Landasan Teori TINJAUAN PUSTAKA

Bursa Efek Jakarta, maka penelitian yang pernah dilakukan tersebut di atas digunakan sebagai pendukung penelitian yang dilakukan sekarang ini, oleh karena itu penelitian sekarang bukan merupakan duplikasi.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Pasar Modal

2.2.1.1. Definisi Pasar Modal

Pasar modal diasumsikan sebagai tempat pertemuan antara penawaran dengan permintaan surat berharga. Di tempat inilah para pelaku pasar yaitu individu-individu atau badan usaha yang mempunyai kelebihan dana melakukan investasi dalam surat berharga yang ditawarkan emiten Sunariyah, 2006: 5. Menurut Husnan 1998: 3, pasar modal bisa didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrument keuangan sekuritas jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang diterbikan pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta.

2.2.1.2. Peranan Pasar Modal

Menurut Sunariyah 2006: 9-10, peranan pasar modal dalam suatu perekonomian negara adalah sebagai berikut : 1. Fungsi Tabungan Investasi adalah alternatif bagi para penabung untuk mempertahankan nilai sejumlah uang yang dimilikinya. Surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal memberi jalan yang begitu murah dan mudah, tanpa risiko untuk menginvestasikan dana. 2. Fungsi Kekayaan Pasar modal adalah suatu cara untuk menyimpan kekayaan dalam jangka panjang dan jangka pendek sampai dengan kekayaan tersebut dapat dipergunakan kembali. 3. Fungsi Likuiditas Kekayaan yang disimpan dalam surat-surat berharga, bisa dilikuidasi melalui pasar modal dengan risiko yang sangat minimal dibandingkan dengan aktiva lain. Dengan kata lain, pasar modal adalah ready market untuk melayani pemenuhan likuiditas para pemegang surat berharga. 4. Fungsi Pinjaman Pasar modal merupakan fungsi pinjaman untuk konsumsi atau investasi. Pinjaman merupakan utang kepada masyarakat. Pasar modal bagi suatu perekonomian negara merupakan sumber pembiayaan pembangunan dari pinjaman yang dihimpun dari masyarakat.

2.2.1.3. Instrumen Pasar Modal

Menurut Eduardus Tandelilin 2001: 18-22, beberapa sekuritas yang diperdagangkan di pasar modal antara lain : 1. Saham Saham merupakan surat bukti bahwa kepemilikan asset-asset perusahaan yang menerbitkan saham. Dengan memiliki suatu saham perusahaan, maka investor akan mempunyai hak terhadap pendapatan dan kekayaan perusahaan, setelah dikurangi pembayaran semua kewajiban perusahaan. 2. Obligasi Obligasi merupakan sekuritas yang memberikan pendapatan dalam jumlah tetap kepada pemiliknya. Pada saat membeli obligasi, investor sudah dapat mengetahui dengan pasti berapa pembayaran bunga yang akan diperolehnya secara periodik dan berapa pembayaran kembali nilai par par value pada saat jatuh tempo. 3. Reksadana. Reksadana mutual fund adalah sertifikat yang menjelaskan bahwa pemiliknya menitipkan sejumlah dana kepada perusahaan reksadana, untuk digunakan sebagai modal berinvestasi baik di pasar modal maupun di pasar uang. 4. Instrumen Derivatif Opsi dan Futures. Instrumen derivatif merupakan sekuritas yang nilainya merupakan turunan dari suatu sekuritas lain, sehingga nilai instrumen derivatif sangat tergantung dari harga sekuritas yang lain yang ditetapkan sebagai patokan.

