Contoh Skripsi PAI
Contoh Skripsi(EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL PERENCANAAN PEMBELAJARAN KEMP DALAM
PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS Xc MAN I MAKASSAR)
5:12 PM ichal pratama No comments
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh karena itu, pendidikan hendaknya dikelola, baik secara kualitas maupun kuantitas. Hal tersebut bisa tercapai bila pelajar dapat menyelesaikan pendidikan tepat pada waktunya dengan hasil belajar yang baik. Hasil belajar seseorang ditentukan oleh berbagai faktor yang mempengaruhinya. Salah satu faktor yang ada di luar individu adalah tersedianya bahan ajar yang
(2)
memberi kemudahan bagi individu untuk mempelajarinya, sehingga menghasilkan belajar yang lebih baik. Selain itu juga gaya belajar atau
learning style adalah suatu karakteristik kognitif, afektif dan perilaku psikomotoris.
Peranan pendidikan dalam kemajuan suatu bangsa dan masyarakat merupakan suatu keniscayaan. Karena pendidikan termasuk investasi jangka panjang yang harus selalu ditingkatkan mutunya. Jika mutu pendidikan rendah, akan berdampak pada ketidaktepatan investasi pendidikan, bahkan dapat pula menimbulkan masalah sosial baru ke depannya.
Berkembangnya Realistic Mathematics Education di Belanda
mengakibatkan terjadinya perubahan-perubahan terhadap penggunaan
buku teks matematika. Dengan dimunculkannya Curriculum and
Evaluation Standars for School Mathematics oleh NTCM, buku-buku teks di Amerika ikut memuat gagasan-gagasan tentang pembelajaran matematika sebagaimana yang disarankan dalam standar tersebut. Dalam dua contoh pembelajaran matematika ini, matematika harus selalu menghadirkan aspek kontekstual bagi siswa dengan mengutamakan
(3)
pemecahan masalah sebagai bagian dari pembelajaran untuk memberikan kesempatan kepada siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan mereka serta mengembangkan potensi mereka.
Di Indonesia peningkatan kualitas pembelajaran matematika juga sangat diharapkan, hal ini mengacu pada standar proses yang ada dalam Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 yang mengemukakan bahwa:
Standar proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Mata pelajaran matematika yang diajarkan di sekolah merupakan salah satu bidang studi pokok. Tinggi rendahnya derajat kemampuan seseorang siswa dalam menguasai matematika, akan sangat berpengaruh pada pencapaian prestasi belajar di setiap jenjang pendidikan.
(4)
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang paling tidak disukai oleh anak-anak. Kenyataan di lapangan membuktikan cukup banyak siswa yang tidak suka bahkan membenci mata pelajaran matematika. Dalam benak mereka matematika merupakan mata pelajaran yang sangat sulit untuk dimengerti bahkan membosankan.
Hal di atas menjadi dilema bagi para pendidik, karena matematika merupakan salah satu pengetahuan untuk sains dan teknologi yang sangat perlu bagi kelanjutan pembangunan. Apalagi dalam memasuki abad ke -21 yang ditandai dengan kemajuan dalam perkembangan IPTEK, pengetahuan siap dan kepiawaian berpikir logis yang dikembangkan dalam Pelajaran Matematika sangat diperlukan. Berangkat dari keprihatinan tersebut, penulis tertarik untuk membahas perencanaan pengajaran Model Kemp sebagai salah satu dari sekian banyak model perencanaan pembelajaran yang ada dalam dunia pendidikan di Indonesia. Mengingat perencanaan pengajaran di Indonesia merupakan suatu proses penyusunan alternatif kebijaksanaan mengatasi masalah yang akan dilaksanakan dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan nasional, karena itu penulis menganggap bahwa perencanaan pengajaran
(5)
merupakan alat yang dapat membantu para pengelola pendidikan khususnya guru untuk lebih menjadi berdaya guna dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.
Perencanaan dapat menolong pencapaian suatu sasaran secara lebih ekonomis, tepat waktu dan memberi peluang untuk lebih mudah dikontrol dan dimonitor dalam pelaksanaannya. Perencanaan dapat membantu, akan tetapi perencanaan itu sendiri harus dipakai dalam suatu kombinasi yang harmonis dengan alat-alat yang lainnya seperti misalnya pengawasan dan evaluasi dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengangkat masalah tersebut sebagai bahan penelitian dengan judul: “Efektivitas Penggunaan Model Perencanaan Pembelajaran Kemp dalam Pembelajaran Matematika Siswa Kelas Xc MAN I Makassar”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pelaksanaan model perencanaan pembelajaran Kemp dalam
(6)
2. Bagaimana pembelajaran matematika Siswa Kelas Xc MAN I Makassar?
3. Apakah model perencanaan pembelajaran Kemp efektif diterapkan
dalam pembelajaran matematika Siswa Kelas X MAN I Makassar?
C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas maka hipotesis penelitian ini adalah : “Model perencanaan pembelajaran Kemp efektif diterapkan dalam pembelajaran matematika Siswa Kelas X MAN I Makassar”.
D. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel dimaksudkan untuk memberikan
gambaran yang jelas tentang variabel-variabel yang diperhatikan. Definisi operasional variabel dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut:
1. Model Perencanaan Pembelajaran Kemp
Model perencanaan pembelajaran Kemp adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman atau rujukan dalam melakukan kegiatan proses belajar mengajar, yang terdiri atas beberapa
(7)
objevtives, Subject Content, Pre Assesment, Teaching Learning Activities Resources, Support services, dan Evaluation.
2. Pembelajaran Matematika
Belajar adalah suatu proses yang terjadi yang dilakukan dengan sadar karena adanya usaha untuk mengadakan perubahan terhadap diri manusia yang melakukannya dengan maksud untuk mendapatkan perubahan dalam dirinya berupa perubahan pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
Pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri dari berbagai komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lain. Komponen tersebut meliputi: tujuan/kompetensi, materi, metode dan evaluasi. Keempat komponen pembelajaran tersebut harus diperhatikan oleh guru dalam memilih atau menentukan pendekatan dan model pembelajaran.
Jadi, pembelajaran matematika adalah suatu proses yang dilakukan untuk dapat meningkatkan kemampuan prestasi belajar siswa pada pelajaran matematika dengan sistematis.
E. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
(8)
a) Untuk mengetahui pelaksanaan model perencanaan pembelajaran Kemp
dalam pembelajaran matematika Siswa Kelas Xc MAN I Makasssar.
b) Untuk mengetahui bagaimana pembelajaran matematika Siswa Kelas Xc
MAN I Makassar.
c) Untuk mengetahui efektivitas model perencanaan pembelajaran Kemp
dalam pembelajaran matematika Siswa Kelas Xc MAN I Makassar. 2. Manfaat Penelitian
a) Mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar serta mengatasi
kesulitan guru dan siswa dalam proses pembelajaran.
b) Menambah wawasan guru dan siswa tentang pembelajaran matematika
yang menggunakan model perencanaan pembelajaran Kemp.
F. Garis Besar Isi
Untuk mengetahui secara umum dari pembahasan ini, maka penulis terlebih dahulu mengemukakan sistematika umum yang termuat dalam tiap-tiap bab dari skripsi ini sebagai berikut:
Bab pertama, Pendahuluan yang meliputi Latar Belakang, Rumusan Masalah yang terdiri dari Bagaimana pelaksanaan model perencanaan pembelajaran Kemp dalam pembelajaran matematika Siswa
(9)
Kelas Xc MAN I Makassar?, Bagaimana pembelajaran matematika Siswa Kelas X MAN I Makassar? Apakah model perencanaan pembelajaran Kemp efektif dalam pembelajaran matematika Siswa Kelas Xc MAN I Makassar?. Hipotesis, Pengertian Operasional Variabel, Tujuan dan Kegunaan Penelitian, Garis Besar Isi.
Bab kedua, Tinjauan Pustaka yang terdiri dari: Model Perencanaan Pembelajaran Kemp, Pembelajaran Matematika, dan Efektivitas Model Perencanaan Pembelajaran Kemp.
Bab ketiga, Metode Penelitian yang meliputi : Variabel dan Desain Penelitian, Definisi Operasional variabel, Populasi dan Sampel, Instrumen Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, dan Teknik Analisis Data.
