Uji Asumsi Klasik Hasil Penelitian Uji Hipotesis

dari 0,10 dan nilai VIF di bawah 10. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semua variabel independen tidak memiliki masalah multikolinearitas. c. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 sebelumnya. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya Ghozali, 2011. Pengujian autokorelasi dalam regresi dilakukan dengan melihat uji Durbin Watson. Nilai Durbin Watson yang berada diantara nilai du dan 4 – dudu d 4-du menunjukkan model yang tidak terkena masalah autokorelasi. Hasil uji autokorelasi tampak dalam tabel 4.7. Tabel 4.7 Hasil Uji Autokorelasi Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin- Watson 1 .417a .174 .126 .2306062 2.038 Sumber : Data Sekunder diolah, 2016. Lampiran 6 Nilai DW yang diperoleh adalah sebesar 2,038. Nilai tabel du untuk k = 5 dan data sebanyak 93 diperoleh sebesar 1,7724. Dengan demikian nilai DW = 2,038 berada diantara 1,7772 dan 4 –du = 2,2228. Berdasarkan hasil perbandingan nilai Durbin Watson tersebut dapat disimpulkan bahwa data penelitian yang digunakan bebas dari masalah autokorelasi dalam model regresi. Tabel 4.8 Keputusan Autokorelasi Hipotesis Nol Keputusan Jika Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 d dl Tidak ada autokorelasi positif No desicion dl  d  du Tidak ada korelasi negative Tolak 4 – dl d 4 Tidak ada korelasi negative No desicion 4 – du  d  4 – dl Tidak ada korelasi, positif atau negative Tidak ditolak du d 4 – du Hipotesis Nol Keputusan Jika Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 d dl Tidak ada autokorelasi positif No desicion dl  d  du Tidak ada korelasi negative Tolak 4 – dl d 4 Tidak ada korelasi negative No desicion 4 – du  d  4 – dl Tidak ada korelasi, positif atau negative Tidak ditolak du d 4 – du d. Uji Heteroskedastisitas Pengujian Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Pengujian heteroskedastisitas dalam model regresi dapat dilakukan menggunakan uji Glejser. Uji Glejser merupakan uji yang mengusulkan untuk meregresi nilai absolute residual terhadap variabel independen. Model regresi dapat dikatakan bebas dari masalah heteroskedastisitas jika tingkat nilai signifikansi lebih besar dari nilai alpha yaitu 0,05. Hasil uji heteroskedastisitas seperti terlihat dalam tabel 4.9. Tabel 4.9 Uji Heteroskedastisitas Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients Beta t Sig. B Std. Error 1 Constant .103 .124 .827 .411 CAR .185 .277 .070 .668 .506 NPL .107 .708 -.016 .152 .880 NPM -.020 .018 -.123 -1.154 .252 BOPO .191 .101 .198 1.905 .060 LDR -.097 .094 -.106 -1.026 .308 Sumber : Data Sekunder diolah, 2016. Lampiran 7 Berdasarkan hasil pengujian heteroskedastisitas, tampak bahwa nilai signifikansi variabel-variabel independen yang dihasilkan dalam model regresi lebih besar dari nilai alpha yaitu 0,05. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa model regresi dapat dikatakan bebas dari masalah heteroskedastisitas.

4. Uji Koefisien Determinasi R2

Koefisien determinasi R2 digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinansi adalah antara 0 dan 1. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas Ghozali, 2011. Nilai yang mendekati 1 satu berarti variabel –variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen Ghozali, 2011. Tabel 4.10 Hasil Koefisien Determinasi Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .417a .174 .126 .2306062 Sumber : Data Sekunder diolah, 2016. Lampiran 8 output SPSS terlihat bahwa R Square R2 sebesar 0,174. Hal ini menunjukkan bahwa variabel Return saham yang dijelaskan oleh variabel CAR, NPL, NPM, BOPO, dan LDR sebesar 17,4 . Sedangkan sisanya 100 - 17,4 = 82,6 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk dalam model regresi penelitian.

