Pengujian dengan regresi logistik ini menghasilkan kesimpulan bahwa model prediksi kebangkrutan berpengaruh pada penerimaan opini
going concern, sebaliknya pertumbuhan perusahaan, laverage dan reputasi auditor tidak berpengaruh pada penerimaan opini going concern.
Penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan sekarang ini memiliki perbedaan dan persamaan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian
terdahulu adalah terletak pada dimensi waktu serta variabel independent yang digunakan.
Persamaan antara penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu adalah penggunaan variabel terikatnya dependent variabel yakni penerimaan opini
audit dengan penjelasangoing concern serta penggunaan metode pengujian regresi logistik. Penelitian terdahulu digunakan sebagai bahan pertimbangan yang
mendukung penelitian ini.
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Teori Agensi
Jansen dan Meckling 1976 dalam Praptitorini 2007 : 5 menggambarkan hubungan agensi sebagai suatu kontrak dibawah satu atau lebih prinsipal yang
melibatkan agen untuk melaksanakan beberapa layanan bagi mereka dengan melakukan pendelegasian wewenang pengambilan keputusan kepada agen. Agen
dan prinsipal diasumsikan orang ekonomi rasional dan termotivasi oleh kepentingan pribadi, dan sering kali kepentingan antara keduanya berbenturan
Ikhasan dan Ishak, 2005 :57.Shareholders atau prinsipal mendelegasikan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
pembuatan keputusan mengenai perusahaan kepada manajer agen yang dianggap lebih memahami perusahaan. Namun, manajer tidak selalu bertindak sesuai
dengan keinginanshareholders. Adanya kesenjangan informasi atau asimetri informasi antara prinsipal
dengan agen menyebabkan prinsipal tidak mampu menentukan apakah agen bertindak optimal dalam menjalankan delegasi yang diberikan. Untuk itu
dibutuhkan pihak ketiga yang independen sebagai mediator pada hubungan antara prinsipal dengan agen. Pihak ketiga ini berfungsi untuk memonitor perilaku
manajer agen apakah sudah bertindak sesuai dengan keinginan prinsipal. Auditor adalah pihak yang dianggap mampu menjembatani kepentingan
pihak prinsipal dengan pihak manajer dalam mengelola keuangan perusahaan Setiawan, 2006 dalam Praptitorini 2007 : 6. Auditor melakukan fungsi
monitoring pekerjaan manajer melalui sebuah sarana yaitu laporan tahunan. Tugas auditor adalah memberikan opini atas laporan keuangan tersebut, mengenai
kewajarannya dan termasuk mempertimbangankan akan kelangsungan hidup perusahaan.
2.2.2 Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari suatu proses pencatatan, merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama
tahun buku bersangkutan Baridwan, 2007 : 17. Laporan keuangan dibuat oleh manajemen sebagai bentuk laporan pertanggungjawaban untuk mengelolah
perusahaan.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi menyangkut posisi keuangan, kinerja serta informasi keuangan lain yang dimiliki
oleh perusahaan. Informasi yang ada dalam laporan keuangan menjadi dasar dalam pengambilan keputusan bisnis oleh pihak manajemen, pemegang saham,
investor maupun kreditor dan pihak berkepentingan lainnya. Menurut Darsono dan ashari 2005 : 18-25, Laporan keuangan terdiri dari
5 komponen berikut : 1.
laporan posisi keuangan neraca, menginformasikan aset lancar dan aset tidak lancar serta liabilitas baik jangka pendek maupun jangka panjang
yang dimiliki perusahaan pada periode tersebut. 2.
Laporan laba rugi, menyajikan informasi mengenai pendapatan, beban serta laba atau rugi perusahaan selama periode tertentu.
3. Laporan perubahan ekuitas, menjelaskan perubahan modal yang terjadi
selama periode tertentu. 4.
Laporan arus kas, memberikan informasi mengenai sumber dan pengeluaran kas perusahaan melalui aktivitasnya operasi, investasi dan
pendanaan selama periode tertentu. 5.
Catatan atas laporan keuangan merupakan rincian berupa penjelasan umum berkaitan dengan laporan keuangan serta kebijakan akuntansi yang
diterapkan perusahaan dan pengungkapan penting lainnya.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Laporan keuangan harus disajikan secara wajar dengan menerapkan PSAK secara benar dan disertai pengungkapan dalam catatan atas laporan keuangan
PSAK, 2007.
