaikan Program Pendidikan Magister

Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa

13.Para perawat dan pegawai di berbagai tempat dimana penulis pernah bertugas

selama menjalani pendidikan spesialisasi ini, serta berbagai pihak yang tidak

dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah banyak membantu penulis

dalam menjalani Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik Spesialis

Ilmu Kedokteran Jiwa.

14.Semua pasien skizofrenik beserta orang tua/wali mereka yang telah bersedia

berpartisipasi secara sukarela dalam penelitian untuk keperluan tesis ini.

15.Kedua almarhum orang tua yang sangat penulis hormati dan cintai selama

masa hidupnya: (alm) drs. M.P Simanjuntak dan ibunda (alm) T.L Bakara

yang selama masa hidupnya telah bersusah payah membesarkan, memberikan

rasa aman, dan cinta kepada penulis selama ini.

16.Seluruh saudara kandung saya : Hamonangan Antonius Simanjuntak, SH;

dr. Herawaty M Simanjuntak; Bintang Kesuma Widyawaty Simanjuntak, SE

dan kakak/ adik ipar saya: Minaria Simanjorang, S.Com; drg. Veronica H

Bakara, Ferry Martin Marpaung, ST dan Sinode Godang Sinaga, SP; yang

telah banyak memberi semangat dan doa kepada penulis selama menjalani

Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran


(10)

Akhir kata, semoga Tuhan Yang Maha Pengasih membalas semua jasa dan

budi baik mereka yang telah membantu penulis tanpa pamrih dalam mewujudkan

cita-cita penulis.

Medan, Desember 2010


(11)

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

BLUD : Badan Layanan Umum Daerah

PPDGJ III : Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di

Indonesia III

BPRS : Brief Psychiatric Rating Scale MMSE : Mini Mental State Examination

CDT : Clock Drawing Test D2 : Dopamin tipe 2

5 HT2 : 5- Hydroxytryptamine 2

SPSS : Statistical Package for the Social Sciences

n : Besar sampel minimum

Sd : Simpang baku dari rerata selisih

d : Selisih rerata kedua kelompok yang bermakna

Zα : Derivat baku normal untuk α Zβ : Derivat baku normal untuk β


(12)

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan Tesis ii

Ucapan Terima kasih v

Daftar Singkatan dan Lambang x

Daftar Isi xi Daftar Tabel xiii

Abstrak xiv BAB 1. PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang 1 1.2Rumusan Masalah 4 1.3Hipotesis 5

1.4Tujuan Penelitian 5

1.4.1. Tujuan Umum 5 1.4.2. Tujuan Khusus 5

1.5 Manfaat Penelitian 5

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 6

2.1 Risperidon 7

2.2 MMSE 8

2.3 CDT 8

2.4 BPRS 9

2.5 Kerangka Konseptual 10

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian 11

3.2 Tempat dan Waktu 11

3.3 Populasi dan sampel 11

3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi 11

3.4.1 Kriteria Inklusi 11

3.4.2 Kritera Eksklusi 12

3.5 Perkiraan Besar Sampel 12

3.6 Persetujuan/Informed Concent 13 3.7 Etika Penelitian 13

3.8 Cara Kerja 13

3.9 Identifikasi Variabel 16

3.10 Rencana Manajemen 16

3.11 Definisi Operasional 16

BAB 4. HASIL 18 BAB 5. PEMBAHASAN 21 BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN 22

6.1 Kesimpulan 22


(13)

Ringkasan

Daftar Rujukan 23

Lampiran :

1. Personil Penelitian 26

2. Biaya Penelitian 26

3. Jadwal Penelitian 26

4. Lembar Penjelasan Kepada Keluarga 27 5. Persetujuan Setelah Penjelasan 29 6. Data Sampel Penelitian 30 7. Formulir Mini Mental State Examination 31 8. FormulirClock Drawing Test 33 9. Formulir Brief Psychiatric Rating Scale 34 10.Tabel Data Statistik 47 11.Persetujuan Komite Etik 51 12.Riwayat Hidup Peneliti 52


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Distribusi sampel penelitian berdasarkan karakteristik demografik 18

Tabel 4.2 Sampel statistik berpasangan 19


(15)

ABSTRAK

Latar Belakang : Beberapa penelitian seperti penelitin Golberg dan kawan-kawan yang melakukan percobaan klinis menganjurkan untuk menggunakan obat antipsikotik generasi kedua yang secara signifikan dapat meningkatkan fungsi kognitif pada pasien skizofrenik. Adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektifitas risperidon terhadap perbaikan skor Mini Mental State Examination dan

Clock Drawing Test.

Metode: Penelitian analitik dengan pendekatan eksperimental one group pre test-post test design, teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik non probability sampling jenis consecutive sampling, desain yang digunakan cross sectional study, dilakukan terhadap 30 orang pasien skizofrenik yang datang berobat ke poli Psikiatri Umum BLUD RSJ Pemerintah Provinsi Sumatera Utara,selama periode 1 Maret 2010-31Agustus 2010. Pasien skizofrenik yang memenuhi kriteria inklusi (memenuhi kriteria PPDGJ-III, berusia 20–50 tahun, bersedia sebagai subyek penelitian, pertama kali kontak dengan peneliti, fase akut dan kooperatif). Yang termasuk kriteria eksklusi (pasien skizofrenik yang komorbiditas penyakit medis umum dan atau gangguan psikiatrik lainnya, keadaan hamil dan menyusui, hipersensitifitas terhadap risperidon, tidak tamat SMA/sederajat) menjalani wawancara langsung secara autoanamnese dengan menggunakan skala pengukuran BPRS kemudian menjalani pemeriksaan MMSE dan CDT. Hasil skala pengukuran BPRS,skor MMSE dan CDT pada saat awal sebelum pengobatan dibandingkan dengan sesudah pengobatan minggu kedelapan.

Hasil : Dari 30 sampel pasien skizofrenik yang mendapat pengobatan risperidon terdiri dari kelompok umur yang terbanyak adalah umur 21-40 tahun sebanyak 13 orang (43,3%), jenis kelamin laki-laki sebanyak 27 orang (90%), tingkat pendidikan SMU/ sederajat sebanyak 26 orang (86,7%).

Pada minggu pertama nilai rerata dari BPRS = 39,0 (SD 2,5), nilai rerata dari MMSE = 15,40 (SD 3,2), dan nilai rerata dari CDT = 1,37 (SD 0,5).

Pada minggu kedelapan nilai rerata dari BPRS = 16,93 (SD 2,3), nilai rerata dari MMSE= 24,53 (SD 3,0), nilai rerata dari CDT = 3,47 (SD 0,6).

Dari nilai uji t- independen terlihat ada perbedaan bermakna antara perbandingan nilai rerata 2 kelompok BPRS, MMSE, dan CDT sebelum dan sesudah p = 0,001 .

