Sejarah Kiblat PENGERTIAN ARAH KIBLAT DAN LANDASAN HUKUMNYA

B. Sejarah Kiblat

Ka’bah adalah bangunan suci kaum muslimin yang terletak di kota Mekkah di dalam Masjidil Haram. Ka’bah merupakan bangunan yang dijadikan sentral arah dalam peribadatan umat Islam yakni shalat dan yang wajib dikunjungi saat pelaksanaan haji dan umrah. Bangunan berbentuk kubus ini berukuran 12 x 10 x 15 m. Penelusuran yang dilakukan oleh kalangan mufassirin dan lainnya tidak ditemukan teks yang menyebutkan tentang siapa pendiri pertama Ka’bah. Al-Qur’an hanya menyebutkan bahwa Ka’bah adalah rumah pertama yang diperuntukan bagi manusia untuk beribadah kepada Allah SWT, sesungguhnya rumah peribadatan pertama yang dibangun untuk manusia ialah Baitullah yang di Mekkah, QS, Ali Imran, 3 : 96 , karena Nabi Ibrahim AS bersama puteranya Nabi Ismail hanya membangun kembali atau meninggikan dasar-dasar Baitullah, “ Dan ingatlah, ketika Ibrahim meninggikan dasar-dasar Baitullah bersama Ismail, Tuhan kami, terimalah dari kami sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui ” QS Al- Baqarah,2 : 127 . Pada masa Nabi Muhammad SAW, berusia 30 tahun kira-kira 600 M dan belum diangkat menjadi Rasul , bangunan ini direnovasi kembali akibat banjir bandang yang melanda kota Mekkah pada saat itu. Sempat terjadi perselisihan antar kepala suku atau kabilah ketika hendak meletakkan kembali batu Hajar Aswad, namun berkat penyelesaian Muhammad SAW perselisihan itu berhasil diselesaikan tanpa pertumpahan darah dan tanpa ada pihak yang dirugikan. Pada saat menjelang Muhammad SAW diangkat menjadi Nabi sampai kepindahannya ke kota Madinah, lingkungan Ka’bah penuh dengan patung yang merupakan perwujudan Tuhan bangsa Arab ketika kegelapan pemikiran Jahiliyah , padahal sebagaimanan ajaran Nabi Ibrahim yang merupakan nenek moyang bangsa Arab dan bangsa Yahudi serta ajaran Nabi Musa terhadap kaum Yahudi, Tuhan tidak boleh disembah dengan diserupakan dengan benda atau mahluk apapun dan tidak memiliki perantara untuk menyembahnya serta tunggal, tidak ada yang menyerupainya serta tidak beranak dan tidak diperanakan QS Al-Ikhlas : 112 . Ka’bah akhirnya dibersihkan dari patung- patung ketika Nabi Muhammad membebaskan kota Mekkah tanpa pertumpahan darah. Selanjutnya bangunan ini diurus dan dipelihara oleh Bani Sya’ibah 5 sebagai pemegang kunci Ka’bah dan administrasi serta pelayanan haji diatur oleh pemerintah baik pemerintah Khalifah Abu Bakar, Umar bin Khatab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Muawiyah bin Abu Sufyan, Dinasti Umayyah, Dinasti Abbasiyah, Dinasti Utsmaniyah Turki, sampai saat ini yakni pemerintah kerajaan Arab Saudi yang bertindak sebagai pelayan dua kota suci, Mekkah dan Madinah. 5 Maskufa, Cara Mudah Belajar Ilmu Falak, Jakarta : Laporan Penulisan Buku Daras , Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah, 2008, hal 126.

BAB III PRAKTEK PENGHITUNGAN DAN PENGUKURAN ARAH KIBLAT