84
Pertumbuhan dan Produksi Tebu
Tebu tumbuh dan berproduksi setelah ditanam pada kondisi struktur tanah sesaat yang dibentuk oleh keenam metode pengolahan tanah dan berinteraksi
dengan lingkungan iklim. Pemunculan tunas -tunas tebu pada masa awal pertumbuhan tergantung oleh kondisi sifat fisik-mekanik tanahnya. Pengukuran
banyaknya atau jumlah tunas tebu muncul JTM dilakukan pada hari ketujuh setelah tanam. Penentuan saat pengukuran tersebut didasarkan atas hasil
konsultasi dengan pakar budidaya tebu di PT Gula Putih Mataram. Hasil pengukuran jumlah tunas tebu muncul tersebut ditunjukkan dalam Gambar 38.
Gambar 38 Jumlah tunas tebu muncul pada berbagai metode dan intensitas pengolahan tanah di areal kebun II
8.7 8.3
5.7 11.3
12.7
6.3
1 3
5 2
4 6
Metode Pengolahan Tanah
Σ
tunas muncul tunasm
2
10.0 10.5
6.0
4 5
6
Intensitas Pengolahan Tanah
Σ
tunas muncul tunasm
2
85 Perbedaan jumlah tunas tebu yang muncul ke permukaan tanah Gambar
38 menunjukkan adanya perbedaan kondisi sifat fisik -mekanik tanah yang dibentuk oleh implemen-implemen keenam metode pengolahan tanah. Tunas -
tunas tebu yang muncul hasil aplikasi metode 2, 4, dan 6 lebih banyak dibanding metode 1, 3, dan 5. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan bajak singkal untuk
pengolahan tanah mampu menghasilkan kondisi sifat fisik-mekanik tanah yang menyebabkan pemunculan tunas tebunya lebih banyak dibanding bajak piring.
Pemunculan tunas tebu terbanyak pada metode 4 dan berikutnya metode 2. Kedua metode tersebut sama-sama mengaplikasikan pembajakan tanah menggunakan
bajak singkal sebanyak satu kali. Hal ini berarti bahwa dengan moldboard plowing
sekali saja sudah cukup untuk membuat kondisi sifat fisik-mekanik tanah yang terbentuk dapat mempercepat pemunculan tunas -tunas tebu. Selanjutnya,
tunas-tunas tebu tersebut akan mengadakan proses interaksi dengan lingkungan iklim untuk proses pertumbuhan hingga produksi.
Hasil interaksi dengan lingkungan tumbuh sekitar tebu ditandai dengan bermunculannya akar, anakan, dan batang tebu, serta gulma yang tumbuh di
sekitar tebu tersebut. Kurva-kurva pertumbuhan tebu dan gulma, serta produktivitas tebu dan gula, ditunjukkan dalam Gambar 39 hingga Gambar 52.
Hasil selengkapnya dapat dilihat dalam rekapitulasi pertumbuhan dan produksi tebu pada Lampiran 27 dan Lampiran 28.
Panjang akar tebu PAT hampir sama pada berbagai metode pengolahan tanah, yaitu pada kisaran 18.9-22.6 cm Gambar 39. Intensitas pengolahan tanah
yang meningkat cenderung menyebabkan PAT rata -rata menurun Gambar 39 dan menyebabkan bobot kering akar tebu BKA rata-rata juga menurun Gambar
40. Keadaan ini terjadi karena dengan meningkatnya intensitas pengolahan tanah telah menyebabkan meningkatnya densitas dan tahanan penetrasi tanah, terutama
akibat meningkatnya intensitas penggaruan tanah Gambar 27 dan 28, sehingga penembusan akar-akar tebu menjadi terhambat.
Tinggi batang tebu TBT semakin besar hingga menjelang panen pada umur 9 bulan Gambar 41 dengan pola pertumbuhan mengikuti bentuk model
sigmoid. Diameter batang tebu DBT semakin besar hingga umur tebu 3 bulan setelah tanam Gambar 42, kemudian berkecenderungan semakin kecil mengikuti
bentuk model fungsi rasional. DBT mencapai nilai terbesar maksimum pada
86 umur tebu 3 bulan setelah tanam, sedangkan TBT masih terus bertambah hingga
menjelang dipanen. Hal ini berarti ketika TBT memperlihatkan laju pemanjangan batang yang meningkat ternyata tidak diikuti oleh penambahan ukuran DBT.