Kesimpulan : Dari penelitian ini didapati bahwa risperidon efektif memperbaiki fungsi kognitif pada pasien skizofrenik berdasarkan adanya perbedaan bermakna paada skor MMSE dan CDT (p = 0,0001).


(16)

ABSTRAK

Latar Belakang : Beberapa penelitian seperti penelitin Golberg dan kawan-kawan yang melakukan percobaan klinis menganjurkan untuk menggunakan obat antipsikotik generasi kedua yang secara signifikan dapat meningkatkan fungsi kognitif pada pasien skizofrenik. Adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektifitas risperidon terhadap perbaikan skor Mini Mental State Examination dan

Clock Drawing Test.

Metode: Penelitian analitik dengan pendekatan eksperimental one group pre test-post test design, teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik non probability sampling jenis consecutive sampling, desain yang digunakan cross sectional study, dilakukan terhadap 30 orang pasien skizofrenik yang datang berobat ke poli Psikiatri Umum BLUD RSJ Pemerintah Provinsi Sumatera Utara,selama periode 1 Maret 2010-31Agustus 2010. Pasien skizofrenik yang memenuhi kriteria inklusi (memenuhi kriteria PPDGJ-III, berusia 20–50 tahun, bersedia sebagai subyek penelitian, pertama kali kontak dengan peneliti, fase akut dan kooperatif). Yang termasuk kriteria eksklusi (pasien skizofrenik yang komorbiditas penyakit medis umum dan atau gangguan psikiatrik lainnya, keadaan hamil dan menyusui, hipersensitifitas terhadap risperidon, tidak tamat SMA/sederajat) menjalani wawancara langsung secara autoanamnese dengan menggunakan skala pengukuran BPRS kemudian menjalani pemeriksaan MMSE dan CDT. Hasil skala pengukuran BPRS,skor MMSE dan CDT pada saat awal sebelum pengobatan dibandingkan dengan sesudah pengobatan minggu kedelapan.

Hasil : Dari 30 sampel pasien skizofrenik yang mendapat pengobatan risperidon terdiri dari kelompok umur yang terbanyak adalah umur 21-40 tahun sebanyak 13 orang (43,3%), jenis kelamin laki-laki sebanyak 27 orang (90%), tingkat pendidikan SMU/ sederajat sebanyak 26 orang (86,7%).

Pada minggu pertama nilai rerata dari BPRS = 39,0 (SD 2,5), nilai rerata dari MMSE = 15,40 (SD 3,2), dan nilai rerata dari CDT = 1,37 (SD 0,5).

Pada minggu kedelapan nilai rerata dari BPRS = 16,93 (SD 2,3), nilai rerata dari MMSE= 24,53 (SD 3,0), nilai rerata dari CDT = 3,47 (SD 0,6).

Dari nilai uji t- independen terlihat ada perbedaan bermakna antara perbandingan nilai rerata 2 kelompok BPRS, MMSE, dan CDT sebelum dan sesudah p = 0,001 .

Kesimpulan : Dari penelitian ini didapati bahwa risperidon efektif memperbaiki fungsi kognitif pada pasien skizofrenik berdasarkan adanya perbedaan bermakna paada skor MMSE dan CDT (p = 0,0001).


(17)

 

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Skizofrenia merupakan suatu gangguan jiwa berat yang perjalanan

penyakitnya berlangsung kronis1, umumnya ditandai oleh distorsi pikiran dan persepsi yang mendasar dan khas, dan oleh afek yang tidak wajar (inappropriate) atau tumpul (blunted).2

Prevalensi skizofrenia antara pria dan wanita sama, namun berbeda dalam

timbulnya serangan pertama.3 Puncak serangan pada pria antara usia 10-25 tahun dan wanita antara 25-35 tahun. Sekitar 90% pasien yang mendapat pengobatan

skizofrenia berusia antara 15-55 tahun. Jarang dilaporkan serangan dibawah usia

10 tahun atau diatas 60 tahun.4

Penelitian terhadap pasien skizofrenik dengan pengobatan risperidon efektif

untuk menurunkan total skor gejala positif dan negatif. Dosis awal risperidon

umumnya 1-2 mg/hari, titrasi perlahan-lahan dilakukan bila efek samping dapat

ditolerir pasien secara klinis. Sekitar 90% pasien dapat diobati secara optimal

dengan dosis di bawah 6 mg/hari. Dosis risperidon 10 mg/ hari atau lebih dapat

menyebabkan simtom ekstrapiramidal yang sebanding dengan haloperidol.5-6 Dosis inisial risperidon diberikan 2 kali sehari, tetapi beberapa studi telah

memperlihatkan efikasi yang sama tanpa peningkatan efek samping yang

bermakna dengan dosis sekali sehari. Hal ini disebabkan oleh waktu paruh yang

panjang dari metabolit aktifnya. Efektifitas penuh umumnya dicapai dalam 4-6

minggu pengobatan. Lama terapi sama seperti pengaturan pada penggunaan


(18)

Pada pasien skizofrenik fungsi kognitif mengalami kemunduran, biasanya

muncul dengan ketidakmampuan melaksanakan aktivitas yang menjadi kunci

utamanya, maka penting adanya komitmen dari klinisi untuk lebih memfokuskan

terhadap pengobatan yang dapat membantu pasien ke fase premorbid pada tingkat

fungsi kognitifnya sehingga mereka dapat kembali ke fungsi mereka.7

Beberapa penelitian seperti penelitian Golberg dan kawan-kawan yang

melakukan percobaan klinis menganjurkan untuk menggunakan obat anti psikotik

generasi kedua yang secara signifikan dapat meningkatkan fungsi kognitif pasien

skizofrenik, walau tidak satupun dalam penelitian ini memasukkan kelompok

yang sehat sebagai kontrol. Studi naturalistik pada pasien skizofrenia episode

pertama menunjukkan bahwa mereka memiliki gangguan neurokognitif

substansial untuk 1,0 sampai 2,0 SD termasuk memori untuk bekerja, perhatian,

kecepatan pemprosesan, dan memori episodik.8

Menurut penelitian Muller dan kawan-kawan, pasien skizofrenik yang diobati

dengan antipsikotik atipikal menunjukkan kinerja yang lebih baik yang bermakna

terhadap tes digit ordering bila dibandingkan dengan mereka yang neuroleptik konvensional (5,0 ± 0,9 dibandingkan dengan 4,4 ± 1,3; p < 0,05).9

switch)

pe

pa

daya pikir abstrak dan nyata, mental speed secara signifikan mengalami perbaikan 15% hingga 62% dan setelah 3 bulan mengalami perbaikan sampai mencapai 8%


(19)

