Dalam sistem perlindungan desain industri terdapat perlindungan berdasarkan pendekatan hak cipta copyright approach. Perlindungan desain
industri berdasarkan pendekatan hak cipta di indonesia secara hukum telah ada sejak diberlakukanya Auteurswet 1912 sesuai dengan asas konkordansi. Sistem
perlindungan desain industri ini merupakan perlindungan yang bersifat tambahan atas perlindungan yang bersifat tambahan atas perlindungan hak cipta terhadap
karya-karya di bidang seni, walaupun dalam prakteknya sangat sulit untuk diharmoniskan antara perlindungan produk-produk desain industri dan
perlindungan terhadap ciptaan di bidang seni.
B. Prinsip-Prinsip Perlindungan Desain Industri
Permasalahan HKI tidak dapat lagi dilepaskan dari konteks ke ekonomi yang semakin erat melekat dalam segi-segi kegiatan ekonomi dan perdagangan
internasional saat ini. Namun, satu hal yang masih menjadi dilema, yaitu bagaimana memberikan keseimbangan antara hak individual dan hak
masyarakatkomunla, sebagaiman dinyarakan dalam pendapat Cooter dan Ulen di bawah ini:
Setelah memahami konsep-konsep yang mendasari perlakuan HKI ke dalam suatu sistem hukum seperti diuraikan dalam paragraf di atas, selanjutnya
pada sub bab berikut ini akan diuraikan pembahasan dengan focus yang lebih tajam terhadap keberlakuan HKI pada aspek desain industri. Sebagai acuan
pembahasan, dapat disimak konteks yang terdapat dalam defines lengkap desain industri sebagai tertuang dalam Black’s Law Dictionary berikut :
Universitas Sumatera Utara
In patent law, the drawing or depiction of an original plan or conception for a novel pattern, model, shape, or configuration, to be used in the
manufacturing ir tetile arts or the fine arts, and chiefly of a decorative or ornamental character. “Design patents” are contrasted with “utility
patents”, but equally involve the exercise of the inventive or originative faculty. Design, in the view of the patent law, is that characteristic of a
physical substance which, by means of lines, images, configuration, and the like, taken as a whole, makes an impression, thorught the eye, upon the
mind of the observer. The essence of a design resides not in the elements individually, nor in their method of arrangement, but in the total
ensemble-in that indefinable whole that aakens some be complex or simple. But whatever the impression, there is attached in the ming of the
observer, a sense o uniqueness and charater
37
Apabila hal tentang desain industri dikaitkan dengan kegiatan sehari-hari, Lionel Bently dan Brad Sherman berpendapat bahwa desain industri memegang
peran yang sangat penting, tetapi seringkali menjadi bagian yang terabaikan dalam kehidupan kita. Sebagai contoh, sebgaimana penampilan pakaian yang kita
gunaka saat ini, bentuk kursi yang kita duduki, maupun papan selancar yang digunakan, desain juga memberikan pengarauh kepada keputusan-keputusan yang
kita buat dalam melakukan kegiatan konsumsi, seperti mengapa kita memilih satu sikat gigi daripada sikat gigi yang lain, desain apa yang digunakan sebgai halaman
muka, perencanaan kota, desain gaya hidup, desain grafis, desain panggung sampai dengan desain pakain desain produk, dan desain kemasan. Sebagaimana
refleksi atas keanekaragaman tersebut, peran desain telah meluas dan kuat. .
Secara garis besar, defnisi di atas memuat beberapa bagian pening bagi pengauran atas desain industri, antara lain adanya: i perwujudan bentuk-bentuk,
konsep-konsep, serta ii sifat-sifat kebaruan dan keunikan bila dilihat dari setiap perspsi orang yang melihat desain tersebut.
37
Ansor Sinungan, Perlindungan Desain Industri Tantangan dan Hambatan dalam praktiknya di Indonesia Bandung:PT.Alumni,2011, hlm. 86.
Universitas Sumatera Utara
Draft konvensi yang mengatur tentang perlindungan hak kekayaan industri akhirnya diadopsi oleh peserta yang sampai saat ini konvensi tersebut kita kenal
dengan nama Paris Convention for the Protection of Industrial Property. Lebih lanjut di bawah ini dikemukan prinsip-prinsip atau pedoman pokok yang
diberlakukan secara internasional dengan uraian sebagai berikut: 1.
