4.3.2 Besar Sampel
Perhitungan besar sampel pada penelitian ini menggunakan metode total sampling, dimana seluruh ibu-ibu penderita melasma yang mengunjungi
Posyandu diambil sebagai subjek penelitian. Jumlah ibu-ibu pengunjung ke tiap Posyandu adalah 25-30 orang. Estimasi besar sampel ditentukan melalui studi
awal yang dilakukan oleh peneliti yang menunjukkan hasil bahwa terdapat sekurang-kurangnya 10 ibu yang menderita melasma di tiap Posyandu. Maka
estimasi besar sampel adalah 75 responden.
4.4 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan pengisisan kuesioner oleh responden untuk mengetahui tingkat kualitas hidup penderita melasma pada ibu-ibu
pengunjung Posyandu. Pada saat pengumpulan data, peneliti menjelaskan kepada responden tentang tujuan dan manfaat penelitiannya. Responden diberikan
informed consent terlebih dahulu. Responden yang bersedia mengikuti penelitian diberi lembar kuesioner dan diberi kesempatan untuk bertanya pertanyaan yang
tidak dimengerti. Setelah selesai pengisisan, lembar kuesioner dikutip dan diperiksa kelengkapan datanya. Selanjutnya, lembar kuesioner dikutip untuk
menganalisis data.
4.5 Metode Pengelolaan dan Analisa Data 4.5.1 Pengelolaan Data
a. Editing : Editing yang dilakukan untuk memeriksa kelengkapan data. Apabila
data belum lengkap ataupun ada kesalahan data, akan dilengkapi dengan mewawancara ulang responden.
b. Coding : Data yang terkumpul dan dikoreksi ketepatan dan kelengkapan data
diberi kode secara manual oleh peneliti sebelum diolah dengan computer. c.
Entry : Data yang telah dibersihkan kemudian dimasukkan kedalam program komputer dengan menggunakan software SPSS.
Universitas Sumatera Utara
d. Cleaning data : Pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan kedalam
komputer guna menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data. e.
Solving : Penyimpanan data untuk siap dianalisa.
4.5.2 Metode Analisis Data
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software SPSS®. Data yang sudah diolah akan disajikan dalam bentuk tabel dan penjelasan mengenai
data akan disajikan dalam bentuk narasi.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 HASIL DAN PENELITIAN
5.1 Hasil Penelitian
Berikut ini, akan dijelaskan hasil dari penelitian tentang kualitas hidup penderita melasma pada ibu-ibu pengunjung Posyandu yang dilakukan di
Posyandu Kelurahan Tanjung Rejo, Kota Medan dengan sampel sebanyak 75 orang.
5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di 7 Posyandu yang aktif berjalan dari 19 Posyandu yang terdapat di Kelurahan Tanjung Rejo, Kecamatan Medan Sunggal, Kota
Medan. Nama-nama Posyandu tersebut adalah Melati 2, Melati 3, Melati 6, Melati 7, Melati 15, Melati 18, dan Melati 19.
5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden 5.1.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Tabel 5.1 : Distribusi Penderita Melasma pada Responden Berdasarkan Usia.
Usia Tahun Jumlah
Persentase
21-30 4
5.3
31-40 46
61.3 41-50
25 33.3
Total 75
100.0
Tabel 5.1 menunjukkan karakteristik responden pada ibu-ibu tersebut yang menderita melasma berdasarkan usia. Responden yang terbanyak adalah 31-40
tahun yaitu sebanyak 46 orang 61,3, 21-30 tahun sebanyak 4 orang 5,3, dan 41-50 tahun sebanyak 25 orang 33.3.
Universitas Sumatera Utara
5.1.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
Tabel 5.2 : Distribusi Penderita Melasma pada Responden Berdasarkan Pendidikan.
Pendidikan Jumlah
Persentase
SD 8
10.7 SMP
40 53.3
SMA 21
28.0 Perguruan Tinggi
6 8.0
Total 75
100.0
Tabel 5.2 menunjukkan karakteristik responden pada ibu-ibu tersebut yang menderita melasma berdasarkan pendidikan. Responden yang terbanyak adalah
SMP sebanyak 40 orang 53,3, SMA sebanyak 21 orang 28,0, SD sebanyak 8 orang 10,7, dan Perguruan Tinggi sebanyak 6 orang 8,0.
5.1.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Tabel 5.3 : Distribusi Penderita Melasma pada Responden Berdasarkan Pekerjaan.
Pekerjaan Jumlah
Persentase
Ibu rumah tangga 15
20.0 Wiraswasta
17 22.7
Penyapu jalan 12
16.0 Pegawai negeri sipil
6 8.0
Petani 3
4.0 Buruh bangunan
6 8.0
Buruh pabrik 16
21.3 Total
75 100.0
Tabel 5.3 menunjukkan karakteristik responden pada ibu-ibu tersebut yang menderita melasma berdasarkan pekerjaan. Responden terbanyak adalah
wiraswasta sebanyak 17 orang 22,7, buruh pabrik sebanyak 16 orang 21,3,
Universitas Sumatera Utara
ibu rumah tangga sebanyak 15 orang 20,0, penyapu jalan sebanyak 12 orang 16,0, buruh bangunan dan pegawai negeri sipil sebanyak 6 orang 8,0
masing-masing, dan petani sebanyak 3 orang 4,0.