Hasil penelitian yang telah dilakukan Dania, dengan menggunakan risperidon

maka rata-rata MMSE minggu pertama 11,7 (SD ± 3,7), minggu kesembilan 23,3

(SD ± 2,3) p = 0,001 berarti p < 0,005 ada perbedaan yang signifikan antara

minggu pertama dan minggu kesembilan. 11

Hasil penelitian Herrmann dan kawan-kawan menemukan pasien skizofrenik

lebih buruk daripada kontrol pada tes CDT (SD ± 0,88), meskipun kedua

kelompok memiliki skor serupa pada MMSE. Ada kemungkinan bahwa tes CDT

lebih sensitif terhadap kerusakan kognitif daripada MMSE, mengingat

kekurangan kepekaan terhadap disfungsi sistem frontal. Tingkat keparahan

skizofrenia secara signifikan dipengaruhi nilai BPRS, tes CDT dapat mengukur

penurunan keparahan gejala daripada perubahan sifat yang berhubungan dengan

defisit neurokognitif yang melekat terhadap penyakit.12

Pada studi lain, pasien skizofrenik dengan gejala-gejala negatif (N=16)

memiliki skor signifikan lebih rendah pada MMSE dibandingkan dengan pasien

skizofrenik dengan gejala positif (N=18) atau gejala campuran (N=18).13 Tes - reliabilitas tes ulang dari MMSE ditemukan 0,60 - 0,74 selama 4 - 6 minggu

interval pada pasien skizofrenik (N = 22). Dalam studi lain, 23% dari pasien

skizofrenik menghasilkan skor ≤ 25 pada MMSE (N = 19) memiliki ventrikel lateral yang sangat besar pada gambaran CT, hanya 5% pasien skizofrenik

mendapat skor > 25 pada tes (N = 36) yang memiliki ventrikel sangat besar.13 Hasil penelitian Bozikas dkk pada tahun 2002, karakteristik klinis skor MMSE

dan skor CDT terhadap kelompok subjek pasien skizofrenik mean = 20,75, SD ± 4,98 ; BPRS skor rata-rata 50,56 (SD ± 9,68, range 33-70).14 Koefisien korelasi gagal untuk menghasilkan suatu hubungan antara variabel umur, tingkat


(20)

pendidikan, dan durasi penyakit pada skor CDT. Sebaliknya, MMSE berkorelasi

secara signifikan dengan semua lima syarat jam: free-drawn 0,78, p < 0,001;

pre-drawn 0,74, p < 0,001; dan examiner conditions (misalnya 11.10) 0,73, p < 0,001. 14

Menurut penelitian Bozikas dkk pada tahun 2004, yang dilakukan terhadap

pasien skizofrenik menunjukkan korelasi yang tinggi dengan MMSE rata-rata

0,40-0,54. Validitas pengukuran harus diuji dengan menentukan kerjasama

dengan tes neuropsikologi lain yang banyak digunakan untuk menilai fungsi

kognitif pada pasien skizofrenik. Bagaimanapun juga, ini berhubungan dengan

MMSE, tes skrining yang lain tidak cukup untuk menunjukkan apakah CDT

adalah indikator yang berguna untuk status kognitif pada skizofrenia.15 Fakta, bahwa CDT cukup sensitif untuk mendeteksi kerusakan kognitif yang melekat

pada skizofrenia, juga selain berkorelasi dengan keparahan gejala, membuat tes

ini berguna dalam menilai cognitive state pada skizofrenia. MMSE dan CDT sederhana dan praktis, dua keuntungan yang berbeda penggunaannya dalam setiap

praktek klinis sehari-hari.15

1.2 Rumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan

masalah penelitian sebagai berikut : Apakah penggunaan risperidon dapat

memperbaiki fungsi kognitif pada skor Mini Mental State Examination (MMSE)


(21)

1.3 Hipotesis

Penggunaan risperidon dapat memperbaiki fungsi kognitif pada skor Mini Mental State Examination dan Clock Drawing Test.

1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan umum:

Untuk mengetahui pengaruh efektifitas risperidon terhadap perbaikan fungsi

kognitif pada pasien skizofrenik.

1.4.2 Tujuan khusus:

Untuk mengetahui efektifitas risperidon terhadap perbaikan fungsi kognitif pada

skor Mini Mental State Examination dan Clock Drawing Test pada pasien skizofrenik.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Mendapat informasi tentang pengobatan yang dapat memperbaiki fungsi

kognitif pada pasien skizofrenik.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan penelitian selanjutnya

atau yang sejenis atau penelitian lain yang memakai penelitian ini sebagai


(22)

 

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Skizofrenia adalah suatu kumpulan gangguan kepribadian yang terbelah

dengan karakteristik berupa gangguan pikiran (asosiasi longgar, waham),

gangguan persepsi (halusinasi), gangguan suasana perasaan (afek tumpul, datar,

atau tidak serasi), gangguan tingkah laku (bizarre, tidak bertujuan, stereotipi atau inaktivitas) serta gangguan pengertian diri dan hubungan dengan dunia luar

(kehilangan batas ego, pikiran dereistik, dan penarikan autistik). Kesadaran yang

jernih dan kemampuan intelektual biasanya tetap dipertahankan walaupun defisit

kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.1

Skizofrenia berupa sindrom yang heterogen, dimana diagnosisnya belum

dapat ditegakkan memakai suatu uji laboratorium tertentu. Diagnosisnya

ditegakkan berdasarkan sekumpulan simtom yang dinyatakan karakteristik untuk

skizofrenia. Skizofrenia dimulai antara masa remaja menengah sampai dewasa

muda, lebih sering mengenai laki-laki daripada perempuan, dan laki-laki bila

menderita skizofrenia akan lebih parah daripada perempuan.1

Pemilihan antipsikotik umumnya berdasarkan pada efikasi dan

keamanannya. Saat ini, karena efikasi dan profil efek sampingnya yang

menguntungkan, antipsikotik atipikal sering digunakan sebagai obat lini pertama

pada pengobatan skizofrenia. Diantara antipsikotik atipikal, risperidon merupakan

agen antipsikotik yang paling banyak diresepkan oleh psikiater di Amerika

Serikat.4,7 Kognitif merupakan suatu proses mengetahui lebih tepat, mengetahui berpikir, memperhatikan dan belajar membuat keputusan. Struktur yang


