Pengenalan Tachymetri Pengukuran tachymetri untuk titik bidik horizontal

338 12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri diterapkan dalam pengukuran jarak-jarak untuk pertandingan atletik – dari sinilah muncul kata “stadium stadio ” dalam pengertian modern. Kata ini menyatakan 600 satuan Yunani sama dengan “feet”, atau 606 ft 9 in dalam ketentuan Amerika sekarang. Istilah stadia sekarang dipakai untuk benang silang dan rambu yang dipakai dalam pengukuran, maupun metodenya sendiri. Pembacaan optis stadia dapat dilakukan dengan transit, theodolite, alidade dan alat sipat datar. Peralatan stasiun kota yang baru, menggabungkan theodolite, EDM, dan kemampuan mencatat-menghitung hingga reduksi jarak lereng secara otomatis dan sudut vertikal. Yang dihasilkan adalah pembacaan jarak horizontal dan selisih elevasi, bahkan koordinat. Jadi peralatan baru tadi dapat memperkecil regu lapangan dan mengambil alih banyak proyek tachymetri. Namun demikian, prinsip pengukuran tachymetri dan metodenya memberikan konsepsi-konsepsi dasar dan sangat mungkin dipakai terus menerus.

12.1.2 Pengenalan Tachymetri

Pengukuran titik-titik detail dengan metode Tachymetri ini adalah cara yang paling banyak digunakan dalam praktek, terutama untuk pemetaan daerah yang luas dan untuk detail-detail yang bentuknya tidak beraturan. Untuk dapat memetakan dengan cara ini diperlukan alat yang dapat mengukur arah dan sekaligus mengukur jarak, yaitu Teodolite Kompas atau BTM Boussole Tranche Montage. Pada alat- alat tersebut arah-arah garis di lapangan diukur dengan jarum kompas sedangkan untuk jarak digunakan benang silang diafragma pengukur jarak yang terdapat pada teropongnya. Salah satu theodolite kompas yang banyak digunakan misalnya theodolite WILD TO. Tergantung dengan jaraknya, dengan cara ini titik-titik detail dapat diukur dari titik kerangka dasar atau dari titik-titik penolong yang diikatkan pada titik kerangka dasar.

