PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS KELAS VB SD NEGERI 04 METRO BARAT

(1)

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN

HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS KELAS VB SD NEGERI 04

METRO BARAT

Oleh

M. ASRUL FAEHANI

Masalah yang terdapat pada penelitian ini adalah rendahnya motivasi dan hasil belajar siswa, yang ditunjukkan dengan ketuntasan hasil belajar siswa hanya sebesar 45% dari 22 orang siswa. Tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dengan menerapkan model cooperative learning tipe team assisted individualization.

Penelitian ini menggunakaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan tahapan setiap siklus yaitu, perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data menggunakan non tes dan tes. Alat pengumpul data menggunakan lembar observasi dan soal tes. Teknik analisis data menggunakan analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model cooperative learningtipe team assisted individualization dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata nilai motivasi belajar siswa pada siklus I mendapat kategori “baik” dengan nilai 67, siklus II mendapat kategori “baik” dengan nilai 70. Persentase ketuntasan motivasi siswa pada siklus I adalah 77% dengan kategori “baik”, meningkat pada siklus II menjadi 82% dengan kategori “sangat baik”. Rata-rata hasil belajar pada siklus I mencapai 62 dengan kategori “cukup” meningkat padasiklus II menjadi 70 dengan kategori “baik”. Persentase ketuntasan hasil belajar siswa siklus I adalah 27%, dengan kategori “rendah” meningkat pada siklus II menjadi 82% dengan kategori “sangat tinggi”.

Kata kunci: cooperative learning, hasil belajar, motivasi siswa, team assisted individualization.


(2)

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATIONUNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN

HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS KELAS VB SD NEGERI 04

METRO BARAT

Oleh

M. ASRUL FAEHANI Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(3)

(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Peneliti dilahirkan di Tias Bangun, 17 Agustus 1992. Peneliti adalah anak pertama dari pasangan Bapak Afandi dan Ibu Dwi Ayu Supnani.

Pendidikan formal dimulai dari Taman Kanak-kanak (TK) Nusantara Tias Bangun dan diselesaikan pada tahun 1998. Peneliti melanjutkan pendidikan ke jenjang Sekolah Dasar di SD Negeri 01 Sukaraja Tiga pada tahun 1998-2004. Pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) ditempuh di SMP Negeri 2 Marga Tiga dan selesai pada tahun 2007. Program pendidikan berlanjut hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 4 Metro dan diselesaikan pada tahun 2010. Setelah itu penulis melanjutkan studi Diploma 1 pada lembaga LPP. Master Komputer dan selesai pada tahun 2011. Tahun 2011 penulis terdaftar sebagai mahasiswa S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung.


(7)

PERSEMBAHAN

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih, lagi Maha Penyayang. Alhamdulillahirobbil’alamin, puji dan syukur kepada Sang Maha Kuasa,

dengan segala kerendahan hati, ku persembahkan karyaku ini kepada: Ayahanda Afandi(alm.) dan Ibunda Dwi Ayu Supnani, yang telah ikhlas

memberikan segala pengorbanan bagi kesuksesanku. Terimakasih telah memberikan cinta dan kasih sayang tanpa batas, serta segala untaian do’a

yang senantiasa dimohonkan pada Illahi untuk kebaikanku.

Adikku Nevi Andiani, terimakasih atas do’a, dukungan, dan motivasi untuk keberhasilanku.

Kakekku Abdul Hamid, terima kasih telah memberikan dukungan baik moral dan mareriil demi kesuksesan cucumu

Pamanku Rohman Basuki dan Samijo serta Bibiku Uji Widati dan Sri Hartini, terima kasih telah memberikan semangat dan arti hidup yang

sebenarnya.


(8)

MOTO

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada

kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh

(urusan) yang lain, Dan hanya kepada Tuhanmulah

hendaknya kamu berharap.”


(9)

ii

SANWACANA

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur peneliti ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas ridha-Nya skripsi ini dapat diselesaikan.

Skripsi dengan judul “Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Team Assisted Individualization untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPS Kelas VB SD Negeri 04 Metro Barat” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung.

Skripsi ini dapat diselesaikan dengan bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Hariyanto, M.Si., selaku Rektor Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung.

3. Ibu Dr. Riswanti Rini, M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

4. Bapak Dr. Hi. Darsono, M.Pd., selaku Ketua Program Studi PGSD FKIP Universitas Lampung.

5. Bapak Drs. Siswantoro, M.Pd., selaku koordinator Kampus B FKIP UNILA. 6. Ibu Dra. Asmaul Khair, M.Pd., selaku pembimbing pertama skripsi. Terima

kasih atas kesediaan untuk memberikan keleluasaan waktu dalam membimbing, serta memotivasi dalam proses penyelesaian skripsi ini.

7. Ibu Dra. Hj. Nelly Astuti, M.Pd., selaku pembimbing kedua. Terima kasih atas kesediaan memberikan waktu untuk membimbing, serta memotivasi dalam proses penyelesaian skripsi ini.

8. Bapak Drs. Supriyadi, M.Pd., Terima kasih atas kritik dan saran yang berharga, mulai dari seminar proposal hingga ujian skripsi.


(10)

iii

9. Ibu Sutini, S.Pd. Terima kasih atas bantuan dan dukungannya selama peneliti menyelesaikan skripsi ini.

10. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Kampus B FKIP UNILA yang telah membantu hingga skripsi ini selesai.

11. Ibu Djumatun, S.Pd., selaku kepala SD Negeri 04 Metro Barat yang telah mengizinkan peneliti untuk melakukan penelitian, terimakasih atas kerja sama selama ini.

12. Ibu Siska Anggraini, S.Pd., selaku guru kelas VB yang berperan sebagai observer I peneliti dalam melakukan penelitian. Terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada peneliti untuk mempelajari keadaan yang sesungguhnya dalam mendidik.

13. Bapak Puryantoro, S.Pd., selaku guru mata pelajaran IPS yang telah memberikan masukan dan saran peneliti dalam pembelajaran.

14. Anak-anakku kelas VB SD Negeri 04 Metro Barat, semoga kalian menjadi anak yang taqwa, cerdas, dan berprestasi.

15. Septi Yuyun Ernitasari yang selalu memberikan semangat dan membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

16. Sahabat tersayang, tercinta, dan tak terlupakan Rois Sujimat, Arfian Junianto, Yuli Dwi Purnama, dan Ahmad Nasikun. Terima kasih telah menjadi teman bertukar pendapat dan memberikan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini. 17. Sahabat-sahabatku angkatan 2011, khususnya komunitas HIMALASA (Adit, Aji, Annisa, Arrizal, Asep, Atika, Azka, Dedi, Dwi, Deni, Erlis, Etik, Fikri, Gusti, Ikke, Tsani, Juwita, Wulan, Nuke, Aulia, Lita, Putri P, Putri N, Rizty, Puspa, Sella E, Sella P, Sovia, SM, Suci Amel, Suciyati, Tya, Umi, Zaka, Tiwi, Dilla) yang selalu menghadirkan semangat dan kebersamaan yang tak terlupakan.

18. Adik-adikku di HIMAJIP divisi PGSD UPP Metro dan Racana Ki Hajar Dewantara & RA Kartini (Rizky, Benny, Hasan, Hayat, Deni, Mira, Adinda, Alif, Mawar, Suci, Udin, Isro’i, Fadjrin) yang telah memberikan warna tersendiri dalam berorganisasi.

19. Rekan-rekanku yang pernah bekerja sama dalam aslab Kampus B FKIP UNILA (Anida Luthfiana, Mas Syaiful Fajri, Mas Tri Mei Adi Saputra, Agung


(11)

iv

Kiat Trisna, Zelina, dan Alfian Deni Iskandar). Terima kasih atas masukan yang telah diberikan.

20. Seluruh pihak yang tak dapat peneliti sebutkan namanya, terimakasih atas doa dan dukungan yang diberikan.

Akhir kata, peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi peneliti berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Metro, Mei 2015 Peneliti


(12)

v DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Ilmu Pengetahuan Sosial ... 9

1. Pengertian IPS ... 9

2. Karakteristik Pembelajaran IPS ... 10

3. Tujuan Pembelajaran IPS ... 11

B. Belajar dan Pembelajaran ... 12

1. Belajar ... 12

a. Pengertian Belajar... 12

b. Teori-teori Belajar ... 13

c. Aktivitas Belajar ... 14

d. Motivasi Belajar ... 15

e. Hasil belajar ... 19

2. Pembelajaran ... 21

a. Pengertian Pembelajaran ... 21

b. Pembelajaran IPS di SD ... 22

C. Model Pembelajaran ... 23

1. Pengertian Model Pembelajaran ... 23

2. Macam-Macam Model Pembelajaran ... 24

3. Model Cooperative Learning ... 25

4. Tipe-Tipe Model Cooperative Learning ... 26

5. Cooperative Learning Tipe Team Assisted Individualization ... 26

a. Kelebihan dan Kekurangan Cooperative Learning Tipe Team Assisted Individualization ... 27


(13)

vi

b. Langkah-langkah Cooperative Learning Tipe

Team Assisted Individualization ... 28

D. Kinerja Guru ... 30

E. Hipotesis Tindakan ... 31

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 32

B. Setting Penelitian ... 33

C. Teknik Pengumpulan Data ... 34

D. Alat Pengumpulan Data ... 34

E. Teknik Analisis Data ... 39

F. Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas ... 45

G. Indikator Keberhasilan ... 50

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 51

1. Profil Sekolah ... 51

2. Pelaksanaan Kegiatan ... 52

3. Pelaksanaan Kegiatan Siklus I ... 53

a. Perencanaan ... 53

b. Pelaksanaan ... 53

c. Pengamatan ... 57

d. Refleksi ... 78

e. Saran Perbaikan ... 79

4. Pelaksanaan Kegiatan Siklus II ... 81

a. Perencanaan ... 81

b. Pelaksanaan ... 82

c. Pengamatan ... 85

d. Refleksi ... 104

B. Pembahasan ... 106

1. Kinerja Guru ... 106

2. Motivasi Siswa ... 107

3. Hasil Belajar ... 109

4. Motivasi dan Hasil Belajar ... 113

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 116

B. Saran ... 117

DAFTAR PUSTAKA ... 119


(14)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2. 01 Langkah-langkah penerapan model team assisted individualization ... 30

