Pengamatan Bentuk Patahan Korosi

Dimana Lƒ adalah panjang akhir dan Lo panjang awal dari benda uji Persentase penguranganreduksi penampang Area Reduction Diukur sebagai pengurangan luas penampang cross- selection setelah perpatahan terhadap luas penampang awalnya  Rereduksi penampang, R = [Ao- AƒAo] x 100 2.3 Dimana Aƒ adalah luas penampang akhir dan Ao luas penampang awal 7. Modulus elastisitas E Modulus elastisitas atau modulus Young merupakan ukuran kekakuan suatu material. Semakin besar harga modulus ini maka semakin kecil regangan elastis yang terjadi pada suatu tingkat pembebanan tertentu, atau dapat dikatakan material tersebut semakin kaku stiff. Pada grafik tegangan-regangan, modulus kekakuan tersebut dapat dihitung dari slope kemiringan garis elastis yang linier, diberikan oleh : E = σε 2.4 Dimana α adalah sudut yang dibentuk oleh daerah elastis kurva tegangan-regangan. Modulus elastisitas suatu material ditentukan oleh energi ikat antar atom-atom, sehingga besarnya nilai modulus ini tidak dapat dirubah oleh suatu proses tanpa merubah struktur bahan.

2.4.2. Pengamatan Bentuk Patahan

Bentuk patahan yang diamati adalah patahan hasil dari pengujian tarik. Dari bentuk patahan dapat dilihat spesimen tersebut getas atau ulet. 1. Patahan Ulet Patahan ulet memberikan karakteristik berserabut dan gelap. Benda yang memiliki patahan ulet cenderung lebih disukai karena bahan yang ulet umumnya lebih tangguh dan memberikan peringatan terlebih dahulu dengan tanda-tanda sebelum terjadi kerusakan. Pengamatan patahan ulet dapat dilihat dengan mata telanjang, namun untuk lebih jelasnya dapat menggunakan alat stereoscan macroscope dan jika ingin lebih detail lagi dapat dengan foto SEM Scanning Electron Microscope. Pada Gambar 2.16 terlihat tahapan terjadinya patahan ulet pada sempel uji tarik. Gambar 2. 16 Proses patahan Ulet Sumber: Sriati Djaprie. Metalurgi Mekanik hal.262 Edisi 3 2. Patahan Getas Patah getas diawali dengan terjadinya retakan secara cepat dibandingkan patah ulet, tanpa deformasi plastis terlebih dahulu dan dalam waktu yang singkat. Retakpatahan merambat sepanjang bidang-bidang kristalin membelah atom-atom material transgranular. Pada Gambar 2.17 terlihat contoh patah getas. Gambar 2. 17 Patahan getas 2.5.Tinjauan Pustaka Penelitian dari PRAMUKO ILMU PURBOPUTO yang berjudul “Peningkatan Kekakuan Pegas Daun dengan Cara Quenching” menyatakan bahwa sifat fisis dan mekanis dari baja akan berbeda-beda bergantung dari perlakuan panas dan variasi pendinginan. Salah satu metode perlakuan tersebut adalah quenching. Quenching dilakukan dengan memanaskan benda uji pada suhu austenit yaitu 950 ℃ dengan waktu penahanan 30 menit kemudian didinginkan menggunakan tiga media pendingin yang berbeda, yaitu air, air garam, dan oli. Hasil pengujian memperlihatkan bahwa quenching oli jika dilihat secara struktur mikro didapatkan sedikit fasa martensit dan banyak endapan karbida pada batas butir serta austenite sisa, quenching air garam didapatkan fasa martensit halus dan merata, quenching air didapatkan fasa martensit kasar dan endapan karbida pada batas butir. Hasil pengujian kekerasan didapat bahwa spesimen quenching air garam memiliki nilai tertinggi yaitu 598,75 VHN dan selanjutnya adalah spesimen quenching air sebesar 592,98 VHN serta spesimen quenching oli sebesar 569,63 VHN. Pada pengujian impact didapatkan data spesimen quenching oli sebesar 0,193 Jmm 2 , selanjutnya adalah spesimen quenching air yaitu sebesar 0,04 Jmm 2 , dan yang paling getas adalah quenching air garam yaitu sebesar 0,28 Jmm 2 . Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa quenching dengan media pendinginan air garam memiliki kekerasan tertinggi, namun getas, sedangkan quenching dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI media pendinginan oli memiliki nilai kekerasan terendah, namun memiliki hasil pengujian impact yang paling tinggi. Penelitian dari RINALDO STEFANUS yang berjudul “Korosi Plat Baja Terelektroplating Nikel pada Lingkungan Pantai” menyatakan bahwa penulis ingin mengetahui penurunan ketebalan dan kekuatan tarik spesimen baik yang terelektroplating nikel maupun yang tidak terelektroplating nikel pada kondisi korosi di lingkungan pantai. Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai kekuatan tarik dari bulan pertama sampai ke empat selalu turun akibat dari korosi. Penurunan yang paling besar dialami oleh spesimen tanpa perlakuan dengan kekuatan tarik rata-rata awal adalah 30,84 kgmm 2 , pada bulan pertama turun menjadi 27,21 kgmm 2 , pada bulan kedua turun menjadi 24,05 kgmm 2 , pada bulan ketiga turun menjadi 19,56 kgmm 2 , dan pada bulan keempat kembali turun menjadi 19,55 kgmm 2 . Penurunan juga terjadi pada spesimen yang dilapisi nikel dengan kekuatan tarik rata-rata awal 31,80 kgmm 2 , pada bulan pertama turun menjadi 31,23 kgmm 2 , pada bulan kedua naik menjadi 31,73 kgmm 2 , pada bulan ketiga turun menjadi 29,06 kgmm 2 , dan pada bulan keempat kembali turun menjadi 26,26 kgmm 2 . Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa lapisan nikel dapat menghambat laju korosi logam oleh lingkungan pantai. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1.Skema Penelitian Gambar 3. 1 Skema Penelitian PEMBUATAN BENDA UJI UJI KOMPOSISI QUENCHING NORMALIZING Spesimen tanpa terkorosi Spesimen terkorosi 1 bulan PENGUJIAN BAHAN: 1. PENIMBANGAN 2. PENGHITUNGAN LAJU KOROSI 3. UJI TARIK 4. PENGAMATAN MAKRO ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN KESIMPULAN Spesimen terkorosi 2 bulan Spesimen terkorosi 3 bulan Spesimen terkorosi 4 bulan PERSIAPAN BAHAN 33