(23)

didalamnya sensasi, persepsi, perhatian, pembelajaran, memori, bahasa, berpikir,

alasan. Kognitif menggambarkan secara luas interaksi antara ilmu pengetahuan

yang melibatkan proses sensorik antara proses yang bersifat otomatis. Kognitif

juga digunakan secara luas oleh indera untuk mengartikan suatu tindakan untuk

menjadi tahu melalui pengetahuan yang didapat dalam kehidupan sosial atau

sentuhan budaya. Gangguan fungsi kognitif berkembang sejak episode pertama

pada hampir semua penderita psikosis. Hendaya dalam fungsi kognitif

mengakibatkan ketidakmampuan pada pasien skizofrenik untuk fungsi pekerjaan

yang sebelumnya baik.4,12

Gangguan fungsi kognitif pada pasien skizofrenik seringkali dijumpai , dan

melibatkan banyak hal. Secara spesifik gangguan fungsi kognitif yang paling

sering ditemukan yaitu defisit memori, fungsi eksekutif, atensi. Gangguan fungsi

kognitif yang lain juga mengalami gangguan yaitu fungsi berbahasa, inteligensia

dan orientasi.10,12 Fungsi memori merupakan fungsi kognitif yang paling sering mengalami gangguan. Gangguan memori jangka pendek maupun jangka panjang

terganggu pada pasien skizofrenik. Akibat gangguan memori jangka pendek

pasien skizofrenik sulit mempelajari hal-hal baru. Gangguan memori dapat

ditemukan pada pasien skizofrenik episode pertama. Defisit memori tidak

berhubungan dengan kronisitas penyakit. 4,12

2.1 RISPERIDON

Risperidon dilisensi untuk psikosis akut dan kronik.15 Memblok dopamin 2 dan 5 HT2, telah terbukti efektif terhadap gejala positif dan negatif serta

meningkatkan fungsi kognitif.15 Dosis optimum sekitar 4-6 mg/hari.15 Dosis yang sangat rendah 1-2 mg/hari dapat menghasilkan perbaikan yang dramatis pada fase


(24)

prodromal atau skizofrenia episode pertama. Risperidon 4 mg/hari memiliki onset

lebih cepat dari tindakan psikosis/ skizofrenia dibandingkan dengan haloperidol

10 mg/hari, terutama selama minggu pertama.15

2.2 MMSE

MMSE adalah status mental yang mudah diberikan yang telah terbukti

menjadi instrumen yang sangat handal dan berlaku untuk mendeteksi dan melacak

perkembangan penurunan kognitif yang terkait dengan penyakit

neurodegeneratif.13 MMSE pada awalnya dirancang untuk memberikan penilaian singkat standar status mental untuk membedakan antara gangguan organik dan

fungsional pada pasien psikiatrik. Hasil Mini Mental State Examination (MMSE)

telah menunjukkan korelasi secara signifikan terhadap tes yang bervariasi dimana

ukuran inteligensi, memori, dan aspek lain dari fungsi kognitif bervariasi pada

setiap populasi.13

2.3 CDT

Clock Drawing Test adalah suatu alat screening yang digunakan untuk menilai dan mengevaluasi kerusakan fungsi kognitif. CDT menggambarkan

proses fungsi kognitif secara multipel termasuk kemampuan untuk mendengar

instruksi (petunjuk), akses representasi semantik dari jam secara konseptual dan

kemampuan yang terencana, dan visupoperceptual, visuospatial dan ketrampilan

visuomotor.14,17


(25)

fungsi visual analitik. Lebih khususnya, juga mengevaluasi kemampuan untuk

mengambil representasi waktu dari memori (memori semantik) dan

mengartikannya ke dalam suatu hubungan visuospatial yang lebih familier.15 Menurut Meltzer dan Mc Gurk pada tahun 1999, pasien skizofrenik secara luas

memiliki beraneka segi gangguan di berbagai domain dari fungsi neurokognitif, termasuk memori semantik, perhatian dan fungsi eksekutif.14 Menurut Herrmann dkk pada tahun 1999, CDT telah disarankan sebagai alat yang berguna dalam

penilaian kognitif pada skizofrenia dan sebagai dokumentasi perubahan kognitif

positif dan negatif yang terkait dengan pemberian obat antipsikotik.14

CDT yang telah dimodifikasi di Indonesia oleh DR.dr. Martina WS Nasrun

yaitu bila pasien mampu menggambar lingkaran jam diberi nilai skor 1, mampu

menulis angka jam yang benar diberi nilai skor 1, mampu meletakkan angka jam

pada lokasi yang benar diberi nilai skor 1, mampu menunjukkan jam yang benar

misalnya pada jam 11.10 diberi nilai 1. Total skor nomal pada penilaian fungsi

kognitif adalah 4. Gangguan fungsi kognitif (+) bila skor < 4.18

2.4 BPRS (The Brief Psychiatric Rating Scale)

BPRS adalah suatu skala pengukuran yang digunakan untuk menilai

keparahan simtom positif dan simtom negatif pada pasien gangguan psikotik dan

menilai perubahan pada pasien psikotik, termasuk menilai gangguan berpikir,

emotional withdrawal dan retardasi, ansietas dan depresi, sifat permusuhan dan kecurigaan.19


(26)

2.5 Kerangka Konseptual

Pasien Skizofrenik berdasarkan

PPDGJ III

Pre tes :

Fungsi kognitif :- MMSE dan CDT

Risperidon

Post test :


(27)

 

BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan

eksperimental One group pre test – post test design untuk melihat pengaruh efektifitas risperidon terhadap perbaikan skor Mini Mental State Examination dan

Clock Drawing Test pada pasien skizofrenik.20

3.2 Tempat dan Waktu

Tempat penelitian: Poli Jiwa BLUD Rumah Sakit Jiwa Propinsi Sumatera

Utara, Medan. Waktu penelitian: dilaksanakan dalam periode waktu 6 bulan

(1Maret 2010-31 Agustus 2010).

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi target: pasien skizofrenik.

2. Populasi terjangkau: pasien skizofrenik yang datang berobat ke poli RSJ

Prop. Sumatera Utara Medan periode 1 Maret 2010 –31 Agustus 2010.

3. Sampel penelitian: 30 pasien skizofrenik dari populasi penelitian yang

memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Cara pengambilan sampel dengan

non probability sampling jenis consecutive sampling.

3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi 3.4.1 Kriteria Inklusi

1. Pertama kali bertemu dengan pemeriksa.


(28)

3. Penderita skizofrenik yang sesuai dengan kriteria PPDGJ III.

4. Pasien skizofrenia fase akut.

5. Usia 20 tahun sampai dengan 50 tahun.

3.4.2 Kriteria Eksklusi

1. Pasien skizofrenik yang komorbiditas penyakit medis umum dan atau

gangguan psikiatrik lainnya.

2. Keadaan hamil dan menyusui.

3. Hipersensitifitas terhadap risperidon.

4. Tidak tamat SMA/sederajat.

3.5 Perkiraan Besar Sampel

Informasi yang diperlukan berbeda untuk dua kelompok independen : 20 • Simpang baku dari rerata selisih, s

d ( dari pustaka)

• Selisih rerata kedua kelompok yang bermakna, d (clinical judgment) • Kesalahan tipe I, a (ditetapkan)

• Kesalahan tipe II,b (ditetapkan)

Rumus yang digunakan :

Sd = 3,19 d = 2

Ditentukan untuk nilai α = 5% → Zα = 1,645 Ditentukan untuk nilai β = 10% → Zβ = 1,282 n = 21,8 → 30


(29)

3.6 Persetujuan setelah penjelasan/ Informed Consent

Semua subyek penelitian akan diminta persetujuan dari orangtua atau keluarga

terdekat setelah terlebih dahulu diberi penjelasan sebelum diberikan pengobatan

dengan menggunakan risperidon pada pasien skizofrenik.