Sistem perlindungan hukum desain industri berdasarkan Paris Convention for the Protection of Industrial Property tahun 1883 Paris Convention
Pada tahun 1883, sebuah kongres diplomatik yang baru telah diadakan lagi di Paris yang diakhiri oleh 11 negara yaoutu: Belgia, Brazil, El Salvador,
Perancis, Guatemala, Italia, Belanda, Portugis, Spanyol, Serbia, dan Swiss. Pada saat Paris Convention berlaku secara efektif pada tanggal 7 Juli 1884, Inggris,
Tunisia, dan Equador, ikut menandatangi sehingga jumlah anggota konvensi bertambah menjadi 14 negara. Setelah berakhirnya perang dunia II, jumlah
keanggotannya telah meningkat secara sangat signifikan. Setelah Paris Convention untuk pertama kalinya didirikan pada tahun
1883, kemudian secara berturut-turut konvensi tersebut direvisi pada tanggal 14 Desember 1900 di Brusel, tanggal 12 Juni 1911 di Washington, tanggal 6
November 1925 di Hague, tanggal 2 Juni 1934 di London, tanggal 31 Oktober 1958 di Lisbon, dan tanggal 14 Juli 1967 di Stockholm, serta diamandemenkan
kembali tanggal 28 September 1979 di Stockholm.
38
Tujuan Paris Convention ini adalah memfasilitasi hubungan dangan antara sesama negara anggotanya guna mempromosikan perlindungan hukum secara
38
Ibid,hlm. 90.
Universitas Sumatera Utara
internasional terhadap hak kekayaan industri industrial proseprty rights. Berdasarkan Paris Convention, bagi negara-negara anggotanya, semua peraturan
perundang-undangan tentang hak kekayaan industri harus sejalan, independen, serta isinya tidak boleh bertentan dengan prinsip-prinsip dasar Paris Convention.
Konvensi ini merupakan salah satu konvensi di bidang HKI yang cukup tua. Indonesia menjadi anggota Paris Convention pada tahun 1997 melalui Keputusan
Presiden No.15 Tahun 1997 Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 No.32.
Paris Convention memuat beberapa pasal yang merupakan prinsip-prinsip utama yang harus diterapkan oleh negara anggotaya antara lain sebagai berikut.
a. Prinsip National Treatment dan kaitannya dengan Prinsip National Interest
Article 2 1 Paris Convention tentang National Treatment berbunyi sebagai berikut:
National of any country of the Union shall, as regards the protection of industril property enjoy in all the other countries of the Union the
advantages that their repective laws now grant, or may hereater grant, to nationals; all without prejudice to the rights specially provided for by this
Convention. Consequenty, they shall have the same protection as the latter, and the same legal remedy against any infringement of their rights,
provided that the condition and formalities imposed upon nationals are complied with.
Maksud prinsip ini bahwa setiap negara anggota Paris Convention harus memberikan perlindungan yang sama kepada warga negara anggota konvensi
lainnya.
39
Pada bagian lain, maksud prinsip national interest bahwa pada setiap negara anggota yarus ada peraturan perundang-undangan yang bersifat substantive
39
Ibid., hlm. 91.
Universitas Sumatera Utara
yang mengatur tentan hak dan kewajiban baik bagi perorangan maupun badan hukum berdasarkan ketentuan-ketentuan yang ada dalam Paris Convention sejauh
tidak bertebntangan dengan konvensi. Tiap-tiap negara anggota Paris Convention dapat membuat undang-undang HKI masing-masing termasuk udang-undang di
bidang desain industri sesuai dengan kepentingan nasionalnya. Mengingat ketentuan-ketentuan standar yang ada dalam Paris Convention sudah diadopsi
juga pada TRIPS, sehingga secara otomatis negara-neraga anggota WTO, dalam pembuatan undang-undang HKI-nya akan berpedoman dan tidak boleh
bertentangan dengan TRIPs.
40
40
Ibid., hlm.92.
Harmonisasi perundang-undangan di bidang HKI penting untuk dilakukan. Penyerangaman melalui harmonisasi undang-undang dapat mempermudah dalam
implementasi undang-undang tersebut terutama dalam praktik baik di bidang administrasi maupun penegakan hukum.