12.1.3 Pengukuran tachymetri untuk titik bidik horizontal

Selain benang silang tengah, diafragma transit atau theodolite untuk tachymetri mempunyai dua benang horizontal tambahan yang ditempatkan sama jauh dari tengah gambar 22. Interval antara benang – benang stadia itu pada kebanyakan instrumen memberikan perpotongan vertikal 1 ft pada rambu yang dipasang sejauh 100 ft 1 m pada jarak 100 m . Jadi jarak ke rambu yang dibagi secara desimal dalam feet, persepuluhan dan perseratusan dapat langsung dibaca sampai foot terdekat. Ini sudah cukup seksama untuk menentukan detail-detail fotografi, seperti; sungai, jembatan, dan jalan yang akan digambar pada peta dengan skala lebih kecil daripada Di unduh dari : Bukupaket.com 339 12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri A D b a b a i R B m f d f c C d f1 f 2 Pr insip t achy m et r i; t er opong pum punan luar 1 in = 100 ft, dan kadang-kadang untuk skala lebih besar misalnya; 1 in = 50 ft. Gambar 321. Prinsip tachymetri Metode tachymetri didasarkan pada prinsip bahwa pada segitiga-segitiga sebangun, sisi yang sepihak adalah sebanding. Pada gambar 321, yang menggambarkan teropong pumpunan-luar, berkas sinar dari titik A dan B melewati pusat lensa membentuk sepasang segitiga sebangun AmB dan amb. Dimana ; AB = R adalah perpotongan rambu internal stadia dan ab adalah selang antara benang-benang stadia. Simbol-simbol baku yang dipakai dalam pengukuran tachymetri : f = jarak pumpun lensa sebuah tatapan untuk gabungan lensa objektif tertentu. Dapat ditentukan dengan pumpunan pada objek yang jauh dan mengukur jarak antara pusat lensa objektif sebenarnya adalah titik simpul dengan diafragma, jarak pumpun = focal length. f 1 = jarak bayangan atau jarak dari pusat titik simpul lensa obyektif ke bidang benang silang sewaktu teropong terpumpun pada suatu titik tertentu. F 2 = jarak obyek atau jarak dari pusat titik simpul dengan titik tertentu sewaktu teropong terpumpun pada suatu titik itu. Bila f 2 tak terhingga atau amat besar, maka f 1 = f. Di unduh dari : Bukupaket.com 340 12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri i. = selang antara benang – benang Stadia. fi .= faktor penggali, biasanya 100 stadia interval factor. c = jarak dari pusat instrumen sumbu I ke pusat lensa obyektif. Harga c sedikit beragam sewaktu lensa obyektif bergerak masuk atau keluar untuk pembidikan berbeda, tetapi biasa dianggap tetapan. C = c + f. C disebut tetapan stadia, walaupun sedikit berubah karena c d. = jarak dari titik pumpun di depan teropong ke rambu. D = C + d = jarak dari pusat instrumen ke permukaan rambu Dari gambar 321, didapat : f d = . i R atau d = R i f dan D = R i f + C Benang-benang silang jarak optis tetap pada transit, theodolite, alat sipat datar dan dengan cermat diatur letaknya oleh pabrik instrumennya agar faktor pengali fi. Sama dengan 100. Tetapan stadia C berkisar dari kira-kira 0,75 sampai 1,25 ft untuk teropong- teropong pumpunan luar yang berbeda, tetapi biasanya dianggap sama dengan 1 ft. Satu-satunya variabel di ruas kanan persamaan adalah R yaitu perpotongan R adalah 4,27 ft, jarak dari instrumen ke rambu adalah 427 + 1 = 428 ft. Yang telah dijelaskan adalah teropong pumpunan luar jenis lama, karena dengan gambar sederhana dapat ditunjukkan hubungan-hubungan yang benar. Lensa obyektif teropong pumpunan dalam jenis yang dipakai sekarang pada instrumen ukur tanah mempunyai kedudukan terpasang tetap sedangkan lensa pumpunan negatif dapat digerakkan antara lensa obyektif dan bidang benang silang untuk mengubah arah berkas sinar. Hasilnya, tetapan stadia menjadi demikian kecil sehingga dapat dianggap nol. Benang stadia yang menghilang dulu dipakai pada beberapa instrumen lama untuk menghindari kekacauan dengan benang tengah horizontal. Diafragma dari kaca yang modern dibuat dengan garis- garis stadia pendek dan benang tenaga yang penuh gambar 2 memberikan hasil yang sama secara lebih berhasil guna. Faktor pengali harus ditentukan pada pertama kali instrumen yang dipakai, walaupun harga tepatnya dari pabrik yang ditempel di sebelah dalam kotak pembawa tak akan berubah kecuali benang silang, diafragma, atau lensa-lensa diganti atau diatur pada model-model lama. Untuk menentukan faktor pengali, perpotongan rambu R dibaca untuk bidikan horizontal berjarak diketahui sebesar D. Di unduh dari : Bukupaket.com 341 12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri Kemudian, pada bentuk lain persamaan faktor pengali adalah fi.= D-CR. Sebagai contoh: Pada jarak 300,0 ft interval rambu terbaca 3,01. Harga-harga untuk f dan c terukur sebesar 0,65 dan 0,45 ft berturut-turut; karenanya, C =1,1 ft. Kemudian fi. = 300,0 –1,13,01 = 99,3. Ketelitian dalam menentukan fi. Meningkat dengan mengambil harga pukul rata dari beberapa garis yang jarak terukurnya berkisar dari 100–500 ft dengan kenaikan tiap kali 100 ft.

12.1.4 Pengukuran tachymetri untuk bidikan miring