Hukum Menghadap Kiblat Dalam Shalat

19

D. Hukum Menghadap Kiblat Dalam Shalat

Setiap muslim diwajibkan untuk menunaikan shalat lima waktu tepat pada waktunya dan harus menghadap kiblat. Tidak ada perbedaaan di kalanghan ulama bahwa keharusan menghadap kiblat merupakan salah satu syarat sahnya shalat 9 . Hal ini tentunya didasari oleh firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah 144. Bagi orang –orang yang berada di sekitar Masjidil Haram suruhan ini tidak lagi masalah. Namun bagi orang-orang yang jauh dari Mekkah perintah ini menimbulkan masalah. Untuk itu diperlukan pengetahuan bagaimanakah semestinya yang harus dilakukan mengenai hal tersebut, sehingga pertanyaan apakah harus menghadap persis ke kiblat atau taksirannya saja ? Memang Islam dengan ajarannya tidak mempersulit dan memberatkan manusia, sebagaimana Firman Allah dalm surat Al-Baqarah ayat 286 sebagai berikut : 286 . Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya Namun perlu juga ditekankan bahwa untuk memperoleh kesempurnaan ibadah, usaha yang maksimal dan optimal harus terap dilakukan. Karena ibadah bukanlah hal yang sepele dan bukan main-main. Ada peratuaran di dalamnya yang harus diperhatikan dengan baik dan benar. Dalam mengistimbatkan QS. Al-Baqarah ayat 142-145 para ulama memunculkan beberapa persoalan hukum. Pertama, apakah yang dimaksud dengan Masjidil Haram dalam Al-Qur’an ? Jika ditelusuri dalam literature- 9 Depag,Almanak Hisab Rukyat, Jakarta, Proyek Pembinaan Badan Peradilan Agama, 1998, hal 25. 20 literature klasik kata Masjidil Haram secara keseluruhan, Mekkah Al-Mukarramah dan Tanah Haram seluruhnya. Menurut Ash-Shabuny, Masjidil Haram yang terdapat pada QS. Al-Baqarah ayat 144 menunjukkan makna Ka’bah 10 . Maka makna frase tersebut adalah maka palingkanlah mukamu ke arah Ka’bah 11 . Kedua , manakah yang wajib : antara menghadap ke ‘ainul Ka’bah bangunan Ka’bah itu sendiri atau menghadap ke arahnya : Dalam hal ini para ulama berbeda pendapat. Menurut ulama Syafi’iyah dan Hanabilah yang wajib adalah menghadap tepat ke ‘ainul Ka’bah. Menurutnya orang yang melihat Ka’bah wajib menghadap tepat ke ‘ainul Ka’bah, sedangkan orang yang tidak melihatnya wajib niat dalam hatinya menghadap ke ‘ainul Ka’bah seraya menghadap ke arahnya. 12 Sedangkan menurut ulama Hanafiyah dan Malikiah yang wajib adalah menghadap kiblat, bagi orang yang tidak melihat Ka’bah cukup menghadap ke arahanya saja. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa kedua kelompok itu mewajibkan menghadap ke ‘ainul Ka’bah bagi orang yangh melihat Ka’bah 13 . Sementara itu menurut Hasbi Ash-Shiddieqy kiblat pada frase ayat 144 surat Al-Baqarah tersebut menunjukkan arah kiblat. Lebih lanjut dalam mengomentari ayat “Wahaisu ma kuntum fawallu wujuhakum” Hasbi 10 Mu’amal H, Terjemahan Tafsir Ayat Ahkam Ash-Shabuny, Surabaya, Bina Ilmu, 1983, Jilid 1, hal 80. 11 Ibid. 12 Ibid, hal 81-82. 13 Muhammad Jawad Muhniyah, Fiqh Lima Mazhab Ja’fari, Hanafi, Maliki, Syafi’I, Hambali, Tej Maskur A.B Afif Muhamad Idrus Al-Kaff, Jakarta, Lentera Baristama, 1996, cet 1, hal 77. 21 menarankan kepada kaum muslimin untuk mengetahui posisi Baitul Haram, artinya dimanapun kita berada baik di timur ataupun di barat, baik di utara maupun di selatan Ka’bah, kita harus mengarahkan muka kita ke Ka’bah di waktu shalat. Sehingga dalam melakukan shalat tidak terjebak dalam satu arah sebagaimana yang telah dilakukan oaring-orang Nasrani hanya menghadap ke timur atau orang –orang Yahudi hanya menghadap ke barat. Oleh karena itu, kaum muslimi hendaknya mempelajari Ilmu Bumi dan Ilmu Falak 14 . Apabila arah kiblat tersebut telah diketahui berdasarkan ilmu pegetahuan, maka wajib mempergunakan arah tersebut selama belum memperoleh hasil yang lebih teliti lagi. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Al-Qur’an surat Az- Zumar ayat 17-18 : ☺ 14 T.M Hasbi Ash-Shiddieqy, Tafsir Al-Qur’an Al-Majid An-Nur, Semarang, Pustaka Rizki Putra, 1995, Juz 1, cet II, hal 230. 22 Artinya : Dan orang-orang yang menjauhi thaghut yaitu tidak menyembahnya dan kembali kepada Allah, bagi mereka berita gembira; sebab itu sampaikanlah berita itu kepada hamba-hamba-Ku[17]. Yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal. 18

C. PENGUKURAN ARAH KIBLAT DI BEKASI UTARA