Bab keempat, Hasil Penelitian dan Pembahasan yang terdiri dari : Deskripsi pelaksanaan Model Perencanaan Pembelajaran Kemp dalam pembelajaran matematika siswa kelas Xc MAN I Makassar, Deskripsi hasil pembelajaran matematika siswa kelas XI MAN I Makassar dengan menggunakan Model Perencanaan Pembelajaran Kemp. Efektifitas
(10)
Penggunaan Model Perencanaan Pembelajaran Kemp Dalam Pembelajaran matematika siswa kelas Xc MAN I Makassar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Model Perencanaan Pembelajaran Kemp
a. Pengertian Perencanaan Pembelajaran
Di dalam ilmu manajemen pendidikan atau ilmu administrasi pendidikan, perencanaan disebut dengan istilah planning yaitu "persiapan menyusun suatu keputusan berupa langkah-langkah penyelesaian suatu masalah atau pelaksanaan suatu pekerjaan yang terarah pada pencapaian tertentu".[1]
(11)
Perencanaan adalah proses yang sistematis dalam pengambilan keputusan tentang tindakan yang akan dilakukan pada waktu yang akan datang.[2]
Dengan demikian, desain atau perencanaan adalah suatu pemikiran atau persiapan untuk melaksanakan suatu pekerjaan atau untuk mengambil suatu keputusan terhadap apa yang akan dilaksanakan oleh seseorang untuk mencapai tujuan tertentu sesuai dengan yang telah ditetapkan dengan melalui prosedur yang sistematis dan memperhatikan prinsip-prinsip pelaksanaan tugas atau pekerjaan tersebut.
Pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri dari berbagai komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lain. Komponen tersebut meliputi: tujuan/kompetensi, materi, metode dan evaluasi.[3] Keempat komponen pembelajaran tersebut harus diperhatikan oleh guru dalam memilih atau menentukan pendekatan dan model pembelajaran.
Perencanaan pembelajaran merupakan proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan media pengajaran, penggunaan pendekatan dan metode pengajaran, dan penilaian dalam suatu alokasi waktu yang akan
(12)
dilaksanakan pada masa tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Sembilan elemen yang harus diperhatikan untuk sebuah rencana pengembangan pembelajaran menyeluruh, yaitu :
1) Kenali masalah pembelajaran dan tentukan tujuan untuk merancang
sebuah prgram pembelajaran.
2) Periksa karakteristik pelajar karena akan berdampak pada keputusan
pembelajaran.
3) Kenali isi materi dan analisa komponen tugas yang terkait pada tujuan.
4) Titian tujuan pembelajaran.
5) Urutkan isi dalam setiap unit pembelajaran agar logis.
6) Rancang strategi pembelajaran sehingga tiap siswa dapat menguasai
tujuan.
7) Rencanakan pesan pembelajaran & kembangkan pengajaran.
8) Kembangkan alat/ cara evaluasi untuk menentukan tujuan, dan
9) Pilih sumber yang mendukung pengajaran dan aktifitas belajar.
Tujuan perencanaan pembelajaran juga memiliki keuntungan dan kelemahan, antaralain:
(13)
1) Kelebihan
a. Kerangka dari beberapa tujuan program pembelajaran dibuat atas
kompetensi dasar
b. Tujuan menginformasikan siswa apa yang akan dituntut atau diminta dari
mereka.
c. Tujuan membantu perancang program pembelajaran untuk berpikir
secara jelas dan mengatur serta mengurutkan seuatu
d. Tujuan mengidentifikasi tipe dan meningkatkan aktivitas yang
diperlukan untuk menyukseskan pembelajaran.
e. Tujuan menyediakan dasar pengevaluasian dengan pembelajaran siswa.
f. Tujuan menyediakan sesuatu yang baik untuk berkomunikasi.
2) Kelemahan
a. Hampir semua tujuan berhubungan dengan tingkat kognitif yang rendah
b. Prosedur digunakan untuk menetapkan penerapan tujuan yang baik
untuk kognitif dan psikomotor namun afektif tidak demikian.
c. Pada saat tujuan boleh jadi digunakan dalam pembelajaran yang
(14)
sains, mereka dibatasi menggunakan sesuatu yang erat dengan kemanusiaan seperti seni, ilmu sosial dan lain sebagainya.
d. Guru tidak dapat menentukan semua dampak kemajuan dari program
pembelajaran.
e. Membuat pembelajaran terlalu bersifat mekanik dan perorangan.
Dalam perkembangan selanjutnya ada tiga alternatif pembelajaran yang memiliki kelebihan jika dibanding dengan alternatif lainnya. Tiga
alternatif itu adalah group presentation, individualized learning, dan
interaction between teacher and student. Ada beberapa alasan yang mendasari ketiga alternatif pembelajaran di atas. Bentuk pembelajaran di atas dinilai lebih efisien dan efektif karena dengan melakukan presentasi proses penyampaian informasi lebih bersifat massif. Selain itu setiap siswa memiliki kondisi poercepatan pemahaman yang berbeda dalam memahami suatu materi.
a. Group Presentation
Pada kegiatan ini guru atau siswa melakukan sebuah presentasi untuk menyampaikan sebuah materi. Kegiatan seperti ini harus ditunjang oleh tempat yang memadai seperti di dalam kelas atau aula. Dalam
(15)
pelaksanaannya penyaji dapat menggunakan alat bantu untuk menyampaikan presentasinya, alat itu dapat berupa media audio, visual, atau audio visual. Ada tiga karakter manusia yang akan ditunjukkan oleh siswa dalam kegiatan ini. Karakter pertama adalah siswa yang aktif berinteraksi. Siswa akan aktif dalam kegiatan diskusi, ia akan berpendapat, bahkan tetap berkonsultasi dengan penyaji setelah kegiatannya selesai. Tipe kedua adalah siswa yang hanya bekerja di tempat duduknya. Dan karakter ketiga adalah siswa yang bersifat kritis pada setiap materi yang disampaikan oleh penyaji dan biasanya keikutsertaannya lebih cenderung ke arah banyak bertanya.
b. Individualized Learning
Yang melatar belakangi konsep ini adalah bahwa setiap orang memiliki tingkat kecerdasan dan percepatan pemahaman yang berbeda. Selain itu setiap siswa juga memiliki pola pikir dan cara belajar yang berbeda. Untuk itu, guru harus dapat mendesain jenis pembelajaran yang sesuai dengan keadaan dan karakteristik yang dimiliki oleh siswa. Istilah
(16)
independent study, individualized prescribed instruction, dan self directed atau self-paced learning.
c. Interaction between Teacher and Students
Format pembelajaran seperti ini adalah pembentukan kelompok – kelompok kecil. Dalam kelompok itu guru dan siswa melakukan diskusi dan saling bertukar pikiran sehingga dapat terjadi proses mengambil pelajaran dari peserta lainnya dengan metode ini juga setiap peserta akan dapat saling memahami karakter satu sama lain.
Agar memperoleh hasil yang maksimal, maka anggota kelompok ini harus dibatasi. Kelompok ini terdiri dari tujuh sampai 12 orang. Ada beberapa kelebihan yang dapat diambil dari model ini. Dengan model ini para peserta akan terlatih dalam kemampuan mendengar dan berbicara. Hal ini terlatih ketika mereka tengah menyampaikan pendapat. Selain itu, bentuk ini juga melatih kepemimpinan.
b. Model perencanaan pembelajaran Kemp
Perencanaan pembelajaran model Kemp yang biasa juga disebut dengan model pengembangan instruksional Kemp memiliki beberapa langkah yang sangat mudah dipahami oleh para peserta didik sehingga
(17)
bisa langsung diterapkan dalam proses pembelajaran. Kedelapan langkah itu dikemukakan dalam Instructional Design A Plan for Unit and Course Development, sebagai berikut:
Pada kemp ini dapat digunakan pada level SD sampai dengan Perguruan Tinggi. Dan menurut pola kemp itu pada dasarnya dibuat untuk menjawab pertanyaan mengenai tiga keputusan berpikir yaitu: Apa yang harus dipelajari (tujuan), prosedur dan sumber apa yang sebaiknya ada supaya tercapai tingkat belajar yang dikehendaki (aktivitas dan sumber), dan bagaimana mengetahui bahwa belajar telah berlangsung (evaluasi).
Langkah-langkah pengembangan instruksional yaitu: 1) Menentukan Tujuan Umum (General Purposes)
TU merupakan tujuan yang ingin dicapai untuk masing-masing pokok pembahasan. Dalam pembelajaran TU ditentukan agar pembelajaran menjadi lebih terarah.
Tujuan di perlukan agar hasil perencanaan nantinya dapat mengembangkan kompetensi yang akan menolong pelajar agar dapat bepartisipasi dalam lingkungan masyarakat, selain itu, tujuan mesti
(18)
mengenal perubahan dalam kebutuhan pelajar dan keterkaitannya dengan apa yang seharusnya diberikan pada siswa. Semua program pembelajaran hendaknya didasarkan pada pengembangan tujuan dan tujuan-tujuan itu dapat diambil dari tiga sumber yaitu masyarakat, pelajar itu sendiri, dan kawasan pembelajaran. Sebenarnya, tujuan-tujuan itu terdiri atas filsafat dan dari pertimbangan etika serta tuntutan dari masyarakat yang
menghendaki hasil (output) pembelajaran tersebut.
