penyiaran publik yang tidak komersial, itupun hanya berupa iklan layanan masyarakat. Disinilah letak peran pemerintah, karena pemerintah sudah
menetapkan TVRI harus tidak bersifat komersial, maka kita tidak bisa mendudukan TVRI untuk untuk berebut porsi belanja iklan dengan
stasiun-stasiun swasta. Jika memposisikan iklan akan memasang iklan pada siaran posisi rating yang tinggi, padahal rating hanya diukur
berdasarkan seberapa besar suatu program siaran disukai oleh pemerintah. Maka peran dan kewajiban TVRI sebagai lembaga penyiaran publik tidak
akan tercapai. APBN atau APBD merupakan salah satu sumber dana yang legal
untuk menunjang kegiatan lembaga penyiaran publik sesuai dengan peraturan perundang-undangan. TVRI saat ini mendapatkan penerimaan
dana yang bersumber dari APBN pada mata anggaran atau belanja lain- lain, dan hal ini tentunya tidak sesuai dengan perundang-undangan
keuangan negara selain menimbulkan ketidakpastian penganggaran dalam APBN. Salah satu pangkal masalahnya adalah tidak jelasnya status
lembaga penyiaran publik, karena memang tidak ada undang-undang yang mengenal lembaga penyiaran publik sebagai sebuah badan hukum.
d. Sarana dan Prasarana Yang Memadai
Sarana dan prasarana penyiaran pendukung kegiatan penyiaran juga sangat penting, terutama adalah sarana dan prasarana studio dari
pemancar. Saat ini TVRI memiliki 376 satuan transmisi yang tersebar di seluruh Indonesia. Tidak semuanya dapat berfungsi dengan baik bahkan
Universitas Sumatera Utara
sudah tidak dapat beroperasi. Dari 376 satuan transmisi, 30 lokasi dengan sumber dana dari proyek perbaikan pada stasiun pemancar tv, yang
merupakan pinjaman lunak dari pemerintah spanyol serta 40 lokasi
menggunakan dana dari DIPA Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran TVRI.
Untuk menunjang program siaran yang berkualitas, tidak hanya perangkat pemancar yang harus dalam kondisi baik, tetapi juga peralatan
serta ruang studio. Saat ini kondisi ruang dan peralatan yang dimiliki oleh TVRI sudah usang dan ketinggalan zaman, sehingga mempengaruhi
kualitas program siaran yang dihasilkan. Dalam hal ini pemerintah juga memasukkan
pengadaan peralatan
studio dalam
proyek ITTS
Improvement on Tv Transmitting Station tahap ke-2 untuk meningkatkan kualitas program siaran TVRI.
Di luar dari proyek tersebut, dana untuk investasi tentunya membutuhkan anggaran yang sangat besar, sehingga hal ini akan kembali
pada ketersediannya dan kepastian penganggaran dana untuk TVRI dengan jumlah yang mencakupsesuai dengan kebutuhan TVRI. Apalagi dengan
adanya momentum migrasi sistem penyiaran dari analog ke digital, TVRI tentunya akan membutuhkan biaya investasi yang sangat besar untuk
membeli perangkat pemancar TV digital untuk setiap satuan transmisi yang dimilikinya.
Universitas Sumatera Utara
e. Manajemen yang Efektif dan Efisien TVRI yang seolah-olah semakin tersingkir dari hadapan
masyarakat Indonesia yang beralih ke siaran-siaran dari tv swasta, bukan hanya disebabkan tv swasta didukung oleh kemampuan keuangan yang
besar, tetapi juga manajemen yang profesional yang bekerja secara efektif dan efisien.
Manajemen yang profesional adalah kunci pelaksanaan manajemen yang efektif dan efisien. Efektif dalam pencapaian tujuan dan efisien
dalam pemanfaatan sumber daya, baik itu sumber daya keuangan, sumber daya manusia dan lain-lain.
Manajemen dapat berjalan dengan baik apabila ruang konflik tidak terbuka terlalu lebar. Konflik dapat terjadi karena konflik kewenangan
yang diakibatkan kewenangan yang terlalu besar serta kepemimpinan manajemen yang lemah. Selain itu, kompetensi dan kemampuan sumber
daya manusia juga mengakibatkan tidak efektif dan efisiennya operasional manajemen di TVRI.
Oleh karena itu, pengembangan manajemen TVRI Propinsi Sumatera Utara harus berdasarkan prinsip tata kelola perusahaan bukan
berdasarkan mentalis
birokrasi, transparansi,
dan kompetensi.
Merasionalisasikan jumlah pegawai secara proporsional, realistis, dan rasional sesuai fakta dan kebutuhan.
Universitas Sumatera Utara
f. Program Siaran TVRI Propinsi Sumatera Utara yang Berkualitas dan Variatif