2.10.3. Black Box Testing
Black  Box  Testing  dilakukan  tanpa  pengetahuan  detil  struktur  internal  dari sistem  atau  komponen  yang  ditest,  juga  disebut  sebagai  behavioral testing,
specification-based  testing,  inputoutput  testing  atau  functional  testing.  Black  box testing  berfokus  pada  kebutuhan  fungsional  pada  software,  berdasarkan  pada
spesifikasi kebutuhan dari software. Dengan  adanya  black  box  testing,  perekayasa  software  dapat  menggunakan
sekumpulan  kondisi  masukan  yang  dapat  secara  penuh  memeriksa  keseluruhan fungsional pada suatu program. Kategori error yang akan diketahui melalui black box
testing adalah sebagai berikut: 1
Fungsi yang hilang atau tidak benar 2
Error dari antar muka 3
Error dari struktur data atau akses eksternal database 4
Error dari kinerja atau tingkah laku 5
Error dari inisialisasi dan terminasi
2.10.4. White Box Testing
White Box  Testing  merupakan cara pengujian dengan  melihat ke dalam  modul untuk meneliti kode-kode program yang ada, dan menganalisis apakah ada kesalahan
atau tidak. Jika ada modul yang menghasilkan output yang tidak sesuai dengan proses bisnis  yang  dilakukan,  maka  baris-baris  program,  variabel,  dan  parameter  yang
terlibat  pada  unit  tersebut  akan  dicek  satu  persatu  dan  diperbaiki,  kemudian  di- compile ulang.
Dengan menggunakan white box akan didapatkan kasus uji yang : 1
Menguji semua keputusan logika 2
Menguji seluruh Loop yang sesuai dengan batasannya 3
Menguji seluruh struktur data internal yang menjamin validitas Kelebihan White Box Testing
1 Kesalahan Logika
Digunakan  pada  sintaks  ‘if’  dan  pengulangan.  Dimana  White  Box  Testing akan mendeteksi  kondisi-kondisi  yang  tidak  sesuai  dan  mendeteksi  kapan  proses
pengulangan akan berhenti. 2
Ketidaksesuaian asumsi Menampilkan  asumsi  yang tidak  sesuai  dengan  kenyataan,  untuk  di  analisa  dan
diperbaiki. 3
Kesalahan ketik Mendeteksi bahasa pemrograman yang bersifat case sensitive.
Kelemahan White Box Testing Untuk  perangkat  lunak  yang  tergolong  besar,  White  Box  Testing dianggap
sebagai  strategi  yang  tergolong  boros,  karena  akan  melibatkan  sumber  daya  yang besar untuk melakukannya.
44
BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM
3.1. Analisis Sistem
Pada  tahap  ini  penganalisis  akan  menguraikan  proses  bisnis  manajemen  aset tetap  yang  sedang  berjalan  pada  Pemerintahan  Daerah  PEMDA  Kabupaten
Nagekeo.  Tujuan  dari  penguraian  proses  bisnis  ini  adalah  untuk  mengidentifikasi permasalahan  yang adala, memahami bagaimana  proses tersebut berjalan serta siapa
saja  pelaku  dari  proses  tersebut.  Hal  ini  dilakukan  untuk  mengetahui  kebutuhan sistem yang diperlukan.
3.1.1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan observasi yang dilakukan pada proses pengelolaan manajemen aset tetap  PEMDA  Kabupaten  Nagekeo  tedapat  permasalahan  yang  dialami  PEMDA
dalam  memperoleh  informasi  mengenai  aset  tetap  daerah  yang  dimiliki  dari  setiap SKPD.  Saat  ini  proses  pencatan  dan  manajemen  data  aset  tetap  daerah  masih
dilakukan  secara  manual  sehingga  terdapat  data  aset  yang  tidak  tercatat  secara lengkap, seperti tidak tercatatnya kondisi aset, dimana lokasi aset berada, dimana aset
itu digunakan serta berapa jumlah aset yang miliki. Hal tersebut mengakibatkan pihak manajen tidak mengetahui  berapa beban anggaran  yang digunakan untuk  pengadaan
aset  tetap  daerah  serta  mengalami  kesulitan  dalam  proses  pendataan  barang  milik daerah  dari  setiap  SKPD.  Selain  itu  tidak  adanya  pencatatan  masa  pakai  serta
depresiasi  dari  setiap  aset  yang  miliki  mengakibatkan  manajemen  kesulitan  untuk