Sebuah perencanaan mesti menentukan topik utama. Topik tersebut akan menjadi cakupan program pembelajaran yang dibuat. Topik biasanya disusun secara logis, paling simpel, dan konkret sehingga orang dapat lansung melihat gambaran dari rencana program pembelajaran tersebut. Topik dapat disusun berdasarkan pengalaman yang didapat atau pemikiran yang menjadi dasar sesuatu yang akan dibuat. Ketika tim pembelajaran untuk kali pertama menentukan tujuan umum, banyak dari mereka yang menggunakan istilah-istilah penting sebagai penunjang atau penggambaran topik agar dapat memahami
(19)
Berikut beberapa pernyataan dari tujuan umum yang biasanya digunakan untuk menggambarkan topik:
a. Untuk memperoleh kemampuan apa b. Untuk menilai
c. Untuk menjadi tahu akan d. Untuk menjadi akrab dengan e. Untuk dikenalkan pada f. Untuk percaya dalam g. Untuk memahami h. Untuk memutuskan i. Untuk menikmati
j. Untuk mengetahui arti dari k. Untuk memiliki perasaan pada l. Untuk mengenali
m. Untuk belajar n. Untuk meniru o. Untuk menguasai p. Untuk merasakan
(20)
q. Untuk mengerti r. Untuk menggunakan
Jadi perencanaan pembelajaran sering dimulai dengan pernyataan yang berorientasikan pada tujuan umum bagi topik yang telah ada sebelumnya.
2) Menentukan karakteristik siswa (Learner Characteristic)
Dengan menentukan karakteristik siswa kita bisa mengetahui latar belakang pendidikan, sosial budaya peserta didik, serta bisa menjadi pedoman dalam menentukan langkah-langkah yang perlu diambil untuk mendukung lancarnya proses pembelajaran.
Ketika mendesain sebuah rencana pembelajaran, kita mesti cepat memutuskan karakteristik dari siswa karena dengan mengetahui karakteristik tersebut sangat membantu dalam membuat perencanaan pembelajaran. Faktor-faktor yang mesti diperhatikan dalam membantu menentukan karakteristik siswa yaitu: Faktor akademi,antara lain jumlah siswa, latar belakang akademi/ pendidikan, rata-rata nilai, tingkat kepintaran, tingkatan membaca, prestasi dan tes kemampuan, adat kebiasaan, kemampuan untuk bekerja sendiri, latar belakang pelajaran
(21)
atau topik, motivasi untuk belajar, harapan-harapan belajar, dan aspirasi kebudayaan.
Faktor sosial, antara lain umur, tingkat kematangan, bakat spesial, emosi dan kejiwaan, hubungan antar pelajar.
Informasi-informasi dari kandungan faktor-faktor di atas dapat diperoleh dari kumpulan catatan siswa dan dari konsultasi dengan guru-guru, bimbingan konseling, dan lain-lain. Hasil dari daftar informasi tersebut, sebaiknya ditambah dengan survai perilaku dan tes awal.
Faktor lain seperti kondisi dan gaya belajar juga mesti dicatat dan diperhatikan pada saat perencanaan agar ciri-ciri pelajar yang diidentifikasi dapat lebih sempurna.
3) Indikator (Learning Objectives)
Indikator atau tujuan instruksional ini bagi peserta didik antara lain berguna untuk mengetahui apa yang harus dikerjakan, bagaimana mengerjakannya, dan kriteria keberhasilannya. Bagi guru, indikator ini membantu dalam menentukan materi dan evaluasi pelajaran.
Semua tujuan pembelajaran mesti diwujudkan sebagai syarat yang akan meningkatkan aktivitas pembelajaran. Dengan menciptakan
(22)
tujuan-tujuan yang pasti, kita dapat mengetahui dengan jelas apa yang ingin kita ajarkan dan kemudian dapat memutuskan apa-apa saja yang telah dicapai.
Menentukan tujuan merupakan sebuah aktivitas yang bersifat pengembangan yang meminta ketelitian, perubahan, dan penambahan. Bagi sebagian guru, tujuan dapat menjadi jelas setelah pelajaran dibuat garis besarnya.
Kategori dari tujuan pembelajaran dapat dikelompokkan mejadi tiga bagian yaitu:
Kognitif, merupakan kategori yang memberikan perhatian yang lebih dalam program pendidikan. S.Bloom.dkk, sebuah taksonomi bagi kognitif. Dalam hal ini, dia (kognitif) dimulai dari pengetahuan sederhana sampai tingkat tertinggi yaitu:
a. Mengetahui, merupakan kemampuan untuk mengingat, mengulang
kembali apa yang didapat dan lain sebagainya.
b. Memahami, merupakan kemampuan untuk menafsirkan informasi yang
(23)
c. Penerapan atau aplikasi, merupakan kemampuan untuk menggunakan
atau menerapkan informasi, teori-teori, prinsip-prinsip/ hukum-hukum dari situasi baru.
d. Analisis, merupakan kemampuan untuk membagi pengetahuan yang
rumit menjadi bagian-bagian yang terurai dan mengetahui hubungan tiap bagian
e. Sintesis, merupakan kemampuan untuk menyatukan bagian-bagian yang
terpisah menjadi bentuk baru.
f. Evaluasi, merupakan kemampuan untuk menilai berdasarkan pada
pengetahuan / pemberian kriteria.
Kriteria yang kedua adalah psikomotor. Ini adalah kemampuan dalam menggunakan dan mengkoordinasi otot rangka dalam aktivitas fisik dan melakukan sesuatu. Psikomotor ini meliputi:
a. Pergerakan tubuh yang kasar; b. Pergerakan halus dikoordinasi; c. Komunikasi non-lisan;
(24)
Kategori yang ketiga adalah afektif. Ini meliputi sikap, penilaian atau penghargaan, nilai-nilai dan emosi seseorang. David R.Krathwohl.dkk membagi afektif dalam lima tingkatan:
1) Penerimaan, keinginan untuk memberikan perhatian pada sebuah
aktivitas;
2) Menanggapi, keinginan untuk mereaksi sesuatu.
3) Penilaian, keinginan untuk menerima sesuatu melalui sikap yang positif
4) Pengorganisasian, ketika menemukan situasi yang memiliki lebih dari
satu penerapan, keinginan untuk mengorganisasi nilai dapat digunakan;
5) Penggambaran sebuah nilai yang kompleks.
Sekarang kita beralih pada prosedur dalam penulisan tujuan pembelajaran.adapun prosedur dalam menulis tujuan tersebut yaitu:
a. Dimulai dengan sebuah tindakan yang menggambarkan perilaku/
aktivitas oleh pelajar.
b. Mengikuti perilaku dengan referensi yang menggambarkan sesuatu yang
(25)
c. Jika bagian-bagian yang diperlukan tersebut memerlukan beberapa
hitungan, tambahkan standar performance yang mengidentifikasi pencapaian minimum yang dapat diterima.
d. Sebagai kebutuhan pemahaman siswa dan agar menetapkan keperluan
evaluasi, tambahkan beberapa kriteria-kriteria; 4) Menentukan materi pelajaran (Subject Content)
Dalam menentukan materi pelajaran harus disesuaikan dengan TIK yang telah ditentukan sebelumnya. Materi harus berdasarkan pada tujuan pembelajaran. Karena bagian terpenting dari desain pembelajaran terletak pada tujuan pembelajaran itu sendiri. Dalam beberapa kasus, isi dari materi pembelajaran adalah turunan dari tujuan pembelajaran.
Tujuan pembelajaran dapat diartikan sebagai apa yang akan dituju oleh materi pembelajaran. Atau dengan kata lain, tujuan pembelajaran adalah hasil dari materi pembelajaran.
Dalam pembelajaran yang bersifat tradisional biasanya para guru menjadikan materi pembelajaran sebagai titik berangkat dari sebuah pembelajaran dan hal itu masih banyak terjadi hingga hari ini. Ada beberapa hal yang harus kita lakukan dalam menentukan isi pembelajaran
(26)
yaitu mencakup pemilihan dan pengaturan dari pengetahuan yang spesifik, skill, dan faktor sikap / pendirian.
Dalam menetukan level tujuan kita dapat memakai prinsip pembelajaran behavior-nya Gagne yaitu fakta, konsep, hal – hal yang terpenting, dan problem solving.
Jika siswa sudah mempelajari hal-hal penting dalam suatu pembelajaran maka selanjutnya diharapkan mereka dapat mengaplikasikannya dan dapat dikorelasikan dengan situasi masalah.
Langkah-langkah itu adalah: a) Menerangkan kejadian.
b) Menduga alasan.
c) Memprediksi konsekuensi.
d) Mengontrol situasi.
e) Memecahkan masalah.
