mendatangkan manfaat yang lebih baik”. HR. Tirmidzi dan Hakim dari Ubayyin bin Ka‟ab. Menurut Tirmidzi, hadis ini Hasan.
73
Menurut A. Mudjab Al- Mahali, “secara lahiriah, hadis ini menerangkan
bahwa turunnya ayat ke 126-128 ditangguhkan sampai terbukanya kota Mekkah. Namun dalam hadis di atas diterangkan ayat ini turun ketika
terjadinya perang Uhud”.
74
A. Mudjab Al-Mahali mengutip pendapat dan kesimpulan Ibnu Hisyar mengatakan, “ayat ini turun tiga kali Yakni: di Madinah, ketika terjadi perang
Uhud, dan pada waktu terbukanya kota Mekkah. Yang demikian dimaksudkan untuk memberi peringatan kepada kaum kuslimin agar senantiasa bersabar dan
penuh perhitingan dalam segala tindakan”.
75
Jadi turunnya ayat 126 surat An-Nahl ini melanjutkan penjelasan pada ayat sebelumnya ayat 125, bahwa pada ayat 125 Rasulullah bersumpah
bahwa beliau akan membalas apa yang dilakukan pada hamzah kepada tujuh puluh orang kafir, setelah turunnya ayat ini Rasulullah mengurungkan niatnya,
dan beliau menjelaskan berdasarkan ayat ini apabila ingin membalas makan balas dengan balasan yang samasetimpal atau bersabar itu lebih baik lagi.
C. Tafsir Surat An-Nahl ayat 125-126
1. Tafsir ayat 125 a. Menurut Bustami A. Gani ed dalam Kitab al-Qur‟an dan Tafsirnya.
Menurut Bustami A. Gani dan tim penyusun lainnya mengatakan bahwa, “dalam ayat ini Allah SWT memberikan pedoman-pedoman
kepada Rasul-Nya tentang cara mengajak manusia dakwah ke jalan Allah. Yang dimaksud jalan Allah
disini ialah agama Allah yakni syari‟at Islam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw”.
76
73
A. Mudjib Mahali, Asbabun Nuzul Studi Pendalaman al- Qur‟an, Jakarta: Rajawali Press,
h. 262.
74
A. Mudjib Mahali, Asbabun Nuzul Studi Pendalaman al- Qur‟an,…h.263.
75
A. Mudjib Mahali, Asbabun Nuzul Studi Pendalaman al- Qur‟an,…h.263.
76
Bustami A. Gani ed., Al- Qur‟an dan Tafsirnya jilid V, Yogyakarta: PT. Dana Bhakti
Wakaf,1990, h. 501.
32
Selanjutnya Bustami A. Gani dan tim penyusun lainnya mengatakan bahwa, “Allah SWT dalam ayat ini meletakkan dasar-dasar dakwah untuk
pegangan bagi umatnya dikemudian hari dalam mengemban tugas dakwah”.
77
Adapun mengenai dasar-dasar dakwah tersebut yang dijelaskan oleh Bustami A. Gani dan tim penyusun lainnya adalah sebagai berikut.
1 Allah SWT menjelaskan kepada Rasul-Nya bahwa sesungguhnya dakwah ini adalah dakwah untuk agama Allah sebagai jalan menuju
rida Ilahi. Bukanlah dakwah untuk pribadi da‟i yang berdakwah
ataupun untuk golongannya dan kaumnya.
78
2 Allah SWT menjelaskan kepada Rasul saw agar dakwah itu dengan hikmah.
79
Adapun mengenai hikmah, Bustami A. Gani dan tim penyusun lainnya menyebutkan bahwa hikmah itu mengandung
beberapa arti sebagai berikut: a Berarti pengetahuan tentang rahasia dari faedah segala sesuatu.
Dengan pengetahuan itu sesuatu dapat diyakini keadaannya. b Berarti perkataan yang tepat dan benar yang menjadi dalil
argumen untuk menjelaskan mana yang hak dan mana yang batal atau syubhat meragukan.
c Arti lain ialah kenabian mengetahui hukum-hukum al-Qur‟an, paham al-
Qur‟an, paham agama, takut kepada Allah, benar perkataan dan perbuatan.
80
3 Allah SWT menjelaskan kepada Rasul agar dakwah itu dengan pengajaran yang baik, yang diterima dengan lembut oleh hati manusia
tapi berkesan di dalam hati mereka.
81
4 Allah SWT menjelaskan bahwa bila terjadi perbantahan atau perdebatan dengan kaum musyrikin ataupun ahli kitab, maka
hendaklah Rasul membantah mereka dengan perbantahan yang baik.
82
77
Bustami A. Gani ed., Al- Qur‟an dan Tafsirnya Jilid V,…h.501.
78
Bustami A. Gani ed., Al- Qur‟an dan Tafsirnya Jilid V,…h.501.
79
Bustami A. Gani ed., Al- Qur‟an dan Tafsirnya Jilid V,…h.501.