2.2.1.4. Lembaga - Lembaga Pendukung Pasar Modal

Menurut Suad Husnan 1998: 9-13, Lembaga-lembaga pendukung pasar modal antara lain : 1. BAPEPAM Lembaga ini merupakan lembaga yang dibentuk pemerintah untuk mengawasi pasar modal indonesia. Keberadaan BAPEPAM dimaksudkan agar dapat mewujudkan kegiatan pasar modal yang teratur wajar dan efisien, dan melindungi kepentingan pemodal dari masyarakat. 2. Bursa Efek Bursa Efek merupakan lembaga yang menyelenggarakan kegiatan perdagangan sekuritas. Di bursa itulah bertemu pembeli dan penjual sekuritas. 3. Lembaga Kliring dan Penjamin Lembaga ini menyediakan jasa kliring dan penjamin penyelesaian transaksi bursa untuk jual beli efek di bursa efek. 4. Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian Lembaga ini merupakan lembaga yang menyediakan jasa kostudian penyimpanan efek sentral dan penyelesaian transaksi efek. 5. Perusahaan Efek Perusahaan efek dapat menjalankan usaha sebagai Penjamin Emisi Efek, Perantara Pedagang Efek dan atau Manajer Investasi setelah memperoleh ijin usaha dari BAPEPAM. 6. Reksa Dana Reksa dana merupakan wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya di investasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi. Disamping lembaga-lembaga tersebut, sesuai dengan UU nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal, juga dikenal Lembaga Penunjang Pasar Modal antara lain: 1. Kustodian Kustodian berperan dalam menyelenggarakan kegiatan penitipan dan bertanggung jawab untuk menyimpan efek milik pemegang rekening dan memenuhi kewajiban lain sesuai dengan kontrak antara kustodian dan pemegang rekening tadi. 2. Biro Administrasi Efek Biro Administrasi Efek memberikan jasa dalam pemeliharaan perubahan-perubahan catatan tentang pemilik saham akibat dilakukannya jual beli saham. 3. Wali Amanat Trustee Jasa Wali Amanat diperlukan untuk melakukan penilaian terhadap keamanan obligasi yang akan dibeli oleh para pemodal. 4. Akuntan Peran akuntan publik adalah memeriksa laporan keuangan dan memberikan pendapat wajar tanpa syarat yang berarti laporan keuangan sesuai dengan Prinsip-Prinsip Akutansi Indonesia tanpa suatu catatan atau kekurangan. 5. Notaris Jasa notaris diperlukan untuk membuat berita acara Rapat Umum Pemegang Saham RUPS dan menyusun pernyataan keputusan- keputusan RUPS. 6. Konsultan Hukum Konsultan hukum diperlukan jasanya agar perusahaan yang akan menerbitkan sekuritas di pasar modal ternyata terlibat persengketaan hukum dengan pihak lain. 7. Penilaian appraisal Penilai merupakan perusahaan yang melakukan penilaian terhadap aktiva tetap perusahaan, untuk memperoleh nilai yang dipandang wajar. 2.2.2. Saham 2.2.2.1. Pengertian Saham Menurut Fakhruddin 2001: 6, saham didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan. Sedangkan menurut Riyanto 1997: 240, saham adalah tanda bukti pengambilan bagian atau peserta dalam suatu perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas PT. Saham adalah surat berharga sebagai bukti penyertaan atau pemilikan individu maupun institusi yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas PT Sunariyah, 2006: 127. Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa saham adalah surat berharga sebagai bukti kepemilikan terhadap suatu perusahaan.