5) Menetapkan penjajagan awal (Pre test)
Tes awal ini perlu untuk mengetahui sejauh mana peserta didik telah memenuhi persyaratan belajar yang yang diperlukan untuk mengikuti program pengajaran. Penilaian awal memiliki peranan yang
(27)
cukup penting dalam model desain ini. Dengan melakukan hal ini kita dapat mengetahui tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh murid. Mengetahui kondisi pengetahuan murid sangat membantu kita dalam mendesain pembelajaran.
Penilaian awal juga dapat membantu untuk mengevisiensikan pembelajaran. Dengan melakukan tahapan ini kita dapat mengetahui tingkatan pengetahuan murid. Dengan demikian seorang murid tidak perlu membuang – buang waktu untuk mempelajari kembali materi yang
telah mereka kuasai. Ada dua hal yang dapat kita lakukan dalam
Pre-Assessment yaitu prerequisite test dan pretest. 6) Menentukan strategi program belajar mengajar
Dalam memilih strategi belajar mengajar ini harus sesuai TIK, selain itu juga harus memperhatikan faktor: efisiensi, efektivitas, ekonomis, dan praktis. Tahapan ke enam dari model pembelajaran Kemp membicarakan tentang aktifitas belajar – mengajar dan sumber – sumber belajar. Pada tahapan ini dijelaskan tentang bentuk – bentuk dari kegiatan belajar yang efektif dan media – media yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar.
(28)
Dalam melakukan proses pembelajaran hendaknya kita memilih alternatif kegiatan yang paling efektif dan sesuai dengan keadaan siswa. Namun demikian sebenarnya tidak ada rumus yang baku untuk mensinkronkan alternatif jenis kegiatan pembelajaran dengan kebutuhan dan kondisi siswa. Namun kita masih dapat menentukan jenis alternatif pembelajaran dengan cara menganalisis setiap kelebihan dan kekurangannya lalu disinkronkan dengan keadaan siswa.
7) Mengkoordinasi sarana penunjang, yang meliputi tenaga fasilitas, alat,
waktu dan tenaga.
Umumnya para guru dapat mendesain pembelajaran dengan bantuan buku manual. Namun hal itu hanya terbatas pada pembelajaran yang bersifat tradisional saja. Padahal ilmu pendidikan senantiasa berkembang dan terus mengeluarkan produk – produk baru yang lebih canggih lagi. Dari sinilah masalah muncul, karena para guru tidak menguasai produk – produk baru tersebut. Di sinilah peran seorang pendesain diperlukan.
(29)
Selanjutnya kita memerlukan beberapa hal yang dapat menunjang program pembelajaran. Hal itu diantaranya adalah biaya, fasilitas, peralatan, waktu dan jadwal, serta kordinasi dengan aktifitas lainnya. a. Biaya.
Dana merupakan hal yang amat krusial dalam pengembangan pendidikan. Semua program baru yang akan dipakai tentunya memerlukan dana untuk memulainya. Sekolah yang ingin mengembangkan program pendidikannya misalnya saja dengan membuat inovasi baru, penelitian, dan pengembangan memerlukan biaya untuk menjalankannya. Pemanfaatan biaya dilakukan ketika masa pengembangan dan selama pemakaian peralatan.
b. Fasilitas.
Proses pembelajaran tentunya membutuhkan fasilitas yang memadai untuk keberlangsungannya. Berikut adalah kegiatan beserta fasilitas yang dibutuhkannya.
Dalam kegiatan presentasi, kita membutuhkan proyektor audio visual, sound sistem, dan perlengkapan lainnya.Tempat pembelajaran
(30)
mandiri. Merupakan sebuah tempat yang diperuntukkan untuk para siswa dalam melakukan proses pembelkajaran mandiri.
Ruangan untuk kegiatan belajar kelompok. Ruangan ini didesain dengan furniture yang tidak formal. Kemudian dilengkapi dengan proyektor audio visual, dan papan display misalnya papan tulis dan ruang peralatan. Ruang ini digunakan untuk menyimpan barang – barang yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Dari ruang ini pula dikordinirnya setiap peralatan yang digunakan untuk membantu proses pembelajaran.
c. Peralatan
Dalam menjalankan program yang telah dijalankan tentunya memerlukan beberapa peralatan untuk menunjang kegiatan tersebut. Dalam mendesain sebuah program kita harus memastikan bahwa kita memiliki atau setidaknya dapat mengusahakan peralatan yang akan kita pakai. Karena ketidak tersediaan alat bisa sangat mempengaruhi program yang akan dijalankan.
Selain itu kita harus mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang alat yang akan kita gunakan dari orang yang kompeten di bidang
(31)
itu. Kita harus mencari tahu informasi tentang peralatan yang akan kita gunakan dengan demikian kita dapat memilih barang yang tepat. Peralatan yang kita pilih sebaiknya peralatan yang mudah dipergunakan dan memiliki resiko yang kecil.
Hal penting lainnya adalah kita tetap membutuhkan orang-orang yang kompeten dengan peralatan itu. Selain itu kita jangan terjebak dengan barang-barang yang canggih, namun sebenarnya kita tidak memerlukan kecanggihannya agar kita tidak terjebak pada mubazir.
d. Waktu dan Jadwal.
Dalam menentukan program hendaknya kita memperhatikan jadwal dan waktu yang tepat. Jangan sampai waktu yang kita tentukan bentrok dengan kegiatan lainnya. Selain itu kita juga harus memperhatikan jangan sampai waktu yang kita pilih ternyata bentrok dengan program lain yang ternyata belum selesai.
e. Kordinasi
Aktivitas apapu harus dikordinasikan, terutama program yang akan dibuat dengan pihak-pihak lainnya. Misalnya saja untuk masalah perizinan. Terutama sekali jika siswa yang menjadi bagian dari program
(32)
kita adalah siswa yang masih membutuhkan bimbingan orang tuanya. Kita harus mengkomunikasikan kegiatan ini dengan orang tua. Bahkan jika perlu kita undang orang tuanya untuk hadir dan mengawasi program yang telah kita rencanakan.
8) Mengadakan evaluasi
Evaluasi ini digunakan untuk mengontrol dan mengkaji keberhasilan program secara sistem.
B. Pembelajaran Matematika
a. Pengertian Matematika
Kitcher yang telah memfokuskan perhatiannya pada komponen dalam kegiatan matematika mengklaim bahwa matematika terdiri atas komponen-komponen:
Bahasa (language) yang dijalankan oleh para matematikawan, pernyataan (statements) yang digunakan oleh para matematikawan, pertanyaan (question) penting yang hingga kini belum terpecahkan, alasan (reason) yang digunakan untuk menjelaskan pernyataan dan ide matematika itu sendiri[5]
(33)
Russel mendefinisikan bahwa "matematika sebagai suatu studi yang dimulai dari pengkajian bagian-bagian yang sangat dikenal. Arah yang dikenal tersusun baik (konstruktif) secara bertahap menuju arah
yang rumit (kompleks)". [6] Misalnya dari bilangan bulat ke bilangan
pecahan, bilangan real ke bilangan kompleks, dari penjumlahan dan perkalian ke diferensial dan integral, dan meniju matematika yang lebih tinggi.
Dari berbagai pandangan dan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa matematika adalah sebagai suatu bidang ilmu yang merupakan alat piker, berkomunikasi, alat untuk memecahkan berbagai persoalan praktis, yang unsure-unsurnya logika dan instuisi, analisis dan konstruksi, generalitas dan individualistis, serta mempunyai cabang-cabang antara lain aritmatika, aljabar, geometri, dan analisis.
b. Pengertian Pembelajaran Matematika
Belajar merupakan tugas sehari-hari di sekolah. Belajar pada manusia merupakan suatu proses psikologis yang berlangsung dalam interaksi aktif, subjek dengan lingkungan dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap yang bersifat
(34)
menetap. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang pengertian belajar, dapat dilihat beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli yaitu:
1. Menurut Muhibbin Syah belajar adalah
Tahapan perubahan tingkah laku individu yang relitif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.[7]
2. Menurut Abdul Haling dalam Belajar dan Pembelajaran Sahabuddin
menyatakan bahwa:
Belajar adalah suatu prose kegiatan yang menimbulkan kelakuan baru atau merubah kelakuan lama sehingga seseorang lebih mampu memecahkan masalah dan menyesuaikan diri terhadap situasi-situasi yang dihadapi dalam hidupnya.[8]
Hakikat belajar matematika adalah suatu aktifitas mental untuk memahami arti dan hubungan-hubungan serta simbol-simbol dan kemudian diterapkan pada situasi nyata.
