BAB IV DESKRIPSI LOKASI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Melalui pengamatan yang dilakukan pada praktek pengobatan akupunktur milik bapak Puadi syamputra terdapat papan pengumuman sebagai tanda pengenal ataupun
sebagai media publikasi bagi masyarakat. Pada praktek milik Bapak Puad ini terlihat sangat professional, karena penyembuh jenis ini menjadikan kegiatan penyembuhan
sebagai pekerjaan utama. Praktek milik bapak Puadi syamputra ini terletak di tengah kota. Ruang
pengobatannya hampir sama dengan ruang praktek dokter.Yang bertempat sebagai rumah tinggal bapak Puad dan keluarga. Diruang praktek bapak Puad ini terdapat sepuluh
kamar rawat. Pada dasarnya media publikasi yang utama adalah informasi dari mulut ke mulut namun bapak Puadi syamputra juga memakai papan nama, kartu nama berisi
Universitas Sumatera Utara
ketrerangan pengobatan akupunktur serta tertulis telah terdaftar Depkes No. KP.01.01.982.
Pada awalnya penyembuhan ini yaitu pengobatan akupunktur ini sangat lambat berkembang penggunaannya hanya sebatas konsumsi etnis Cina. Namun sekarang
masyarakat diluar etnis cina sudah memanfaatkan jasa pengobatan ini. Contohnya saja bapak Puadi Syamputra ini orang Aceh tetapi ia tertarik untuk menekuni pengobatan
akupunktur ini. Masyarakat Kota Binjai pada khususnya yang banyak berobat ke pengobatan
akupunkturnya sudah menerima dan menganggap sistem pengobatan tradisional Cina ini menjadi bagian dari sistem kesehatan umum. Hal itu oleh publikasi yang cukup besar
dalam bentuk buku, ceramah-ceramah, maupun media-media informasi masal.
4.2. Profil Informan Penelitian
Adapun informan dalam penelitian ini sebagai berikut :
Tabel 2.
No Informan
Usia Penyakit yang di derita
1. Benyamin Sitepu, SH
55 tahun Penglihatan kabur
2. Suriani
46 tahun Benjolan di payudara
3. Pasti Sinulingga
54 tahun Asam urat
4. Abdurrahman
63 tahun Tangan kebas- kebas
5. Hashari husaini
40 tahun Diabetes
6. Sri Yani
42tahun Darah tinggi
7. Ariananda S.sos
40 tahun Darah tinggi
8. Meysyah
49 tahun Mata
Ada beberapa contoh kasus Informan dibawah ini sebagai berikut :
Informan I
Universitas Sumatera Utara
Ibu Ani 46 tahun, pendidikan terakhir SLTA, pekerjaan ibu rumah tangga. Berdomisili di Rambung Binjai Timur. Ibu Ani adalah seorang Ibu rumah tangga yang
mempunyai 3 orang anak. Dalam hal berobat ia selalu berobat ke klinik atau Rumah sakit yang telah ditetapkan oleh jamsostek yang didapat dari pekerjaan suami. Sakit demam,
batuk dan flu biasa yang diderita anaknya selalu dibawa keklinik Jamsostek yang telah ditetapkan.
Namun belakangan ini ia menderita penyakit berupa adanya benjolan yang diderita pada payudaranya. Kemudian informan ke klinik Jamsostek. Kemudian ia
dirujuk oleh dokter setempat ke rumah sakit rujukan, biaya tidak dikeluarkan sediktpun karena perusahaan jamsostek yang menanggulanginya.
Di Rumah sakit tersebut dokter mengatakan bahwa benjolan di payudara Ibu Ani tersebut adalah suatu masa yang bersifat jinak, dan tidak dikhawatirkan adanya
penyebaran sebagaimana sifat kanker ganas payudara pada umumnya. Dokter menyarankan therapi buat ibu Ani berupa pengangkatan dengan cara pembedahan.
Pembedahan ini biasa dan biasanya tidak kambuh lagi, ucap dokter yang bertugas. Informan adalah seorang yang sangat penakut, pencemas mendengar kata bedah,
walaupun ringan namun jangankan dibedah dengan pisau, dengan jarum suntik saja informan takut. Jadi Ibu Ani mengatakan pada dokter, bahwa ia akan berpikir-pikir dulu
dan berdiskusi dengan sang suami. Dokter pun kembali menjelaskan bahwa Ibu Ani tidak Usah takut atau cemas yang berlebihan , karena sifat dari masa di payudaranya adalah
jinak dan pembedahannya hanya beberapa centimeter saja. Kemudian juga menggunakan pembiusan anastesi sehingga tidak terasa sakit, paling-paling hanya sedikit sakit seperti
dijarum, biasa ketika dilakukan pembiusan, tambah dokter.