2.2.2.2. Jenis-Jenis Saham

Menurut Riyanto 1997: 240-242, jenis-jenis dari saham dibedakan tiga bentuk yaitu : 1. Saham Biasa Common Stock. Pemegang saham biasa akan mendapat dividen pada akhir tahun pembukuan, hanya kalau perusahaan tersebut mendapatkan keuntungan. Apabila perusahan tersebut tidak mendapatkan keuntungan atau kalau mendapat kerugian, maka pemegang saham tidak akan mendapat dividen, dan mengenai ini ada ketentuan hukumnya, yaitu bahwa suatu perusahaan yang menderita kerugian, selama kerugian ini belum dapat ditutup, maka selama ini perusahaan tidak diperbolehkan membayar dividen. 2. Saham Preferen Preferred Stock Pemegang saham jenis ini mempunyai beberapa “preferensi” tertentu di atas pemegang saham biasa, yaitu terutama dalam hal: a. Pembagian dividen Dividen dari saham preferen diambilkan lebih dahulu, kemudian sisanya barulah disediakan untuk saham biasa common stock. Dividen saham preferen dinyatakan dalam persentase tertentu dari nilai nominalnya. b. Pembagian kekayaan Apabila kekayaan di likuidasi, maka dalam pembagian kekayaan, saham preferen didahulukan daripada saham biasa. 3. Saham Preferen Kumulatif Cummulative Preferred- Stock Jenis saham jenis ini pada dasarnya adalah sama dengan saham preferen. Perbedaannya hanya terletak pada adanya hak kumulatif pada saham preferen kumulatif. Apabila tidak menerima dividen selama beberapa waktu karena besarnya laba tidak mengijinkan atau karena adanya kerugian, pemegang jenis saham ini dikemudian hari apabila perusahaan mendapatkan keuntungan berhak menuntut dividen-dividen yang tidak dibayarkan di waktu yang terdahulu.

2.2.2.3. Harga Saham.

Pasar modal atau Bursa Efek merupakan suatu tempat dimana terjadi tawar menawar atas harga suatu efek atau saham suatu perusahaan, maka harga yang terjadi dipasar modal tersebutlah yang disebut harga pasar saham atau kurs saham. Menurut Widoatmodjo 2001 : 43, harga saham adalah nilai dari kepemilikan seseorang dalam suatu perusahaan. Sedangkan menurut Sunariyah 2007: 128, harga saham dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu : 1. Harga Nominal Harga ini merupakan harga saham pertama yang tercantum pada sertifikat badan usaha dan merupakan harga yang sudah diotorisasi oleh RUPS shareholders. 2. Harga Perdana Harga ini merupakan harga saham ketika saham tersebut dijual saat pertama kali di pasar perdana, yang harganya ditentukan oleh penjamin emisi dan emiten. 3. Harga Pasar Harga ini merupakan harga suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung di bursa efek. Dalam penelitian ini harga saham yang digunakan adalah harga saham penutupan Closing Price rata-rata bulanan. Rumus Harga Saham : 12 Bulan Akhir Penutup Saham Harga Saham Harga  

2.2.3. Laporan Keuangan

2.2.3.1. Pengertian Laporan Keuangan

Laporan keuangan digunakan sebagai alat untuk menilai kinerja keuangan perusahaan. Menurut Kasmir 2008: 7, laporan keuangan yaitu laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu. Sedangkan menurut Baridwan 1989: 14, laporan keuangan merupakan hasil akhir dari suatu proses pencatatan, yang merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi. Dari beberapa pengaertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses pencatatan, yang merupakan suatu ringkasan dari transaksi keuangan yang terjadi di dalam perusahaan dalam suatu periode tertentu.

2.2.3.2. Tujuan Laporan Keuangan

Bahwa laporan keuangan perusahaan dibuat untuk memiliki tujuan tertentu. Menurut Kasmir 2008: 11, tujuan penyusunan laporan keuangan adalah : 1. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva, kewajiban dan modal yang dimiliki perusahaan pada saat ini. 2. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang diperoleh perusahaan pada periode tertentu. 3. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode tertentu. 4. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi terhadap aktiva, pasiva dan modal perusahaan. 5. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam suatu periode. 6. Memberikan informasi tentang catatan-catatan atas laporan keuangan 7. Sebagai informasi keuangan lainnya.

