meluas dan segera terjadi proses penyembuhan dengan penyebukan jaringan fibrosis tetapi bisa juga meluas dan membentuk jaringan keju jaringan kaseosa.
3
2.4. Klasifikasi Penyakit
Berdasarkan lokasi TB Paru diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:
2.4.1. Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis Paru yaitu tuberkulosis yang menyerang jaringan paru tidak termasuk pleura.
3,7
Berdasarkan pemeriksaan mikroskopis TB paru dapat dibagi, yaitu:
a. TB Paru BTA Positif yaitu:
i. Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan BTA positif
ii. Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan
kelainan radiologi menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif iii.
Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan biakan positif
b. TB Paru BTA Negatif i.
Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif, gambaran klinis dan kelainan radiologi menunjukkan tuberkulosis aktif
ii. Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan
menunjukkan tuberkulosis positif.
3
Universitas Sumatera Utara
2.4.2. Tuberkulosis ekstra paru
Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru misalnya selaput otak, kelenjar limfe, pleura, pericardium, persendian, tulang, kulit, usus, saluran
kemih, ginjal, alat kelamin dll.
14
Berdasarkan tingkat keparahannya, TB ekstra paru ini dibagi menjadi TB ekstra paru berat severe dan TB ekstra paru ringan notless severe. Contohnya
adalah tuberkulosis milier dimana patogen ke seluruh paru-paru dan memberikan gambaran bintik-bintik kecil seperti mutiara.
11
Tipe penderita berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya ada beberapa tipe penderita TB Paru, yaitu:
a. Kasus baru Kasus baru adalah penderita yang belum pernah mendapat pengobatan
dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan.
3
Dimana OAT yang diberikan adalah OAT yang mempunyai efek dapat mencegah pertumbuhan
kuman-kuman resisten seperti, isoniazid H, rifampisin R dan pirazinamid Z.
4
b. Kasus kambuh relaps Kasus kambuh adalah penderita TB Paru yang sebelumnya pernah
mendapat pengobatan TB Paru dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA
positif. Sebelum ada hasil uji resistensi dapat diberikan 2 RHZES 1 RHZE. Fase lanjutan sesuai dengan hasil uji resistensi. Bila tidak terdapat hasil uji resistensi dapat
diberikan obat RHE selama 5 bulan.
3
Universitas Sumatera Utara
c. Kasus defaulted atau drop out Kasus drop out adalah penderita yang telah menjalani pengobatan
≥ 1 bulan dan tidak mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa
pengobatannya selesai.
3
d. Kasus gagal Kasus gagal adalah penderita BTA positif yang masih tetap positif atau
kembali menjadi positif pada akhir bulan ke-5 satu bulan sebelum akhir pengobatan atau akhir pengobatan.
3
Sejak BTA dalam sputum negatif, dengan memakai tiga obat setiap hari dalam jangka waktu 3-4 bulan pertama yang belum pernah diberikan
sebelumnya: RMP- EMB- PZA- atau SM – PAS – PZA. Obat lain seperti etambutol atau prothionamid, sikloserin, thiaketazone atau kanamisin dan kapreomisin dapat
dipertimbangkan untuk diberikan.
4
e. Kasus kronik Kasus kronik adalah penderita dengan hasil pemeriksaan BTA masih
positif setelah selesai pengobatan ulang dengan pengobatan ulang dengan pengobatan kategori II dengan pengawasan yang baik. Pengobatan kasus kronik, jika belum ada
hasil uji resistensi diberikan RHZES. Jika telah ada hasil uji resistensi, sesuaikan dengan hasil uji resistensi ditambah dengan obat lini 2 seperti kuinolon, betalaktam,
makrolid dll. Jika tidak mampu dapat diberikan INH seumur hidup.
3
Universitas Sumatera Utara
2.5. Perkembangan Alamiah Penyakit TB Paru 2.5.1. TB Paru primer