Latar Belakang Masalah Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Komunitas Punk di Salatiga (Studi Sosio Historis Terhadap Komunitas Punk di Salatiga) T1 352011701 BAB I

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Punk telah kita kenal, setidaknya kata tersebut sudah tidak asing lagi terdengar ditelinga kita. Akan tetapi sangat jarang dari kita yang mengetahui dari mana asalnya, bagaimana perkembangannya, dan siapa yang sebenarnya ada didalam komunitas tersebut. Punk adalah suatu komunitas kawula muda yang memiliki ciri khas tersendiri dan tentu saja berbeda dengan komunitas lainnya, dimana komunitas tersebut sebagian besar anggotanya adalah kawula muda yang memiliki kesamaan dalam beberapa hal, diantaranya adalah; minat dan warna musik, dandanan, gaya hidup, bahasa, lambang-lambang atau simbol, serta penampilan, bahkan prinsip mereka. Punk pertama kali muncul pada akhir tahun 60-an di New York, Amerika Serikat, dan pada tahun 70-an komunitas tersebut mucul di Inggris. Awal tahun 70-an terjadi kombinasi antara gaya maskulin skinhead bagian dari sub-kultur yang muncul pada tahun 60-an, selain komunitas Punk yang juga muncul pada akhir tahun 60-an, progresifitas kaum hippies sebuah komunitas yang biasanya berusia muda, khususnya pada akhir tahun 1960 dan awal tahun 1970, yang mempercayai pentingnya perdamaian di dunia, mereka berambut panjang, hidup berkelompok dan mengkonsumsi narkotika dan glamrock ? seperti David Bowie, Lou Reed, Bolan dan Garry Glitter para punker asal Inggris. Sebuah kombinasi yang memperlihatkan sebuah bentuk perkembangan kearah tanpa kelas dan menghasilkan budaya universal. Era ini merupakan akhir dari perjalanan singkat sub-culture kelas pekerja di Inggris sampai digantikan oleh sub-culture punk yang cukup menjadi fenomena di dunia. Pada 1970-an Punk di Inggris berkembang, karena pada saat itu rakyat Inggris sedang mencari media atau sarana untuk memberontak pada kerajaan Inggris yang disebabkan oleh keadaan perekonomian yang sangat kacau. Pelbagai ulasan media mengenai keberadaan Punk, mengukuhkan posisinya sebagai salah 2 satu sub-culture yang paling memiliki pengaruh di Inggris, sebagai komunitas yang melakukan pergerakan sosial melalui gaya hidup, musik dan penampilan. Kebanyakan dari komunitas Punk pada waktu itu adalah remaja dan pemuda dari kalangan kelas pekerja. Melalui gaya hidup, musik dan penampilan, mereka menyampaikanmenyuarakan kondisi yang terabaikan oleh pemerintah Inggris. Mereka membuat kebiasaan yang seolah-olah acuh terhadap budaya yang ada. Punk muncul dengan keadaan yang menyolok dan memperolok kemapanan budaya yang sudah ada dan memberontak dari keadaan yang membosankan, kemudian menawarkan sebuah alternatif pola hidup yang khas dan unik dari komunitas mereka. Pada saat ini, Punk dapat dikatakan telah merambah sampai berbagai belahan dunia melalui aliran musik yang menyajikan syair-syair lagunya yang bertemakan umpatan atau rasa ketidakterimaan masyarakat Inggris pada waktu itu terhadap pemerintahannya Chahill, 1998: 1. Punk tidak lain merupakan sebuah hasil dari situasi politik-ekonomi yang sangat tidak mengenakkan bagi komunitas itu sendiri di Inggris, yang dimana situasi saat itu banyak sekali menimbulkan kekecewaan yang besar pada sebagian besar masyarakat di Inggris. Nama punk itu sendiri adalah berarti “orang tidak berarti atau sampah atau gelandangan yang membuang-buang waktunya untuk kegiatan yang tidak berguna atau tidak berarti”, sehingga pada akhirnya perkembangan Punk mendapat perhatian besar dari media. Punk kemudian berkembang sebagai pergerakan sosial, dan mengenai awal mula pergerakan punk sebagai bentuk aksi pembela kaum tertindas di Inggris seperti dikutip oleh Tara Swanepoel, Chahill menyatakan bahwa: www.punk-subculture.com “Kebanyakan orang setuju jika gerakan ini terjadi pada suatu saat ditahun 1975. Saat Inggris sedang mengalami resesi waktu itu, dan pada masa-masa yang sulit bagi setiap orang untuk mencari cara guna menyalurkan kemarahannya.” Tara Swanepoel, Chaill Chahill; 1998. Melalui asesoris dan berbagai atribut, komunitas ini memperolok kemapanan budaya, menyatakan keberpihakan serta memmenyuarakan sikap mereka pada pemerintahan inggris pada masa itu. Seperti contohnya sepatu boot ; 3 sepatu yang mereka pakai sebagai bukti kedekatan keberpihakan mereka dengan kelas pekerja yang kental dengan sepatu-sepatu berpenampilan keras, mereka biasa memakai sepatu yang berlubang 8 hingga 20 sepatu Boot dengan lubang tali sepatu yang berjumlah sampai dengan 8-20, sepatu tersebut memiliki rancangan yang khusus untuk para pegawai tambang, tinggi hingga melebihi mata kaki, selain dari pada itu ada juga dari beberapa model sepatu yang melambangkan para kaum nazi yaitu brogues salah satu jenis sepatu yang biasa dipakai oleh anak-anak skinhead. Awalnya dipakai karena sepatu jenis boot dianggap terlampau mencolok mata, seperti halnya penampilan celana panjang yang dipadukan degan sweater, sepatu jenis ini memiliki model sederhana, sama dengan model sepatu yang dipakai laki-laki saat pergi kekantor atau saat menghadiri acara resmi pada umumnya , loafers jenis sepatu yang biasa dipakai oleh anak-anak skinhead . Punk di Amerika Serikat juga banyak mempengaruhi gaya punk di Inggris yang pada tahun 1975, kelas pekerja miskin di Inggris mulai menggunakan gaya punk yang berasal dari New-York Amerika Serikat yang awalnya merupakan komunitas dalam dunia musik, yang memang punk di Amerika lebih merupakan sebuah gerakan yang berakar dan berkembang dalam dunia musik. Kemudian musik punk menjadi sebuah cara yang menonjol dalam mengekspresikan perasaan-perasaan mereka dan mengidentifikasikan diri mereka sebagai sebuah gerakan budaya tandingan. Gaya berpakaian mereka juga menjadi sebuah cara untuk menegaskan identitas mereka. Swanepoel, kembali mengutip Chahill, menyatakan: “punk sebuah sub-culture yang mulai membentuk diri, konformitas adalah yang mereka lawan.” jurnal Punk ; www.punk.com . Karena sikap dan gaya hidupnya komunitas Punk sangat dikenal sebagai kaum pemberontak yang memang sarat dengan ketidaksetujuannya terhadap pemerintahan di Inggris pada masa itu. Punk di Inggris memang lebih tegas dan keras dalam masalah perjuangan kelas mereka yang sangat tidak bersetuju dengan keadaan pemerintahan, hal tersebut sangat tegas terlihat perbedaannya dengan saudara-saudara mereka yang ada di New-York Amerika Serikat. 