paduan semua faktor yang menggerakkan massa air laut dan samudra, seperti arus, perpindahan massa air ke atas upwelling dan difusi.
Amri 2002 melakukan penelitian di perairan Selat Sunda termasuk selatan Jawa Barat untuk menganalisa kondisi oseanografi perairan Selat Sunda
dan hubungannya dengan hasil tangkapan ikan pelagis. Didapatkan kesimpulan bahwa kondisi paling subur adalah pada musim timur dan musim peralihan 2
kondisi perairan sangat subur kandungan klorofil-a 2,00-3,50 mgm
3
dan 1,00- 3,00 mgm
3
lebih tinggi jika dibandingkan dengan periode musim barat dan musim peralihan 1 yang kurang subur kandungan klorofil-a 1,00-2,00 mgm
3
dan 1,00-2,00 mgm
3
. Berdasarkan analisa hubungan antara konsentrasi klorofil-a dengan hasil tangkapan ikan pelagis kecil terlihat bahwa dengan kandungan
klorofil-a yang tinggi , maka hasil tangkapan ikan pelagis juga tinggi.
2.2.2. Suhu permukaan laut SPL
Suhu adalah besaran yang menyatakan banyaknya bahang yang terkandung dalam suatu benda. Suhu adalah salah satu faktor yang amat penting
bagi kehidupan organisme di lautan. Suhu mempengaruhi baik metabolisme maupun perkembangbiakan organisme di lautan Hutabarat dan Evans, 1985.
Suhu dapat mempengaruhi proses fotosintesis di laut, baik secara langsung maupun tidak langsung Nontji, 1984. Pengaruh langsung karena reaksi kimia
enzimatik yang berperan dalam proses fotosintesis dikendalikan oleh suhu. Steeman-Nielsen 1975 in Nontji 1984 menunjukkan bahwa dengan
peningkatan suhu 10 °C dari 10 °C ke 20 °C akan menaikkan laju fotosintesis maksimum P
max
menjadi kurang lebih dua kali lipat.
Pengaruh suhu tak langsung adalah karena suhu akan menentukan struktur hidrologis suatu perairan yang mempengaruhi distribusi fitoplankton. Suhu dan
salinitas mempengaruhi densitas. Semakin dalam perairan, suhunya semakin rendah dan salinitas semakin meningkat, sehingga densitas juga meningkat yang
selanjutnya akan mengurangi laju penenggelaman fitoplankton Nontji, 1984; Tomascik et al., 1997. Jadi, jumlah fitoplankton akan menurun seiring dengan
meningkatnya densitas. Suhu permukaan air banyak mendapat perhatian dalam kajian kelautan
karena data suhu ini dapat dimanfaatkan untuk mempelajari gejala-gejala fisika di dalam laut seperti keberadaan thermal front, upwelling, ataupun dalam kaitannya
dengan kehidupan hewan atau tumbuhan Nontji, 2002. Selain itu suhu permukaan juga merupakan indikator proses yang terjadi pada lapisan dibawahnya
Laevastu dan Hayes, 1981. Lapisan air di permukaan akan lebih hangat karena menerima radiasi
matahari pada siang hari. Lapisan ini memiliki ketebalan tertentu sebelum mencapai lapisan yang lebih dingin di bawahnya. Suhu air di lapisan ini
dipengaruhi oleh kondisi meteorologi seperti penguapan, curah hujan, suhu udara, kelembapan udara, kecepatan angin, dan intensitas radiasi matahari. Oleh karena
itu suhu dipermukaan biasanya mengikuti pola musiman. Sebagai contoh pada musim pancaroba, angin biasanya lemah dan laut sangat tenang, sehingga proses
pemanasan dipermukaan dapat terjadi dengan lebih efektif. Akibatnya suhu lapisan permukaan mencapai maksimum pada musim pancaroba Nontji, 2002.
Ikan pelagis akan berenang agak sedikit ke dalam pada waktu suhu permukaan lebih tinggi dari biasanya. Selanjutnya dapat dikatakan juga bahwa banyak ikan
pelagis akan bergerak menghindari suhu yang lebih tinggi atau mencari daerah yang kondisi suhunya lebih rendah Laevastu dan Hella, 1970.
Fluktuasi suhu dan perubahan geografis ternyata bertindak sebagai faktor penting yang merangsang dan menentukan pengkonsentrasian dan
pengelompokkan ikan serta untuk menentukan dan penilaian daerah penangkapan ikan. Suhu optimum untuk ikan pelagis di Indonesia berkisar antara 28 °C-30 °C
Gunarso, 1988. Menurut Amri 2002, SPL di perairan Selat Sunda termasuk selatan Jawa
Barat pada musim barat dan awal musim peralihan 1 lebih dingin 27 °C - 29 °C, sebaliknya SPL musim timur dan musim peralihan 2 lebih hangat 29 °C - 30,50
°C. Berdasarkan analisa hubungan antara kondisi oseanografi dengan hasil tangkapan ikan pelagis kecil terlihat bahwa dengan suhu optimum dan kandungan
klorofil-a tinggi maka hasil tangkapan ikan pelagis juga tinggi.
2.3. Kondisi Oseanografi Selatan Jawa