Universitas Sumatera Utara
Informan pun berunding dengan suaminya, dan suaminya pun mendukung untuk dibedah oleh dokter yang bersangkutan dan memberikan motivasi juga. Namun dasarnya
informan seorang yang penakut, ia tidak berani menjalani pengobatan dengan dibedah. Belum lagi tetangga sesama Ibu rumah tangga lain yang menakut-nakuti informan kalau
dibedah itu mengerikan, yang bercerita tentang kerabat yang dioperasi kemudian tiba tiba meniggal atau apa saja, yang membuat rasa takut informan semakin menjadi-jadi.
Dengan pendidikan para tetangga informan yang tidak terlalu tinggi setara dengan informan, bahkan ada yang hanya tingkat SLTP bahkan SD sehingga pengetahuan-
pengetahuan medis pun sedikit, dan hanya menilai sisi negatifnya sajadaripengobatan medis.tanpa mengetahui sebab akibat tentang kegagalan pengobatan medis atau
komplikasi lain daripenyakit yang membuat orang tiba-tiba bisa meninggal. Akhirnya informan benar-benar tidak mau memutuskan untuk dilakukan
pembedahan, tetapi informan juga beranggapan tidak mungkin benjolan dipayudaranya dibiar-biarkan begitu saja, penyakit yang diderita informan bisa membuatnya stres.
Informan pun memikirkan tentang pengobatan alternatif lain yang mungkin bisa menyembuhkanmenghilangkan benjolan pada payudaranya tanpa harus dibedah. Dan
pada suatu hari ada rekan suami informan yang menyarankan untuk berobat alternatif yaitu dengan cara akupunktur. Dan ternyata ketakutan informan dengan penyakit yang
dideritanya sangat besar sekali, karena teknik pengobatan akupunktur, yang sepengetahuan informan memakai jarum-jarum, bahkan dengan jumlah jarum yang tidak
sedikit pula. Tetapi dengan dorongan sang suami, informan disarankan untuk datang dahulu dan sedikit banyaknya berkonsultasi agar informasinya lebih jelas.
Universitas Sumatera Utara
Dan akhirnya informan datang ke pengobatan akupunktur milik bapak puadi syamputra pada saat dilakukan pemeriksaan, akupunkturis berkata pada informan akan
dilakukan penusukan dengan jarum-jarum khusus ditambah dengan ramuan yang diracik.rasa takut yang dialami informan berbeda dengan mendengar kata pembedahan.
Ditambah dengan motivasi dari sang suami serta akupunkturis banyak menambah keberanian informan. informan juga melihat pasien-pasien lain pada saat diterapi dengan
jarum tidak merasa kesakitan. Segala sesuatunya harus dicoba yang namanya sakit harus di obati, yang namanya
sakit tidak ada yang enak, bahkan obat tablet sekalipun terasa pahit harus diminum untuk kesembuhan. Semangat dan kepercayaan informanlah yang menguatkan terapi itu
berjalan lancar. Seperti pada ungkapan informan dengan beberapa kali kesana dengan mengalami terapi dan minum obat, benjolan di payudaranya pun semakin berkurang.
Informan II
Abdurrahman, berumur 63 tahun, berdomisili di Tandam Hulu, Binjai Utara. Seorang bapak mempunyai 4 orang anak dan 5 orang cucu dan sebagai pensiunan
pertamina. Semulanya informan tidak pernah berobat pada pengobatan tradisional baik akupunktur atau sejenisnya, apalagi dukun. Tetapi hal itu berawal dari sakit yang diderita
cucu informan, 1 tahun yang lalu cucu informan sakit amandel yang biasanya kumat- kumatan, cucu informan biasanya dibawa kerumah sakit yang tidak jauh dari
kediamannya. Dokter mengatakan kepada informan bahwa amandel ini sifatnya kumat-
kumatan, bisa disebabkan dari makanan serta kondisi fisik. Jadi obat yang diberikan hanya bersifat sementara. Kemudian dokter mengatakan penuntasan masalahnya ada
Universitas Sumatera Utara
dengan teknik pembedahan. Sebenarnya amandel ini bisa diobati dan dicegah dengan pola hidup makan yang baik serta meningkatkan kondisi fisik dan daya tahan tubuh.