2.2.3 Laporan audit
Laporan audit merupakan hasil akhir dari suatu penugasan auditor dalam penilaian kewajaran laporan keuangan perusahaan yang dibuat oleh auditor
KAP.Laporan audit bentuk baku terdiri atas : 1. judul laporan, standar auditing menyatakan bahwa judul laporan harus
mengandung kata independen dimaksudkan agar pemakai laporan mengetahui bahwa audit dilaksanakan oleh pihak independen.
2. alamat laporan audit, mencantumkan kepada siapa laporan audit ditujukan. umumnya mengalamatkan kepada dewan direksi dan pemegang saham.
3. paragraf pendahuluan, menjelaskan bahwa auditor telah melaksanakan audit dan menyatakan tanggung jawabnya hanya sebatas pada opini audit.
4. paragraf ruang lingkup, pernyataan faktual tentang proses audit yang dilakukan auditor berdasarkan standar auditing yang berlaku umum.
5. paragraf pendapat, berisiopini auditor atas kewajaran laporan keuangan. 6. paragraf penjelas jika dibutuhkan, dalam kondisi tertentu auditor
menambahkan paragraf penjelas sebagai informasi tambahan. 7. nama KAP, menunjukkan KAP yang melaksanakan audit.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
8. tanggal laporan audit, menunjukkan tanggal auditor menyelesaikan
prosedur auditnyaArens, 2007 : 58. 2.2.4 Going
Concern
Hany et. al. 2003 dalam Santosa dan Wedari 2007 mendefinisikan going concern adalah kelangsungan hidup suatu badan usaha, yakni kemampuan
mempertahankan kegiatan usahanya dalam waktu yang panjang, tidak dilikuidasi dalam jangka waktu pendek. Setiawan 2006 dalam Santosa dan Wedari 2007
menyatakan bahwa going concern sebagai asumsi bahwa perusahaan dapat mempertahankan hidupnya secara langsung akan mempengaruhi laporan
keuangan. Laporan keuangan yang disiapkan dengan dasar going concernakan mengasumsikan bahwa perusahaan akan bertahan melebihi jangka waktu pendek.
Petronela 2004 dalam Santosa dan Wedari2007 menyatakan kajian atas going concern dapat dilakukan dengan melihat kondisi internal perusahaan yang
tercermin dalam profitabilitas, likuiditas ataupun respon investor terhadap perusahaan. Prediksi tentang kemungkinan bangkrut atau tidaknya suatu
perusahaan termasuk salah satu komponen keputusan tentang going concern. Dengan demikian, jika suatu perusahaan dinyatakan dalam kategori bangkrut oleh
model keputusan tersebut, prediksi ini akan membantu kepastian dalam opini auditor yang berkaitan dengan kelangsungan hidup entitas. Arens 2007 : 66
Sekalipun tujuan audit bukan untuk mengevaluasi kesehatan keuangan perusahaan, auditor memiliki tanggung jawab untuk mengevaluasi apakah
perusahaan dapat terus bertahan going concern.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.2.5 Opini Audit
Tujuan audit umum atas laporan keuangan oleh auditor independen adalah untuk menyatakan pendapat atas kewajaran, dalam semua hal yang material,
posisi keuangan dan hasil usaha serta arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum SA Seksi 110. Dengan kata lain dalam melakukan
penugasan umum, auditor bertugas memberikan opini atas laporan keuangan klien.
Pendapat atau opini merupakan bagian yang tak terpisah dari laporan audit. Laporan audit penting sekali dalam suatu audit atau proses atestasi lainnya
karena laporan tersebut menginformasikan pemakai informasi mengenai apa yang dilakukan auditor dan kesimpulan yang diperolehnya. Pendapat audit dituangkan
dalam paragraf pendapat yang merupakan bagian dari laporan audit. Terdapat 5 jenis opini audit Mulyadi, 1998 yaitu :
1. Pendapat wajar tanpa pengecualian Unqualified Opinion
Pendapat wajar tanpa pengecualian diberikan oleh auditor jika tidak terjadi pembatasan dalam ruang lingkup dan tidak terdapat pengecualian yang signifikan
mengenai kewajaran dan penerapan prinsip akuntansi berterima umum dalam penyusunan laporan keuangan. Kata wajar dalam paragraf pendapat mempunyai
makna bebas dari keragu-raguan dan ketidakjujuran. Laporan auditdengan pendapat wajar tanpapengecualian diterbitkan oleh auditor jika:
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
a. Laporan keuangan disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi
berterimaumum di Indonesia. b.