5.1.2.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Menderitanya
Tabel 5.4 : Distribusi Penderita Melasma pada Responden Berdasarkan Lama Menderitanya.
Lama Menderita Melasma Tahun Jumlah
Persentase
≤ 1 30
40.0 1
45 60.0
Total 75
100.0
Tabel 5.4 menunjukkan karakteristik responden pada ibu-ibu tersebut yang menderita melasma berdasarkan lama menderitanya. Responden terbanyak adalah
1 tahun sebanyak 45 orang 60,0 dan ≤ 1 tahun sebanyak 30 orang 40,0.
5.1.2.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Lokasi Melasma
Tabel 5.5 : Distribusi Penderita Melasma pada Responden Berdasarkan Lokasinya.
Lokasi Melasma Jumlah
Persentase
Sentrofasial pipi, dahi, hidung, di atas bibir dan dagu
31 41.3
Malar pipi dan hidung 30
40.0 Mandibular dagu
14 18.7
Total 75
100.0
Tabel 5.5 menunjukkan karakteristik responden pada ibu-ibu tersebut yang menderita melasma berdasarkan lokasinya. Responden terbanyak adalah
sentrofasial sebanyak 31 orang 41,3, malar sebanyak 30 orang 40,0, dan mandibular sebanyak 14 orang 18,7.
Universitas Sumatera Utara
5.1.2.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Terpapar Matahari
Tabel 5.6 : Distribusi Penderita Melasma pada Responden Berdasarkan Lama Terpapar Matahari.
LamaTerpapar Matahari Jam Jumlah
Persentase
1-2 25
33.3
3-4 13
17.3 5-6
37 49.3
Total 75
100.0
Tabel 5.6 menunjukkan karakteristik responden pada ibu-ibu tersebut yang menderita melasma berdasarkan lama terpapar matahari. Responden yang
terbanyak adalah 5-6 jam sebanyak 37 orang 49,3, 1-2 jam sebanyak 25 orang 33,3, dan 3-4 jam sebanyak 13 orang 17,3.
5.1.3 Pengukuran Kualitas Hidup
Tabel 5.7 : Distribusi Kualitas Hidup Penderita Melasma
Kategori Kualitas Hidup
Kualitas Hidup Jumlah
Persentase
7 – 19 20 – 32
Sangat Baik 0.0
Baik 16
21.3 33 – 45
Sedang 52
69.3 46 – 58
Buruk 7
9.3 59 – 70
Sangat Buruk 0.0
Total 75
100.0
Tabel 5.7 menunjukkan tingkat kualitas hidup penderita melasma pada ibu-ibu tersebut yang diukur dengan menggunakan MelasQoL. Subjek penelitian
terbanyak berada di tingkat sedang sebanyak 52 orang 69.3, tingkat baik sebanyak 16 orang 21.3, dan tingkat buruk sebanyak 7 orang 9.3. Tidak
ada responden pada tingkat sangat baik ataupun sangat buruk.
Universitas Sumatera Utara
5.2 Pembahasan
Melasma adalah gangguan kulit yang banyak dijumpai yang ditandai dengan bercak hiperpigmentasi lokal pada kulit yang terpapar sinar matahari. Secara
histologi, daerah yang terkena menunjukkan peningkatan produksi dan transfer melanosom ke keratinosit Cestari, 2005. Melasma menyebabkan efek yang
sangat besar pada kualitas hidup pasien Ali, 2013. Dalam penelitian ini, total sampel berjumlah 75 orang ibu-ibu pengunjung
Posyandu di Kelurahan Tanjung Rejo, Kota Medan. Responden memiliki rentang usia antara 29 hingga 50 tahun dengan angka kejadian melasma tertinggi yaitu
kelompok usia 31-40 tahun sebanyak 46 orang 61,3. Menurut penelitian sebelumnya oleh Rikyanto 2003 di Poli Kulit RSUD Kota Yogyakarta selama 3
tahun, kelompok usia kasus melasma dijumpai terbanyak pada kelompok usia 31- 40 tahun 42,4. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan insiden
melasma terbanyak terjadi pada wanita usia subur yaitu usia 30-44 tahun akibat pengaruh hormon. Hormon yang berperan seperti Melanin Stimulating Hormone
MSH, ACTH, lipotropin, estrogen, dan progesterone yang dapat meningkatkan melanogenesis Damayanti, 2004.