Ungkap dokter pada informan pada saat itu. Tapi yang namanya anak-anak, pola makan atau minum yang bebas amandelnya
sering kumat. Pada suatu hari amandel cucu informan kumat disertai panas tinggi yang dideritanya. informan pun berniat membawanya ke dokter yang biasa ia kunjungi. Tapi
berhubung hari itu adalah hari libur, jadi praktek dokter tersebut tutup. Dan ia berusaha mencari tempat pengobatan lain. Dan ketika itu informan mendapatkan praktek
akupunktur yang belum pernah saya datangi sebelumnya untuk berobat. Yang namanya pertama berobat rasa cemas dan khawatir pun sedikit banyak timbul. Apa dengan cara ini
sakit amandel cucu bapak Abdurrahman akan hilang. Yang informan heran setelah diterapi dengan dicucuk-cucuk dengan jarum kog bisa hilang. Dan cucu informan pun
kelihatannya sudah mendingan. Kemudian informan di anjurkan untuk melanjutkan tersebut beberapa kali lagi oleh akupunkturis. Bapak abdurrahman dapat melihat sendiri
dan sedikit heran, karna amandel cucunya tidak kumat-kumat lagi dalam 1 tahun terakhir ini. Dia beranggapan karena akupunkturnya atau berhubung usia cucu nya yang beranjak
besar sehingga sudah mulai mengerti tentang makanan-makanan serta minuman apa yang bisa membuat kumat. Tetapi itu tidak membuatnya pusing yang terpenting sakit amandel
cucunya tidak kumat lagi dengan beberapa kali terapi. Setelah informan tidak pernah berobat lagi, sekarang giliran bapak Abdurrahman
yang terserang penyakit yaitu nyeri didaerah perut informan serta tangan nya terasa kaku, disertai ada rasa mual diperut nya. Ini adalah kedua kali informan datang ke pengobatan
akupunktur milik bapak puadi syamputra, informan masih ragu dan penasaran apa
Universitas Sumatera Utara
mungkin penyakit yang dialami informan bisa sembuh. Dan bapak Abdurrahman ingin membuktikan sekali lagi tentang pengobatan unik ini, dan kali ini informan belum ke
dokter atau berobat medis. Sengaja ia lakukan karena keingintahuan nya yang cukup besar, tentunya dengan harapan kesembuhan pula.
Informan III
Meysyiah, 49 tahun, berdomisili di Km.19 Binjai Timur, pendidikan terakhir SLTP. Dia seorang pedagang sayur yang sudah lama berjualan di pajak, yang namanya
orang berdagang dia berangkat dari rumah mulai dari pagi dan diantar oleh becak motor langganannya. Bertahun – tahun sudah pekerjaan ini ia jalani. Mengingat tidak ada lagi
pekerjaan yang bisa ia lakukan, apalagi zaman sekarang ini susah mencari pekerjaan. Tapi yang namanya kegiatan rutin setiap pagi yang naik becak motor yang khas
dengan suara keras serta angin yang kencang dan dingin di pagi hari pun harus dijalani. Tapi belakangan ini mata nya sering berair. Informan beranggapan gejala mata biasa aja,
tapi semakin hari bukan hanya berair, pandangan mata informan pun mulai mengabur disertai telinganya yang sering berdengung. Informan merasa ini harus segera diatasi, dia
takut seumpamanya akan semakin buruk bila dibiar – biarkan begitu saja. Seperti biasa di pagi hari di antar oleh becak motor langganan dengan mata kabur
dan telinga yang berdengung informan memalaskan diri untuk tetap berjualan di pajak, tapi telinganya samakin berdengung ketika becak itu kencang dan menggeber-geber
becaknya. Informan pun spontan berteriak mengatakan ” bang pelan sedikit kuping saya sakit nih”. laju becak pun dikurangi dan pengendara becak bertanya kepada informan
mengapa bu?.
Universitas Sumatera Utara
Informan pun akhirnya menceritakan semuanya tentang penyakit informan dan pengendara becak motor itu pun menyarankan agar informan mencoba untuk berobat di
pengobatan akupuntur. ” nanti saya antarkan ibu dan soal biayanya pun tidak banyak” kata pengendara becak.
Karena tidak tahan lagi akhirnya informan pun memutuskan untuk pergi dan mencoba berobat ke pengobatan akupuntur yang diceritakan oleh pengendara becak
langganan informan. Setelah informan datang dan berobat ke pengobatan akupuntur disini, mata
informan sudah agak lumayan mendingan, perlahan-lahan kaburnya mulai berkurang dan soal biayanya juga terjangkau oleh kalangan ekonomi menengah kebawah. Ini kali ketiga
informan datang ke tempat pengobatan akupuntur ini dan kali ini informan datang untuk mengobati telinganya yang terkadang masih berdengung setelah dua kali berobat disini
kalau mata informan sudah agak mendingan.
4.3 Interpretasi Data Penelitian 4.3.1. Dasar pengetahuan pengobatan akupunktur