Berkaitan dengan masalah harmonisasi perundang-undangan, Hikmahanto Juwana menyatakan berikut :
Dari perspektif negara maju, harmonisasi hukum di negara berkembang merupakan suatu hal pentin untuk dicapai. Harmonisasi kembang merupakan
suatu hal penting untuk dicapai. Harmonisasi yang menjurus pada kesergamana di bidang infrastruktur hukum akan berdampak pada kenyamanan untuk berinvestasi
dari pelaku usaha negara maju dinegara berkembang. Ini penting di era dunia yang tidak mengenal batas bordless world dan transaksi lintas batas yang memerlukan
pengaturan hukum.
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya ditambahkan oleh Hikmahanto Juwana sebagai berikut:
41
Yang dimaksudkan dengan priority rights atau hak prioritas adalah hak untuk mendapatkan tanggal pendaftaran filing date atas hak kekayaan industri
industrial property rights di negara tempat permohonan tersebut yang juga akan mendapat pengakuan yang sama apabila permohonan pendaftaran tersebut
dilakukan di sesama negara anggota konvensi. Article 3 Paris Convention yang sudah beberapa kali diubah dalam huruf A 1 berbunyi sebagai berikut:
Dalam memengaruhi pembentuk undang-undang untuk menjuju harmonisasi hukum Indonesia, kesan bahwa terjadi westernisasi hukum
Indonesia tidak dapat dihindari. Memang harmonisasi akan mengarah pada westernisasi. Meskipun demikian, westernisasi hukum bukanlah hal baru
mengingat westernisasi hukum sudah pernah dilakukan. Ini terjadi pada saat Eropa melakukan kolonialisme dan inperlialisme terhadap negara-
negara Benua Asia, Afrika, Amerika dan Australia. Sebagai akibat, saat ini hampir tidak ada negara di dunia yang memiliki hukum tanpa pengaruh di
Eropa.
Dilain pihak, negara-negara maju yang mempunyai kepentingan ekonomi dari aspek perdagangan internasionalnya, juga melakukan evaluasi terhadap undang-
undang HKI yang dibuat oleh negara-negara anggota WTO terutama terhadap negara-negara berkembang.
b. Prinsip hak prioritas Priority Rights
42
Any person who has duly field application for patent, or for the registration of utility model, or of an industrial design, or of trademark, in
one of the countries of Inion, or his successor in title, shall enjoy, for the
41
Hikmahanto Juwana,Politik Hukum UU Bidang Ekonomi di Indonesia dalam gagasan dan pemikiran Tentang Pembaharuan Hukum Nasional,Vol.II, Jakarta:Tim Pakar Hukum
Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia RI,2003, hlm.24.
42
Ibid., hlm.95.
Universitas Sumatera Utara
purpose of filing in the other countries, a right of priority during the pariods hereinafter fixed..
Untuk negara anggota konvensi yang pendaftaran desain industrinya didaftarkan berdasarkan pendaftaran utility models, periode untuk hak prioritasnya
sama denga hak prioritas pada desain industri sebgaimana disebutkan dalam Article 3 huruf E 1 Paris Convention sebagai berikut:
Where an industrial design is field in a country by virtue of a right or priority based on the filing of a utility model, the period of priority shall be
the same as that fixed for industrial design. Pengaturan desain industri dalam Paris Convention
Article 1 Paris Convention sebagai berikut:
43
Masalahnya hak prioritas, dalam Undang-Undang Desain Industri sudah diadopsi berdasarkan Pasal 2 Ayat 3 Huruf b Paris Convention yang berbunyi
The protection of industrial Property has as its object patents, utility models, industrial designs, trade marks, service marks, trade names,
indications source or appelations or origin, and the repression of unfair competition.
Berdasarkan bunyi Article 1 tersebut jelas terlihat bahwa desain industri merupakan salah satu objek perlindungan HKI yang secara internasional sejak
tahun 1883 sudah dilaksanakan oleh negara-negara anggota Paris Convention untuk diberikan perlindungan hukum disamping bidang-bidang HKI lainnya.
43
Ibid., hlm.96.
Universitas Sumatera Utara
sebagai berikut yaitu tanggal prioritas apabila permohonan diajukan dengan Hak Prioritas telah diumumkan atau digunakan di Indonesia atau di luar Indonesia.