4 Sebagaimana telah disinggung di atas, bahwa Punk dikenal dunia dari pasaran para musisi yang mengembangkan bakatnya dalam dunia tarik suara dengan tema-tema yang terkait erat dengan prinsip-prinsip pemberontakan Punk. Hentakan musiknya, serta lirik dari setiap lagu yang dibawakan oleh beberapa group band punk, berhasil melambungkan nama punk sampai ke berbagai dunia. Beberapa band dari Amerika Serikat yang turut serta membangun sejarah bagi punk adalah MC5 dengan albumnya Kick Out the Jams, dan The Velvet Underground yang meliris albumnya pada tahun 1967; New York Dolls pada tahun 1971; Sex Pistol pada tahun 1972; the Ramones pada tahun 1974; dan masih banyak lagi aliran musik punk yang dilantunkan oleh band-band punk terkenal pada masa itu. Sejarah tumbuh dan berkembangnya Punk di Indonesia sendiri tidak memiliki kejelasan, khususnya tentang kepastian dari kota mana asal mula punk pertama kali muncul. Selama ini, diduga bahwa punk pertama kali muncul di tiga 3 kota besar yang ada di Indonesia, yaitu Jakarta; Bandung; dan Bali. Itulah kota-kota yang diperkirakan menjadi pintu gerbang masuknya Punk di Indonesia. Untuk saat ini memang belum ada kepastian yang memberikan hasil penelitian lokal Indonesia, secara lebih terperinci dan dapat dipertanggungjawabkan hasilnya dan menjawab pertanyaan yang ada selama ini “dari kota mana pertama kali punk muncul di Indonesia”? Selain tiga nama kota besar di atas terdapat beberapa kota lain yang diduga menjadi pintu masuknya komunitas Punk di Indonesia. Seperti diketahui bahwa komunitas Punk telah hadir dan menetap dikota lainnya, seperti Yogyakarta. Anak-anak yang tergolong sebagai punker anggota punk sering kali dijumpai di beberapa tempat dikota itu. Saat ini kelompok kaum muda dengan cara berpakian, gaya hidup, yang berbeda dengan umumnya dapat dijumpai di berbagai Kota di Indonesia. Kelompok kaum muda dengan dandanan street dan rambut bergaya Mohawk berbagai warna, serta mengenakan aneka asesoris dapat dengan mudah dijumpai diberbagai kota di Indonesia. Selain bekerja atau dan belajar, komunitas punk juga kerap kali mengadakan acara “perjamuan” bersama pesta, pergelaran musik, dan minum. Hari minggu sering mereka jadikan waktu untuk berkumpul dan 5 menggelar aksi bersama, dan didalam acara tersebut biasanya akan ada berbagai aliran dari komunitas itu sendiri saling berunjuk kebolehan masing-masing. Pada kesempatan seperti ini komunitas punk bergaya seperti selayaknya kita yang hendak pergi ke pusat-pusat perbelanjaan department store atau yang mereka sebut dengan istilah “ nge- dress” memakai atribut punk mereka, lengkap tidak kurang sesuatupun. Pada saat ini, Punk tidak hanya dapat kita jumpai di kota-kota besar, karena komunitas ini telah merambah diberabagi kota-kota kecil. Di Salatiga sendiri sebelum Punk merambah masuk dan membentuk komunitas, hanya terdapat beberapa orang yang melakukan pencitraan diri sebagai Punkers dari gaya dandanannya. Mereka datang dari ibu kota dan mengklaim diri sebagai bagian dari komunitas Punk, kemudian terdapat beberapa orang yang datang dan menetap di Salatiga dengan alasan untuk melakukan studi dan berbagai alasan lain. Pada tahun 2003-an komunitas Punk di Salatiga telah mengalami perkembangan, beberapa dari mereka adalah mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana UKSW. Selain sebagai mahasiswa berbagai anggota lain, merupakan kaum muda disekitar UKSW. Dengan penampilan yang mencolok, mereka dengan elegan menunjukkan identitas diri sebagai komunitas Punk. Kehadiran komunitas Punk di Salatiga mengalami berbagai tanggapan, ada masyarakat yang menganggap mereka sebagai sekelompok kaum muda yang hanya akan meganggu kenyamanan. Namun disisi yang lain ada masyarakat yang merasa biasa saja, menganggap komunitas ini sebagai bagian dari realitas kehidupan sosial. Tidak sedikit remaja dan kaum muda di sekitar kampus UKSW ikut bergaul dan hidup bersama komunitas Punk. Bersamaan dengan ini, penulis menegaskan bahwa dalam kurun waktu yang sama penelitian tentang punk di Indonesia telah dilakukan, baik itu di Salatiga, Yogyakarta, Surabaya, Solo, Bandung, akan tetapi belum ada realisasi atau penyelesaian dari setiap topik yang ditawarkan. Penelitian tersebut berkisar tentang hubungan punk dengan musik dan media, hubungan punk dengan agama, hubungan punk dunia dan ideologi mereka. Memang kemunculan dan 6 perkembangan punk di Salatiga sangat tidak jelas, dalam artian bahwa belum ada kepastian kapan, siapa bagaimana dan apa bentuknya faktor-faktor apa yang mempengaruhi komunitas itu. Melihat sejarah dan keberadaan komunitas Punk, sebagai sebuah gaya hidup yang lahir dari sebuah prinsip kemudian dituangkan melalui sikap anti kemapanan, amat menarik untuk diketahui latarbelakangnya khususnya keberadaan komunitas punk di Salatiga, dan hubungan antara sejarah Punk dan Komunitas Punk di Salatiga.