(35)
Reigeluth menyebutkan bahwa hasil dari belajar adalah semua efek yang dapat dijadikan sebagai indicator tentang nilai dari penggunaan suatu metode di bawah kondisi yang berbeda.[9]
Untuk mengoptimalkan pembelajaran siswa pada mata pelajaran matematika, sebaiknya dalam proses pembelajarannya perlu memerhatikan teori pemrosesan informasi.[10] Sedikitnya ada empat tahap yang dilalui dalam teori pemrosesan informasi yakni:
Pemasukan informasi akan dicatat melalui indra, simpanan jangka pendek dimana informasi yang diterima hanya bertahan selama 0,5 sampai 2,0 detik,memori jangka pendek atau memori kerja dimana data dalam jumlah terbatas diperthankan selama 20 detik, dan memori jangka panjang dimana data yang telah disanduikan menjadi bagian dari system pengetahuan.[11]
Hasil pembelajaran merupakan aspek keefektifan pengajaran. Beberapa indicator kekefektifan pengajaran antara lain: kecermatan penguasaan perilaku, kecermatan untuk kerja, kesesuaian unjuk kerja, dan kuantitas unjuk kerja.[12] Kecermatan penguasaan perilaku juga dikenal tingkat kesalahan unjuk kerja. Makin cermat siswa dalam
(36)
menguasai perilaku yang dipelajari, makin efektif pengajaran yang telah diajarkan atau dengan kata lain makin kecil tingkat kesalahan, berarti makin efektif pengajaran.
Jadi dapat disimpulkan pembelajaran matematika adalah suatu bentuk tindakan atau kegiatan yang dilakukan secara sadar dan tersistematis untuk mengembangka serta meningkatkan kemampuan terhadap pengetahuan matematika.
c. Faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran Matematika
"Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang".[13] Perubahan sebagai hasil dari proses belajar yang dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk, seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, ketrampilan, kecakapan, serta perubahan aspek aspek lain yang ada pada individu yang sedang belajar.
Dalam melaksanakan proses pembelajaran matematika sangat diakui bahwa pembelajaran tidak bisa berjalan dengan lancar tanpa ada faktor-faktor yang mempengaruhi. Pada garis besarnya ada dua faktor yang dapat mempengaruhi yaitu yang bersifat eksternal atau pengaruh
(37)
dari luar diri murid) dan faktor internal (pengaruh dari dalam diri murid itu sendiri), kedua faktor tersebut dapat dikemukakan secara berurutan sebagai berikut:
1) Faktor Eksternal
Yang dimaksud faktor eksternal adalah faktor yang bersumber dari luar seperti:
a) Pengaruh Guru
Menurut Muhibbin Syah bahwa:
Pada bayangan situasi dari pengajaran sekitar 94% guru-guru cenderung mengakui bahwa pengajaran yang baik seimbang dengan pengendalian kelas yang baik dan keterampilan guru yang baik/tinggi mempunyai korelasi yang signifikan terhadap meningkatnya prestasi belajar siswa yang lebih tinggi terhadap mata pelajaran.[14]
Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan maka kompetensi guru sangat berperan penting dalam proses belajar mengajar. Dengan berbagai kemampuan dasar yang dimiliki oleh guru sangat membantu untuk memperlancar pembelajaran karena guru yang memiliki segudang kemampuan mampu untuk menciptakan proses belajar
(38)
mengajar yang efektif sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai dengan mudah. Selain itu, pribadi seorang guru juga berpengaruh terhadap kegiatan pembelajaran. Seorang guru dengan pribadi yang baik akan mudah untuk berinteraksi dengan murid-muridnya, sedangkan pribadi guru yang standar akan sangat mempengaruhi psikologis murid-muridnya dalam menerima pelajaran.
b) Pengaruh Materi Pelajaran
Sesuai kurikulum 1975 dalam buku IIIa tentang petunjuk model satuan pelajaran semestinya dalam setiap melakukan pembelajaran selalu harus dicantumkan materi pelajaran secara terinci. Jadi materi pelajaran tidak kurang pentingnya mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran. Tapi tidak terlepas dari kemampuan murid-murid, karena materi yang disajikan membutuhkan penguasaan yang berbeda-beda tergantung dari kesulitan materi yang diberikan oleh guru.
c) Pengaruh Metode Belajar Mengajar
Unsur metode mengajar berfungsi sebagai alat yang digunakan oleh guru dalam mendidik atau mengajar murid. Apabila tanpa penentuan dan penguasaan metode mengajar seorang guru dalam proses
(39)
pembelajaran maka proses pembelajaran setidaknya akan mengalami hambatan atau proses belajar mengajar akan kurang berjalan dengan optimal.
d) Pengaruh Situasi Kelas
Ruangan kelas adalah tempatnya berlangsungnya proses belajar mengajar yang perlu mendapat perhatian. Ruangan kelas harus ditata dengan baik agar menimbulkan situasi kelas yang menarik bagi siswa sehingga siswa akan senang dalam melakukan proses pembelajaran. e) Pengaruh Alat-alat Pelajaran dan Mengajar
Alat-alat pelajaran dan mengajar atau bias disebut dengan alat peraga berfungsi sebagai pembantu untuk lebih memudahkan menjelaskan, mengefektifkan, mempermudah serta memperlancar komunikasi guru dengan murid dalam proses belajar mengajar. Hal-hal yang sulit dipahami karena bersifat abstrak akan lebih mudah dipahami jika divisualisasikan dengan menggunakan alat peraga.
2) Faktor Internal
Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri pelajar ini terdiri dari: a) Faktor Fisik (jasmani)
(40)
Kondisi kesehatan anak yang kurang sehat dapat menjadi penghambat dalam proses pembelajaran. Kesehatan sangat berperan aktif dalam kelancaran pembelajaran, anak yang sering sakit-sakitan akan sulit menangkap materi pelajaran sedangkan anak selalu dalam kondisi stabil akan mudah untuk berkonsentrasi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
b) Faktor intelegensi
Faktor intelegensi seorang anak yang dimiliki merupakan kapasitas yang potensial, tetapi belum pasti ia dapat melaksanakan kapasitas itu dalam bentuk konkret, begitu pula seorang anak dapat melaksanakan kapasitet itu dalam bentuk konkret tetapi hanya sampai pada tingkat intelegensi yang dimilikinya. Faktor intelegensinya merupakan sebab yang dapat mempengaruhi suksesnya anak dalam belajar. Intelegensi ini merupakan potensi anak yang dibawa sejak lahir, maka setiap anak yang dilahirkan tidak sama tingkat intelegensinya.
Oleh sebab itu, sebaiknya guru berusaha untuk mengetahui anak didiknya, dan mau menelusuri tingkat intelegensinya yang dimiliki oleh setiap anak didiknya. Sehingga guru mampu menerapkan metode apa
(41)
yang sesuai dalam proses pembelajaran dengan tingkat intelegensi berbeda-beda yang dimiliki oleh siswanya.
c) Faktor Bakat dan Minat
Potensi bakat yang dibawa sejak lahir umumnya dalam bidang-bidang tertentu sehingga orang yang memang telah mempunyai bakat belajar sesuai dengan bakatnya dan secara tidak lansung proses pembelajaran akan berlangsung dengan lancar.
Minat merangsang kemampuan belajar siswa, karena minat belajar merupakan kecenderungan perasaan, maka murid cenderung untuk menekuninya jika daya minatnya terhadap sauatau pelajaran tinggi. Ada tidaknya minat dalam suatu pelajaran, dapat dilihat dalam cara mengikuti pelajaran. Dengan melihat tanda-tanda yang ada pada murid maka guru seharusnya berusaha untuk menfasilitasi minat siswa tersebut. Dengan demikian murid akan menaruh perhatian yang penuh terhadap pelajaran.
C. Efektivitas Model Perencanaan Pembelajaran Kemp terhadap Pembelajaran Matematika
Model Perencanaan pembelajaran Kemp adalah suatu konsep atau kerangka yang digunakan dalam proses belajar mengajar. Model ini
(42)
mempunyai delapan langkah dalam proses pelaksanaannya, diawali dengan menentukan tujuan umum, menganalisis karakteristik siswa, menentukan TU, menentukan materi pelajaran, menetapkan penjajagan awal, menentukan strategi belajar mengajar, mengkoordinasi sarana penunjang dan diakhiri dengan mengadakan evaluasi.
Mengacu pada kedelapan langkah-langkah pengembangan model perencanaan pembelajaran Kemp, maka dapat disimpulkan bahwa model perencanaan pembelajaran Kemp efektif untuk digunakan dalam proses belajar mengajar matematika guna pencapaian ketuntasan dan kecakapan belajar matematika sesuai dengan tujuan/sasaran yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran.