3. 01 Instrumen penilaian kinerja guru ... 35

3. 02 Kriteria penilaian kinerja guru ... 36

3. 03 Indikator penilaian motivasi siswa ... 37

3. 04 Indikator penilaian sikap siswa ... 38

3. 05 Indikator penilaian keterampilan siswa ... 39

3. 06 Kriteria kinerja guru ... 40

3. 07 Kategori perolehan motivasi siswa ... 40

3. 08 Kategori tingkat keberhasilan motivasi siswa dalam % ... 41

3. 09 Kategori perolehan sikap siswa ... 41

3. 10 Kategori tingkat keberhasilan sikap siswa dalam %... 42

3. 11 Kategori perolehan keterampilan siswa ... 42

3. 12 Kategori tingkat keberhasilan keterampilan siswa dalam % ... 43

3. 13 Kategori perolehan kognitif siswa ... 44

3. 14 Kategori keberhasilan kognitif siswa dalam % ... 44

3. 15 Kategori perolehan hasil belajar siswa ... 45

3. 16 Kategori keberhasilan siswa dalam % ... 45

4. 01 Kinerja guru pada pertemuan ke-1 siklus I ... 58

4. 02 Kinerja guru pada pertemuan ke-2 siklus I ... 60

4. 03 Rekapitulasi nilai kinerja guru siklus I ... 62

4. 04 Motivasi siswa pertemuan ke-1 siklus I... 63

4. 05 Motivasi siswa pertemuan ke-2 siklus I... 65

4. 06 Rekapitulasi nilai motivasi siswa siklus I ... 67

4. 07 Sikap siswa pada pertemuan ke-1 siklus I ... 67

4. 08 Sikap siswa pada pertemuan ke-2 siklus I ... 69

4. 09 Rekapitulasi nilai sikap siswa siklus I ... 70

4. 10 Keterampilan siswa pada pertemuan ke-1 siklus I ... 71

4. 11 Keterampilan siswa pada pertemuan ke-2 siklus I ... 73

4. 12 Rekapitulasi nilai keterampilan siswa siklus I ... 74

4. 13 Nilai kognitif siswa siklus I ... 75

4. 14 Rekapitulasi hasil belajar siswa siklus I ... 77

4. 15 Kinerja guru pada pertemuan ke-1 siklus II ... 86

4. 16 Kinerja guru pada pertemuan ke-2 siklus II ... 88

4. 17 Rekapitulasi nilai kinerja guru siklus II ... 90

4. 18 Motivasi siswa pada pertemuan ke-1 siklus II ... 90

4. 19 Motivasi siswa pertemuan ke-2 siklus II ... 92


(15)

viii

4. 21 Sikap siswa pada pertemuan ke-1 siklus II ... 94

4. 22 Sikap siswa pada pertemuan ke-2 siklus II ... 95

4. 23 Rekapitulasi nilai sikap siswa siklus II ... 96

4. 24 Keterampilan siswa pada pertemuan ke-1 siklus II ... 97

4. 25 Keterampilan siswa pada pertemuan ke-2 siklus II ... 99

4. 26 Rekapitulasi nilai keterampilan siswa siklus II ... 101

4. 27 Nilai kognitif siswa siklus II ... 101

4. 28 Rekapitulasi hasil belajar siswa siklus II ... 103

4. 29 Rekapitulasi nilai kinerja guru ... 106

4. 30 Rekapitulasi nilai motivasi siswa... 107

4. 31 Rekapitulasi nilai sikap siswa ... 109

4. 32 Rekapitulasi nilai keterampilan siswa ... 110

4. 33 Rekapitulasi nilai kognitif siswa ... 111


(16)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Surat-surat

A. Penelitian pendahuluan ... 125

B. Surat izin penelitian dari fakultas ... 126

C. Surat keterangan penelitian dari fakultas ... 127

D. Surat izin penelitian dari SD ... 128

E. Surat pernyataan teman sejawat ... 129

F. Surat keterangan penelitian dari SD ... 131

2. Perangkat Pembelajaran A. Pemetaan siklus I... 133

B. Silabus siklus I ... 135

C. Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) siklus I ... 138

D. Pemetaan siklus II ... 145

E. Silabus siklus II ... 147

F. Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) siklus II ... 150

3. Instrumen Penilaian Kinerja Guru (IPKG) A. IPKG pertemuan ke-1 siklus I ... 158

B. IPKG pertemuan ke-2 siklus I ... 161

C. IPKG pertemuan ke-1 siklus II ... 164

D. IPKG pertemuan ke-2 siklus II ... 167

4. Penilaian Motivasi Siswa A. Hasil pengamatan motivasi siswa pada pertemuan ke-1 siklus I ... 171

B. Hasil pengamatan motivasi siswa pada pertemuan ke-2 siklus I ... 173

C. Rekapitulasi nilai motivasi siswa siklus I ... 175

D. Hasil pengamatan motivasi siswa pada pertemuan ke-1 siklus II ... 176

E. Hasil pengamatan motivasi siswa pada pertemuan ke-2 siklus II ... 178

F. Rekapitulasi nilai motivasi siswa siklus II ... 180

5. Penilaian Sikap Siswa A. Hasil pengamatan sikap siswa pada pertemuan ke-1 siklus I ... 182

B. Hasil pengamatan sikap siswa pada pertemuan ke-2 siklus I ... 184

C. Rekapitulasi nilai sikap siswa siklus I ... 186

D. Hasil pengamatan sikap siswa pada pertemuan ke-1 siklus II ... 187

E. Hasil pengamatan sikap siswa pada pertemuan ke-2 siklus II ... 189


(17)

xi

C. Rekapitulasi nilai keterampilan siswa siklus I ... 197

D. Hasil pengamatan keterampilan siswa pada pertemuan ke-1 siklus II .... 198

E. Hasil pengamatan keterampilan siswa pada pertemuan ke-2 siklus II .... 200

F. Rekapitulasi nilai keterampilan siswa siklus II ... 202

7. Penilaian Hasil Belajar Kognitif Siswa A. Rekapitulasi hasil belajar kognitif siswa ... 204

B. Tes Formatif Siklus I ... 205

C. Tes Formatif Siklus II ... 209

8. Lembar Kerja Kelompok (LKK) A. LKK pertemuan ke-1 siklus I ... 214

B. LKK pertemuan ke-2 siklus I ... 217

C. LKK pertemuan ke-1 siklus II... 220

D. LKK pertemuan ke-2 siklus II... 223

9. Dokumentasi A. Dokumentasi Siklus I ... 227


(18)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

3.1 Prosedur PTK ... 33

4.1 Grafik peningkatan kinerja guru dari siklus I ke siklus II... 107

4.2 Grafik peningkatan motivasi siswa dari siklus I ke siklus II ... 108

4.3 Grafik peningkatan sikap siswa dari siklus I ke siklus II ... 110

4.4 Grafik peningkatan keterampilan siswa dari siklus I ke siklus II ... 111

4.5 Grafik peningkatan kognitif siswa dari siklus I ke siklus II ... 112


(19)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Guru sebagai tenaga profesional memiliki tugas untuk mendidik siswa menjadi manusia yang beriman, berakhlak, berilmu, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab atas apa yang dilakukan. Hal ini sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Pasal 6 menyatakan bahwa:

Kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

Sejalan dengan undang-undang di atas, Asmuni (2013) menjelaskan bahwa tugas profesional guru meliputi mendidik, mengajar dan melatih atau membimbing, serta meneliti. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Melatih atau membimbing berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan peserta didik. Meneliti untuk pengembangan kependidikan. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat diketahui bahwa tugas profesional guru antara lain adalah mengembangkan


(20)

2

nilai hidup, ilmu pengetahuan dan teknologi, keterampilan siswa, serta mampu mengembangkan mutu pendidikan.

Pelaksanaan tugas guru sebagai tenaga profesional membutuhkan upaya yang mampu menjembatani tercapainya tujuan pembelajaran. Salah satu upaya yang dapat dilakukan guru adalah dengan memilih dan menggunakan model pembelajaran yang tepat. Penggunaan model pembelajaran dilakukan agar pembelajaran benar-benar mampu memberikan bekal kemampuan dan keterampilan dasar bagi siswa untuk menjadi manusia yang unggul. Salah satunya dengan mengantarkan siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran.

Hal ini sejalan dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 19 ayat 1 bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Proses pembelajaran yang berlandaskan atas asas keaktifan belajar, menekankan pada proses belajar siswa. Apabila seorang guru menginginkan agar siswanya memahami suatu konsep, maka siswa harus mengonstruksi pengetahuan melalui hal konkret yang ada disekitarnya. Proses yang harus dilakukan guru bukan dengan mengajarkan konsep, tetapi juga memaparkan tentang fakta yang ada, dan menarik generalisasi dari fakta dan konsep, sehingga siswa menjadi lebih paham. Fakta, konsep, dan generalisasi sangat erat


(21)

dengan kehidupan manusia sehingga salah satu disiplin ilmu yang relevan dan terdapat dalam kurikulum SD adalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

Depdiknas (2008: 162) mengemukakan bahwa IPS merupakan pelajaran yang mengkaji peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Menurut Trianto (2010: 171) Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) mempelajari kehidupan yang kompleks dalam masyarakat sehari-hari.