3.7 Etika Penelitian

Penelitian ini telah mendapat persetujuan dari Komite Etika penelitian di

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3.8 Cara Kerja

Dilakukan wawancara secara autoanamnesis dan alloanamnesis pada pasien

dan keluarga yang membawa berobat serta pemeriksaan status mental pada pasien

yang berobat ke Poli Psikiatri dengan pedoman status Psikiatri FK-USU. Pasien

yang memenuhi kriteria diagnosis untuk skizofrenia berdasarkan Pedoman

Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III (PPDGJ III).

Seluruh pasien skizofrenik yang memenuhi kriteria inklusi mengisi

persetujuan secara tertulis setelah mendapatkan penjelasan yang terperinci dan

jelas untuk ikut serta dalam penelitian. Selanjutnya subjek penelitian akan

menjalani pemeriksaan Mini Mental State Examination (MMSE) dan Clock Drawing Test (CDT) sebelum mendapat intervensi pengobatan.

Pertama, pasien akan diukur tingkat keparahannya dengan menggunakan

BPRS, kemudian pasien akan menjalani pemeriksaan MMSE dan CDT pada fase

akut sebelum mendapat intervensi pengobatan. Tiga puluh sampel akan


(30)

Dosis awal risperidon 2 mg/hari, tiap 2 minggu diamati dan dosis dititrasi

perlahan-lahan sampai mencapai 4 mg/hari selama 8 minggu. Bila pasien tidak

mencapai remisi klinis setelah 2 minggu pemberian risperidon, maka pasien

dianggap tidak berespons terhadap pengobatan dengan risperidon dan dikeluarkan

dalam penelitian ini. Selanjutnya pada pasien akan diberikan pengobatan dengan

antipsikotik lain. Selama penelitian berlangsung, obat tambahan yang boleh

diberikan kepada pasien hanya dibatasi pada trihexypenidyl dengan dosis 4 mg/hari (dibagi menjadi 2 kali pemberian).

Kemudian dilakukan pemeriksaan kembali pada minggu kedelapan, untuk

menilai tingkat keparahan pasien skizofrenik digunakan skala pengukuran BPRS

dan untuk menilai perbaikan fungsi kognitif digunakan skor MMSE dan CDT.

Hasil penilaian skor MMSE dan CDT pada saat awal sebelum pengobatan dengan


(31)

KERANGKA KERJA

Pasien Skizofrenik

Kriteria Eksklusi

Pre Test

BPRS, MMSE , CDT

Post Test BPRS, MMSE, CDT

Risperidon

Fungsi Kognitif Kriteria Inklusi


(32)

3.9 Identifikasi Variabel

Variabel tergantung : fungsi kognitif, skor MMSE, dan skor CDT

Variabel bebas : risperidon.

3.10 Rencana Manajemen dan analisis data

Untuk menilai fungsi kognitif pada pasien skizofrenik yang diobati dengan

risperidon dengan menggunakan skala pengukuran Mini Mental State Examination dan Clock Drawing Test.

Hasil skor MMSE dan CDT pada saat sebelum dan sesudah pengobatan

dimasukkan ke dalam data dan kemudian ditabulasi dan diolah. Analisis statistik

menggunakan chi-square. Pengolahan dan analisis data dengan menggunakan uji statistik SPSS.

3.11 Definisi Operasional

a. Pasien skizofrenik adalah pasien yang memenuhi kriteria diagnostik

skizofrenia (F 20) berdasarkan PPDGJ III.

b. MMSE adalah suatu alat screening yang digunakan secara luas untuk menilai dan mengevaluasi kerusakan fungsi kognitif termasuk

didalamnya untuk mengukur orientasi terhadap tempat dan waktu,

memori segera, memori verbal, perhitungan, bahasa dan construct ability.

Pada masing-masing bagian memiliki nilai skor maksimum 30/30.

Stadium ringan MMSE 21-26, stadium sedang MMSE 10-20, stadium


(33)

menggambarkan proses fungsi kognitif secara multipel termasuk

kemampuan untuk mendengar instruksi, akses representasi semantik dari

jam, secara konseptual dan kemampuan yang terencana, dan

visuoperceptual, visuospatial dan ketrampilan visuomotor. CDT yang telah dimodifikasi di Indonesia oleh DR.dr.Martina W.S Nasrun,MD;

yaitu skor 1 mampu menggambar lingkaran jam, skor 1 mampu menulis

angka jam yang benar, skor 1 mampu meletakkan angka jam pada lokasi

yang benar, skor 1 mampu menunjukkan jam yang benar misalnya pada

jam 11.10.

Total skor normal = 4. Gangguan fungsi kognitif (+) bila skor < 4.

c. BPRS adalah suatu skala pengukuran yang digunakan untuk menilai

keparahan perjalanan penyakit pada skizofrenia.

d. Kelompok umur adalah lamanya hidup sejak lahir yang dinyatakan dalam

satu tahun. Umur 21-30 tahun, 31-40 tahun, 41-50 tahun.

e. Jenis kelamin, dibedakan atas laki-laki dan perempuan.

f. Tingkat pendidikan : jenjang pendidikan yang telah diikuti atau sedang

dijalani responden melalui pendidikan formal : tamatan SMA/ sederajat

atau akademi/ perguruan tinggi.

g. Fase akut : dijumpai gambaran psikotik yang jelas, misalnya adanya

waham, halusinasi, gangguan proses pikir. Gejala negatif menjadi lebih

parah dimana individu sudah tidak dapat mengurus dirinya sendiri.


(34)

 

Sebanyak 30 pasien skizofreni

Jiwa Provinsi Sumatera Utara mendapat pengobatan risperidon, yang dipilih

secara non probability sampling jenis executive sampling periode 1 Maret 2010 sampai 31 Agustus 2010.

Tabel 4.1. Distribusi sampel penelitian berdasarkan karakteristik demografik

Varibel Jumlah %

Umur

21 – 30

31 – 40

41 – 50

Jumlah 12 13 5 30 40,0 43,3 16,7 100,0 Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah 27 3 30 90,0 10,0 100,0 Tingkat pendidikan SMA/Sederajat Perguruan Tinggi Jumlah 26 4 30 86,7 13,3 100,0


(35)

Dari tabel 4.1 diatas dapat diamati bahwa sampel yang paling banyak adalah

kelompok umur 31-40 tahun sebanyak 13 orang (43,3%), jenis kelamin laki-laki

sebanyak 27 orang (90%), tingkat pendidikan SMA/sederajat sebanyak 26 orang

(86,7%).