BAB III
METODE PENELITIAN A. Variabel dan Desain Penelitian
1. Variabel Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu sebagai berikut: a. Variabel bebas, yaitu Model Perencanaan Pembelajaran Kemp
(43)
b. Variabel terikat, yaitu Pembelajaran Matematika Siswa Kwlas Xc MAN I
Makassar
2. Desain Penelitian
Desain dalam penelitian ini adalah Pre-test and Post-test
Group[1]. Didalam desain ini observasi dilakukan 2 kali yaitu sebelum
eksperimen ( ) disebut pre-test, dan perlakuan atau treatmen sesudah
eksperimen ( ) disebut post-test, dengan model sebagai berikut:
X Keterangan:
: Pre-test X : Perlakuan
: Post-test
B. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi (universe) adalah totalitas dari semua objek atau individu
(44)
(bahan penelitian).[2] Sugiono mengatakan bahwa: “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/ subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.[3]
Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa populasi merupakan keseluruhan aspek, karakteristik atau fenomena tertentu dari objek yang menjadi pusat perhatian dari peneliti kemudian ditarik kesimpulannya.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X MAN I Makassar Negeri I yang berjumlah 100 orang.
b. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara tertentu yang juga memiliki karakteristik tertentu, jelas, lengkap yang dianggap mewakili populasi.[4] Setelah memilih populasi peneliti menentukan sampel dengan menggunakan purporsive sampling[5], yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu, karena siswa
kelas Xc MAN I Makassarmerupakan sekelompok siswa yang memiliki
(45)
dan atas pertimbangan tersebut siswa MAN I Makassar kelas Xc yang berjumlah 30 orang terpilih sebagai sampel pada penelitian ini.
C. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena (variabel) alam maupun sosial yang diamati. Suatu instrumen harus teruji validitas dan realibilitasnya agar dapat memperoleh data yang valid dan reliabel. Adapun instrumen yang peneliti gunakan adalah:
1. Tes Hasil Belajar Matematika.
Tes hasil belajar matematika merupakan instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur kemampuan pembelajaran matematika siswa
kelas Xc MAN I Makassar. Tes ini dilaksanakan dua kali berupa Pre-test
and Post-test.
2. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara atau interview merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang desain pembelajaran yang dibuat oleh guru matematika kelas Xc MAN I Makassar.
(46)
3. Pedoman Observasi.
Observasi merupakan instrumen penelitian yang digunakan untuk melihat aktivitas belajar matematika siswa kelas Xc MAN I Makassar pada saat proses belajar mengajar berlangsung.
4. Pedoman Dokumentasi.
Dokumentasi merupakan instrumen penelitian yang digunakan untuk memperoleh data berupa jumlah siswa kelas Xc MAN I Makassar.
D. ProsedurPengumpulan Data
1. Tahap Persiapan.
Tahap ini penulis terlebih dahulu melengkapi hal-hal yang dibutuhkan di lapangan yaitu: menyusun program pengajaran sesuai dengan kurikulum, menyusun instrument yang disesuaikan dengan materi.
2. Tahap Pelaksanaan.
Peneliti mengumpulkan data dengan langkah-langkah sebagai berikut: memberikan tes untuk mengetahui hasil pembelajaran matematika yang terdiri dari: Pre-test dan Post-test, melakukan dokumentasi dan observasi.
(47)
E. Teknik Analisis Data
Data yang sudah terkumpul akan dianalisis dengan menggunakan dua macam teknik statistik, yaitu statistik deskriptif dan statistik inferensial.
1. Analisis Statistik Deskriptif
Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis deskriptif, untuk mendeskripsikan pelaksanaan metode drill dalam belajar matematika. Hasil analisis deskriptif tersebut ditampilkan dalam bentuk nilai rata-rata dan persentase nilai rata-rata.
a. Rata-rata (Mean)
.………..[6]
b. Persentase (%) nilai rata-rata,
P =
Dimana : P : Angka persentase.
(48)
N : Banyaknya sample responden. [7]
Pedoman yang digunakan untuk mengubah skor mentah yang diperoleh siswa menjadi skor standar (nilai) untuk mengetahui tingkat daya serap siswa mengikuti prosedur yang ditetapkan oleh Depdikbud (2003) yaitu:
Tabel 1
Tingkat Penguasaan Materi
Tingkat penguasaan (%) Kategori Hasil Belajar
0 – 34 35– 54 55 – 64 65 – 84 85 – 100
Sangat rendah Rendah
Sedang Tinggi
Sangat tinggi[8]
2. Uji-t
Untuk pengujian hipotesis penelitian, maka teknik analisis data yang digunakan adalah uji-t dengan syarat kelompok data harus berdistribusi normal. Untuk keperluan ini dipergunakan teknik statistik t dengan rumus:
(49)
……….[9]
dengan: Md : Mean dari perbedaan pre-test dan post test
: Hasil belajar sebelum perlakuan (pre-test)
: Hasil belajar setelah perlakuan (post-test)
Xd : Deviasi masing-masing subjek : Jumlah kuadrat deviasi
N : Subjek pada sampel
Selanjutnya menguji hipotesis dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Mencari harga “Md” dengan menggunakan rumus:
(50)
c. Menentukan harga dengan menggunakan rumus:
d. Mencari harga pada table kritik
Mencari dengan menggunakan tabel distribusi t dengan taraf
signifikan , dan
e. Menentukan kriteria pengujian hipotesis
H0 diterima jika < t <
H0 ditolak jika t0 > atau t0 <
f. Membuat kesimpulan apakah penggunaan Model Perencanaan
(51)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Penggunaan Model Perencanaan Pembelajaran Kemp dalam Pembelajaran Matematika Siswa Kelas Xc MAN I Makassar
Untuk mengetahui pelaksanaan penggunaan Model Perencanaan Pembelajaran Kemp dalam pembelajaran matematika siswa Kelas Xc MAN I Makassar, peneliti mengumpulkan data melalui wawancara dan observasi.
1. Deskripsi data hasil wawancara pelaksanaan Model Perencanaan
Pembelajaran Kemp pada kelas Xc MAN I Makassar
Hasil Wawancara dengan Burhanuddin, S.Pd., guru matematika Kelas Xc MAN I Makassar pada tanggal 19 November 2008:
Tahap I: Menentukan General Purposes.
Pertanyaan: Apakah sebelum melakukan pembelajaran Bapak terlebih dahulu mempersiapkan rencana pembelajaran?
Jawaban : Ya, Karena menurut saya Mempersiapkan RPP sebelum memasuki ruangan kelas adalah suatu keharusan, RPP adalah alat dan pedoman dalam melakukan pembelajaran, dari RPP saya bisa
(52)
menentukan materi apa yang akan saya ajarkan, strategi ynag harus diterapkan, tujuan yang harus dicapai dan lain-lain.
Pertanyaan: Bagaimana perumusan tujuan desain pembelajaran yang bapak buat?
Jawaban: Menurut saya, perumusan tujuan umum itu sangat penting karena bisa mengarahkan kita sebagai tenaga pengajar bahwa ada yang harus tercapai dalam proses pembelajaran yang kita lakukan. Bukan saja masuk mengajar setelah itu selesai, tetapai ada target yang harus kita capai. Tapi tujuan umum saat ini telah berubah bentuk menjadi kompetensi dasar tapi intimya tetap sama yaitu tujauan yang akan dicapai dalam proses pembelajaran. Jadi, tujuan umum yang dulu sekarang saya gantikan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar.
Tahap II: Menentukan karakteristik siswa Learner Characteristic.
pertanyaan: Apakah dalam mendesain sebuah rencana pembelajaran bapak mempertimbangkan karakteristik siswa?
Jawaban: Ya, Karena dalam satu kelas pastinya karakteristik siswa berbeda-beda. Sehingga dalam menghadapi mereka dibutugkan cara yang berbeda-beda pula disesuaikan dengan karakteristik yang mereka miliki.
(53)
Begitu halnya dalam melakukan pembelajaran, strategi yang digunakan disesuaikan dengan karakteristik siswa agar terjadi interaksi yang baik antara pendidik dengan siswa. Sehingga pembelajaran yang efektif dapat tercapai.
Pertanyaan: Bagaimana cara mengetahui karakteristik siswa?
Jawaban: Biasanya saya bertanya langsung kepada siswa, melakukan pengamatan baik dalam dan di luar ruangan, serta memberikan lembaran pertanyaan kepada para siswa.
Tahap III: Menentukan inikator Learning objevtives.
Pertanyaan: Apakah bapak membuat Indikator pembelajaran?
Jawaban: Ya, dalam desaim pembelajaran selalu terdapat indicator pembelajaran karena Imdikator pembelajaran inilah yang harus dicapai dalam proses pembelajaran. Selain itu, dengan adanya indicator saya bias menentukan materi apa yang harus dipelajari atau diajarkan dan bias melakukan evaluasi untuk mengetahui apakah indikator telah tercapai atau tidak.
(54)
Pertanyaan VI : Bagaimana cara pengaturan atau materi yang akan diajarkan?
Jawaban : Saya memilih dan mengatur materi berdasarkan indikator yang telah ada sebelumnya.