Pembelajaran IPS bersumber dari lingkungan dan kehidupan masyarakat sehari-hari. Melalui pembelajaran IPS siswa dapat mempelajari perilaku sosial yang terjadi dalam masyarakat sehingga siswa terampil dalam bersosialisasi dan mampu memecahkan masalah-masalah yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti di kelas VB SD Negeri 04 Metro Barat, diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa guru masih menjadi pihak yang mentransfer pengetahuan bukan sebagai fasilitator. Pembelajaran yang dilakukan bersifat satu arah dan terkesan monoton. Guru belum menggunakan model pembelajaran yang bervariasi untuk melibatkan siswa dalam pembelajaran. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran IPS masih didominasi oleh guru. Masalah lain yang diperoleh adalah masih banyak siswa yang gaduh dan mengobrol dengan temannya. Terdapat siswa yang tidak memusatkan perhatiannya dan kurang merespon perintah guru pada saat pembelajaran berlangsung. Siswa juga kurang antusias dalam mengemukakan pendapat dan bertanya pada saat pembelajaran. Bahkan ketika diberi tugas siswa tidak langsung mengerjakan melainkan asik bermain dengan temannya.


(22)

4

Beberapa indikasi tersebut menunjukan bahwa motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran masih rendah.

Penelusuran dokumen mengenai hasil mid semester ganjil tahun 2014/2015, diketahui bahwa dari 22 orang siswa, hanya 10 orang siswa atau 45% yang telah mencapai Kriteria Ketuntasan Maksimum (KKM) yaitu 66 dan sebanyak 12 orang siswa atau 55% belum mencapai KKM. Mulyasa (2013: 131) menyebutkan bahwa suatu pembelajaran dikatakan berhasil apabila sekurang-kurangnya 75% dari seluruh siswa di kelas telah mencapai KKM. Merujuk pada pendapat Mulyasa (2013: 131) di atas, dapat diketahui bahwa hasil belajar di kelas VB SD Negeri 04 Metro Barat masih rendah.

Berdasarkan masalah tersebut, perlu diterapkan model yang sesuai dengan konteks dan tujuan pembelajaran. Terdapat berbagai macam model pembelajaran yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kemampuan belajar siswa, akan tetapi model cooperative learning tipe team assisted indiviualization dirasa tepat untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Cooperative learning tipe team assisted individualization adalah tipe pembelajaran yang menggabungkan pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran klasikal. Menurut Slavin (2005: 187) cooperative learning tipe team assisted individualization dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar siswa secara individual. Hasil belajar individual dibawa ke kelompok-kelompok untuk didiskusikan dan saling dibahas oleh anggota kelompok, dan semua anggota kelompok bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama.


(23)

Pembelajaran dengan team assisted individualization diprediksi akan meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa, karena pembelajaran dengan team assisted individualization dilakukan secara berkelompok dan siswa memiliki kesempatan berbicara yang sama di masing-masing kelompok untuk bertukar pikiran dan berpikir kritis. Team assisted individualization akan membuat siswa tertarik dan antusias dalam pembelajaran, karena skor akhir yang akan diperoleh siswa adalah skor individu, sehingga siswa harus bersaing untuk mendapatkan skor terbaik. Hal ini sejalan dengan penelitian Indriyani (2011) yang menyatakan bahwa penerapan model cooperative learning tipe team assisted individualization dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti merasa perlu untuk mengadakan perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Team Assisted Individualization untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPS Kelas VB SD Negeri 04 Metro Barat”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Guru masih menjadi pihak yang mentransfer pengetahuan bukan fasilitator. 2. Pembelajaran yang dilakukan bersifat satu arah dan terkesan monoton.


(24)

6

3. Guru belum menggunakan model pembelajaran yang bervariasi untuk melibatkan siswa dalam pembelajaran. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran IPS masih didominasi oleh guru.

4. Masih banyak siswa yang gaduh dan mengobrol dengan temannya.

5. Terdapat siswa yang tidak memusatkan perhatiannya dan kurang merespon perintah guru pada saat pembelajaran berlangsung.

6. Siswa juga kurang antusias dalam mengemukakan pendapatnya dan bertanya pada saat pembelajaran.

7. Siswa tidak langsung mengerjakan tugas melainkan asik bermain dengan temannya. Hal ini menunjukan bahwa motivasi belajar siswa rendah. 8. Hasil belajar siswa rendah dibuktikan dengan persentase ketuntasan yang

hanya 45% dari KKM yang ditetapkan.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, dapat dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan model cooperative learning tipe team assisted individualization pada pembelajaran IPS kelas VB SD Negeri 04 Metro Barat sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa?

2. Apakah penerapan model cooperative learning tipe team assisted individualization pada pembelajaran IPS kelas VB SD Negeri 04 Metro Barat dapat meningkatkan hasil belajar siswa?


(25)

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Menerapkan model cooperative learning tipe team assisted individualization untuk meningkatkan motivasi belajar siswa pada pembelajaran IPS kelas VB SD Negeri 04 Metro Barat.

2. Menerapkan model cooperative learning tipe team assisted individualization untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS kelas VB SD Negeri 04 Metro Barat.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1. Siswa

Menciptakan suasana belajar siswa yang menyenangkan, sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada pembelajaran IPS di kelas VB SD Negeri 04 Metro Barat.

2. Guru

Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran IPS di kelas, serta menambah dan mengembangkan kemampuan guru dalam pembelajaran yang baik dan benar.

3. Sekolah

Merupakan bahan masukan bagi sekolah dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan.


(26)

8

4. Peneliti

Menambah wawasan dan pengalaman sehingga peneliti bisa menjadi guru yang profesional.


(27)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 1. Pengertian IPS

IPS merupakan ilmu yang mempelajari disiplin ilmu-ilmu sosial, yang bertujuan mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Banks (Sapriya, 2006: 4) IPS sebagai bagian dari kurikulum sekolah dasar dan menengah yang mempunyai tanggung jawab pokok membantu para siswa untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai yang diperlukan dalam hidup bernegara di lingkungan masyarakat. Lebih lanjut, Susanto (2013: 6) menyatakan bahwa IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, yaitu: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. IPS dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu sosial.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian IPS adalah suatu program pendidikan yang dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan, pengetahuan, dan sikap dalam kehidupan bermasyarakat.


(28)

10

2. Karakteristik Pembelajaran IPS

Pembelajaran IPS dapat membantu siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapi sehingga semakin mengerti dan memahami lingkungan masyarakatnya.

Hamid Hasan (Trianto, 2010: 174) menerangkan bahwa:

Pola pembelajaran pendidikan IPS menekankan pada unsur pendidikan dan pembekalan pada peserta didik. Penekanan pembelajarannya bukan sebatas pada upaya mencekoki atau menjejali peserta didik dengan sejumlah konsep yang bersifat hafalan belaka, melainkan terletak pada upaya agar mereka mampu menjadikan apa yang telah dipelajarinya sebagai bekal dalam memahami dan ikut serta dalam melakoni kehidupan masyarakat lingkungannya, serta sebagai bekal bagi dirinya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Sejalan dengan pendapat di atas, Misbahul (2013) menyatakan bahwa karakteristik IPS meliputi beberapa aspek yaitu memberikan berbagai pengertian yang mendasar, melatih berbagai keterampilan dan mengembangkan sikap moral yang dibutuhkan. Karakteristik lain yang juga merupakan ciri mandiri pengajaran IPS, yakni digunakannya pendekatan pengembangan bahan pembelajaran IPS dalam rangka menjawab permasalahan yang sering muncul dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik pembelajaran IPS di SD mencakup pola pembelajaran pendidikan IPS yang melibatkan siswa ikut serta dalam melakoni kehidupan masyarakat dan pendekatan pengembangan bahan pembelajaran IPS di SD diharapkan menjadi solusi dalam permasalahan yang sering muncul di masyarakat.


(29)

3. Tujuan Pembelajaran IPS

Pembelajaran IPS memiliki tujuan sebagai acuan dalam melaksanakan proses pembelajaran.

Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang standar isi menyatakan bahwa mata pelajaran IPS bertujuan agar siswa mempunyai kemampuan sebagai berikut:

1. Mengenal konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.

2. Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sehari-hari (sosial).

3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.

4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal, nasional, global. Trianto (2010: 176) tujuan IPS ialah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari, baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat.

Berdasarkan pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran IPS bertujuan untuk mengembangkan kemampuan siswa (peserta didik) untuk menguasai disiplin ilmu sosial dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dalam masyarakat yang majemuk ditingkat lokal, nasional, dan global serta memiliki komitmen terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.


(30)

12

B. Belajar dan Pembelajaran 1. Belajar

a. Pengertian Belajar

Belajar merupakan modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman yang dilakukan secara sadar. Menurut Hamalik (2011: 27) belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Menurut Uno & Nurdin (2012: 138) belajar adalah suatu proses yang menghasilkan perubahan perilaku yang dilakukan dengan sengaja untuk memperoleh pengetahuan, kecakapan dan pengalaman baru ke arah yang lebih baik.

Sejalan dengan pengertian di atas, Suprihatiningrum (2013: 14) mengatakan bahwa belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu secara sadar untuk memperoleh perubahan tingkah laku tertentu, baik yang dapat diamati secara langsung maupun yang tidak dapat diamati secara langsung sebagai pengalaman (latihan) dalam interaksinya dengan lingkungan. Menurut Prastowo (2013: 65) belajar adalah suatu proses mental yang tidak terlihat melalui interaksi dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan tingkah laku siswa.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian belajar adalah proses yang dilakukan individu secara sadar untuk mencapai perubahan dalam pengetahuan, kecakapan, dan pengalaman baru baik yang dapat diamati secara langsung maupun yang tidak dapat diamati secara langsung hasil interaksi dengan lingkungan.