Perubahan penerapan prinsip akuntansi berterima umum dari periode ke periode telah cukup dijelaskan.
c. Dalam pelaksanaan perikatan, seluruh standar umum dapat dipenuhi
olehauditor. d.
Bukti kompeten cukup dapat dikumpulkan oleh auditor, dan auditor telahmelaksanakan perikatan sedemikian rupa sehingga
memungkinkan untukmelakukan tiga standar pekerjaan lapangan. e.
Tidak ada keadaan yang mengharuskan auditor untuk menambahparagrafpenjelas atau modifikasi kata-kata dalam laporan
audit. 2.
Pendapat wajar tanpa pengecualiaan dengan paragraf penjelas unqualified opinion with explanatury language.
Jika terdapat hal-hal yang memerlukan bahasa penjelasan, namun laporan keuangan tetap menyajikan secara wajar maka auditor menambahkan suatu
paragraf penjelasdalam laporan audit, meskipun tidakmempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporan keuanganauditan.Paragaraf penjelas
dicantumkan setelah paragraf pendapat. Keadaanyang menjadipenyebab utama ditambahkannya suatu paragraph penjelas ataumodifikasi kata‐kata dalam laporan
audit baku adalah:
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
a. Ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi berterima umum.
b. Keraguan besar tentang kelangsungan hidup. c. Auditor setuju dengan suatu penyimpangan dari prinsip akuntansi
yangdikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan. d. Penekanan atas suatu hal. Misal adanya transaksi dangan pihak terkait
yang bernilai besar, peristiwa penting yang terjadi setelah tanggal neraca, ketidakpastian material yang diungkap dalam catatan kaki.
e. Laporan audit yang melibatkan auditor lain. 3.
Pendapat Wajar Dengan Pengecualian Qualified Opinion Pendapat wajar dengan pengecualian diberikan apabila auditee menyajikan
secara wajar laporan keuangan, dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia, kecuali untuk dampak hal-hal
yang dikecualikan. Pendapat wajar dengan pengecualian diberikan kepada perusahaan yang berada dalam kondisi sebagai berikut:
a. Tidak adanya bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan lingkup audit.
b. Auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting karena kondisi yang berada diluar kekuasaan klien maupun auditor.
4. Pendapat Tidak wajar Adverse Opinion
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Pendapat tidak wajar diberikan apabila auditor yakin bahwa laporan keuangan auditee secara keseluruhan mengandung salah saji yang material atau
menyesatkan sehingga tidak menyajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum. Pendapat tidak wajar diterbitkan setalah auditor
melakukan investigasi mendalam. 5.
Pernyataan Tidak Memberikan Pendapat Disclaimer Opinion Auditor menyatakan tidak memberikan pendapat jika dia
tidakmelaksanakan audit yang berlingkup memadai untuk memungkinkan auditormemberikan pendapat atas laporan keuangan. Pendapat ini juga
diberikanapabila auditor dalam kondisi tidak independen dalam hubungannya dengan klien.
Opini audit diberikan oleh auditor melalui beberapa tahap audit sehinggaauditor dapat memberikan kesimpulan atas opini yang harus diberikan
ataslaporan keuangan yang diauditnya. Arens 2007 mengemukakan bahwalaporan audit adalah langkah terakhir dari seluruh proses audit.
Dengandemikian, auditor dalam memberikan opini sudah didasarkan pada keyakinanprofesionalnya.
2.2.6 Opini Audit Dengan Penjelasan Going Concern
Opini auditdengan penjelasan going concern merupakan opini yang dikeluarkan auditor untuk memastikan apakah perusahaan dapat mempertahankan
kelangsungan hidupnya SPAP, 2011. Standar Auditing seksi 341 SPAP, 2011 menyebutkan bahwa audior bertanggungjawab untuk mengevaluasi apakah
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam periode waktu yang pantas, tidak melebihi satu
tahun sejak tanggal laporan keuangan yang di audit. Ramadhany, 2007 bila terdapat kesangsian terhadap kelangsungan hidup
entitas, maka auditor harus mempertimbangkan apakah disclosure pengungkapan yang terdapat dalam laporan keuangan dianggap wajar. Beberapa
diantaranya berkaitan dengan : a.
Kondisi atau peristiwa yang menimbulkan kesangsian besar mengenai going concern .
b. Dampak yang mungkin ditimbulkan oleh kondis peristiwa tersebut.
c. Kemunkinan dihentikannya operasi satuan usaha dilikuidasi.
d. Informasi mengenai kemungkinan pulihnya kembali satuan usaha.
