matang orangtua memiliki kemampuan untuk menyerap informasi dari berbagai media mengenai keadaan anak dengan retardasi mental, sehingga
pengetahuan orangtua yang baik dapat mempengaruhi orangtua dalam menghadapi anak mereka yang mengalami retardasi mental.
4.5.2 Sikap Orangtua
Hasil penelitian sikap menunjukkan bahwa sikap orangtua 60 berada pada kategori baik dan 40 pada kategori cukup. Hal ini
menunjukkan pada umumnya orangtua memiliki sikap yang baik dalam memperlakukan anak mereka. Notoatmodjo 2003 menyatakan bahwa
sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu
tindakan atau aktifitas, akan tetapi adalah merupakan pre-disposisi tindakan atau perilaku. Sikap masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan
reaksi terbuka. Sikap orangtua yang baik dalam menghadapi anak dengan retardasi
mental ini dapat disebabkan karena orangtua berhubungan langsung dengan anak yang mengalami retardasi mental sehingga dapat
mengembangkan sikap positif yang dimilikinya. Orangtua memberikan sikap positif kepada anak yang mengalami retardasi mental seperti melatih,
membimbing serta memberikan dukungan agar anak bisa melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
Dominasi tingkat sikap orangtua yang baik tentang retardasi mental didukung oleh latar belakang pendidikan dari riset partisipan. Hal ini dapat
dilihat dari data pendidikan terakhir orangtua terbanyak adalah SMA dan perguruan tinggi, pendidikan yang lebih tinggi dapat menyerap pengetahuan
yang lebih tinggi pula bagi orangtua sehingga dapat membentuk sikap yang harus dilakukan dalam menghadapi anak dengan retardasi mental. Sikap
yang baik ini berarti orangtua menerima keadaan anak yang mengalami retardasi mental sehingga dapat memberikan dukungan kepada anak untuk
tumbuh kembang.
4.5.3 Kemandirian Anak dengan Retardasi Mental
Hasil penelitian kemandirian anak yang mengalami retardasi mental menunjukan bahwa 42,2 kategori cukup mandiri dan selebihnya pada
ketegori mandiri dan kurang mandiri masing-masing sebesar 28,9. Anak yang mengalami retardasi mental untuk melakukan aktivitas hidup sehari-
hari atau kemandirian yang berkaitan dengan kemampuan dalam merawat diri sendiri, masih mengalami kesulitan sehingga mereka perlu diajarkan
atau dilatih secara khusus dalam bentuk bimbingan dan latihan. Kemandirian yang dapat dilakukan oleh anak yang mengalami
retardasi mental seperti makan, minum, mencuci dan mengeringkan tangan, memakai dan melepaskan pakaian, memakai dan melepas sepatu dan kaos
kaki, mau berinteraksi dengan teman sebaya. Anak yang mengalami retardasi mental cenderung mengalami ketergantungan terhadap orang tua
sangat besar, tidak mampu memikul tanggung jawab sosial dengan bijaksana, mereka juga mudah dipengaruhi dan cenderung melakukan
sesuatu tanpa memikirkan akibatnya Somantri, 2006.
Kemandirian anak dengan retardasi mental yang tergolong cukup mandiri ini dapat disebabkan adanya pengetahuan orangtua yang baik
tentang keadaan anak dengan retardasi mental serta sikap orangtua yang mau menerima anak dengan retardasi mental sehingga dapat mendorong
anak untuk lebih berkembang sesuai dengan keadaan yang mereka alami tanpa ada rasa disisihkan. Meskipun memiliki keterbatasan dalam berbagai
hal, anak retardasi mental lebih berkembang apabila lingkungan sekitarnya menerima mereka dan memperlakukan mereka seperti anak normal lainnya.
Dan hal ini hanya dapat dilakukan apabila orangtua memiliki pengetahuan dan sikap yang baik terhadap anak dengan retardasi mental.
4.5.4 Hubungan Pengetahuan Orangtua dengan Kemandirian Anak Retardasi Mental