5. Pengujian Hipotesis

a. Uji Statistik t Parsial Pengujian H1, H2, H3, H4, dan H5 menggunakan uji statistik t, dimana uji statistik t digunakan untuk mengetahui secara individu atau parsial pengaruh variabel independen yaitu CAR, NPL,NPM, BOPO, LDR terhadap variabel dependen yaitu return saham. Tabel 4.11 Hasil Koefisien Regresi dan Uji Nilai t Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig Keterangan B Std. Error Beta 1 Constant .421 .237 1.775 .079 CAR 1.168 .528 .220 2.212 .030 Positif Signifikan NPL 1.646 1.349 .123 1.220 .226 Tidak Signifikan NPM -.043 .034 -.130 - 1.285 .202 Tidak Signifikan BOPO -.404 .191 -.207 - 2.108 .038 Negatif Signifikan LDR -.401 .179 -.219 - 2.235 .028 Negatif Signifikan Sumber : Data Sekunder diolah, 2016. Lampiran 8 Hasil regresi uji parsial variabel independen yaitu CAR, NPL, NPM, BOPO dan LDR terhadap variabel dependent return saham adalah sebagai berikut: 1 Pengujian Hipotesis Pertama H1 Berdasarkan hasil pengujian untuk variabel Capital Adequacy Ratio CAR diperoleh nilai koefisien β sebesar 1,168 dengan p-value Sig. sebesar 0,030. Hasil tersebut menunjukan bahwa CAR berpengaruh signifikan terhadap return saham terbukti dengan p-value Sig. sebesar 0,030 lebih besar dari taraf signifikasi sebesar 0,05. Kemudian dilihat dari nilai koefisien β menunjukan hasil positif. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis satu H1 yang menyatakan bahwa CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI, diterima. 2 Pengujian Hipotesis Kedua H2 Berdasarkan hasil pengujian untuk variabel Non Performing Loan NPL diperoleh p-value Sig. sebesar 0,226. Hasil tersebut menunjukkan bahwa NPL tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham terbukti dengan p-value Sig. sebesar 0,226 lebih besar dari taraf signifikansi sebesar 0,05. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis dua H2 yang menyatakan bahwa NPL berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI, ditolak. 3 Pengujian Hipotesis Ketiga H3 Berdasarkan hasil pengujian untuk variabel Net profit Margin NPM diperoleh p-value Sig. sebesar 0,202. Hasil tersebut menunjukkan bahwa NPM tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham terbukti dengan p-value Sig. sebesar 0,202 lebih besar dari taraf signifikansi sebesar 0,05. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis tiga H3 yang menyatakan bahwa NPM berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI, ditolak. 4 Pengujian Hipotesis Keempat H4 Berdasarkan hasil pengujian untuk variabel Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional BOPO diperoleh nilai koefisien β sebesar -0,404 dengan p-value Sig. sebesar 0,038. Hasil tersebut menunjukkan bahwa BOPO berpengaruh signifikan terhadap return saham terbukti dengan p-value Sig. sebesar 0,038 lebih kecil dari taraf signifikansi sebesar 0,05. Kemudian dilihat dari nilai koefisien β menunjukkan hasil negatif. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis empat H4 yang menyatakan bahwa BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI, diterima . 5 Pengujian Hipotesis Kelima H5 Berdasarkan hasil pengujian untuk variabel Loan to Deposit Ratio LDR diperoleh nilai koefisien β sebesar -0,401 dengan p-value Sig. sebesar 0,028. Hasil tersebut menunjukkan bahwa LDR berpengaruh signifikan terhadap return saham terbukti dengan p-value Sig. sebesar 0,028 lebih besar dari taraf signifikansi sebesar 0,05. Kemudian dilihat dari nilai koefisien β