Dalam SPAP SA Seksi 341 disebutkan beberapa pertimbangan atas kondisi dan peristiwa yang dapat menunjukkan adanya kesangsian besar tentang
kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu yang pantas diantaranya :
1. Tren negatif, sebagai contoh, kerugian operasi yang berulang terjadi, kekurangan modal kerja, arus kas negatif dari kegiatan usaha, rasio
keuangan penting yang buruk.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2. Petunjuk lain tentang kemungkinan kesulitan keuanganfinancial distress, sebagai contoh, kegagalan dalam memenuhi kewajiban
utang atau perjanjian serupa, penunggakan pembayaran dividen, penolakan oleh pemasok terhadap pengajuan permintaan pembelian
kredit biasa, restrukturisasi utang, kebutuhan untuk mencari sumber atau metode pendanaan baru, atau penjualan sebagian besar aktiva.
3. Masalah intern, sebagai contoh, pemogokan kerja atau kesulitan hubunganperburuhan yang lain, ketergantungan besar atas sukses
proyek tertentu, komitmen jangka panjang yang tidak bersifat ekonomis, kebutuhan untuk secara signifikan memperbaiki operasi.
4. Masalah luar yang telah terjadi, contoh, pengaduan gugatan pengadilan, keluarnya undang-undang atau masalah-masalah lain yang
kemungkinan membahayakan kemampuan entitas untuk beroperasi, kehilangan franchise, lisensi atau paten penting, kehilangan pelanggan
atau pemasok utama, kerugian akibat bencana besar, seperti gempa bumi, banjir, kekeringan, yang tidak diasuransikan atau diasuransikan,
namun dengan pertanggungan yang tidak memadai. Jika auditor yakin bahwa terdapat kesangsian besar mengenai kemampuan
entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas, maka auditor harus memperoleh informasi rencana manajemen yang
ditunjukkan untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa tersebut, dan menentukan apakah kemungkinan bahwa rencana tersebut dapat secara efektif
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
dilaksanakan. Jika manajemen tidak memiliki rencana yang dapat mengurangi dampak kondisi going concern tersebut, auditor harus mempertimbangkan
pendapat “disclaimer opinion” Sebaliknya apabila manajemen mempunyai rencana untuk mengurangi
dampak kondisi terhadap kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kontinuitas usahanya, auditor dapat mempertimbangkan rencana tersebut. Jika
berdasarkan pertimbangannya, auditor berkesimpulan bahwa rencana manajemen dapat secara efektif menjamin kelangsungan hidup usahanya dan klien
mengungkapkan keadaan tersebut dalam notes of finacial statement-nya, maka auditor dapat memberikan pendapat wajar tanpa pengecualiaan dengan bahasa
penjelasan unqualified opinion with explanatury language. Opini audit dengan penjelasangoing concern dapat diterbitkan pada
laporan audit dengan tambahan paragraf penjelas dibawah paragraf pendapat yang menjelaskan dampak kondisi terhadap kemampuan satuan usaha dalam
mempertahankan kelangsungan hidup usaha di masa mendatang. Opini audit dengan modifikasi mengenai going concern, mengindikasikan bahwa dalam
penilaian auditor terdapat resiko perusahaan tidak dapat bertahan dalam bisnis yang normal. Dilain pihak, perusahaan yang mempunyai kondisi keuangan yang
baik atau sehat memperoleh opini “standard” atau “unqualified”.
2.2.7 Financial Distress
Financial distress mempunyai makna kesulitan dana baik dalam arti kas maupun modal kerja. Menurut Hanafi dkk 2000 dalam Ramadhany 2004 :
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
31,financial distress yang dihadapi perusahaan bisa bersifat jangka pendek technical insolvency sampai dengan tingkat yang insolvabel actual insolvency.