(31)

b. Teori-teori Belajar

Proses belajar tidak terlepas dari teori belajar, sebagai penjelasan mengenai terjadinya belajar. Menurut Trianto (2011: 27) teori belajar pada dasarnya merupakan penjelasan mengenai bagaimana terjadinya belajar atau bagaimana informasi diproses di dalam pikiran siswa. Hamalik (2011: 34-42) mengemukakan beberapa aliran psikologi yang berhubungan dengan teori belajar, yaitu:

1) Teori Psikologi Klasik

Manusia terdiri dari jiwa dan badan yang berbeda satu sama lain. Menurut teori ini, belajar adalah all learning is a process of developing or training of mind. Kita belajar melihat objek dengan menggunakan substansi dan sensasi. Kita mengembangka kekuatan menciptakan, ingatan, keinginan, dan pikiran, dengan melihatnya. Dengan kata lain, pendidikan adalah suatu proses dari dalam atau inner development.

2) Teori Psikologi Daya

Menurut teori ini, jiwa manusia terdiri dari berbagai daya, mengingat, berfikir, merasakan, kemauan, dan sebagainya. Dengan demikian maka, kurikulum harus menyediakan mata pelajaran yang dapat mengembangkan daya-daya tersebut. Pemilihan mata pelajaran dilakukan atas dasar pembentukan daya-daya secara efisien dan ekonomis.

3) Teori Mental State

Teori ini bersifat materialistis mengutamakan bahan. Jiwa yang baik apabila bahan yang diterima adalah baik, dalam arti sesuai dengan norma-norma etis. Menurut teori ini, belajar adalah memperoleh pengetahuan melalui alat indra yang disampaikan dalam bentuk perangsang-perangsang dari luar.

4) Teori Psikologi Behaviorisme

Behaviorisme adalah suatu studi tentang kelakuan manusia. Timbulnya aliran ini disebabkan rasa tidak puas terhadap teori psikologi daya dan teori mental State. Sebabnya ialah karena aliran-aliran terdahulu hanya menekankan pada segi kesadaran saja. Di dalam behaviorisme masalah matter (zat) menempati kedudukan yang utama. Melalui behaviorisme dapat dijelaskan kelakuan manusia secara seksama dan memberikan program pendidikan yang memuaskan.

5) Teori Psikologi Gestalt

Menurut teori ini, jiwa manusia adalah suatu keseluruhan yang berstruktur. Teori psikologi gestal sangat berpengaruh terhadap


(32)

14

tafsiran tentang belajar. Beberapa prinsip yang perlu mendapat perhatian, adalah sebagai berikut :

a) Tingkah laku terjadi berkat interaksi antara individu dan lingkungannya, faktor herediter lebih berpengaruh.

b) Individu berada dalam keadaan keseimbangan yang dinamis, adanya gangguan terhadap keseimbangan itu akan mendorong terjadinya tingkah laku.

c) Belajar mengutamakan aspek pemahaman terhadap situasi problematis

d) Belajar menitik beratkan pada situasi sekarang, dalam situasi tersebut menemukan dirinya.

e) Belajar dimulai dari keseluruhan dan bagian-bagian hanya bermakna dalam keseluruhan itu.

Berdasarkan pengertian teori-teori belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa teori belajar merupakan penjelasan tentang bagaimana proses terjadinya belajar, dan komponen-komponen dalam proses belajar. Teori-teori tersebut antara lain, teori psikologi klasik, teori psikologi daya, teori mental state, teori psikologi behaviorisme, dan teori psikologi gestalt.

c. Aktivitas Belajar

Proses belajar tidak terlepas dari aktivitas belajar yaitu adanya interaksi antara siswa dengan lingkungannya. Hamalik (2009: 197) mendefinisikan bahwa aktivitas belajar sebagai aktivitas yang diberikan kepada siswa dalam proses pembelajaran. Aktivitas yang diberikan kepada siswa dalam pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran. Kunandar (2011: 277) mendefinisikan aktivitas siswa sebagai keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, minat, perhatian, dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut.


(33)

Hamalik (Hanafiah, 2010: 24-25) membagi aktivitas belajar ke dalam delapan kelompok, yaitu sebagai berikut:

1) Kegiatan-kegiatan visual, yaitu membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.

2) Kegiatan-kegiatan lisan (oral), yaitu mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, berwawancara, diskusi, dan interupsi.

3) Kegiatan-kegiatan mendengarkan, yaitu mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, atau mendengarkan radio.

4) Kegiatan-kegiatan menulis, yaitu menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, dan mengerjakan tes, serta mengisi angket.

5) Kegiatan-kegiatan menggambar, yaitu menggambar, membuat grafik, chart, diagram, peta, dan pola.

6) Kegiatan-kegiatan metrik, yaitu melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, serta menari dan berkebun. 7) Kegiatan-kegiatan mental, yaitu merenungkan, mengingat,

memecahkan masalah, menganalisa faktor-faktor, melihat hubungan-hubungan, dan membuat keputusan.

8) Kegiatan-kegiatan emosional, yaitu minat, membedakan, berani, tenang, motivasi, dan lain-lain

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian aktivitas belajar adalah kegiatan yang diberikan kepada siswa dalam pembelajaran guna menunjang keberhasilan pembelajaran dan memperoleh manfaat dari kegiatan pembelajaran. Salah satu kegiatan yang dilakukan siswa adalah kegiatan emosional berupa motivasi.

d. Motivasi Belajar 1) Pengertian Motivasi

Motivasi merupakan rasa ingin tahu secara alami, didorong oleh keinginan untuk berinteraksi, mengenal dan memahami lingkungan


(34)

16

sekitar siswa. Menurut Uno (2007: 23) motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Selanjutnya Dimyati & Mudjiono (2009: 296) motivasi adalah tenaga pendorong yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang.

Munurut Sardiman (2011: 75) motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non-intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian motivasi belajar adalah dorongan yang timbul dari dalam maupun dari luar diri siswa untuk mendukung terjadinya proses belajar sehingga terjadi perubahan perilaku.

2) Fungsi Motivasi Belajar

Motivasi merupakan dorongan yang timbul dari dalam maupun dari luar diri seseorang untuk melakukan perubahan. Menurut Hanafiah & Cucu (2010: 26) fungsi motivasi adalah sebagai berikut.

a) Pendorong terjadinya perilaku belajar peserta didik. b) Mempengaruhi prestasi belajar peserta didik.

c) Memberikan arah terhadap pencapaian tujuan pembelajaran. d) Membangun sistem pembelajaran yang lebih bermakna. Sejalan dengan pengertian di atas, Suprijono (2013: 163-164) mengatakan motivasi memiliki fungsi: a) mendorong peserta didik (siswa) untuk berbuat; b) menentukan arah kegiatan pembelajaran yakni ke arah tujuan belajar yang hendak dicapai; c) menyeleksi


(35)

kegiatan pembelajaran, yakni menentukan kegiatan-kegiatan apa yang harus dikerjakan guna mencapai tujuan pembelajaran.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi motivasi belajar adalah sebagai alat pendorong terjadinya perilaku siswa dalam belajar untuk membangun sistem pembelajaran yang lebih bermakna.

3) Indikator dan Alat Ukur Motivasi a) Indikator Motivasi

Indikator adalah tanda dari tercapainya sesuatu. Untuk mengukur motivasi belajar, diperlukan indikator motivasi belajar, sehingga motivasi dapat diukur. Sudjana (2010: 61) mengemukakan indikator motivasi belajar adalah: a) minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran; b) semangat siswa untuk melaksanakan tugas-tugas belajarnya; c) tanggung jawab siswa dalam mengerjakan tugas-tugas belajarnya; d) reaksi yang ditunjukan siswa terhadap stimulus yang diberikan guru; e) rasa senang dan puas dalam mengerjakan tugas yang diberikan. Sejalan dengan pendapat di atas, Merdekawati (2011) mengatakan aspek dalam motivasi belajar yaitu, minat, ketekunan, dan menyukai tantangan. Adapun indikator dari masing-masing aspek adalah:

1. Minat dengan indikator 1) telah mempersiapkan peralatan belajar sebelum guru masuk ke kelas; 2) memperhatikan ketika guru memberikan tugas.

2. Ketekunan dengan indikator 1) mencatat materi pelajaran; 2) langsung mengerjakan ketika tugas diberikan.


(36)

18

3. Menyukai tantangan dengan indikator 1) aktif dalam proses pembelajaran; 2) tidak mengeluh mengerjakan soal.

Berdasarkan pengertian di atas, indikator motivasi belajar adalah tanda yang ditunjukan siswa untuk menunjukan bahwa siswa termotivasi dalam proses pembelajaran dan penilaiannya diintegrasikan ke dalam penilaian sikap. Adapun aspek motivasi yang dilihat pada penelitian ini adalah, minat dengan indikator 1) telah mempersiapkan peralatan belajar sebelum guru masuk ke kelas; 2) memperhatikan ketika guru memberikan tugas. Ketekunan dengan indikator 1) mencatat materi pelajaran; 2) langsung mengerjakan ketika tugas diberikan. Menyukai tantangan dengan indikator 1) aktif dalam proses pembelajaran; 2) tidak mengeluh mengerjakan soal.

b) Alat Ukur Motivasi

Motivasi belajar dapat diukur dengan menggunakan beberapa instrumen. Menurut Hanafiah & Cucu (2010: 29) motivasi seseorang dapat diukur menggunakan: a) tes tindakan; b) kuesioner; c) mengarang bebas untuk memahami informasi tentang visi dan aspirasinya; d) tes prestasi; e) skala untuk memahami informasi tentang sikapnya. Sedangkan menurut Notoatmodjo (2010: 135) ada beberapa cara untuk mengukur motivasi yaitu: a) tes proyektif; b) kuesioner; c) observasi perilaku.