Tabel 4.2. Sampel statistik berpasangan

n Mean Standar deviasi BPRS 1

BPRS 8

30 30 39,00 16,93 2,5 2,3 MMSE 1

MMSE 8

30 30 15,40 24,53 3,2 3,0

CDT 1

CDT 8

30 30 1,37 3,47 0,5 0,6

Dari tabel 4.2 diatas dapat diamati bahwa dari uji T- idenpendent :

Nilai rerata minggu pertama dari BPRS = 39,0 (SD 2,5), MMSE = 15,40 (SD

3,2), dan CDT = 1,37 (SD 0,5). Nilai rerata minggu kedelapan dari BPRS = 16,93

(SD 2,3), MMSE= 24,53 (SD 3,0), CDT = 3,47 (SD 0,6).

Tabel 4.3. Sampel tes berpasangan yang berbeda

Mean Standar deviasi P*

BPRS1-BPRS8 22,07 3,00 0,00

MMSE1-MMSE8 -9,13 4,56 0,00

CDT1-CDT8 -2,10 0,71 0,00


(36)

Dari tabel 4.3 diatas dapat diamati uji t- independen terlihat ada perbedaan

bermakna antara perbandingan nilai rerata 2 kelompok BPRS, MMSE, dan CDT


(37)

 

BAB 5. PEMBAHASAN

Hasil tabel 4.2 dan 4.3 dari penelitian ini dapat dilihat bahwa efektifitas

risperidon dapat memperbaiki tingkat kesembuhan pasien skizofrenik dengan

menggunakan skala pengukuran BPRS dan dapat memperbaiki fungsi kognitif

dengan menggunakan alat screening MMSE dan CDT. Hasil penelitian ini belum bisa secara langsung menyatakan efektifitas risperidon dapat memperbaiki fungsi

kognitif atau secara keseluruhan dapat dinilai bahwa pasien skizofrenik semakin

baik tingkat kesembuhannya maka semakin baik juga fungsi kognitifnya.

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Herrmann dkk yang

memperlihatkan tes CDT lebih sensitif terhadap kerusakan kognitif daripada

MMSE.

Hasil penelitin ini juga tidak sesuai dengan penelitian Bozikas dkk yang

memperlihatkan pasien skizofrenik menunjukkan korelasi yang tinggi dengan


(38)

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 KESIMPULAN

Dari penelitian ini didapati bahwa risperidon efektif memperbaiki fungsi

kognitif pada pasien skizofrenik berdasarkan adanya perbedaan bermakna pada

skor MMSE dan CDT (p = 0,0001).

6.2 SARAN

1. Pengobatan terhadap pasien skizofrenik perlu memperhatikan gangguan

fungsi kognitifnya.

2. Pemberian antipsikotik atipikal dapat dipertimbangkan untuk memperbaiki


(39)

 

DAFTAR RUJUKAN

1. Departemen Kesehatan R.I Direktorat Jenderal Pelayanan Medik 1993.

Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III

(PPDGJ III). Jakarta: Departemen Kesehatan; 1993, h. 105-18

2. Taylor EJ, ed. Dorland’s Illustrated Medical Dictionary. Edisi kedua puluh

tujuh. Philadelphia : WB Saundres Co, 1988; h.1942

3. Stahl SM. Essential psychopharmacology. Neuroscientific Basis and Practical

Applications. Edisi kedua. Cambridge University Press. 2000; h.365-99

4. Sadock BJ, Sadock VA. Schizophrenia. Dalam: Kaplan & Sadock;s. Synopsis

of psychiatry. 10th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2007, p. 117-31

5. Sadock BJ, Sadock VA. Comprehensive textbook of psychiatry . Vol.3, 9 th

ed. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins; 2009, p. 3214-21

6. Arana GW, Rosenbaum JF. Antipsychotic Drugs. Dalam: Handbook of

psychiatry. 4 th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2000, p.6,

35

7. Keefe RS. Cognitive deficits in patients with treatment schizophrenia: Effects

and treatment. J Clin Psychiatry 2007; 68 (14): 8-13

8. Goldberg TE, Golman ES, Burdick KE, Malhotra AK, Lencz T, Patel RC et

al. Cognitive improvement after treatment with second generation

antipsychotic medication in first episode schizophrenia. Dalam: Arch Gen


(40)

9. Muller U, Werheid K, Hammerstein E, Jungman S, et al. Prefrontal cognitive

deficits in patients withschizophrenia treated with atypical or conventional

antipsychotics. Europhean Psychiatry 20 (2005)70-73

10.Barkic J, Filakovic P, Grguric LR, Koic O, Laufer D, Pozgain I, et al. The

influence of risperidone on cognitive functions in schizophrenia. Coll.

Antropol 27 Suppl 1 (2003) 111-118

11.Dania IA, Perbandingan efek risperidon dan haloperidol terhadap fungsi

kognitif pasien skizofrenik; KONAS VI tgl 3-5 Nop 2009 di Manado,

Sulawesi Utara

12.Herrmann N, Kidron K, Shulman KI, Kaphlan et al. The use of clock test in

schizophrenia. General hospital psychiatry 21, 70-73, 1999

13.Folstein MF, Folstein SE, and McHugh PR. Mini Mental State Examination (MMSE). Dalam: Task force for The handbook of psychiatric measures. Edisi pertama. American Psychiatric Association; 2000, p.422-27.

14.Bozikas VP, Kosmidis MH, Kuortis A, Gamvrula K et al. Clock drawing test

institutionalized patients with schizophrenia compared with Alzheimer’s

disease patients. Schizophrenia research 59 (2002) 173-179

15.Bozikas VP, Kosmidis MH, Gamvrula K, Hatzigeorgadou M, et al. Clock

drawing test in patients with schizophrenia. Psychiatry research 121 (2004)

229-38

16.Bazire S. Psychotropic Drug Directory 2005. The professionals’ pocket


(41)

17.Tuokko H et al, and Freedman et al. Clock Drawaing Test (CDT) Dalam: Task force for The handbook of psychiatric measures. Edisi pertama. American

Psychiatric Association; 2000, p. 438-41

18.Nasrun MWS. Seminar psikiatri pemeriksaan MMSE dan CDT untuk

gangguan fungsi kognitif di Hotel Garuda Plaza Medan, Januari 2010

19.Marder SR, Hurford IM, Van Kammen DP,. Second generation

antipsychotics. Dalam : Sadock BJ, Sadock VA, eds Kaplan & Sadock’s

comprehensive textbook of psychiatry. Edisi ke-9. Vol.1 Philadelphia :

Lippincott Williams & Wilkins, 2009; h. 3206-21

20.Sastroasmoro S, Ismael S. Uji klinis. Dalam : Dasar-dasar metodologi


(42)

 

LAMPIRAN

1. Personil Penelitian

Nama : dr.Saulina Dumaria Simanjuntak

Jabatan : Peserta PPDS-I Kedokteran Jiwa FK-USU/ RSUP HAM

2. Biaya Penelitian

1. Penyediaan obat-obatan : Rp. 5.000.000

2. Akomodasi dan transportasi : Rp. 5.000.000

3. Penyusunan dan penggandaan hasil : Rp. 3.000.000

4. Seminar hasil penelitian : Rp. 2.000.000

Jumlah : Rp. 15.000.000

3. Jadwal Penelitian Waktu

kegiatan

Pebruari 2010

Maret-Agustus 2010

September 2010

Oktober 2010 Persiapan

Pelaksanaan

Penyusunan Laporan Seminar Hasil


(43)

LEMBAR PENJELASAN KEPADA KELUARGA

Bapak /Ibu/ Sdr/i Yth,

Saat ini saya sedang meneliti tentang efektifitas risperidon terhadap perbaikan

skor Mini Mental State Examination dan Clock Drawing Test pada pasien skizofrenik.