2.2.3.3. Jenis-Jenis Laporan Keuangan

Di dalam penyajian suatu informasi keuangan perusahaan, biasanya mencakup semua laporan keuangan, yang terdiri dari neraca, laporan rugi laba, laporan perubahan modal, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan. Berikut ini akan dijelaskan masing-masing komponen laporan keuangan yang dihasilkan setiap periode tertentu, sebagai berikut : 1. Neraca Menurut Kasmir 2008: 8, neraca adalah laporan yang menunjukkan jumlah aktiva, kewajiban dan modal perusahaan pada periode tertentu. 2. Laporan Laba-Rugi Menurut Kasmir 2008: 8, laporan laba rugi adalah laporan yang menunjukkan jumlah perolehan pendapatan dan biaya yang dikeluarkan dalam suatu periode tertentu. 3. Laporan Perubahan Modal Menurut Kasmir 2008: 9, laporan perubahan modal adalah laporan yang menunjukkan perubahan modal serta sebab-sebab berubahnya modal. 4. Laporan Arus Kas Menurut Kasmir 2008: 9, laporan arus kas adalah laporan yang menunjukkan arus kas masuk dan arus kas keluar di perusahaan. 5. Catatan Atas Laporan Keuangan Menurut Kasmir 2008: 9, catatan atas laporan keuangan ini memberikan informasi tentang penjelasan yang dianggap perlu atas laporan keuangan yang ada sehingga menjadi jelas sebab penyebabnya.

2.2.4. Rasio Keuangan

2.2.4.1. Pengertian Rasio Keuangan

Agar laporan keuangan yang disajikan dapat diartikan dari angka- angka yang ada di laporan keuangan, maka perlu dianalisis. Alat analisis yang dapat digunakan adalah rasio-rasio keuangan. Rasio keuangan yaitu suatu alat untuk mengidikasikan apakah perusahaan memiliki kas yang cukup untuk memenuhi kewajiban finansialnya, besarnya piutang yang cukup rasional, efisiensi manajemen persediaan, perencanaan pengeluaran investasi yang baik, dan struktur modal yang sehat sehingga tujuan memaksimumkan kemakmuran pemegang saham tercapai Sartono, 2001: 113. Sedangkan menurut Kasmir 2007: 120, rasio keuangan yaitu suatu cara yang membuat perbandingan data keuangan perusahaan sehingga menjadi berarti dan menjadi dasar untuk menjawab beberapa pertanyaan penting mengenai keadaan keuangan suatu perusahaan. Dari beberapa pengertian dapat ditarik kesimpulan bahwa rasio keuangan yaitu suatu alat yang digunakan untuk menganalisis laporan keuangan untuk memberikan gambaran mengenai kondisi keuangan suatu perusahaan.

2.2.4.2. Jenis-Jenis Rasio Keuangan

Menurut Sartono 2001: 114, rasio keuangan dibagi empat kelompok yaitu sebagai berikut : 1. Rasio Likuiditas Rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial yang berjangka pendek tepat pada waktunya. 2. Rasio Aktivitas. Rasio yang menunjukkan sejauh mana efisiensi perusahaan dalam menggunakan assets untuk memperoleh penjualan. 3. Financial Leverage Ratio. Rasio yang menunjukkan kapasitas perusahaan untuk memenuhi kewajiban baik itu jangka pendek maupun jangka panjang. 4. Rasio Profitabilitas. Rasio yang dapat mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan memperoleh laba baik dalam hubungannya dengan penjualan. Assets maupun laba bagi modal sendiri.