(37)

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk mengukur motivasi belajar siswa, peneliti menggunakan teknik observasi yaitu dengan cara mengamati motivasi siswa dengan aspek minat, ketekunan, dan menyukai tantangan.

e. Hasil Belajar

Hasil belajar berupa perubahan dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperoleh melalui proses belajar. Nashar (2004: 77) mengatakan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar. Susanto (2013: 277) mengatakan bahwa hasil belajar yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar.

Bloom (Sudjana, 2010: 22-23) mengungkapkan bahwa:

a. Ranah kognitif yaitu memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain.

b. Ranah sikap (afektif) yaitu memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga , teman, guru dan tetangganya. 1) Jujur adalah perilaku untuk menjadikan seseorang dapat

dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan.

2) Disiplin, adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh terhadap peraturan.

3) Tanggung jawab, adalah sikap seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai makhluk sosial, individu dan sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa.

4) Kerja sama adalah sikap baik dalam pergaulan dalam prilaku seseorang.

5) Peduli adalah sikap seseorang dalam memberikan tanggapan terhadap suatu perbedaan.


(38)

20

6) Percaya diri adalah kondisi mental seseorang yang memberikan keyakinan kuat untuk berbuat atau bertindak. c. Ranah keterampilan (psikomotor) siswa menyajikan

pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia. Sejalan dengan pengertian di atas, Fraenkel (Sapriya, 2007: 51) mengemukakan keterampilan sosial meliputi: 1) merencanakan bekerja dengan orang lain, 2) mengambil bagian dalam proyek penelitian, 3) mengambil bagian secara produktif dalam diskusi kelompok, 4) menjawab atau menanggapi secara sopan pernyataan orang lain, 5) memimpin diskusi kelompok, 6) bertindak secara tanggung jawab, dan 7) bersedia membantu atau menolong orang lain. NCSS (Pradita, 2013) mengemukakan bahwa terdapat beberapa keterampilan sosial yang seyogianya dapat dimiliki, antara lain: 1) keterampilan penelitian, 2) keterampilan berpikir, 3) keterampilan berpartisipasi sosial, dan 4) keterampilan berkomunikasi.

Berdasarkan pengertian di atas, peneliti menyimpulkan hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperoleh melalui proses belajar yang dijelaskan sebagai berikut:

a. Ranah kognitif, adapun indikator dalam ranah kognitif yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengetahuan dan pemahaman.

b. Ranah sikap, aspek yang dinilai adalah percaya diri dengan indikator: 1) berani mengemukakan pendapat, 2) melakukan kegiatan tanpa ragu, 3) berani presentasi di depan kelas. Disiplin, dengan indikator:


(39)

1) datang tepat waktu patuh pada tata tertib atau aturan bersamamengerjakan/mengumpulkan tugas sesuai dengan

waktu yang ditentukan. Kerja sama, dengan indikator: 1) duduk bersama dalam kelompok, 2) berpartisipasi dalam kelompok, 3) mampu memecahkan masalah dalam kelompok.

c. Ranah keterampilan, penilaian ranah keterampilan ini dinilai menggunakan daftar cek atau skala penilaian yang dilengkapi rubrik. Keterampilan yang dinilai adalah keterampilan berpartisipasi sosial dengan indikator: 1) berbagi tugas kelompok; 2) bekerja sama dengan orang lain; dan 3) menerima terhadap kritik dan saran. Keterampilan berkomunikasi, dengan indikator: 1) menjelaskan materi kepada anggota kelompok, 2) mempresentasikan hasil diskusi, 3) menanggapi hasil kegiatan.

2. Pembelajaran

a. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran merupakan istilah baru yang digunakan untuk menunjukan kegiatan guru dan siswa. Sebelumnya, digunakan istilah “proses belajar-mengajar” dan “pengajaran”. Menurut Winataputra, dkk (2008: 1.19) istilah pembelajaran mengacu pada segala kegiatan yang berpengaruh langsung terhadap proses belajar siswa.

Menurut Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 1 butir 20, menyebutkan pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan


(40)

22

belajar. Menurut Rusman (2014: 134-135) pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu proses interaksi antara guru dengan siswa, baik interaksi secara langsung maupun secara tidak langsung.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan interaksi yang terjadi antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru, dan siswa dengan lingkungan belajarnya.

b. Pembelajaran IPS di SD

Pembelajaran IPS di SD sangat erat kaitannya dengan kehidupan di lingkungan siswa. Sapriya (2007: 1) mengemukakan IPS adalah suatu program pendidikan yang mengintegrasikan secara interdisiplin konsep-konsep ilmu sosial dan humaniora untuk tujuan pendidikan kewarganegaraan. Menurut Trianto (2010: 173) Ilmu Pengetahuan Sosial juga membahas hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Lingkungan masyarakat dimana anak didik tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat, dihadapkan pada berbagai permasalahan yang ada dan terjadi di lingkungan sekitarnya.

Ruang lingkup pembelajaran IPS di SD berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 meliputi aspek-aspek sebagai berikut: (1) manusia, tempat, dan lingkungan, (2) waktu, keberlanjutan, dan perubahan, (3) sistem sosial dan budaya dan (4) perilaku ekonomi dan kesejahteraan.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SD merupakan program


(41)

pendidikan yang mengintegrasikan konsep-konsep ilmu sosial yang berhubungan dengan lingkungan sekitar anak didik.

C. Model Pembelajaran

1. Pengertian Model Pembelajaran

Selama proses pembelajaran guru harus menggunakan model pembelajaran agar pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan tujuan. Menurut Joyce & Well (Rusman, 2014: 133) model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Hanafiah & Cucu (2010: 41) menyatakan bahwa model pembelajaran merupakan salah satu pendekatan dalam rangka mensiasati perubahan perilaku peserta didik secara adaptif maupun generatif.

Menurut Prastowo (2013: 65) model pembelajaran adalah acuan pembelajaran yang secara sistematis dilaksanakan berdasarkan pola–pola pembelajaran tertentu. Komalasari (2010: 57) mengemukakan bahwa model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Berdasarkan pengertian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa model pembelajaran adalah acuan yang digunakan dalam proses pembelajaran berupa pola-pola yang yang disusun secara sistematis untuk mencapai tujuan belajar.


(42)

24

2. Macam-macam Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah acuan yang digunakan dalam proses pembelajaran berupa pola-pola yang yang disusun secara sistematis untuk mencapai tujuan belajar. Terdapat berbagai macam model pembelajaran yang dikemukakan oleh para ahli. Menurut Rusman (2014: 145) model pembelajaran berdasarkan teori belajar, meliputi model interaksi sosial, model pemrosesan informasi, model personal, dan model pembelajaran modifikasi tingkah laku. Arends (Trianto, 2010: 76) menyeleksi enam model pengajaran yang sering dan praktis digunakan guru dalam mengajar, masing-masing adalah: presentasi, pengajaran langsung (direct instruction), pengajaran konsep, cooperative learning, pengajaran berdasarkan masalah (problem base instruction), dan diskusi kelas. Sejalan dengan pengertian tersebut, Amri (2013: 7-8) mengatakan macam-macam model pembelajaran adalah sebagai berikut: model pembelajaran mencari dan bermakna; model pembelajaran terpadu; model pembelajaran kooperatif (cooperative learning); model pembelajaran berdasarkan masalah; model pembelajaran langsung; model pembelajaran kontekstual; model pembelajaran penemuan; model pembelajaran problem solving.

Berdasarkan pengertian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa terdapat berbagai macam model pembelajaran yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Namun, pada penelitian ini peneliti memilih model cooperative learning karena dalam cooperative learning siswa dapat saling berinteraksi dalam kelompok sehingga motivasi belajar siswa akan meningkat.


(43)

3. Model Cooperative Learning

Model cooperative learning merupakan model pembelajaran yang dilakukan secara kelompok yang heterogen. Menurut Slavin (2005: 4) cooperative learning merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok–kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Komalasari (2010: 62) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi kelompok kecil dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok–kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 2 sampai 5 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen. Rusman (2014: 202) menyatakan bahwa cooperative learning merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Menurut Hosnan (2014: 235) cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih, dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri.

Berdasarkan pengertian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa cooperative learning (pembelajaran kooperatif) merupakan salah satu model pembelajaran dimana siswa bekerja dan berinteraksi satu sama lain dalam sebuah kelompok yang heterogen.


(44)

26

4. Tipe-tipe Model Cooperative Learning

Cooperative learning memiliki berbagai macam tipe. Hosnan (2014: 246) memaparkan tipe cooperative learning, yaitu STAD, Jigsaw, investigasi kelompok, dan pendekatan struktural. Rusman (2014: 213-227) jenis-jenis model cooperative learning, yaitu 1) model Student Team Achievement Division (STAD), 2) model Jigsaw, 3) investigasi kelompok (Group Investigation), 4) model Make a Match (membuat pasangan), 5) model TGT (Teams Games Tournament).

Menurut Slavin (2005: 11) terdapat lima tipe yang melibatkan penghargaan tim, tanggung jawab individual, dan kesempatan sukses yang sama, tetapi dengan cara yang berbeda yaitu: Student Team Achievement Division (STAD), Teams Games Tournament (TGT), Jigsaw, Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC), dan Team Assised Individualization.

Berdasarkan tipe-tipe model cooperative learning di atas, peneliti menggunakan model cooperative learning tipe team assisted individualization untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa karena pada tipe ini pembelajaran dilakukan secara kolaboratif antara pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran klasikal.