PENELITIAN EFEKTIFITAS RISPERIDON TERHADAP SKOR

MINI MENTAL STATE EXAMINATION DAN CLOCK DRAWING TEST

PADA PASIEN SKIZOFRENIK

Mini Mental State Examination adalah suatu alat tes yang digunakan secara luas untuk menilai dan mengevaluasi kerusakan fungsi kognitif termasuk

didalamnya untuk mengukur orientasi terhadap tempat dan waktu, memori segera,

memori verbal, perhitungan, dan bahasa. Clock Drawing Test adalah suatu alat tes yang digunakan untuk menilai dan mengevaluasi kerusakan fungsi kognitif. CDT

menggambarkan proses fungsi kognitif secara multipel termasuk kemampuan

untuk mendengar instruksi. Fungsi kognitif adalah kemampuan seseorang untuk

beradaptasi dan menyesuaikan diri serta berinteraksi dengan lingkungannya

dengan cara mendapatkan suatu pengalaman terhadap suatu peristiwa atau

melakukan suatu bentuk penyesuaian terhadap sistim pengetahuan sesuai dengan

kebutuhan dan kenyataan. Beberapa penelitian terdahulu telah menyebutkan

bahwa risperidon terbukti efektif dalam memperbaiki fungsi kognitif pasien


(44)

Pada penelitian ini saya akan melakukan tes dengan menggunakan alat

bantu penilaian MMSE dan CDT sebelum diberi pengobatan pada mingggu

pertama dan 8 minggu setelah pengobatan. Kemudian saya akan

menginformasikan kepada Bapak/Ibu/ Saudara/i hasil dari penilaian tersebut.

Partisipasi pasien dalam penelitian ini bersifat sukarela dan tanpa paksaan

maupun tanpa tekanan dari pihak manapun. Seandainya Bapak/ Ibu/ Saudara/ i

menolak untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, maka tidak ada kehilangan hak

sebagai pasien.

Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini,

diharapkan Bapak/ Ibu/Saudara/i yang terpilih sebagai sukarelawan dalam

penelitian ini, dapat mengisi lembar persetujuan turut serta dalam penelitian yang

telah disiapkan.

Jika selama menjalani penelitian ini terdapat hal-hal yang kurang jelas

maka Bapak/ Ibu/Saudar/i dapat menghubungi saya : dr. Saulina Dumaria

Simanjuntak, Departemen Psikiatri FK-USU, telepon 061 8213862 atau telepon

genggam 081362131829. Terima kasih.

Medan, ……….2010 Hormat saya,


(45)

PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Jenis kelamin : Laki-laki/ Perempuan

Umur :

Alamat :

Hubungan dengan pasien :

Setelah mendapat keterangan secara terperinci dan jelas mengenai penelitian

“ efektifitas risperidon terhadap perbaikan skor Mini Mental State Examination

dan Clock Drawing Test pada pasien skizofrenik” dan setelah mendapat kesempatan tanya jawab tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan

penelitian tersebut, termasuk risikonya, maka dengan ini saya secara sukarela dan

tanpa paksaan menyatakan bersedia bahwa pasien diikutkan dalam penelitian

tersebut.

Medan, ……….2010

Yang memberikan penjelasan Yang membuat pernyataan persetujuan

dr. Saulina Dumaria Simanjuntak

……….

Saksi-saksi:

1. ………..

……….

2………...


(46)

DATA SAMPEL PENELITIAN

Nomor : Tanggal :

Nomor Medical Record : A. Data Demografik

1. Nama :

2. Umur : / (Tahun/ Bulan)

3. Jenis : L/P

4. Alamat :

5. Pekerjaan :

6. Pendidikan :

7. Status pernikahan : Kawin/ Tidak kawin/ Janda/ Duda

8. Berat Badan :

B. Diagnosis :

C. Pengamatan minggu pertama : tanggal

Nilai BPRS/ MMSE dan CDT :

Terapi :

D. Pengamatan minggu kedelapan : tanggal

Nilai BPRS/MMSE dan CDT :


(47)

Mini Mental State Examination (MMSE)

Nama pasien : Alasan diperiksa :

Umur : Pemeriksa :

Pendidikan : Tanggal :

Riwayat penyakit :

Item Tes

Nilai maks Nilai 1 2 3 4 ORIENTASI

Sekarang (tahun), (musim), (bulan), (tanggal), hari apa?

Kita berada dimana? (negara), (propinsi), (kota), (rumah

sakit), (lantai /kamar).

REGISTRASI

Pemeriksa menyebut 3 benda yang berbeda kelompoknya

selang 1 detik (misal apel, uang, meja), pasien diminta

mengulanginya. Nilai 1 untuk tiap nilai benda yang

benar. Ulangi sampai pasien dapat menyebutkan dengan

benar dan catat jumlah pengulangan.

ATENSI DAN KALKULASI

Pengurangan 100 dengan 7 secara berturutan. Nilai 1

untuk tiap jawaban yang benar. Hentikan setelah 5

jawaban atau pasien diminta untuk mengeja terbalik kata

“WAHYU” (nilai diberi pada huruf yang benar sebelum

kesalahan; misalnya UYAHW=2 nilai).

5

5

3


(48)

5 6 7 8 9 10 11

MENGINGAT KEMBALI (RECALL)

Pasien diminta menyebut kembali 3 nama benda di atas.

BAHASA

Pasien diminta menyebutkan nama benda yang

ditunjukkan (perlihatkan pensil, buku).

Pasien diminta mengulang kata-kata “namun, tanpa, bila”.

Pasien diminta melakukan perintah: “ Ambil kertas ini

dengan tangan anda, lipatlah menjadi dua dan letakkan di

lantai.”

Pasien diminta membaca dan melakukan yang dibacanya

”Pejamkanlah mata anda.”

Pasien diminta menulis sebuah kalimat secara spontan.

Pasien diminta melihat gambar lalu menyalin gambar.

3 2 1 3 1 1 1

Skor total 30

Skor : Stadium ringan MMSE 21-26

Stadium sedang MMSE 10-20

Stadium lanjut MMSE < 10

Dikutip dari : Wibisono S. Konas Asosiasi Psikogeriatri Indonesia. Jakarta, 2003


(49)

CLOCK DRAWING TEST (CDT)

Nama pasien : Alasan diperiksa :

Umur : Pemeriksa :

Pendidikan : Tanggal :

Riwayat penyakit :

Item Tes Nilai maks Nilai 1

2

3

4

Menggambar lingkaran jam.