2.2.5. Return On Assets ROA

Return On Assets ROA yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Menurut Kasmir 2007: 139, Return On Assets ROA yaitu suatu rasio yang menunjukkan hasil return atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan atau suatu ukuran tentang efisiensi manajemen. Rasio ini menunjukkan produktivitas dari seluruh dana perusahaan baik modal pinjaman maupun modal sendiri. Semakin kecil rasio ini, semakin tidak baik, demikian pula sebaiknya. Return On Assets ROA ini dihitung dengan menggunakan rumus Sutrisno, 2003: 254 : Return On Assets ROA 100 Assets Total EAT pajak setelah Laba  

2.2.6. Pengaruh

Return On Assets ROA Terhadap Harga Saham Return On Assets ROA merupakan salah satu rasio profitabiitas yang dapat digunakan untuk mengukur efektivitas kegiatan operasional manajemen dalam mendayagunakan seluruh aktiva perusahaan untuk menghasilkan keuntungan bagi investor. Teori Path Goal yang dikembangkan House 1970, menyatakan bahwa merupakan tugas pemimpin untuk membantu anggotanya dalam mencapai tujuan mereka dan untuk memberi arah dan dukungan atau keduanya yang dibutuhkan untuk menjamin tujuan mereka sesuai dengan tujuan kelompok atau organisasi secara keseluruhan www.blog.uny.ac.id . Dan dapat disimpulkan penilaian kinerja ini dapat memberikan umpan balik bagi manajemen bawah dan manajemen menengah tentang bagaimana manajemen puncak menilai kinerja mereka dalam mendayagunakan seluruh aktiva perusahaan untuk menghasilkan keuntungan bagi investor, sehingga bahwa semakin besar ROA akan menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik. Return on Assets merupakan “earning power” dari aset perusahaan. Jika earning power dari perusahaan semakin tinggi maka akan semakin efisien perputaran asset dan atau semakin tinggi profit margin yang diperoleh perusahaan dan implikasinya akan meningkatkan nilai perusahaan. Meningkatnya nilai perusahaan maka secara tidak langsung akan berpengaruh dengan harga saham perusahaan tersebut Natarsyah, 200: 307.

2.2.7. Debt to Equity Ratio DER

Debt to Equity Ratio DER yaitu rasio financial Leverage yang digunakan untuk mengetahui perbandingan antara total utang dengan modal sendiri. Menurut Kasmir 2007: 128, Debt to Equity Ratio DER yaitu rasio yang berguna untuk mengetahui seberapa besar aktiva perusahaan yang dibiayai dari utang. Debt to Equity Ratio DER dapat dihitung dengan menggunakan rumus Sartono, 2001: 121 : Debt to Equity Ratio = 100 Sendiri Modal Total Hutang Total x

2.2.8. Pengaruh

Debt to Equity Ratio DER Terhadap Harga Saham Debt to Equity Ratio DER dapat memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat rasio tidak tertagihnya suatu utang. Pengaruh penggunaan utang perusahaan di sini juga tidak kalah pentingnya dengan faktor-faktor yang lain karena investor tidak hanya melihat kemungkinan tingkat pengembaliannya tetapi juga melihat seberapa besar resiko yang ditanggung perusahaan. The Trade-Off Theory Of Leverage Brigham dan Houston, 2006: 36-38 menyatakan bahwa : 1. Bunga adalah beban pengurang pajak menjadikan utang lebih murah daripada saham biasa atau saham preferen. Akibatnya, secara tidak langsung pemerintah telah membayarkan sebagian biaya dari modal utang atau dengan cara lain, utang memberikan manfaat perlindungan pajak. Jadi, penggunaan utang menyebabkan lebih banyak laba operasi perusahaan yang diterima oleh para investor. Karenanya, semakin banyak perusahaan mempergunakan utang, maka semakin tinggi nilai dari harga sahamnya. 2. Beberapa tingkatan utang yaitu : a. Apabila di bawah tingkat batasan utang kemungkinan mengalami kebangkrutan menjadi rendah, sehingga menjadi tidak penting. Sedangkan di atas tingkat batasan utang, biaya- biaya yang berhubungan dengan kebangkrutan menjadi semakin penting, dan biaya-biaya tersebut mengurangi manfaat pajak atas utang dengan tingkat yang semakin tinggi. b. Apabila biaya-biaya yang berhubungan dengan kebangkrutan berkurang tetapi tidak sepenuhnya menutupi manfaat pajak atas utang, sehingga harga saham perusahaan naik seiring dengan naiknya rasio utangnya. Sedangkan biaya-biaya yang berhubungan dengan kebangkrutan telah melebihi manfaat pajak, sehingga peningkatan rasio utang akan menurunkan nilai saham. Menurut Teori Modigliani dan Miller 1963, menyatakan bahwa nilai perusahaan akan semakin baik apabila menggunakan hutang semakin besar. Tetapi bukan berarti perusahaan dapat menentukan tingkat proporsi hutang dengan setinggi-tingginya, karena proporsi hutang yang semakin besar, akan menimbulkan risiko yang juga besar, dan para pemodal akan menetapkan tingkat keuntungan yang lebih besar lagi terhadap setiap rupiah yang ditanamkan di perusahaan tersebut, sehingga nilai perusahaan cenderung akan turun Natarsyah, 200: 309.