5. Cooperative Learning Tipe Team Assisted Individualization

Cooperative learning tipe team assisted individualization adalah tipe pembelajaran yang menggabungkan pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran klasikal. Menurut Huda (2013: 200) team assisted


(45)

individualization merupakan sebuah program pedagogik yang berusaha mengadaptasikan pembelajaran dengan perbedaan individu secara akademik. Kemudian Slavin (2005: 187) menyatakan bahwa tipe ini dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar siswa secara individual. Hasil belajar individual dibawa ke kelompok-kelompok untuk didiskusikan dan saling dibahas oleh anggota kelompok, dan semua anggota kelompok bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa cooperative learning Tipe team assisted individualization adalah model pembelajaran yang menggabungkan pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran individual untuk mengatasi kesulitan belajar siswa.

a. Kelebihan dan Kekurangan Cooperative Learning Tipe Team Assisted Individualization

Model pembelajaran tentu memiliki kelebihan dan kekurangan, begitu juga dengan model cooperative learning Tipe team assisted individualization.

Menurut Huda (2013: 200) kelebihan team assisted individualization adalah 1) meminimalisasi keterlibatan guru dalam pemeriksaan dan pengelolaan rutin; 2) melibatkan guru untuk mengajar kelompok-kelompok kecil yang heterogen; 3) memudahkan siswa untuk melaksanakannya karena teknik operasional yang cukup sederhana; 4) memotivasi siswa untuk mempelajari materi-materi yang diberikan dengan cepat dan akurat, tanpa jalan pintas; dan 5) memungkinkan siswa untuk bekerja dengan siswa-siswa lain yang berbeda sehingga tercipta sikap positif di antara mereka.


(46)

28

Sedangkan Slavin (2005: 101) menyatakan kelebihan dan kekurangan model pembelajaran koopertif tipe team assisted individualization adalah sebagai berikut:

Kelebihan :

a. Meningkatkan hasil belajar

b. Meningkatkan motivasi belajar pada diri siswa c. Mengurangi perilaku yang mengganggu

d. Program ini sangat membantu siswa yang lemah

Selain memiliki kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe team assisted individualization juga memiliki kekurangan, yaitu:

a. Dibutuhkan waktu yang lama untuk membuat dan mengembangkan perangkat pembelajaran

b. Dengan jumlah siswa yang besar dalam kelas, maka guru akan mengalami kesulitan dan memberikan bimbingan kepada siswanya.

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan. Cara untuk mengantisipasi kekurangan yang ada adalah dengan mempersiapkan terlebih dahulu segala keperluan yang dibutuhkan dan meminta bantuan pada guru lainnya dalam memberikan bimbingan pada siswa.

b. Langkah-langkah Cooperative Learning Tipe Team Assisted Individualization

Langkah pembelajaran adalah prosedur untuk melaksanakan pembelajaran. Menurut Slavin (2005: 195-200) model pembelajaran kooperatif team assisted individualization memiliki delapan komponen sebagai berikut:

1. Membagi siswa ke dalam kelompok (Teams)

Siswa ditempatkan dalam kelompok heterogen terdiri dari 4-6 orang.


(47)

Pada awal program pembelajaran diberikan pretest, atau nilai ulangan harian siswa dimaksudkan untuk menempatkan siswa pada program individual yang didasarkan pada hasil tes mereka. 3. Materi pelajaran (Currikulum material)

Siswa menyelesaikan materi pelajaran yang telah disusun sesuai dengan kurikulum, misalnya untuk mata pelajaran IPS

4. Belajar kelompok (Team study)

Setelah ujian penempatan, guru mengajar materi pertama, kemudian siswa mulai mempelajari unit materi pelajaran yang telah ditentukan secara individu. Siswa mengerjakan unit-unit materi tersebut dalam kelompok masing-masing.

5. Skor dan penghargaan kelompok (Team score and team recognitif)

Di akhir minggu, guru menghitung skor kelompok. Skor ini didasarkan pada jumlah rata-rata unit yang tercakup oleh anggota kelompok dan akurasi dari tes-tes unit. Kriteria ditetapkann untuk penampilan (hasil) kelompok.

6. Mengajar kelompok (Teaching groups)

Pada saat memulai materi baru, guru mengajar materi pokok selama 10 atau 15 menit secara tradisional kepada siswa. Tunjuannya adalah untuk memperkenalkan konsep utama kepada siswa. Guru menggunakan manipulasi, diagram dan demontrasi. Pelajaran dirancang untuk membantu siswa memahami hubungan di antara materi yang diajarkan dengan masalah kehidupan.

7. Tes fakta (Facts test)

Guru memberikan tes untuk mengukur kemampuan siswa setelah diberikan materi. Pada penelitian ini tes diberikan setelah akhir pembelajaran.

8. Unit keseluruhan (Whole-class units)

Pada tahap ini dilakukan diskusi kelas, setiap anggota kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Ketika ada kelompok yang mempresentasikan hasil kerja kelompoknya, maka tugas kelompok lain adalah menanggapi jawaban dari hasil kerja kelompok yang presentasi. Setelah diskusi, guru mengevaluasi terhadap jalannya diskusi dan membenahi atau menyempurnakan jawaban siswa. Di akhir diskusi guru meminta kepada siswa untuk membuat kesimpulan.

Berdasarkan delapan komponen model cooperative learning tipe team assisted individualization, Wahyudi (2010) memaparkan tentang langkah-langkah pembelajaran model team assisted individualization yang digunakan dalam penelitian ini adalah:


(48)

30

Tabel 2.01 Langkah-langkah penerapan model team assisted Individualization.

Tahapan

pembelajaran Kegiatan

Tahap 1 Tes penempatan

Pada tahap ini, guru memberikan pre test kepada siswa di awal siklus untuk menentukan kelompok. Tahap 2

Pembagian kelompok

Guru menjelaskan materi pelajaran sebagai pembuka materi yang akan diajarkan.

Guru membagi siswa dalam kelompok sesuai dengan kemampuan belajar siswa.

Tahap 3

Mengajar kelompok (Teaching groups)

Pada tahap ini siswa dibimbing untuk menemukan konsep materi melalui LKK yang dibagikan. Materi tersebut didiskusikan dalam kelopok.

Guru membimbing kelompok siswa agar diskusi berjalan lancar dan terjadi interaksi antar siswa. Tahap 4

Unit keseluruhan (Whole-class units)

Guru memilih secara acak salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya dan menyempurnakan jawaban siswa.

Tahap 5

Test fakta (Fact test)

Di akhir siklus, guru memberikan soal kuis untuk mengetahui perkembangan siswa setelah diterapkan team assisted individualization.

D. Kinerja Guru

Kinerja guru adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam pembelajaran. Berdasarkan Permendiknas Nomor 35 Tahun 2010 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, kinerja guru adalah hasil penilaian terhadap proses dan hasil kerja yang dicapai guru dalam melaksanakan tugasnya. Kinerja guru dapat dilihat dan diukur berdasarkan spesifikasi/kriteria kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru. Berkaitan dengan kinerja guru, wujud perilaku yang dimaksud adalah kegiatan guru dalam proses pembelajaran yaitu bagaimana seorang guru merencanakan pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, dan menilai hasil belajar.

Berdasarkan Permendiknas Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, dijelaskan bahwa


(49)

Standar Kompetensi Guru dikembangkan secara utuh dari 4 kompetensi utama, yaitu: (1) kompetensi pedagogik, (2) kepribadian, (3) sosial, dan (4) profesional. Sejalan dengan pengertian di atas, Sanjaya (2005: 13-14) menjelaskan bahwa kinerja guru berkaitan dengan tugas perencanaan, pengelolaan pembelajaran, dan penilaian hasil belajar siswa. Guru sebagai perencana harus mampu mendesain pembelajaran yang sesuai dengan kondisi lingkungan belajar. Sebagai pengelola harus mampu menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif sehingga siswa dapat belajar dengan baik. Sebagai penilai hasil belajar guru mampu melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar dengan baik. Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa kinerja guru adalah hasil penilaian terhadap proses dan hasil kerja yang dicapai guru dalam melaksanakan tugasnya yang dikembangkan secara utuh dari 4 kompetensi utama, yaitu pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.

E. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka di atas dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas yaitu sebagai berikut: “Apabila dalam pembelajaran IPS menggunakan model cooperative learning tipe team assisted individualization dengan langkah-langkah yang tepat, maka dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas VB SD Negeri 04 Metro Barat Kota Metro”.


(50)

32

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau sering disebut dengan Classroom Action Reseacrh. Menurut Wardhani (2007: 1. 4) Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat.

Sedangkan menurut Kunandar (2011: 46) PTK adalah suatu kegiatan ilmiah yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan jalan merancang, melaksanakan, mengamati, dan merefleksikan tindakan melalui beberapa siklus secara kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu proses pembelajaran di kelasnya.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa PTK adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk menilai kelasnya sendiri melalui refleksi, yang dilakukan melalui beberapa siklus untuk memperbaiki kualitas pembelajaran di kelasnya.


(51)

Penelitian yang dilakukan ini menggunakan model siklus yang ditulis oleh Arikunto, dkk (2011: 16) dimana setiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu; 1) perencanaan; 2) pelaksanaan; 3) pengamatan; dan 4) refleksi.

Siklus yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

Gambar 3.1. Prosedur PTK (Modifikasi dari Arikunto, dkk., 2011: 16)

B. Setting Penelitian 1. Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan secara kolaboratif antara peneliti dengan guru kelas VB SD Negeri 04 Metro Barat. Subjek penelitian ini yaitu guru kelas VB dan 22 orang siswa yang terdiri dari 7 orang siswa perempuan dan 15 orang siswa laki-laki.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 04 Metro Barat, Jl. Soekarno Hatta, Kelurahan Mulyojati, Kecamatan Metro Barat, Kota Metro.

SIKLUS II Pelaksanaan

Refleksi

Perencanaan

SIKLUS I Pelaksanaan

Refleksi

Pengamatan

Perencanaan

Pengamatan


(52)

34

3. Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015, selama 4 bulan yaitu pada bulan Januari sampai dengan April 2015.

C. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan selama kegiatan pelaksanaan tindakan kelas adalah sebagai berikut:

a. Teknik non tes, dilakukan dengan observasi. Observasi ini digunakan untuk menilai kinerja guru, motivasi, sikap, dan keterampilan siswa.

b. Teknik tes, dilakukan dengan lembar soal yang digunakan untuk mendapatkan data berupa hasil belajar kognitif siswa.

D. Alat Pengumpulan Data

Dalam pelaksanaan penelitian ini peneliti menggunakan beberapa alat pengumpul data diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Alat pengumpul data kualitatif

Peneliti menggunakan lembar observasi untuk mengumpulkan data kualitatif. Lembar observasi digunakan untuk mengamati kinarja guru, motivasi, sikap, dan keterampilan siswa selama pembelajaran berlangsung. a) Kinerja Guru

Kinerja guru dinilai menggunakan Instrumen Penilaian Kinerja Guru (IPKG). Penilaian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. Aktivitas guru di


(53)

observasi sejak melakukan kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, sampai dengan kegiatan penutup. Selengkapnya disajikan pada tabel berikut: Tabel 3.01 Instrumen Penilaian Kinerja Guru (IPKG).

Aspek yang Diamati Skor

Kegiatan Pendahuluan Apersepsi dan Motivasi

1 Mengaitkan materi pembelajaran sekarang dengan pengalaman siswa atau pembelajaran sebelumnya.

1 2 3 4

2 Mengajukan pertanyaan menantang. 1 2 3 4

3 Menyampaikan manfaat materi pembelajaran. 1 2 3 4

4 Mendemonstrasikan sesuatu yang terkait dengan materi. 1 2 3 4

Penyampaian Kompetensi dan Rencana Kegiatan

1 Menyampaikan kemampuan yang akan dicapai siswa. 1 2 3 4 2 Menyampaikan rencana kegiatan misalnya, individual, kerja

kelompok, dan melakukan observasi.

1 2 3 4

Kegiatan Inti

Penguasaan Materi Pelajaran

1 Kemampuan menyesuaikan materi dengan tujuan pembelajaran.

1 2 3 4 2 Kemampuan mengkaitkan materi dengan pengetahuan lain

yang relevan, perkembangan Iptek , dan kehidupan nyata.

1 2 3 4 3 Menyajikan pembahasan materi pembelajaran dengan tepat. 1 2 3 4 4 Menyajikan materi secara sistematis (mudah ke sulit, dari

konkrit ke abstrak)

1 2 3 4

Model Cooperative Learning Tipe Team Assisted Individualization

1 Memberikan pre-test 1 2 3 4

2 Menjelaskan materi yang akan diajarkan 1 2 3 4

3 Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok yang heterogen

1 2 3 4

4 Guru membagi lembar kerja kelompok 1 2 3 4

5 Guru meminta siswa mendiskusikan lembar kerja kelompok 1 2 3 4

6 Guru membimbing kelompok siswa 1 2 3 4

7 Guru memilih secara acak kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya

1 2 3 4

8 Guru menyempurnakan jawaban siswa 1 2 3 4

9 Guru memberikan soal kuis 1 2 3 4

Penerapan Strategi Pembelajaran yang Mendidik

1 Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai.

1 2 3 4 2 Menfasilitasi kegiatan yang memuat komponen eksplorasi,

elaborasi dan konfirmasi.

1 2 3 4

3 Melaksanakan pembelajaran secara runtut. 1 2 3 4

4 Menguasai kelas. 1 2 3 4

5 Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual. 1 2 3 4 6 Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan

tumbuhnya kebiasaan positif (nurturant effect).


(54)

36

Aspek yang Diamati Skor

7 Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan.

1 2 3 4

Pemanfaatan Sumber Belajar/Media dalam Pembelajaran

1 Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan sumber belajar pembelajaran.

1 2 3 4 2 Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan media

pembelajaran.

1 2 3 4

3 Menghasilkan pesan yang menarik. 1 2 3 4

4 Melibatkan siswa dalam pemanfaatan sumber belajar pembelajaran.

1 2 3 4 5 Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media

pembelajaran.

1 2 3 4

Pelibatan Siswa dalam Pembelajaran

1 Menumbuhkan partisipasi aktif siswa melalui interaksi guru, siswa, sumber belajar.

1 2 3 4

2 Merespon positif partisipasi siswa. 1 2 3 4

3 Menunjukkan sikap terbuka terhadap respons siswa. 1 2 3 4 4 Menunjukkan hubungan antar pribadi yang kondusif. 1 2 3 4 5 Menumbuhkan keceriaan atau antusiasme siswa dalam

belajar.

1 2 3 4

Penggunaan Bahasa yang Benar dan Tepat dalam Pembelajaran

1 Menggunakan bahasa lisan secara jelas dan lancar. 1 2 3 4 2 Menggunakan bahasa tulis yang baik dan benar. 1 2 3 4

Penutup pembelajaran

1 Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa.

1 2 3 4

2 Memberihan tes lisan atau tulisan . 1 2 3 4

3 Mengumpulkan hasil kerja sebagai bahan portofolio. 1 2 3 4 4 Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan

kegiatan berikutnya dan tugas pengayaan.

1 2 3 4 (Adaptasi dari Kemendikbud 2013)

Kemudian indikator tersebut dinilai sesuai dengan kriteria penilaian di bawah ini.

Tabel 3.02 Kriteria penilaian kinerja guru.

Nilai Mutu Predikat Indikator

4 Sangat Baik Dilaksanakan dengan sangat baik oleh guru, guru terlihat professional

3 Baik Dilaksanakan dengan baik oleh guru, guru

terlihat menguasai.

2 Cukup Dilaksanakan dengan cukup oleh guru,

guru terlihat cukup menguasai

1 Kurang Dilaksanakan dengan kurang oleh guru, guru terlihat kurang menguasai


(55)

b) Motivasi Siswa

Motivasi siswa dinilai selama pembelajaran berlangsung. Aspek yang diamati pada observasi motivasi adalah minat, ketekunan, dan menyukai tantangan. Indikator untuk masing-masing aspek motivasi siswa dikembangkan sebagaimana tertulis pada tabel di bawah ini: Tabel 3.03 Indikator penilaian motivasi siswa.

Aspek yang diamati Indikator

Minat 1. Telah mempersiapkan peralatan

belajar sebelum guru masuk ke kelas 2. Memperhatikan ketika guru

memberikan tugas

Ketekunan 1. Mencatat materi pelajaran

2. Langsung mengerjakan ketika tugas diberikan

Menyukai tantangan 1. Aktif dalam proses pembelajaran 2. Tidak mengeluh mengerjakan soal (Adaptasi dari Merdekawati, 2011)

Kriteria Penilaian

Skor 3 = Jika 2 indikator yang terlihat Skor 2 = Jika 1 indikator yang terlihat

Skor 1 = Jika tidak ada indikator yang terlihat

c) Sikap Siswa

Sikap siswa dinilai selama pembelajaran berlangsung. Aspek yang diamati pada observasi sikap adalah percaya diri, disiplin, dan kerja sama. Indikator untuk masing-masing aspek sikap siswa dikembangkan sebagaimana tertulis pada tabel di bawah ini:


(56)

38

Tabel 3.04 Indikator penilaian sikap siswa.

Aspek yang diamati Indikator

Percaya diri 1. Berani mengemukakan pendapat 2. Melakukan kegiatan tanpa

ragu-ragu

3. Berani presentasi di depan kelas.

Disiplin 1. Datang tepat waktu

2. Patuh pada tata tertib atau aturan bersama/ sekolah

3. Mengerjakan/ mengumpulkan tugas sesuai dengan waktu yang ditentukan.

Kerja sama 1. Duduk bersama-sama dalam kelompok

2. Berpartisipasi dalam kelompok 3. Mampu memecahkan masalah

dalam kelompok (Adaptasi dari Sani: 2014: 210)

Kriteria Penilaian

Skor 4 = Jika 3 indikator yang terlihat Skor 3 = Jika 2 indikator yang terlihat Skor 2 = Jika 1 indikator yang terlihat

Skor 1 = Jika tidak ada indikator yang terlihat

d) Keterampilan Siswa

Keterampilan siswa dinilai selama pembelajaran berlangsung dengan memberikan tanda ceklis () pada setiap indikator yang terlihat. Aspek yang diamati pada observasi keterampilan adalah keterampilan berpartisipasi sosial, dan keterampilan berkomunikasi. Indikator untuk masing-masing aspek keterampilan siswa dikembangkan sebagaimana tertulis pada tabel di bawah ini:


(57)

Tabel 3.05 Indikator penilaian keterampilan siswa.

Aspek yang diamati Indikator

Keterampilan berpartisipasi sosial

1. Berbagi tugas kelompok

2. Membangun kerja sama dengan orang lain

3. Menerima kritik dan saran. Keterampilan

berkomunikasi,

1. Menjelaskan materi kepada anggota kelompok

2. Mempresentasikan hasil diskusi 3. Menanggapi hasil kegiatan. (Adaptasi dari Sapriya, dkk., 2007: 51)

2. Alat pengumpul data kuantitatif

Peneliti menggunakan soal tes untuk mengumpulkan data kuantitatif yaitu hasil belajar kognitif siswa kelas VB SD Negeri 04 Metro Barat. Bentuk soal yang digunakan adalah bentuk soal objektif dan uraian singkat.

E. Teknik Analisis Data

1. Teknik analisis data kualitatif

Teknik analisis data kualitatif digunakan untuk menganalisis data penilaian kinerja guru, motivasi, sikap, dan keterampilan siswa.

a) Nilai Kinerja Guru

Nilai kinerja guru dapat diperoleh dengan rumus:

Nilai kinerja guru = jumlah skor yang diperoleh guru

skor maksimal x100

(Sumber: adopsi dari Purwanto, 2008:102)

Selanjutnya, kinerja guru dikategorikan berdasarkan perolehan nilai sebagai berikut:


(58)

40

Tabel 3.06 Kategori kinerja guru.

