266
IPS SMPMTs Kelas IX
a. Pembubaran PKI.
b. Pembersihan kabinet dari unsur-
unsur G 30 S PKI. c.
Penurunan hargaperbaikan ekono- mi.
Ketiga tuntutan di atas mengingin- kan perubahan di bidang politik, yakni
pembubaran PKI beserta ormas- ormasnya dan pembersihan kabinet dari
unsur G30 S PKI. Selain itu juga keinginan adanya perubahan ekonomi
yakni penurunan harga.
2. Surat Perintah Sebelas Maret
Aksi untuk menentang terhadap G 30 S PKI semakin meluas menyebabkan pemerintah merasa tertekan. Oleh karena itu setelah melakukan pembicaraan dengan
beberapa anggota kabinet dan perwira ABRI di istana Bogor pada tanggal 11 Maret 1966, Presiden Sukarno akhirnya menyetujui memberikan perintah kepada Letnan
Jenderal Suharto sebagai Panglima Angkatan Darat dan Pangkopkamtib untuk memulihkan keadaan dan wibawa pemerintah. Surat mandat ini terkenal dengan
nama Surat Perintah Sebelas Maret 1966 Supersemar.
3. Sidang Umum MPRS
Sidang Umum IV MPRS yang diselenggarakan pada tanggal 17 Juni 1966
telah menghasilkan beberapa ketetapan yang dapat memperkokoh tegaknya Orde
Baru antara lain sebagai berikut.
1 Ketetapan MPRS No. IX tentang
Pengukuhan Surat Perintah Sebelas Maret.
2 Ketetapan MPRS No. XXV tentang
Pembubaran PKI dan ormas- ormasnya serta larangan penyebaran
ajaran Marxisme- Komunisme di Indonesia.
3 Ketetapan MPRS No. XXIII tentang Pembaruan Landasan Kebijakan Ekonomi,
Keuangan, dan Pembangunan. 4
Ketetapan MPRS No. XIII tentang Pembentukan Kabinet Ampera yang ditugaskan kepada Pengemban Tap MPRS No. IX.
Sumber : 30 Tahun Indonesia Merdeka 3, hal. 80.
Gb.14.2 Aksi demonstrasi Tritura oleh KAMI, KAPPI, dan KAPI pada bulan Januari 1966.
Sumber : SNI VI, hal. 590.
Gb.14.3 Suasana Sidang Umum MPRS IV di Jakarta pada tahun 1966.
Di unduh dari : Bukupaket.com
IPS SMPMTs Kelas IX
267
4. Nawaksara
MPRS meminta pertanggung- jawaban terhadap Presiden Sukarno
dalam Sidang Umum MPRS 1966 atas terjadinya pemberontakan G30 S PKI,
kemerosotan ekonomi dan moral. Untuk memenuhi permintaan MPRS tersebut
maka Presiden Sukarno menyampaikan amanatnya pada tanggal 22 Juni 1966
yang berjudul Nawaksara sembilan pasal. Amanat tersebut oleh MPRS
dipandang tidak memenuhi harapan rakyat karena tidak memuat secara jelas
kebijaksanaan PresidenMandataris MPRS mengenai peristiwa G 30 S PKI
serta kemerosotan ekonomi dan moral. Oleh karena itu MPRS meminta kepada Presiden untuk melengkapi Nawaksara
tersebut.
Pada tanggal 10 Januari 1967 Presiden Soekarno memberikan pelengkap Nawaksara. Akan tetapi isinya juga tidak memuaskan banyak pihak. Oleh karena
itu DPRGR mengajukan resolusi dan memorandum tanggal 9 Februari 1967 menolak Nawaksara berikut pelengkapnya. Selanjutnya DPR- GR mengusulkan kepada MPRS
agar mengadakan Sidang Istimewa untuk memberhentikan Presiden Soekarno dari jabatan PresidenMandataris MPRS dan mengangkat Pejabat Presiden.
Pada tanggal 22 Februari 1967 Presiden Soekarno menyerahkan
kekuasaan kepada pengemban Ketetapan MPRS No. IX, Jenderal Soeharto.
Peristiwa penyerahan kekuasaan yang dilakukan atas prakarsa Presiden
Soekarno ini merupakan peristiwa penting dalam upaya mengatasi situasi
konflik pada waktu itu. Penyerahan kekuasaan ini ternyata mendapat
tanggapan yang positif dari masyarakat umum dan ABRI.
5. Politik Luar Negeri