Perusahaan dikatakan mengalami technical insolvencyjika tidak dapat memenuhi kewajiban lancar ketika jatuh tempo. Ketidakmampuan tersebut menunjukkan
perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan akan segera mengahadapi tagihan para krediturnya. Sedangkan yang insolvabel namun tidak mengalami kesulitan
jangka pendek masih memiliki kesempatan untuk memperbaiki kondisi keuangannya namun jika tidak berhasil maka perusahaan dapat mengarah pada
kebangkrutan atau likuidasi ataupun insolvabilitas Brigham dan Gapenski, 1997 www.google.com
. Kesulitan keuangan dapat terjadi akibat kerugian berulang atau kerugian
besar yang diderita suatu perusahaan yang kemudian menyebabkan timbulnya saldo laba negatif atau defisit, perusahaan yang dalam kondisi defisit mungkin
akan mengalami kesulitan dalam melakukan kegiatan operasional dan dalam pendanaan operasinya. Hal yang lebih buruk bila defisit yang terjadi
menyebabkan perusahaan melanggar persyaratan perjanjian kredit debt covenant. Hal ini mendorong perusahaan ke arah kebangkrutan PSAK, 2003
No.51. Kebangkrutan diartikan sebagai kegagalan perusahaan dalammenjalankan operasi perusahaan untuk menghasilkan laba Supardi dan Mastuti, 2003 dalam
Ramadhany 2004 : 30. 2.2.8 Debt
Default
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Dalam istilah akuntansi, debt utang adalah suatu kewajiban membayar kas atau barang kepada pihak yang telah meminjamkan. Default adalah
ketidakmampuan membayar, kegagalan.Debt Defaultdidefinisikan sebagai kelalaian atau kegagalan debitor untuk membayar utang pokok dan bunganya
pada waktu jatuh tempo Chen dan Church, 1992 dalam Ramadhany, 2004 : 41. Dalam penelitiannya menemukan bahwa kesulitan dalam mentaati persetujuan
hutang, fakta – fakta pembayaran yang lalai atau pelanggaran perjanjian, memperjelas masalah going concern suatu perusahaan.
Sebelum atau sesudah keadaan default ini terjadi, biasanya perusahaan akan menegoisasikan penjadualan hutang kembali restrukturisasi dengan
kreditor. Hal ini merupakan salah satu bentuk rencana manajemen untuk mengatasi kondisi yang berkaitan dengan kelangsungan hidup usahanya. SA
Seksi 341, paragraf 7. Restrukturisasi hutang merupakan suatu proses untuk merestruktur hutang bermasalah dengan tujuan untuk memperbaiki posisi
keuangan debitur. PSAK No. 54, 2009. Restrukturisasi hutang dapat mencakup pengubahan syarat hutang dengan syarat yang lebih ringan atau penundaan
pembayaran kas oleh debitur karena adanya konsesi khusus yang diberikan kreditur untuk membantu debitur meningkatkan kondisi keuangannya.
Jika default hutang telah terjadi atau proses negoisasi tengah berlangsung dalam rangka menghindari default selanjutnya, auditor cenderung mengeluarkan
opini audit dengan penjelasan going concern. Namun jika auditor meyakini bahwa tindakan tersebut tidak efektif menjamin kelangsungan hidup perusahaan maka
auditor mengeluarkan disclaimer opinion.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Dalam PSA 30, Praptitorini dan Januarti, 2007 : 7 indikator going concern yang banyak digunakan auditor dalam memberikan keputusan opini audit
adalah kegagalan dalam memenuhi kewajiban hutangnya default.Adanya status default dapat meningkatkan kemungkinan auditor mengeluarkan opini audit
dengan penjelasangoing concern.
Pengaruh status debt default terhadap penerimaan opini audit dengan penjelasan going concern
Sebagian besar penelitian terdahulu telah menggunakan rasio keuangan untuk mengidentifikasikan masalah going concern pada perusahaan Koh dan Tan
1999, Chen dan Church 1992, Mutcher 1985. Wawancara yang dilakukan Mutchler 1984 terhadap auditor menyatakan bahwa mereka tidak perlu
menggunakan analisis rasio dalam memutuskan keputusan going concern. Indikator going concern yang banyak digunakan auditor dalam memberikan
keputusan opini audit adalah kegagalan debitur dalam memenuhi kewajibannya default Ramadhany 2004 : 41.
Manfaat status default terhadap potensi masalah going concern juga diteliti oleh Chen dan Church 1992. Hasil penelitiannya menemukan hubungan positif
yang kuat antara status default dengan penerimaan opini audit dengan penjelasan going concern.
2.2.9 Opini Audit Sebelumnya
Muthcler 1984 dalam Ramadhany 2004 : 43 melakukan wawancara dengan praktisiauditor yang menyatakan bahwa perusahaan yang menerima opini
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
audit dengan penjelasangoing concern pada tahun sebelumnya lebih cenderung untuk menerima opini yang sama pada tahun berjalan. Hal ini juga didukung
penelitian dari Nogler 1995 dalam Santosa dan Wedari 2007 : 146 yang menemukan bukti bahwa setelah auditor mengeluarkan opini audit dengan
penjelasangoing concern, perusahaan harus menunjukkan peningkatan keuangan yang signifikan untuk memperoleh opini bersih unqualified opinion pada tahun
berikutnya, jika tidak mengalami peningkatan keuangan yang signifikan maka opini yang sama dapat kembali diberikan.
