Konsep diri menjadi penting, karena dengan konsep diri individu akan mampu menentukan perilakunya, mempertahankan keselarasan batin,
memengaruhi cara seseorang menginterpretasikan pengalamannya serta memengaruhi harapan seseorang terhadap dirinya.
2.4 Hasil-hasil Penelitian Sebelumnya
Hasil penelitian Wringhtan Deaux dalam Sears dkk 1994, konsep diri berkolerasi positif dengan perilaku agresif. Frustrasi-agresi menjelaskan
keadaan frustrasi akan menimbulkan agresi. Frustrasi adalah situasi individu terhambat atau gagal dalam usaha mencapai tujuan tertentu yang diinginkan.
Pengalaman perilaku tindak agresi dan taraf halangan yang berlebihan yang tidak diharapkan akan menimbulkan perilaku agresi.
Hasil penelitian Stuart dan Sundeen 1998, menunjukkan bahwa konsep diri berkolerasi positif dengan perilaku agresif. Analisis
kemungkinan hubungan positif konsep diri yang tidak realistis dengan kenakalan remaja sesuai dengan respon konsep diri dalam kontinum respon
adaptif sampai respon maladaptif dari Stuart dan Sundeen 1998 dihasilkan oleh konsep diri bisa saja salah. Hal ini bisa terjadi karena kesalahan atau
ketidaksesuaian dalam mempersepsi segala kelebihan dan kelemahan dari keadaan yang sesungguhnya dimiliki. Individu menilai potensi diri yang
dimiliki terlalu tinggi atau terlalu rendah dari keadaan yang sesungguhnya. Akibatnya konsep diri yang terbentuk dapat negatif atau terlalu positif.
Konsekuensi selanjutnya adalah muncul rasa mampu yang tidak realistis, sehingga standar atau patokan keberhasilan prestasi menjadi tidak realistis
pula White dalam Purwanti, 1996. Konsep diri juga berkolerasi negatif dengan perilaku agresif Prasetya,
2008. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa konsep diri siswa kelas X SMK Al Huda Kota Kediri tergolong sedang, yaitu sekitar 62 siswa dari 100
siswa. Sedangkan pada perilaku agresi siswa kelas X SMK Al Huda Kota Kediri tergolong sedang yang cenderung mengarah cukup tinggi, yaitu
sekitar 69 siswa dari 100 siswa. Hipotesis dalam penelitian ini diterima, yaitu ada korelasi negatif antara konsep diri sebagai variabel bebas dan perilaku
agresi sebagai variabel terikat pada siswa kelas X SMK Al Huda. Adanya korelasi negatif antara kedua variabel yang menunjukkan bahwa terdapat
korelasi yang signifikan antara kedua variabel. Hal ini bahwa semakin tinggi konsep diri pada siswa kelas X SMK Al Huda maka semakin rendah perilaku
agresinya, dan begitu juga sebaliknya semakin rendah konsep diri pada siswa kelas X SMK Al Huda maka semakin tinggi perilaku agresi.
Sedangkan Pola asuh otoriter orang tua berkorelasi positif dengan perilaku agresif anak Ahmed Braithwaite, 2004; Baumrind dalam
Georgiou, 2008; Miller, dkk, dalam Georgiou, 2008; Penner dan Eron dalam Martani dan Adiyanti, 1992. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan
bahwa pola asuh orangtua yang otoriter memiliki prediksi untuk kecenderungan perilaku anak menjadi pelaku pembulian Ahmed
Braithwaite, 2004; Baumrind, dalam Georgiou, 2008. Dalam sebuah studi, ditemukan bahwa pola asuh orang tua yang permisif memprediksi anak
cenderung menjadi korban pembulian. Sementara itu, pola asuh orang tua yang otoriter memprediksi anak cenderung menjadi pelaku pembulian
Baldry Farrington, 2000; Kaufmann, dkk., dalam Georgiou, 2008. Namun, dalam studi yang lain, ditemukan bahwa pola asuh yang
permisif cenderung membuat anak yang kesulitan dalam membatasi perilaku agresif mereka, sehingga mengembangkan mereka menjadi pelaku
pembulian Miller, dkk., dalam Georgiou, 2008. Studilain Bowers, dkk., dalam Georgiou, 2008 melaporkan bahwa
korban pembulian cenderung menerima pola asuh orangtua yang terlalu protektif atau otoriter. Brar 2003 juga mencatat bahwa pola asuh otoriter
memiliki signifikan korelasi dengan eksternalisasi masalah perilaku. Selain itu, Odubote 2008 melaporkan bahwa gaya pengasuhan otoriter sangat
berkorelasi dengan perilaku kenakalan dan gaya pengasuhan otoritatif memiliki kaitkan dengan hasil positif. Palmer 2009 juga menemukan
bahwa orangtua otoritatif berkorelasi positif dengan penyesuaian anak, dan orangtua yang otoriter berkorelasi negatif dengan penyesuaian anak. Dalam
penelitian lain yang dilakukan oleh McCartney, dan Taylor 2006, hubungan yang signifikan ditemukan antara gaya pengasuhan dan depresi.
Penelitian ini menunjukkan bahwa anak-anak dari orang tua otoriter memiliki lebih depresi dibandingkan dengan anak-anak yang tidak terlibat.
1.5 Dinamika Hubungan Antar Variabel