3.5.2 Konfigurasi DD-WRT
Pada tahap konfigurasi ini merupakan tahapan yang paling penting. Hal ini bertujuan untuk membuat sebuah jaringan
hotspot
yang menggunakan sistem
wireless roaming
. Beberapa konfigurasi harus diterapkan pada setiap
access point
agar didapatkan sistem seperti yang diharapkan. Dalam pembuatan
wireless roaming
,
access point
yang digunakan tidaklah harus mempunyai merk dan vendor yang sama. Namun dalam penelitian ini
access point
yang digunakan dibuat sama untuk mempermudah proses konfigurasi. Langkah-
langkah konfigurasinya adalah sebagai berikut:
:
Gambar 3.14 Konfigurasi IP Address
Gambar 3.14 menjelaskan konfigurasi awal yang dilakukan pada
access point
pertama. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah memberi nama pada
access point
, dalam hal ini
access point
dibiarkan dengan nama
default
yaitu DD-WRT dengan IP
address
192.168.1.1 dan
subnet mask
255.255.255.0. Kemudian WAN
connection type
di-
disable
, begitu juga konfigurasi yang harus dilakukan terhadap
access point
kedua.
.
Gambar 3.15 Disable DHCP Server
Pada Gambar 3.15 menunjukkan konfigurasi DHCP
type
untuk setiap
access point
.
Access point
tidak akan berfungsi menjadi DHCP
server
tetapi menjadi DHCP
forwarder
yang hanya berfungsi meneruskan IP DHCP dari
router
yang berfungsi sebagai DHCP
server
.
Gambar 3.16 Konfigurasi SSID Untuk Access point Pertama
Gambar 3.16 menunjukkan konfigurasi mulai dari pemberian nama SSID dan
wireless channel
yang digunakan oleh
Access Point
AP pertama. SSID yang digunakan adalah HOTSPOT-MARGOSARI.
Gambar 3.17 Konfigurasi SSID Untuk Access point Kedua
Pada Gambar 3.17 menjelaskan konfigurasi SSID pada AP kedua. Tidak jauh berbeda dengan AP yang pertama, pemberian nama
SSID haruslah sama di semua AP karena DHCP
forwarder
bekerja berdasarkan SSID sedangkan
channel
harus berbeda agar tidak terjadi interferensi antar frekuensi.
Gambar 3.18 Konfigurasi Security untuk Setiap Access point
Langkah selanjutnya adalah konfigurasi
security yang akan
digunakan di setiap AP.
Security
akan diletakkan di sisi AP karena jika
security
diletakkan di sisi
router
atau
captive portal
maka DHCP
forwarder
tidak dapat bekerja dengan baik, karena
captive portal
akan
melakukan blok terhadap semua jaringan yang masuk. Hal ini akan menyebabkan koneksi terputus karena sudah berbeda
router
. Berbeda dengan
internal roaming
yang masih berada dalam satu
router
atau
server
, DHCP
server
akan bekerja baik jika menggunakan
captive portal
. Untuk WPA
shared key
yang digunakan adalah m4rg0s4r1
seperti yang terlihat pada Gambar 3.18. .
42
Bab 4 Hasil dan Pembahasan
4.1 Hasil Konfigurasi
Software
Pada bab ini ditampilkan beberapa hasil konfigurasi dari
software
yang dipakai seperti hasil konfigurasi Mikrotik pada
router
dan hasil konfigurasi DD-WRT pada
access point
. 4.1.1
Hasil Konfigurasi
Router
Dalam penelitian ini,
router
digunakan sebagai
gateway
dan DHCP
server
. Setelah melalui beberapa tahap konfigurasi yang diterapkan pada
router
maka didapat hasil konfigurasi seperti yang terlihat pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1 Log Pada Mikrotik
Gambar 4.1 adalah tampilan
log
pada Mikrotik yang memperlihatkan ketika ppp-out2 melakukan
initializing
sampai
connected
. Setelah terkoneksi, maka dapat diuji dengan melakukan ping ke suatu website. Jika sudah mendapat
reply
, maka
router
sudah terhubung dengan
internet
seperti yang terlihat pada Gambar 4.2.