1.2. Perumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Komunitas Punk di Salatiga (Studi Sosio Historis Terhadap Komunitas Punk di Salatiga) T1 352011701 BAB II

0 0 28

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Komunitas Punk di Salatiga (Studi Sosio Historis Terhadap Komunitas Punk di Salatiga) T1 352011701 BAB IV

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Komunitas Punk di Salatiga (Studi Sosio Historis Terhadap Komunitas Punk di Salatiga) T1 352011701 BAB V

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Komunitas Punk di Salatiga (Studi Sosio Historis Terhadap Komunitas Punk di Salatiga) T1 352011701 BAB VI

0 0 9

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Komunitas Punk di Salatiga (Studi Sosio Historis Terhadap Komunitas Punk di Salatiga)

0 0 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Komunitas Punk di Salatiga (Studi Sosio Historis Terhadap Komunitas Punk di Salatiga)

0 0 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Motivasi Remaja Akhir yang Tergabung dalam Komunitas Punk di Kota Salatiga Untuk Tetap Bertahan di Jalanan

0 0 1

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Ketergantungan Minuman Beralkohol terhadap Kepercayaan Diri Individu sebagai Anggota Band Musik Punk di Salatiga T1 132010106 BAB I

0 0 5

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Ketergantungan Minuman Beralkohol terhadap Kepercayaan Diri Individu sebagai Anggota Band Musik Punk di Salatiga T1 132010106 BAB II

0 3 11

T1__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Transformasi Komunitas Punk di Condong Catur Yogyakarta dalam Prespektif Modal Sosial T1 BAB I

0 0 6