Adanya opini audit dengan penjelasangoing concern tahun sebelumnya akan menjadi faktor pertimbangan bagi auditor untuk mengeluarkan kembali
opini serupa pada tahun berikutnya. Dengan kata lain opini audit dengan penjelasangoing concern tahun sebelumnya yang telah diterima auditee dapat
mempengaruhi penerimaan opini tahun berikutnya.
Pengaruh opini tahun sebelumnya terhadap penerimaan opini audit dengan penjelasangoing concern
Ramadhany 2004 dalam penelitiannya menjelaskan bahwa opini audit tahun sebelumnya berpengaruh terhadap penerimaan opini audit dengan
penjelasan going concern. Muchler 1984 melakukan wawancara dengan praktisi auditor yang menyatakan bahwa perusahaan yang menerima opini audit dengan
penjelasan going concern pada tahun sebelumnya lebih cenderung untuk menerima opini yang sama pada tahun berjalan. Hal ini juga didukung penelitian
dari Nogler 1995 yang menemukan bukti bahwa setelah auditor mengeluarkan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
opini audit dengan penjelasan going concern, perusahaan harus menunjukkan peningkatan keuangan signifikan untuk memperoleh opini bersih unqualified
opinion pada tahun berikutnya. Santosa dan Wedari 2007 menyatakan hal yang sama dalam penelitiannya bahwa opini tahun sebelumnya berpengaruh positif
terhadap penerimaan opini auidt dengan penjelasan going concern berikutnya.
2.2.10 Pertumbuhan Perusahaan
Baik tidaknya kondisi keuangan perusahaan dapat dilihat dari pertumbuhan perusahaan yang terkait dengan laba maupun arus kas bersih
operasi. Laba yang tinggi pada umumnya menandakan arus kas yang tinggi Weston dan Brigham, 1993 dalam Santosa dan Wedari, 2007 : 146. Perusahaan
yang mempunyai pertumbuhan laba yang tinggi cenderung memiliki laporan sewajarnya, sehingga potensi untuk mendapatkan opini yang baik Unqualified
Opinion akan lebih besar. Almant 1958 dalam Santosa dan Wedari 2007 : 146 menyatakan bahwa
perusahaan dengan pertumbuhan negatif negative growthmengindikasikan kecenderungan yang lebih besar kearah kebangkrutan sehingga perusahaan yang
selalu memperoleh laba tidak akan mengalami kebangkrutan. Karena kebangkrutan merupakan salah satu dasar bagi auditor untuk memberikan opini
audit dengan penjelasangoing concern maka perusahaan yang mengalami pertumbuhan negatif akan makin tinggi kecenderungan untuk menerima opini
audit dengan penjelasan going concerndengan kata lain semakin tinggi pertumbuhan perusahaan maka semakin kecil kemungkinan penerimaan opini
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
audit dengan penjelasangoing concern.Dalam penelitian ini pertumbuhan
perusahaan diproksikan dengan rasio pertumbuhanlaba bersih yang didapat oleh perusahaan.
Pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap penerimaan opini audit dengan penjelasangoing concern
Laba yang tinggi pada umumnya menandakan arus kas yang tinggi Weston dan Brigham, 1993 dalam Santosa dan Wedari, 2007 : 146. Perusahaan
yang mempunyai pertumbuhan laba yang tinggi cenderung memiliki laporan sewajarnya, sehingga potensi untuk mendapatkan opini yang baikUnqualified
Opinion akan lebih besar. Almant 1958 dalam Santosa dan Wedari 2007 : 146 menyatakan bahwa
perusahaan dengan negative growth mengindikasikan kecenderungan yang lebih besar kearah kebangkrutan. kebangkrutan merupakan salah satu dasar bagi auditor
untuk memberikan opini audit dengan penjelasan going concern. semakin tinggi pertumbuhan perusahaan maka semakin kecil kemungkinan penerimaan
opiniaudit dengan penjelasn going concern. 2.3 Kerangka
Pikiran
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh antara variabel dependen berupa opini audit dengan penjelasangoing concern dengan variabel
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
independen yakni debt default, opini audit sebelumnya dan pertumbuhan perusahaan.
Gambar 1: Kerangka Pikir penelitian
2.4 Hipotesis