2.2.9. Risiko

2.2.9.1. Pengertian Risiko

Di dalam menghitung return yang akan diperolehnya, investor juga harus mempertimbangkan tingkat risiko suatu investasi sebagai dasar pembuatan keputusan investasi. Risiko terkait dengan ketidakpastian hasil atas peristiwa di masa depan. Menurut Tandelilin 2001: 48, risiko adalah kemungkinan perbedaan antara return aktual yang diterima dengan return yang diharapkan. Semakin besar kemungkinan perbedaannya, berarti semakin besar risiko investasi tersebut. Dapat ditarik kesimpulan bahwa risiko adalah suatu kondisi ketidakpastian yang terjadi di masa depan yang menimbulkan perbedaan antara pengembalian keuntungan yang diharapkan dengan pengembalian keuntungan yang diterimanya.

2.2.9.2. Jenis-Jenis Risiko

Menurut Wild 2006: 53, risiko investasi terdiri dari dua macam risiko yaitu : 1. Risiko Sistematik Risiko yang terkait dengan pergerakan pasar yang dominan. Risiko yang berpengaruh terhadap semua investasi dana dan tidak dapat dikurangi atau dihilangkan dengan cara diversifikasi. 2. Risiko Tidak Sistematik Suatu cara investor untuk menghindari risiko dan berusaha mendiversifikasikan risiko tidak sistematik yang dimiliki oleh efek. Jadi Risiko sistematik adalah risiko khusus untuk efek tertentu dan dapat didiversifikasi.

2.2.9.3 Beta Sebagai Pengukur Risiko Saham

Beta merupakan ukuran risiko yang berasal dari hubungan antara tingkat keuntungan suatu saham dengan pasar. Penggunaan beta bukan hanya bisa memperkecil jumlah variable yang harus ditaksir dan penggunaan beta juga memungkinkan kita mengidentifikasikan faktor- faktor fundamental yang mungkin mempengaruhi beta tersebut Husnan, 2001: 112. Besarnya nilai beta merupakan ukuran tingkat risiko pasar risiko sistematik dari suatu saham. Secara umum, jika beta saham lebih besar dari 1, maka risiko individualnya lebih besar dibandingkan risiko pasar, sebaliknya jika betanya lebih kecil dari 1, maka risiko individualnya lebih kecil dibandingkan dengan risiko pasar Martin, 1999: 132 Dalam penelitian ini untuk menghitung variabel beta yang dimaksudkan yang menggambarkan risiko sistematis menggunakan rumus Tandelilin, 2001: 68 R i = α i + b i R mi Keterangan : b i = Beta saham Ri = Return sekuritas I α i = Bagian return sekuritas yang tidak dipengaruhi kinerja pasar R mi = Return indeks pasar