2. Prinsip- prinsip perlindungan hukum desain industri berdasarkan Bern Convention for the Protection of Literary and Artistic Works tahun 1886
Bern Convention merupakan salah satu perjanjian atau konvensi yang diadakan pada tanggal 9 september 1886 dan telah diubah pada tanggal 24 Juli
1971 di Paris dan terakhir telah diubah kembali pada tahun 1979. Bern Convention tidak hanya mengatur maslah perlindugan hak cipta di bidang ilmu
pengetahuan, seni dan sastra, tetapi juga memberikan perlindungan bagi desain industri apabila negara tersebut belum memiliki Undang-Undang Desain Industri
secara khusus sebagaimana Article 2 7 Bern Convention sebagai berikut:
44
44
Ibid., hlm.98.
Subject to the provision of Article 7 4 of this Conetion, it shall determine the extent of the application of their laws to works of applied art and
industrial designs and models, as well as the protect. Works protect in the country of origin solely as designs and models shall be entitled in another
country of the Union only tos such special protection as is granted in tha country to desogns and models; however, if no such special protection is
granted in that country, such works shall be protected as artistic works.
Pada tahun 1950, Indonesia sebenarnya sudah menjadi anggota Bern Convention, tetapi kemudian keluar dari keanggotaan konvension tersebut dengan
maksud untuk memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat agar dapat memanfaatkan atau mengakses ilmu pengetahuan dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa. Achmad Zen Umar Purba, dalam hal Indonesia keluar dari Bern Convention menyatakan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Indonesia keluar dari konvensi ini dengan alasan yang strategis: dengan harapan agar kita akan dapat melakukan berbagai kegiatan untuk
memindahkan ilmu pengetahuan dari luar negeri masuk ke dalam negeri dengan misalnya menerjemahkan, meniru, menyalin ciptaan-ciptaan para
pencipta luar negeri. Sebgai negara yang baru merdeka, waktu itu kita perlu memperkuat diri dengan ilmu dari luar negeri tanpa harus
mengeluarkan biaya. Akan tetapi, ternyata maksud baik ini tidak pernah terealisasi.
45
Di lain pihak, pada saat Indonesia keluar dari Bern Convention Indonesia tidak memanfaatkan sama sekali kesempatan tersebut dengan baik sebagaimana
yang dilakukan Jepang, sampai akhirnya karena Indonesia telah menjadi anggoat WTO pada tahun 1994, Indonesia harus meratifikasi kembali Bern Convention
dengan Keputusan Presiden No.18 Tahun 1997 Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 113.
46
Dalam Bern Convention, negara-negara anggotanya sepakat untuk melakukan upaya perlindungan bagi hak-hak pencipta atas karya-karyanya di
bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra dengan cara atau system yang sama dan seefektif mungkin. Berbeda dengan system perlindungan di bidang hak kekayaan
industri industrial property rights untuk mendapatkan hak dan perlindungan hukum atas karya-karya intelektualnya, seseorang harus mengajukan permohonan
kepada kantor pemerintah yang berwenang atau melalui lembaga internasional, seperti halnya yang dipraktikkan dalam sistem Patent Cooperation Treaty PCT
yang diadministrasikan oleh Biro Internasional WIPO Word Intellectual Property
45
A.Zen Umar Purba, Trips,UU Hak Cipta dan Penegakan Hukum,dalam Gagasan dan Pemikiran tentang Pembaharuan Hukum Nasional,Vol II Jakarta:Tim pakar Hukum Departemen
Kehakiman dan Hak Asasi Manusia RI,2003, hlm.173.
46
Ansori Sinungan,Op.Cit., hlm.98.
Universitas Sumatera Utara
Organization di Jenewa. Adapun prinsip-prinsip dasar yang perlu diuraikan dalam Bern Convention adalah sebagai berikut:
a. Prinsip National Treatment
Berdasarkan Article 5 1 dinyatakan bahwa cipttan yang berasal dari salah satu negara lian peserta pernajian harus mendapat perlindungan hukum yang sama
denga perlindungan yang diperoleh hasil karya ciptaan seorang pencipta di dalam negeri peserta sebgaimana dinyatakan sebagai berikut :
Authors shall enjoy, in respect of works for which they are protected under ghis convention, in countries of the Union other than the country of origin,
the rights which their respective laws do now or may here after grant to their nasionals, as well as the rights specially granted by this convention
b. Prinsip Automatic Protection
47
Berdasarkan sistem yang dianut oleh Bern Convention, untuk mendapatkan perlindungan hukum atas karya-karya ciptaannya, pencipta atau
pemegang hak cipta tidak perlu mengajukan permohonan pendaftaran kepada kantor pemerintah yang berwenang. Artinya, apabila suatu ciptaan sudah
dijelmakan atau difiksasikan dalam bentuk nyata fixation, hak cipytanya secara otomatis langsung melekat pada si pencipta automatic protection sebagaimana
disebutkan dalam Atricle 5 2 Bern Convention yang berbunyi sebagai berikut: The enjoyment and the exercise of these rights shall not be subject to any
formality; such enjoyment and such exercise shall be independent of the existence of protection in the country of orgin of the work. Consequently,
apart form the provision of this Convention, the extent of protection, as well s the means of redress afforded to the author to prortect his rights,
47
Ibid., hlm.99.