Nilai Skor Kategori

N≥90 4 Sangat Baik

75≤N<90 3 Baik

50≤N<75 2 Cukup Baik

N<50 1 Kurang

(Sumber: adaptasi dari Kemendikbud, 2013)

b) Motivasi Siswa 1) Nilai Motivasi

Untuk menghitung nilai motivasi siswa dapat digunakan rumus sebagai berikut:

Nilai motivasi = Jumlah skor yang diperoleh siswa

skor maksimal x100

(Sumber: adopsi dari Purwanto, 2008:102)

Selanjutnya nilai yang diperoleh dikategorikan berdasarkan tabel di bawah ini.

Tabel 3.07 Kategori perolehan motivasi siswa.

Rentang Nilai Kategori

81-100 Sangat Baik

66-80 Baik

51-65 Cukup

0-50 Kurang

(Sumber: adaptasi dari Kemendikbud, 2013: 7) 2) Persentase Keberhasilan Motivasi Siswa

Untuk menghitung persentase motivasi belajar siswa digunakan rumus sebagai berikut:

P = ∑siswa yang mencapai kategori ≥baik

∑siswa x 100%


(59)

Selanjutnya, nilai yang diperoleh dikategorikan berdasarkan kategori tingkat motivasi belajar di bawah ini:

Tabel 3.08 Kategori tingkat keberhasilan motivasi siswa dalam %.

Rentang Kategori (%) Kategori

≥80 Sangat baik

60-79 Baik

40-59 Cukup Baik

20-39 Kurang

<20 Sangat kurang

(Sumber: adaptasi dari Aqib, dkk., 2011: 41)

c) Sikap Siswa 1) Nilai Sikap

Untuk menghitung nilai sikap siswa dapat digunakan rumus sebagai berikut:

Nilai sikap = jumlah skor yang diperoleh siswa

skor maksimal x100

(Sumber: adopsi dari Purwanto, 2008: 102)

Selanjutnya nilai yang diperoleh dikategorikan berdasarkan tabel di bawah ini.

Tabel 3.09 Kategori perolehan sikap siswa.

Rentang Nilai Kategori

81-100 Sangat Baik

66-80 Baik

51-65 Cukup

0-50 Kurang

(Sumber: Kemendikbud, 2013: 41) 2) Persentase Keberhasilan Sikap Siswa

Untuk menghitung persentase sikap siswa digunakan rumus sebagai berikut:


(1)

siswa pada siklus I adalah 62, meningkat 8 pada siklus II menjadi 70. Persentase ketuntasan siswa pada siklus I adalah 27% dengan kategori “Rendah”, meningkat 55% pada siklus II menjadi 82% dengan kategori “Sangat Tinggi”.

B. Saran

Saran dari penelitian tindakan kelas ini peneliti berikan kepada: 1. Siswa

Diharapkan kepada siswa untuk dapat memperhatikan penjelasan materi dari guru, dan dapat berbagi tugas dalam kelompok. Sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna.

2. Guru

Diharapkan untuk terus meningkatkan kualitas pembelajaran dengan menerapkan model cooperative learning tipe team assisted individualization. Guru juga diharapkan untuk dapat membimbing dan memfasilitasi siswa dalam pemahaman konsep materi selama pembelajaran menggunakan model coopetarive learning tipe team assisted individualization.

3. Sekolah

Diharapkan untuk terus mengembangkan model cooperative learning tipe team assisted individualization dan untuk diterapkan oleh guru-guru pada semua mata pelajaran sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.


(2)

4. Penelitian berikutnya

Dapat menjadi masukan dan pengetahuan baru guna memperkaya model-model pembelajaran yang akan digunakan untuk mengajar. Menjadi pengalaman yang berharga yang dijadikan bekal sebagai seorang calon guru yang profesional. Sebaiknya dalam pembuatan instrumen penilaian untuk observasi motivasi, dan sikap siswa menggunakan ceklis untuk mempermudah dalam mengungkapkan kelemahan pada setiap indikator.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Amri, Sofan. 2013. Pengembangan & Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013. PT. Prestasi Pustakarya. Jakarta.

Aqib, Zainal, dkk.2011. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, & TK. Yrama Widya. Bandung.

Arikunto, dkk. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. PT. Bumi Aksara. Jakarta. Asmuni, Syukir. 2013. https://asmunistkip.wordpress.com/profesi-kependidikan/

tugas-dan-peran-guru/. Diakses pada Senin, 12/01/2015 @10.30.

BSNP. 2003. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Depdiknas. Jakarta.

. 2003. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Depdiknas. Jakarta.

. 2005. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Depdiknas. Jakarta

. 2006. Standar Isi dan Standar Kompetensi untuk Satuan Pendidikan Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah dan Menengah (Peraturan Mendiknas No.22 dan 23 Tahun 2006). Depdiknas. Jakarta.

. 2007. Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademin dan Kompetensi Guru. Depdiknas. Jakarta

. 2007. Permendiknas Nomor 35 Tahun 2010 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Depdiknas. Jakarta

Depdiknas. 2008. Kriteria dan Indikator Keberhasilan Pembelajaran. Dikti. Jakarta


(4)

Hamalik. 2009. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. PT Remaja. Rosdakarya. Bandung.

. 2011. Proses Belajar Mengajar. PT. Bumi Aksara. Jakarta

Hanafiah, Nanang & Cucu Suhana. 2010. Konsep Strategi Pembelajaran. PT. Refika Aditama. Bandung.

Hosnan. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Huda, Miftahul. 2013. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran: Isu-Isu Metodis dan Paradigmatis. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Indriyani, Lilis. 2011. Penerapan Model Cooperative Learning Tipe TAI (Team

Assisted Individualization) dengan Metode Eksperimen untuk

Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas IX Semester Gasal 2010/2011 SMP Negeri 2 Ambulu (Skripsi). Universitas Jember

Kemendikbud. 2013. Panduan Teknis Penilaian di Sekolah Dasar. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar. Jakarta.

Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Refika Aditama. Bandung.

Kunandar. 2011. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru. PT Rajagrafindo Persada. Jakarta.

Merdekawati, Ika Winda. 2011. https://www.scribd.com/doc/89739068/Kisi-angket-motivasi. Diakses pada hari minggu, 21/12/2014@20.15 WIB. Misbahul, Munir. 2013.

http://sukamembaca01.blogspot.com/2013/09/hakikat-dan-karakteristik-ips.html. Diakses pada jumat, 12/12/2014@22.31 WIB. Mulyasa. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. PT. Remaja

Rosdakarya. Bandung.

Nashar. 2004. Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal. Delia Press. Jakarta. Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya. PT.


(5)

Pradita, Rachma. 2013. http://praditarachman.blogspot.com/2013/04/ketrampilan-dasar-ips.html. Diakses pada Senin, 12/01/2015 @10.00.

Prastowo, Andi. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Tematik. Diva Press. Bandung. Purwanto, Ngalim. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. PT.

Remaja Rosdakarya. Bandung.

Rusman. 2014. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru Edisi Kedua. PT. Rajagrafindo Pustaka. Jakarta.

Sani, R. Abdullah. 2014. Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013. Bumi Aksara. Jakarta.

Sanjaya, Wina. 2005. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Prenada Media. Jakarta

Sapriya. 2006. Konsep Dasar IPS. UPI PRESS. Bandung.

. 2007. Pengembangan Pendidikan IPS di SD. UPI PRESS. Bandung. Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Rajawali Pers. Jakarta. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. PT. Rineka

Cipta. Jakarta.

Slavin. 2005. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Nusa Media. Bandung

Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Proses Hasil Belajar Mengajar. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Suprihatiningrum, Jamil. 2013. Strategi Pembelajaran Teori dan Aplikasi. Ar-Ruzz Media. Yogyakarta.

Suprijono, Agus. 2013. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Pustaka Belajar. Surabaya.

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.


(6)

Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. PT. Bumi Aksara. Jakarta

. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovative-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Uno, B. Hamzah & Nurdin Mohamad. 2012. Belajar Dengan Pendekatan Pembelajaran Aktif Inovatif Langsung Kreatif Efektif Menyenangkan. PT. Bumi Aksara. Jakarta.

Uno, B. Hamzah. 2007. Teori Motivasi & Pengukurannya. PT. Bumi Aksara. Jakarta

Wahyudi, Heru .2010. http://choiroe.blogspot.com/2010/04/model-pembelajaran-tai.html. Diakses pada Senin, 12/01/2015 @10.00.

Wardhani, Igak. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka. Jakarta. Winataputra, U. S, dkk. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Universitas


Dokumen yang terkait

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe team assisted individuallization (tai) terhadap pemahaman konsep matematika siswa kelas v sdi ummul quro bekasi

0 10 221

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI).

6 9 167

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE SCRAMBLE DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS KELAS IVB SD NEGERI 8 METRO BARAT TP. 2012/2013

0 7 62

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) MELALUI MEDIA VISUAL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN IPS KELAS IVA SD NEGERI 4 METRO UTARA

0 3 84

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SD NEGERI 05 METRO BARAT

0 15 65

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE PAIR CHECK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS IV SD NEGERI 5 METRO SELATAN

0 9 68

PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE LISTENING TEAM UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD NEGERI 3 METRO BARAT TP 2015/ 2016

0 7 81

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IVB SD NEGERI 3 METRO PUSAT

0 5 79

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION UNTUK MENIGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKn SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 METRO SELATAN

0 4 72

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V DI SD NEGERI JURUGENTONG, BANGUNTAPAN, BANTUL.

0 0 210