Tahap V: Menetapkan penjajagan awal Pre Assesment.
Pertanyaan: Apakah Bapak biasa menerapkan pretest?
Jawaban: Ya, saya biasa menerapkan pretest kepada siswa untuk menguji tingkat pengetahuan merekas terhadap materi yang akan saya ajarkan.
Tahap VI: Menentukan strategi program belajar mengajar
Teaching Learning Activities Resources.
Pertanyaan: Bagaimana penentuan strategi belajar mengajar?
Jawaban: Saya memilih strategi belajar mengajar berdasarkan materi dan kondisi internal dan eksternal siswa, diantaranya mempertimbangkan karakteristik siswa dan kondisi ruangan kelas.
Tahap VII: Mengkoordinasi sarana penunjang Support services.
Pertanyaan: Apakah Bapak biasa menggunakan sarana penunjang untuk mendukung proses pembelajaran.
(55)
Jawaban: Ya, tetapi saya sesuaikan dengan materinya. Jika materi ajar membutuhkan sarana penunjang maka saya akan menggunakan tetapi jika materinya bias dituntaskan dengan efektif tanpa adanya sarana penunjang maka saya tidak menggunakannya.
Tahap VIII: Mengadakan evaluasi Evaluation.
Pertanyaan X : Bagaimana penentuan dan pelaksanaan evaluasi dalam proses pembelajaran?
Jawaban : Evaluasi saya lakukan terhadap para siswa jika materi yang telah diajarkan tuntas. Evaluasi saya lakukan untuk mengetahui sejauhmana pengetahuan mereka terhadap materi yang telah diajarkan. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan terhadap guru matematika kelas Xc MAN I Makassar maka dapat disimpulkan bahwa Model perencanaan efektif digunakan dalam pembelajaran matematika. 2. Deskripsi pembelajaran matematika siswa kelas Xc MAN I Makassar
dapat dilihat dari hasil observasi (pengamatan langsung) dan ditampilkan dalam bentuk check list
Tabel 2
(56)
No Komponen Yang Diamati Pertemuan
I II III IV V
1. Siswa yang hadir pada saat pembelajaran
berlangsung
30 28 29 30 30
2. Siswa yang memperhatikan materi yang diajarkan P
R E T E S T
22 21 24 P
O S T T E S T
3. Siswa yang mencatat materi yang diajarkan 30 29 28
4. Siswa yang bertanya pada saat pembelajaran
berlangsung
10 5 6
5. Siswa yang mengerjakan contoh soal di papan tulis 3 4 3
6. Siswa yang diminta untuk dibimbing langsung
dalam menyelesaikan tugas
7 6 4
7. Siswa yang mengerjakan tugas (quiz) 4 3 3
8. Siswa yang mampu mengerjakan tugas (PR) 20 23 22
B. Deskripsi Pembelajaran Matematika Siswa Kelas Xc Madrasah Aliyah Negeri (MAN) I Makassar.
1. Deskripsi pembelajaran matematika sebelum penggunaan model
perencanaan Pembelajaran Kemp
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di kelas Xc MAN I Makassar, penulis dapat menimpulkan data melalui instrument tes dan memperoleh data pembelajaran matematika melalui tes hasil belajar berupa nilai siswa kelas Xc MAN I Makassar.
(57)
Deskripsi data pembelajaran matematika siswa kelas Xc MAN I Makassar sebelum penggunaan Model Perencanaan Pembelajaran Kemp sebagai berikut:
Tabel 3
No. Tester Nilai
17 0 18 0 19 40 20 70 21 40 22 40 23 0 24 50 25 45 26 0 27 35 28 40 29 50 30 40 Jml 975
Skor nilai sebelum penggunaan Model Perencanaan Pembelajaran Kemp
No. Tester Nilai
1 20 2 20 3 15 4 0 5 35 6 0
(58)
7 100
8 50
9 40
10 40
11 40
12 40
13 0
14 45
15 35
16 45
1) Rata-rata (Mean)
Dari hasil perhitungan diatas diperoleh rata-rata nilai hasil belajar siswa kelas Xc MAN I Makassar sebelum penggunaan model perencanaan Pembelajaran Kemp yaitu 32,5 dari nilai ideal 100.
2) Persentase (%) nilai hasil belajar
Table hasil belajar dibuat dalam table frekuensi sebagai berikut: Tabel 4
Frekuensi nilai sebelum penggunaan Model Perencanaan Pembelajaran Kemp
(59)
skor Tingkat Penguasaan
Frekuensi Persentase Kategori Hasil
Belajar 81-100
61-80 41- 60 21 – 40 0 - 20
81%-100% 61%-80% 41% - 60% 21% - 40% 0% - 20%
1 1 6 12 10 3,33% 3,33% 20% 40% 33,34 Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah Berdasarkan data yang diperoleh pada Tabel 4 dapat disimpulkan bahwa secara umum hasil belajar matematika siswa kelas Xc MAN I Makassar sebelum penggunaan model perencanaan Pembelajaran Kemp dikategorikan rendah. Hal ini ditunjukkan dari perolehan nilai pada kategori tinggi sebesar 40% dari 30 siswa.
2. Deskripsi pembelajaran matematika setelah penggunaan Model
Perencanaan Pembelajaran Kemp
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di kelas Xc MAN I Makassar, penulis menyimpulkan data melalui instrument tes dan memperoleh data pembelajaran matematika melalui hasil belajar berupa nilai siswa kelas Xc MAN I Makassar.
(60)
Deskripsi data hasil belajar siswa kelas Xc MAN I Makassar setelah penggunaan Model Perencanaan Pembelajaran Kemp sebagai berikut:
Tabel 5
No. Tester Nilai
17 40
18 40
19 70
20 90
21 50
22 50
23 60
24 70
25 70
26 50
27 50
28 70
29 60
30 55
Jumlah 1790
Skor nilai sesudah penggunaan Model Perencanaan Pembelajaran Kemp
(61)
1 60
2 70
3 40
4 40
5 45
6 40
7 100
8 60
9 80
10 50
11 50
12 60
13 50
14 60
15 100
16 60
1) Rata-rata (Mean)
Dari hasil perhitungan diatas diperoleh rata-rata nilai hasil belajar siswa kelas Xc MAN I Makassar setelah penggunaan model perencanaan Pembelajaran Kemp yaitu 59,67 dari nilai ideal 100.
2) Persentase (%) nilai hasil belajar
Table hasil dibuat dalam table frekuensi sebagai berikut: Tabel 6
(62)
Frekuensi nilai sesudah penggunaan Model Perencanaan Pembelajaran Kemp
skor Tingkat
Penguasaan
Frekuensi Persentase Kategori Hasil
Belajar 81-100
61-80 41- 60 21 – 40 0 - 20
81%-100% 61%-80% 41% - 60% 21% - 40% 0% - 20%
3 6 16 5 0 10% 20% 53,33% 16,67% 0% Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah Berdasarkan data yang diperoleh pada Tabel 6 dapat disimpulkan bahwa secara umum hasil belajar matematika siswa kelas Xc MAN I Makassar setelah penggunaan model perencanaan Pembelajaran Kemp dikategorikan sedang. Hal ini ditunjukkan dari perolehan nilai pada kategori tinggi sebesar 53,33% dari 30 siswa.
C. Efektivitas Penggunaan Model Perencanaan Pembelajaran Kemp dalam Pembelajaran Matematika Siswa Kelas Xc MAN I Makassar
(63)
Efektivitas penggunaan model perencanaan pembelajaran Kemp dalam pembelajaran matematika siswa kelas Xc MAN I Makassar dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 7
Analisis Skor Pre-Test dan Post Test
No X X d = (X X
)
d2 = (X –Y)2
1 20 60 40 I600
2 20 70 50 2500
3 15 40 25 625
4 0 40 40 1600
5 35 45 10 100
6 0 40 40 1600
7 100 100 0 0
8 50 60 10 100
9 40 80 40 1600
10 40 50 10 100
11 40 50 10 100
12 40 60 20 400
13 0 50 50 2500
14 45 60 15 225
15 35 100 65 4225
16 45 60 15 225
17 0 40 40 1600
18 0 40 40 1600
19 40 70 30 900
20 70 90 20 400
(64)
22 40 50 10 100
23 0 60 60 3600
24 50 70 20 400
25 45 70 25 625
26 0 50 50 2500
27 35 50 15 225
28 40 70 30 900
29 50 60 10 100
30 40 55 15 225
Jml 975 1790 815 30775
Selanjutnya menguji hipotesis dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Mencari harga “Md” dengan menggunakan rumus:
b. Mencari harga dengan rumus
c. Menentukan hasil.
d. Menentukan harga
Mencari dengan menggunakan tabel distribusi t dengan taraf signifikan , dan . Maka diperoleh
(65)
e. Menentukan kriteria pengujian hipotesis
H0 diterima jika -1,699< t < 1,699
H0 ditolak jika t0 >1,699 atau t0 < -1,699
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data baik analisis deskriptif maupun analisis inferensial yang diperoleh hasil penelitian sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan terhadap guru
matematika kelas Xc MAN I Makassar pelaksanaan model perencanaan pembelajaran Kemp dalam pembelajaran matematika kelas Xc MAN I Makassar telah dilakukan dengan melaksanakan kedelapan langkah yang ada dalam model perencanaan pembelajaran Kemp. Kedelapan langkah
itu diawali dengan menentukan General Purposes, menentukan
karakteristik siswa (Learner Characteristic), menentukan inikator
(66)
menetapkan penjajagan awal (Pre Assesment), menentukan strategi
program belajar mengajar, mengkoordinasi sarana penunjang (Support
services), mengadakan evaluasi (Evaluation).