80
Bustami A. Gani ed., Al- Qur‟an dan Tafsirnya Jilid V,…h.501.
81
Bustami A. Gani ed., Al- Qur‟an dan Tafsirnya Jilid V,…h.502.
33
5 Allah SWT menjelaskan kepada Rasul saw bahwa tentuan akhir dari segala usaha dan perjuangan itu, pada Allah SWT. Hanya Allah SWT
sendiri yang menganugerahkan iman kepada jiwa manusia, bukanlah orang lain atau da‟i itu sendiri. Dialah Tuhan Yang Maha Mengetahui
siapa di antara hamba-Nya yang tidak dapat mempertahankan fitrah insaniahnya iman kepada Allah dari pengaruh-pengaruh yang
menyesatkan, hingga dia jadi sesat, dan siapa pula di antara hamba yang fitrah insaniahnya tetap terpelihara sehingga dia terbuka
menerima petunjuk hidayah Allah SWT.
83
b. Menurut M. Quraisy Shihab Ayat ini menyatakan: Wahai Muhammad, serulah, yakni lanjutkan
usahamu untuk menyeru semua yang engkau sanggup seru kepada jalan yang ditunjukkan Tuhanmu, yakni ajaran islam dengan hikmah dan pengajaran
yang baik dan bantahlah mereka, yakni siapapun yang menolak atau meragukan ajaran Islam dengan cara yang terbaik. Itulah tiga cara berdakwah
yang hendaknya engkau tempuh menghadapi manusia yang beraneka ragam peringkat dan kecenderungannya; jangan hiraukan cemoohan, atau tuduhan-
tuduhan tidak berdasar kaum musyrikin dan serahkan urusanmu dan urusan mereka pada Allah, karena sesungguhnya Tuhanmu yang selalu membimbing
dan berbuat baik kepadamu Dialah sendiri yang lebih mengetahui dan siapa pun yang menduga tahu tentang siapa yang bejat jiwanya sehingga tersesat
dari jalan-Nya dan Dialah saja juga yang lebih mengetahui orang-orang yang sehat jiwanya sehingga mendapat petunjuk.
Ayat ini dipahami oleh sementara ulama sebagai menjelaskan tiga macam metode dakwah yang harus disesuaikan dengan sasaran dakwah. Terhadap
cendekiawan yang memiliki pengetahuan tinggi diperintahkan menyampaikan dakwah dengan hikmah, yakni berdialog dengan kata-kata bijak sesuai dengan
82
Bustami A. Gani ed., Al- Qur‟an dan Tafsirnya Jilid V,…h.502.
83
Bustami A. Gani ed., Al- Qur‟an dan Tafsirnya jilid V,…h503.
34
tingkat kepandaian mereka.Terhadap kaum awam, diperintahkan untuk menetapkan mau‟izhah, yakni memberikan nasihat dan perumpamaan yang
menyentuh jiwa sesuai taraf pengetahuan mereka yang sederhana. Sedang terhadap Ahl al-Kitab dan penganut agama-agama lain yang diperintahkan
adalah jidalperdebatan dengan cara yang terbaik yaitu dengan logika dan retorika yang halus, lepas dari kekerasan dan umpatan.
84
Dalam bukunya Tafsir al-Mishbah, M. Quraish Shihab menjelaskan tentang ayat 125, bahwasanya pada ayat ini diperintahkan untuk mengajak
siapa pun agar mengikuti prinsip-prinsip ajaran Bapak para Nabi dan Pengumandang Tauhid.
85
M. Quraish Shihab juga menjelaskan arti kata mengenai ayat 125 ini. Kata
hikmah antara lain berarti yang paling utama dari segala sesuatu,
baik pengetahuan maupun perbuatan. Hikmah juga diartikan sebagai sesuatu yang bila diperhatikan digunakan akan mendatangkan kemaslahatan dan
kemudahan yang besar dan lebih besar, serta menghalangi terjadinya mudharat atau kesulitan yang besar atau lebih besar
Kata ةظعو لا
berarti nasihat. Mau‟izhah adalah uraian yang menyentuh hati yang mengantar kepada
kebaikan. Kata
terambil dari kata
jidal yang bermakna diskusi
atau bukti-bukti yang mematahkan alasan atau dalih mitra diskusi dan menjadikannya tidak dapat bertahan, baik yang dipaparkan itu diterima oleh
semua orang maupun hanya oleh mitra bicara.
86
Dalam ayat ini penulis mengamati penafsiran ayat 125 menurut M. Quraish Shihab berkaitan dengan metode pendidikan, pada ayat ini
84
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Pesan, Kesan dan keserasian Al- Qur‟an Volume 7,
Ciputat: Lentera Hati, 2007, cet. VIII, h.390-391.
85
Shihab, Tafsir Al-Mishbah Pesan, Kesan dan keserasian Al- Qur‟an Volume 7,…h.390.
86
Shihab, Tafsir Al-Mishbah Pesan, Kesan dan keserasian Al- Qur‟an Volume 7,…h.391-392.
35