Tabel 2.2 Perolehan Nilai dan Penghargaan Tim STAD
No. Perolehan Nilai
Predikat 1.
15 Tim baik
2. 16
Tim hebat 3.
17 Tim super
2.3 Brain Based Learning
Pendidikan berbasis otak adalah belajar sesuai dengan cara otak dirancang secara alamiah untuk belajar. Pendidikan berbasis otak juga merupakan cara
berpikir tentang pembelajaran. Pendidikan berbasis otak mempertimbangkan bagaimana otak belajar dengan optimal Jensen, 2011: 6.
Prinsip-prinsip pembelajaran berbasis otak memberikan kerangka teoritis untuk belajar yang efektif dan proses pengajaran, mencari kondisi terbaik dimana
pembelajaran terjadi di otak. Berbasis pada neurobiologi, prinsip-prinsip ini membimbing pendidik untuk memilih dan mempersiapkan lingkungan belajar.
Jensen 2011: 296-299 menyatakan tujuh tahap perencanaan pembelajaran berbasis brain based learning, sebagai berikut:
1. Pra-paparan: Pra-paparan membantu otak mengembangkan peta konseptual
yang lebih baik. Pada tahap ini rencanakan untuk membangunkan otak lakukan peregangan
yang santai. 2.
Persiapan: Pada tahap ini guru menciptakan keingintahuan atau kegembiraan. Peserta didik menilai sendiri, nilai apa yang mungkin dan relavan antara
topik itu bagi mereka secara pribadi. Peserta didik harus merasa dihubungkan dengan pembelajaran sebelum mereka menginternalisasikannya.
Ciptakan satu pengalaman bagi peserta didik bahwa “anda ada disana”, berikan peserta didik landasan dunia-nyata.
Sediakan sesuatu yang real, fisikal, atau konkrit. Lakukan satu eksperimen, lanjutkan dengan perjalanan lapangan, atau undanglah pembicara tamu yang
secara professional terlibat dengan topik. 3.
Inisiasi dan Akuisisi: Pada tahap ini guru memberikan proyek yang
memfasilitasi siswa untuk membangun pengetahuan dan pemahaman awal tentang suatu materi pelajaran berdasarkan pengalaman belajar yang
mereka alami sendiri. Sebuah program komputer yang dirancang dengan baik dapat bermanfaat
pada tahap ini. 4.
Elaborasi: Ini merupakan tahap pengolahan. Tahap ini menuntut pemikiran
sejati tentang bagian pembelajaran. Tahap ini merupakan waktu untuk membuat pembelajaran menjadi bermakna.
Berikan satu pelajaran singkat yang terbuka tentang aktivitas sebelumnya. Tinjauan slide, atau melihat produksi teatrikal tentang topik tersebut.
Diskusi kelompok kecil dan mintalah kelompok melaporkan hasilnya kepada seluruh kelas.
Selenggarakan satu periode tanya jawab. 5.
Inkubasi dan Pengkodean Memori: Tahap ini menekankan pentingnya waktu
istirahat downtime dan waktu untuk mengulang kembali. Pada tahap ini peserta didik membuat catatan sendiri tentang materi yang
baru diberikan.
6. Verifikasi dan Pengecekan Kepercayaan: Tahap ini tidak sekadar untuk
keuntungan guru; siswa perlu mengkonfirmasi pembelajaran mereka untuk diri mereka sendiri juga.
Mintalah siswa mempresentasikan pembelajaran mereka pada siswa lain. Pastikan bahwa kultur dalam ruang kelas merupakan salah satu yang
mendukung keamanan emosional. Adopsikan kebijakan tidak ada tolerasi zero-tolerance terhadap ejekan, penghinaan atau merendahkan Jensen,
2011: 303. Libatkan peserta didik dengan mendiskusikan kebutuhan untuk lingkungan belajar yang aman. Tanyakan kepada peserta didik bagaimana
rasanya kalau dihina dan ditertawakan. Mintalah kelas untuk menetapkan konsekuensi yang harus ada bila melanggar aturan dasar. Dengan memasang
satu tanda dapat mengingatkan peserta didik akan persetujuan mereka. Berikan kuis kepada siswa secara verbal atau tertulis.
7. Perayaan dan Integrasi: Pada tahap ini penting untuk melibatkan emosi
siswa dengan baik. Guru dapat membuat tahap ini menjadi menyenangkan, ceria, dan menggembirakan dengan tos-tosan sederhana
dengan jus sampai pesta yang direncanakan secara rinci. Berdasarkan hasil penelitian Ozden Gultekin 2008: 4, hubungan Brain Based
Learning terhadap pembelajaran adalah: . . . brain inquires meaning and attempts to set associations in a
natural way, exploration and inquiry based science teaching might function compatibly with the principles of brain-based
learning approach. Brain-based learning aids teachers in facilitating the learning and teaching process.
2.4 Penguasaan Konsep