Universitas Sumatera Utara
shall be governed exclusively by the laws of the country where protection is claimed.
c. Prinsip Independence Protection Prinsip Independence Protection ini, menurut Ken-ichi Kumagai
mengandung arti bahwa perlindungan yang diberikan sebgaimana dimaksudkan dalam Article 5 2 Bern Convention adalah bersifat independen sesuai dengan
perlindungan yang berlaku di negara asal pencipta atau negara tempat suatu karya cipta dilahirkan untuk pertama kalinya. Dengan demikian, terlepas dari adanya
ketentuan dari Article 52 Bern Convention ini, hak cipta dari pencipta adalah tetap dilindungi secara independen oleh undang-undang yang berlaku di negara
yang bersangkutan.
48
Menurut Undang-Undang Desain Industri bahwa perlindungan desain industri dalam industri kerajinan tangan produksi UKM muncul seiring dengan
pendaftaran desain industri yang dibuat oleh pelaku UKM, dengan adanya pendaftaran desain industri maka setiap produk UKM telah mendapatkan
perlindungan dari setiap perbuatan peniruan yang dilakukan terhadap produk tersebut. selain itu pemerintah memberikan hak eksklusif yang berupa hak desain
industri. Dalam Pasal 9 Undang-Undang Desain Industri memiliki hak eksklusif unruk melaksanakan hak desain industri yang dimilikinya dan untuk melarang
orang lain yang tanpa persetujuanya membuat, memakai, menjual, mengimpor, 3.Prinsip-prinsip perlindungan hukum desain industri dalam Undang-Undang
Desain Industri
48
Ibid., hlm.100.
Universitas Sumatera Utara
mengekspor, danatau mengedarkan barang yang diberikan hak desain industri. Selanjutnya pada Pasal 1 ayat 5 disebutkan hak desain industri adalah hak
eksklusif yang diberikan oleh negara Republik Indonesia kepada pendesain atas hasil kreasinya untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri, atau
memeberikan persetujuanya kepada pihak lain untuk melaksanakan hak tersebut yang selanjutnya diatur dalam Undang-Undang Desain Industri dijelaskan bahwa
yang berhak memperoleh hak desain industri adalah pendesain atau yang menerima hak tersebut dari pendesain.
49
Prinsip perlindungan bagi desain industri mensyaratkan adanya pendaftaran, sehingga di sini berbeda dengan hak cipta. Melalui permintaan
pendaftaran selanjutnya akan dilakukan pemeriksaan formal dan substantif atas seluruh persyaratan yang telah ditetapkan. Adanya persyaratan mengenai nilai
Pada Pasal 12 Undang-Undang Desain Industri dikatakan bahwa pihak yang untuk pertama kali mengajukan permohonan dianggap sebagai pemegang
hak desain industri, kecuali terbukti sebaliknya. Oleh karena itu, pihak pendesain yang dapat juga dikatakan dengan pelaku UKM harus mendaftarkan produk
kerajinan tangannya untuk menghindari adanya pihak lain yang meniru hasil produk tersebut dan melakukan pendaftaran desain industri. Dengan melihat Pasal
tersebut dapat dilihat betapa pentingnya perlindungan hukum bagi pelaku UKM untuk mendapatkan hak atas desain industri tersebut. Dimana pendaftran atas
kerajinan tangan yang merupakan produk dari UKM merupakan syarat mutlak yang harus diperhatikan oleh pelaku UKM.
49
Republik Indonesia, Undang-Undang Desain Industri Nomor 30 Tahun 2000, Pasal 6.