2. Hasil belajar matematika siswa kelas Xc MAN I Makassar sebelum
penggunaan model perencanaan Pembelajaran Kemp dikategorikan rendah. Hal ini ditunjukkan dari perolehan nilai pada kategori tinggi sebesar 40% dari 30 siswa..
3. Hasil belajar matematika siswa kelas Xc MAN I Makassar setelah
penggunaan model perencanaan Pembelajaran Kemp dikategorikan sedang. Hal ini ditunjukkan dari perolehan nilai pada kategori tinggi sebesar 53,33% dari 30 siswa.
4. Dari hasil uji hipotesis dengan menggunakan uji-t diperoleh nilai
dan maka dapat
disimpulkan bahwa ditolak. Dengan demikian ini menunjukkan
pembelajaran matematika dengan penerapan Model perencanaan pembelajaran Kemp sangat efektif .
(67)
Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini, maka penulis mengemukakan beberapa saran sebagai berikut:
1. Pembelajaran matematika dengan menggunakan Model Perencanaan
Pembelajaran Kemp layak untuk dipertimbangkan menjadi model perencanaan pembelajaran alternatif, untuk diterapkan di sekolah-sekolah dengan mempertimbangkan faktor-faktor dalam satu kelas dalam upaya meningkatkan efektifitas pembelajaran matematika siswa, karena dengan pembelajaran ini, siswa lebih kreatif, aktif baik di dalam kelas maupun di luar kelas, sehingga dapat belajar lebih optimal.
2. Perlu adanya penelitian lanjutan mengenai penggunaan model
perencanaan pembelajaran Kemp dalam upaya meningkatkan pembelajaran matematika menjadi lebih efektif dan optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Arif Tiro, Muh. Dasar-dasar statistik. Makassar: State University Of Makassar
(68)
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta, 2006
Chairani, Zahra. Problem Posing Dalam Pembelajaran Matematik. www.
google.com, 2008.
Depdiknas, Pedoman umum sistem pengujian hasil kegiatan belajar. www.
google.com, 2007.
Haling, Abdul. Belajar dan Pembelajaran. Makassar: Badan Penerbit UNM.
2006
Harjanto. PerncanaanPengajaran. Jakarta: Rineka Cipta, 1997
Hasan, M. Iqbal. Pokok-pokok Materi Statistik 2 (Statistik Inferensial). Jakarta:
PT. Bumi Aksara. 2003
Lithanta, Agus. Alat Peraga Perkalian Model Matrik Sebagai Media
Pembelajaran Matematika Yang Menyenangkan. www. google .com, 2008
(69)
Murdiono, Mukhamad. Konsep Dasar Perencanaan Pembelajaran. www. google.com, 2008
Nugroho, Widyo. Pengaruh Strategi Pembelajaran. www. google.com, 2008.
Official Website SMA Negeri 3 Blitar. Metode Problem-Based Learning. www.
google.com, 2008.
Rohani. HM, Ahamad. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta, 2004
Rusman. Pendekatan dan Model Pembelajaran. www. google.com, 2008
Simanjuntak. Proses belajar mengajar. Bandung: tarsito. 1994
Slameto. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka
Cipta. 2003
Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
(70)
Sugiono. Metode Penelitian Administrasi. Jakarta: CV. Alfabeta. 2006
Sutrisno. Pengaruh Media Pengajaran Terhadap Prestasi Belajar Siswa, Pada
Pokok Bahasan Rumus Segitiga Dalam Trigonometri, Kelas 1 Sma Negeri 1 Batang. www. google.com, 2008.
(1)
e. Menentukan kriteria pengujian hipotesis H0 diterima jika -1,699< t < 1,699
H0 ditolak jika t0 >1,699 atau t0 < -1,699
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data baik analisis deskriptif maupun analisis inferensial yang diperoleh hasil penelitian sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan terhadap guru matematika kelas Xc MAN I Makassar pelaksanaan model perencanaan pembelajaran Kemp dalam pembelajaran matematika kelas Xc MAN I Makassar telah dilakukan dengan melaksanakan kedelapan langkah yang ada dalam model perencanaan pembelajaran Kemp. Kedelapan langkah itu diawali dengan menentukan General Purposes, menentukan karakteristik siswa (Learner Characteristic), menentukan inikator (Learning objevtives), menetukan materi pelajaran (Subject content),
(2)
menetapkan penjajagan awal (Pre Assesment), menentukan strategi program belajar mengajar, mengkoordinasi sarana penunjang (Support services), mengadakan evaluasi (Evaluation).
2. Hasil belajar matematika siswa kelas Xc MAN I Makassar sebelum penggunaan model perencanaan Pembelajaran Kemp dikategorikan rendah. Hal ini ditunjukkan dari perolehan nilai pada kategori tinggi sebesar 40% dari 30 siswa..
3. Hasil belajar matematika siswa kelas Xc MAN I Makassar setelah penggunaan model perencanaan Pembelajaran Kemp dikategorikan sedang. Hal ini ditunjukkan dari perolehan nilai pada kategori tinggi sebesar 53,33% dari 30 siswa.
4. Dari hasil uji hipotesis dengan menggunakan uji-t diperoleh nilai
dan maka dapat
disimpulkan bahwa ditolak. Dengan demikian ini menunjukkan
pembelajaran matematika dengan penerapan Model perencanaan pembelajaran Kemp sangat efektif .
(3)
Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini, maka penulis mengemukakan beberapa saran sebagai berikut:
1. Pembelajaran matematika dengan menggunakan Model Perencanaan Pembelajaran Kemp layak untuk dipertimbangkan menjadi model perencanaan pembelajaran alternatif, untuk diterapkan di sekolah-sekolah dengan mempertimbangkan faktor-faktor dalam satu kelas dalam upaya meningkatkan efektifitas pembelajaran matematika siswa, karena dengan pembelajaran ini, siswa lebih kreatif, aktif baik di dalam kelas maupun di luar kelas, sehingga dapat belajar lebih optimal.
2. Perlu adanya penelitian lanjutan mengenai penggunaan model perencanaan pembelajaran Kemp dalam upaya meningkatkan pembelajaran matematika menjadi lebih efektif dan optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Arif Tiro, Muh. Dasar-dasar statistik. Makassar: State University Of Makassar Press. 2000
(4)
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta, 2006
Chairani, Zahra. Problem Posing Dalam Pembelajaran Matematik. www.
google.com, 2008.
Depdiknas, Pedoman umum sistem pengujian hasil kegiatan belajar. www.
google.com, 2007.
Haling, Abdul. Belajar dan Pembelajaran. Makassar: Badan Penerbit UNM. 2006
Harjanto. Perncanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta, 1997
Hasan, M. Iqbal. Pokok-pokok Materi Statistik 2 (Statistik Inferensial). Jakarta: PT. Bumi Aksara. 2003
Lithanta, Agus. Alat Peraga Perkalian Model Matrik Sebagai Media Pembelajaran Matematika Yang Menyenangkan. www. google .com, 2008
(5)
Murdiono, Mukhamad. Konsep Dasar Perencanaan Pembelajaran. www.
google.com, 2008
Nugroho, Widyo. Pengaruh Strategi Pembelajaran. www. google.com, 2008.
Official Website SMA Negeri 3 Blitar. Metode Problem-Based Learning. www.
google.com, 2008.
Rohani. HM, Ahamad. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta, 2004 Rusman. Pendekatan dan Model Pembelajaran. www. google.com, 2008
Simanjuntak. Proses belajar mengajar. Bandung: tarsito. 1994
Slameto. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. 2003
Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. 1999
(6)
Sugiono. Metode Penelitian Administrasi. Jakarta: CV. Alfabeta. 2006 Sutrisno. Pengaruh Media Pengajaran Terhadap Prestasi Belajar Siswa, Pada
Pokok Bahasan Rumus Segitiga Dalam Trigonometri, Kelas 1 Sma Negeri 1 Batang. www. google.com, 2008.