2.2.10. Pengaruh Risiko Sistematik Terhadap Harga Saham

Para investor sebelum menanamkan modalnya, mereka harus mengetahui bagaimana keadaan keuangan perusahaan tersebut, hal ini dilakukan untuk memperkecil risiko yang akan dihadapi dimasa yang akan dating. Risiko adalah suatu kondisi ketidakpastian yang terjadi di masa depan yang menimbulkan perbedaan antara pengembalian keuntungan yang diharapkan dengan pengembalian keuntungan yang diterimanya. Sedangkan Seorang investor dalam melakukan investasinya bertujuan untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya, sehingga semakin rendah tingkat risiko maka semakin tinggi tingkat kepercayaan investor pada perusahaan tersbut. Hal ini akan berpengaruh terhadap tingkat harga saham. Stephen A.Ross 1976 merumuskan suatu teori yang disebut Arbitrage Pricing Theory APT yang menyatakan bahwa tingkat keuntungan yang diharapkan suatu portofolio harus dihubungkan dengan risiko dan pendapatan Risiko ini kadang-kadang sebagai faktor. Jadi model ini menghubungkan antara tingkat keuntungan yang diharapkan suatu saham dengan faktor-faktor tertentu, seperti pergerakan pasaran, tingkat suku bunga, dan lain-lain yang semuanya dapat berubah dari satu jangka waktu ke satu jangka waktu lain Yong dan Roboni, 2002: 2. Dalam penelitian Natarsyah 2000 menyatakan bahwa risiko sistematik beta berpengaruh negatif terhadap harga saham. Implikasinya adalah jika beta semakin besar maka semakin kecil tingkat keuntungan yang didapat, akibatnya harga saham akan semakin tinggi.

2.2.11. Pengaruh

Return On Assets ROA, Debt to Equity Ratio DER dan Resiko Sistematik terhadap Harga Saham Analisis terhadap faktor-faktor fundamental perusahaan bertujuan untuk mengetahui kinerja perusahaan, dengan cara melakukan analisis terhadap laporan keuangan perusahaan, dimana alat utama dalam analisis keuangan adalah rasio keuangan. Dari berbagai rasio yang umum digunakan dalam pendekatan fundamental diantaranya adalah Return On Assets ROA mewakili efektifitas ”earning power” perusahaan yang mencerminkan kinerja manajemen dalam menghasilkan laba bersamaan dengan asset yang ada. Kedua Debt to Equity Ratio DER mewakili proporsi hutang terhadap modal usaha, dan untuk menggambarkan resiko sistematik dengan menggunakan model CAPM yang dimasukkan adalah variabel Beta Natarsyah, 2000: 300. Variabel tersebut kemudian di analisis untuk mengetahui pengaruhnya terhadap harga saham dan faktor mana yang dominan pengaruhnya terhadap harga saham. Pemilihan faktor-faktor di atas sebagai variabel bebas didasarkan pemikiran bahwa faktor tersebut menggambarkan resiko dan return yang akan diterima para pemodal atas investasinya pada saham perusahaan,.meskipun terdapat faktor lain yang bersifat psikologis berpengaruh terhadap kekuatan pasar, akan tetapi faktor yang bersifat fundamental ini akan menjadi pedoman utama bagi pasar untuk menentukan harga saham perusahaan. Natarsyah 2000 mengadakan penelitian mengenai pengaruh bebarapa faktor fundamental yang diwakili oleh ROA, ROE, DPR, DER, BV dan resiko sistematik terhadap harga saham pada perusahaan industri yang go publik di Bursa Efek Jakarta, Dalam penelitiannya membuktikan bahwa secara simultan ROA, ROE, DPR, DER, BV dan resiko sistematik berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan industri yang go publik di Bursa Efek Jakarta. Menurut Natarsyah 2000, ROA mempunyai pengaruh dominan terhadap harga saham perusahaan industri barang konsumsi di pasar modal, karena ROA adalah indikator ”earning power” perusahaan yang mencerminkan kinerja manajemen dalam menggunakan aset yang dimiliki perusahaan.

2.3. Kerangka Pikir.