Menulis angka jam yang benar.

Meletakkan angka-angka jam yang benar.

Menunjukkan arah jarum jam yang benar

1

1

1

1

Skor total 4

Clock Drawing Test : jam 11.10 Skor 4 = normal

Gangguan fungsi kognitif bila skor < 4.

Dikutip dari : DR.dr.Martina W.S Nasrun, MD. CDT yang telah dimodifikasi pada deteksi dini demensia. Seminar Psikiatri di Medan, Sumatera Utara, Januari 2010


(50)

RIWAYAT HIDUP PENELITI

Data Pribadi

Nama : Saulina Dumaria Simanjuntak

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/ Tgl Lahir : Medan/ 18 Agustus 1971

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jl. Sei Asahan no. 15 Medan

Telepon : 061-8213862/ 081362131829

Email : saulina71@gmail.com

Riwayat Pendidikan :

Tahun 1978-1984 : SD Methodist-1 Medan

Tahun 1984-1987 : SMP Methodist-1 Medan

Tahun 1987-1990 : SMA Methodist-1 Medan

Tahun 1991-2000 : Pendidikan dokter umum di Fakultas Kedokteran

Methodist

Tahun 2008- sekarang : Pendidikan Spesialis di bidang Ilmu Kedokteran

Jiwa (Psikiatri) Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara

Riwayat Pekerjaan

Tahun 2003-2005 : PTT di Puskesmas Silalahi Kab. Dairi-Sidikalang


(1)

PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Jenis kelamin : Laki-laki/ Perempuan Umur :

Alamat : Hubungan dengan pasien :

Setelah mendapat keterangan secara terperinci dan jelas mengenai penelitian “ efektifitas risperidon terhadap perbaikan skor Mini Mental State Examination

dan Clock Drawing Test pada pasien skizofrenik” dan setelah mendapat kesempatan tanya jawab tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan penelitian tersebut, termasuk risikonya, maka dengan ini saya secara sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia bahwa pasien diikutkan dalam penelitian tersebut.

Medan, ……….2010 Yang memberikan penjelasan Yang membuat pernyataan persetujuan dr. Saulina Dumaria Simanjuntak

………. Saksi-saksi:

1. ………..

……….

2………...


(2)

DATA SAMPEL PENELITIAN

Nomor : Tanggal :

Nomor Medical Record : A. Data Demografik

1. Nama :

2. Umur : / (Tahun/ Bulan)

3. Jenis : L/P

4. Alamat :

5. Pekerjaan :

6. Pendidikan :

7. Status pernikahan : Kawin/ Tidak kawin/ Janda/ Duda

8. Berat Badan :

B. Diagnosis :

C. Pengamatan minggu pertama : tanggal Nilai BPRS/ MMSE dan CDT :

Terapi :

D. Pengamatan minggu kedelapan : tanggal Nilai BPRS/MMSE dan CDT :


(3)

Mini Mental State Examination (MMSE)

Nama pasien : Alasan diperiksa : Umur : Pemeriksa : Pendidikan : Tanggal : Riwayat penyakit :

Item Tes

Nilai maks

Nilai

1 2

3

4

ORIENTASI

Sekarang (tahun), (musim), (bulan), (tanggal), hari apa? Kita berada dimana? (negara), (propinsi), (kota), (rumah sakit), (lantai /kamar).

REGISTRASI

Pemeriksa menyebut 3 benda yang berbeda kelompoknya selang 1 detik (misal apel, uang, meja), pasien diminta mengulanginya. Nilai 1 untuk tiap nilai benda yang benar. Ulangi sampai pasien dapat menyebutkan dengan benar dan catat jumlah pengulangan.

ATENSI DAN KALKULASI

Pengurangan 100 dengan 7 secara berturutan. Nilai 1 untuk tiap jawaban yang benar. Hentikan setelah 5 jawaban atau pasien diminta untuk mengeja terbalik kata “WAHYU” (nilai diberi pada huruf yang benar sebelum kesalahan; misalnya UYAHW=2 nilai).

5 5

3

5


(4)

5

6

7 8

9 10 11

MENGINGAT KEMBALI (RECALL)

Pasien diminta menyebut kembali 3 nama benda di atas.

BAHASA

Pasien diminta menyebutkan nama benda yang ditunjukkan (perlihatkan pensil, buku).

Pasien diminta mengulang kata-kata “namun, tanpa, bila”.

Pasien diminta melakukan perintah: “ Ambil kertas ini dengan tangan anda, lipatlah menjadi dua dan letakkan di lantai.”

Pasien diminta membaca dan melakukan yang dibacanya ”Pejamkanlah mata anda.”

Pasien diminta menulis sebuah kalimat secara spontan. Pasien diminta melihat gambar lalu menyalin gambar.

3

2

1

3

1 1 1

Skor total 30

Skor : Stadium ringan MMSE 21-26 Stadium sedang MMSE 10-20 Stadium lanjut MMSE < 10

Dikutip dari : Wibisono S. Konas Asosiasi Psikogeriatri Indonesia. Jakarta, 2003


(5)

CLOCK DRAWING TEST (CDT)

Nama pasien : Alasan diperiksa : Umur : Pemeriksa : Pendidikan : Tanggal : Riwayat penyakit :

Item Tes Nilai maks Nilai 1

2 3 4

Menggambar lingkaran jam. Menulis angka jam yang benar.

Meletakkan angka-angka jam yang benar. Menunjukkan arah jarum jam yang benar

1 1 1 1

Skor total 4

Clock Drawing Test : jam 11.10 Skor 4 = normal

Gangguan fungsi kognitif bila skor < 4.

Dikutip dari : DR.dr.Martina W.S Nasrun, MD. CDT yang telah dimodifikasi pada deteksi dini demensia. Seminar Psikiatri di Medan, Sumatera Utara, Januari 2010


(6)

RIWAYAT HIDUP PENELITI

Data Pribadi

Nama : Saulina Dumaria Simanjuntak Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/ Tgl Lahir : Medan/ 18 Agustus 1971 Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jl. Sei Asahan no. 15 Medan Telepon : 061-8213862/ 081362131829 Email : saulina71@gmail.com

Riwayat Pendidikan :

Tahun 1978-1984 : SD Methodist-1 Medan Tahun 1984-1987 : SMP Methodist-1 Medan Tahun 1987-1990 : SMA Methodist-1 Medan

Tahun 1991-2000 : Pendidikan dokter umum di Fakultas Kedokteran Methodist

Tahun 2008- sekarang : Pendidikan Spesialis di bidang Ilmu Kedokteran Jiwa (Psikiatri) Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Riwayat Pekerjaan

Tahun 2003-2005 : PTT di Puskesmas Silalahi Kab. Dairi-Sidikalang Tahun 2006- sekarang : PNS di RSUD Sidikalang