Universitas Sumatera Utara
kebaruan novelty, yakni suatu fakta hukum yang membuktikan bahwa pada saat pertamakali permintaan pendaftaran diajukan, tidak ada pihak lain yang dapat
membantah status kreasi desain tersebut tidak baru atau telah ada pengungkapan sebelumnya.
Norma hukum ini pada dasarnya lebih merupakan kualifikasi teknis. Yang berarti, apabila secara teknis tidak ada yang dapat membuktikan adanya desain
serupa yang lebih dahulu didaftarkan atau diungkapkan kepada publik, maka desain yang diajukan itu dianggap sebagai baru. Persyaratan lainnya merujuk pada
siapa yang pertamakali mengajukan permintaan pendaftaran. Sesuai hukum, orang itu yang berhak mendapatkan perlindungan meski ada orang lain yang mengaku
lebih dahulu membuat desain. Prinsip ini lazim disebut first to file system. Adapun jangka waktu perlindungannya berlaku selama 10 tahun terhitung sejak tanggal
penerimaan permintaan pendaftaran desain yang telah memenuhi persyaratan.
50
1. Prinsip Ekonomi.
Prinsip-prinsip HKI :
Prinsip ekonomi, yakni hak intelektual berasal dari kegiatan kreatif suatu kemauan daya pikir manusia yang diekspresikan dalam berbagai bentuk yang
akan memeberikan keuntungan kepada pemilik yang bersangkutan. 2.
Prinsip keadilan. Prinsip keadilan, yakni di dalam menciptakan sebuah karya atau orang
yang bekerja membuahkan suatu hasil dari kemampuan intelektual dalam ilmu
50
Asep Yudha Wirajaya, “Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual Untuk Seni dan Budaya Tradisional”, http:asepyudha.staff.uns.ac.id20120220perlindungan-hak-kekayaan-
intelektual-untuk-seni-dan-budaya-tradisional. diakses pada tanggal 09 juli 2013.
Universitas Sumatera Utara
pengetahuan, seni, dan sastra yang akan mendapat perlindungan dalam pemiliknya.
3. Prinsip kebudayaan.
Prinsip kebudayaan, yakni perkembangan ilmu pengetahuan, sastra, dan seni untuk meningkatkan kehidupan manusia.
4. Prinsip sosial.
Prinsip sosial mengatur kepentingan manusia sebagai warga Negara , artinya hak yang diakui oleh hukum dan telah diberikan kepada individu
merupakan satu kesatuan sehingga perlindungan diberikan bedasarkan keseimbangan kepentingan individu dan masyarakat.
51
Desain Industri pun juga menganut prinsip first to file. Pendaftaran pertama dalam desain industri First to file berarti bahwa orang yang pertama
mengajukan permohonan atas desain industri yang akan mendapat perlindungan Dengan melihat prinsip hak kekayaan intelektual dapat dikatakan bahwa
prinsip yang ada dalam kekayaan intelektual berkaitan dengan desain industri. Dimana dikatakan bahwa desain industri juga merupakan salah satu perlindungan
terhadap kekayaan intelektual. Dalam desain industri dikatakan bahwa adanya pemberian hak eksklusif dalam kaitanya dengan prinsip diatas,dalam desain
industri juga terdapat prinsip ekonomi, bahwa dikatakan dalam Pasal 9 Undang- Undang Desain Industri seorang yang mendapat hak desain industri dapat
membuat, memakai, menjual, atau mengedarkan barang yang diberi hak desain industri yang dimana dalam Pasal ini terkandung prinsip ekonomi.
51
Yan Hasiholan, “Hak Kekayaan intelektual”, http:yanhasiholan.wordpress.com20120510hak-kekayaan-intelektual . diakses tanggal 09 juli
2013.
Universitas Sumatera Utara
hukum dan bukan orang yang mendesain pertama kali. Sebagaimana dikatakan sebelumnya dalam prinsip first to file yang dapat diartikan sebagai prinsip
pendafataran suatu temuan yang didasari atas siapa yang pertama kali mendaftarkan temuan tersebut baik pribadi atau badan hukum baik berupa
perusahaan industri. Adalah suatu sistem pemberian hak eksklusif yang menganut mekanisme bahwa seseorang yang pertamakali mengajukan permohonan
dianggap sebagai pemegang desain industri, bila semua persyaratannya dipenuhi.
C. Permohonan Pendaftaran Desain Industri