Ibu-ibu yang menderita melasma tersebut terbanyak berpendidikan SMP sebanyak 40 orang 53,3. Tingkat pendidikan mungkin berhubungan dengan
kesadaran masyarakat yang berkaitan dalam hal melindungi kesehatan kulit. Perilaku kesehatan dipengaruhi salah satunya oleh pengetahuan karena
pengetahuan merupakan hasil dari mengetahui dan ini terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek yang berimplikasi terhadap
perubahan perilaku seseorang Notoatmodjo, 2007. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan terbagi menjadi 7 yaitu ibu
rumah tangga, wiraswasta, penyapu jalan, pegawai negeri sipil, petani, buruh bangunan, dan buruh pabrik dengan pekerjaan wiraswasta memiliki frekuensi
tertinggi yaitu 17 orang 22,7. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Sudharmono dkk. 2004, dimana berdasarkan pekerjaan didapatkan terbanyak
adalah ibu rumah tangga sebanyak 45,52 dan pada penelitian yang dilakukan
Universitas Sumatera Utara
oleh Rikyanto 2003 di Poli Kulit RSUD Kota Yogyakarta yang mengatakan frekuensi kunjungan terbanyak adalah pegawai negeri sipil 57,3.
Ibu-ibu penderita melasma tersebut terbanyak menderita melasma 1 tahun sebanyak 45 orang 60.0. Penelitian sebelumnya oleh Suhartono 2001 di
Klinik Keluarga Berencana RSUP Dr. Kariadi Semarang yang mengatakan frekuensi kunjungan terbanyak adalah pasien yang umumnya menderita melasma
selama 1-3 tahun sebanyak 54,4. Tipe sentrofasial paling banyak diderita ibu-ibu tersebut yaitu sebanyak 31
orang 41,3. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Koesoema 2008, dimana pola yang terbanyak adalah pola malar sebanyak 58,9. Bentuk
sentrofasial meliputi daerah dahi, hidung, pipi bagian medial, bawah hidung, serta dagu dan angka kejadiannya mencapai 63 dibandingkan tipe melasma lainnya
Soepardiman, 2010. Kebanyakan ibu-ibu yang menderita melasma tersebut mempunyai riwayat
terpapar sinar matahari sekitar 5-6 jam sebanyak 37 orang 49,3. Hal ini karena lipid dan jaringan tubuh kulit yang terpapar dengan sinar terutama UV dapat
menyebabkan terbentuknya singlet oksigen dan radikal bebas yang merusak lipid dan jaringan tersebut. Radikal bebas ini akan menstimulasi melanosit untuk
memproduksi melanin yang berlebihan Montemarano, 2012. Setiap individu memiliki kualitas hidup yang berbeda tergantung dari
masing-masing individu dalam menyikapi permasalahan yang terjadi dalam dirinya. Melasma dapat memiliki efek emosional dan psikologis yang signifikan
pada mereka yang terkena dampak dengan kondisi tersebut Cestari, 2005. Tingkat kualitas hidup melasma atau Melasma Quality of Life MelasQoL
merupakan instrumen yang dikembangkan untuk mengidentifikasi gangguan pada kehidupan pasien yang disebabkan oleh melasma. Tabel 5.7 menunjukkan tingkat
kualitas hidup penderita melasma yang diukur dengan menggunakan MelasQoL. Kebanyakan sampel penelitian berada di tingkat sedang sebanyak 52 orang
69.3, diikuti dengan tingkat baik sebanyak 16 orang 21.3, dan tingkat buruk sebanyak 7 orang 9.3. Hasil ini kemungkinan berkaitan dengan cukup
dapat diterimanya melasma dalam kehidupan ibu-ibu tersebut. Hal lain yang
Universitas Sumatera Utara
berperan kemungkinan berkaitan dengan tingkat pendidikan ibu-ibu tersebut yang separuhnya tergolong rendah yaitu SMP.
Penelitian-penelitian telah dilakukan di berbagai negara seperti Amerika Serikat, Perancis, Brazil, dan Turki menggunakan MelasQoL pada wanita yang
menderita melasma Rossi, 2011. Sp-MelasQoL yang digunakan oleh Dominguez untuk penelitian pada perempuan Latin menunjukkan hasil berupa
peserta yang kurang berpendidikan dan peserta yang menderita melasma untuk jangka waktu yang panjang menunjukkan tingkat kualitas hidup yang rendah.
Pada MelasQoL-F yang digunakan dalam penelitian pada perempuan di negara Perancis menunjukkan hasil bahwa tingkat kualitas hidup banyak dipengaruhi
oleh melasma pada hubungan kekeluargaan dan kehidupan sosial. MelasQoL-BP yang telah digunakan untuk penelitian yang dilakukan di Brazil oleh Cestari
menunjukkan hasil bahwa domain tingkat kualitas hidup yang paling terpengaruh oleh melasma adalah penampilan, frustrasi, malu, depresi, hubungan dengan
orang lain dan merasa tidak menarik. Pada MelasQoL-TR yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan oleh Dogramaci di Turki menunjukkan hasil bahwa
penderita melasma paling terpengaruh oleh penampilan kulit, frustrasi, merasa tidak menarik bagi orang lain, dan memiliki rasa terbatas kebebasan.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan