penuh konflik dapat meyebabkan remaja melakukan perilaku nakal. Kelas sosialkomunitas juga menjadi penyumbang faktor kenakalan
remaja. Kelas sosial yang rendah cenderung melakukan kenakalan karena mereka memiliki kesempatan yang terbatas untuk mengembangkan
keterampilan mereka yang dapat diterima di masyarakat. Dalam penelitian ini, peneliti membatasi faktor kenakalan remaja dalam hal
kontrol diri dan proses keluarga.
3. Bentuk Kenakalan Remaja
Jensen 1985, dalam Sarwono, 2005 membagi kenakalan menjadi empat jenis. Pertama, kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada
orang lain, seperti perkelahian, perkosaan, perampokan, pembunuhan, dan lain-lain. Kedua, kenakalan yang menimbulkan korban materi,
seperti perusakan, pencurian, pencopetan, pemerasan, dan lain-lain.
Ketiga, kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban di pihak orang lain, seperti pelacuran, penyalahgunaan obat. Di Indonesia mungkin
dapat juga dimasukan hubungan seks sebelum menikah dalam jenis ini. Keempat, kenakalan yang melawan status, misalnya mengingkari status
anak sebagai pelajar dengan cara membolos, mengingkari status orangtua dengan cara minggat dari rumah atau membantah perintah mereka dan
sebagainya. Pada usia mereka, perilaku-perilaku mereka memang belum melanggar hukum dalam arti yang sesungguhnya karena yang dilanggar
adalah status-status dalam lingkung primer keluarga dan sekunder sekolah yang memang tidak diatur oleh hukum secara terinci.
Delinkuen merupakan produk konstitusi mental serta emosi yang sangat labil dan defektif, sebagai akibat dari proses pengkondisian
lingkungan buruk terhadap pribadi anak, yang dilakukan oleh anak muda tanggung usia, puber, dan adolesens Kartono, 2007.
Adler 1952, dalam Kartono, 2007 menjabarkan bentuk-bentuk perilaku delinkuen sebagai berikut:
a. Kebut-kebutan di jalanan yang mengganggu keamanan lalu lintas,
dan membahayakan jiwa sendiri serta orang lain. b.
Perilaku ugal-ugalan, berandalan, urakan, yang mengacaukan ketentraman sekitar. Tingkah ini bersumber pada kelebihan energi
dan dorongan primitif yang tidak terkendali serta kesukaan menteror lingkungan.
c. Perkelahian antar gang, antar kelompok, antar sekolah, antar suku
tawuran, sehingga kadang-kadang membawa korban jiwa. d.
Membolos sekolah lalu bergelandangan sepanjang jalan, atau bersembunyi di tempat-tempat terpencil sambil melakukan
eksperimen bermacam-macam kedurjanaan dan tindakan asusila. e.
Kriminalitas anak remaja seperti perbuatan mengancam, memeras, mencuri dan pelanggaran lainnya.
f. Berpesta-pora, sambil mabuk-mabukan, melakukan hubungan seks
bebas. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
g. Perkosaan, agresivitas seksual, dan pembunuhan dengan motif
seksual. h.
Kecanduan dan ketagihan bahan narkotika obat bius; drugs yang erat bergandengan dengan tindak kejahatan.
i. Perjudian dan bentuk-bentuk permainan lain dengan taruhan
sehingga mengakibatkan ekses kriminalitas. j.
Penyimpangan tingkah-tingkah laku disebabkan oleh kerusakan pada karakter anak yang menuntut kompensasi, disebabkan adanya organ-
organ yang inferior. Mulyono 1995 mengatakan bahwa pada dasarnya perilaku
kenakalan dapat di golongkan menjadi dua golongan, di antaranya adalah:
a. Kenakalan remaja yang tidak digolongkan pada pelanggaran hukum,
antara lain: 1
Berbohong, memutar balikkan kenyataan dengan tujuan menipu orang atau menutupi kesalahan.
2 Membolos, pergi meninggalkan sekolah tanpa sepengetahuan
pihak sekolah. 3
Kabur, meninggalkan rumah tanpa ijin orangtua atau menentang keinginan orangtua.
4 Keluyuran, pergi sendiri maupun berkelompok tanpa tujuan, dan
mudah menimbulkan perbuatan iseng yang negatif. 5
Memiliki dan membawa benda yang membahayakan orang lain. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6 Bergaul dengan teman yang berpengaruh buruk.
7 Berpesta pora semalam suntuk tanpa pengawasan.
8 Membaca buku-buku porno, melihat film porno dan kebiasaan
menggunakan bahasa yang tidak sopan. 9
Berpakaian tidak pantas. b.
Kenakalan remaja yang tergolong pelanggaran hukum, antara lain: 1
Berjudi dengan menggunakan uang dan taruhan dengan benda lain.
2 Mencuri, mencopet, menjambret, merampas dengan atau tanpa
kekerasan. 3
Minum-minuman keras atau menghisap ganja sehingga merusak diri.
4 Penggelapan barang.
5 Turut dalam pelacuran atau melacurkan diri baik dengan tujuan
kesulitan ekonomi maupun yang lainnya. 6
Penipuan dan pemalsuan. 7
Pelanggaran tata susila, menjual gambar-gambar porno, pemerkosaan.
8 Tindakan-tindakan antisosial: perbuatan yang merugikan orang
lain. 9
Menyebabkan kematian orang lain, percobaan pembunuhan dan turut dalam pembunuhan.
10 Pengguguran kandungan.
11 Penganiayaan berat.
Sebagaimana yang telah disebutkan di atas bahwa untuk mendefinisikan bentuk perilaku kenakalan merupakan hal yang sulit
apakah tingkah laku seorang remaja semata-mata merupakan kenakalan remaja atau hanya merupakan kelainan tingkah laku sesuai dengan tahap
perkembangan. Maka dalam hal ini peneliti membatasi bentuk perilaku kenakalan yang dibagi menjadi dua golongan, yaitu kenakalan yang tidak
digolongkan pada pelanggaran hukum dan kebakalan yang tergolong pelanggaran hukum.
C. Self Regulated Learning