Pada umur tebu setelah 3 bulan tersebut sudah mulai terbentuk struktur batang yang lengkap dan semakin keras, serta mulai terbentuk zat gula atau nira di dalam
batang tebu sehingga DBT mengecil. Pola pertumbuhan TBT dan DBT tersebut mengikuti pola pertumbuhan dalam satu periode pertumbuhan total batang tebu
Gambar 5, sebagaimana telah diungkapkan oleh Van Dillewijn 1952.
Gambar 39 Panjang akar tebu pada berbagai metode dan intensitas pengolahan
tanah di areal kebun II
22.2 21.9
18.9 22.0
20.4 22.6
1 3
5 2
4 6
Metode Pengolahan Tanah
Panjang akar tebu cm
22.1 21.1
20.7
4 5
6
Intensitas Pengolahan Tanah
Panjang akar tebu cm
87
Gambar 40 Bobot kering akar tebu pada berbagai metode dan intensitas pengolahan tanah di areal kebun II
Tinggi TBT dan diameter batang tebu DBT cenderung menurun akibat meningkatnya intensitas pengolahan tanah Gambar 43 dan 44. Densitas DST
dan tahanan penetrasi tanah TPT yang meningkat akibat meningkatnya intensitas pengolahan tanah Gambar 27 dan 28 telah menyebabkan panjang PAT dan
bobot kering akar tebu BKA menurun Gambar 39 dan 40 sehingga suplei nutrisi zat-zat hara dari dalam tanah ke batang menurun yang mengakibatkan
TBT dan DBT menurun.
14.2 9.7
9.6 12.9
13.6 10.2
1 3
5 2
4 6
Metode Pengolahan Tanah
Bobot kering akar grmpn
13.6 11.7
9.9
4 5
6
Intensitas Pengolahan Tanah
Bobot kering akar grmpn
88
Gambar 41 Tinggi batang tebu hingga umur ratoon 6 bulan di areal kebun II
Gambar 42 Diameter batang tebu hingga umur ratoon 6 bulan di areal kebun II
50 100
150 200
250 300
0.5 1
2 3
4 6
8 9
R1B R3B R6B
Umur Tebu bulan Tinggi Batang Tebu cm
Metode 1 Metode 2
Metode 3 Metode 4
Metode 5 Metode 6
5 10
15 20
25 30
35
0.5 1
2 3
4 6
8 9
R1B R3B R6B
Umur Tebu bulan Diameter Batang Tebu mm
Metode 1 Metode 2
Metode 3 Metode 4
Metode 5 Metode 6
89
Gambar 43 Tinggi batang tebu pada berbagai metode dan intensitas pengolahan tanah di areal kebun II
112.3 105.4
106.6 108.3
116.9 113.0
1 3
5 2
4 6
Metode Pengolahan Tanah
Tinggi batang tebu cm
110.3 111.1
109.8
4 5
6
Intensitas Pengolahan Tanah
Tinggi batang tebu cm
90
Gambar 44 Diameter batang tebu pada berbagai metode dan intensitas pengolahan tanah di areal kebun II
21.7 20.7
20.4 20.8
20.8 20.8
1 3
5 2
4 6
Metode Pengolahan Tanah
Diameter batang tebu mm
21.3 20.7
20.6
4 5
6
Intensitas Pengolahan Tanah
Diameter batang tebu mm
91 Anakan tebu mulai muncul pada umur tebu 1 bulan hingga menjelang
panen Gambar 45. Pada umur tebu ratoon 3 bulan R3B memperlihatkan jumlah anakan tebu JAT yang lebih banyak dibanding umur tebu 3 bulan setelah
tanam. Sistem perakaran tebu yang sudah terbentuk ketika mulai ratoon menyebabkan JAT lebih banyak. Pada umur ratoon 6 bulan R6B tidak
memperlihatkan adanya anakan tebu karena bentuk dan ukuran batang-batang tebu sama. JAT rata-rata hasil aplikasi metode 2 adalah terbanyak, yakni sebesar
2.56 batangrumpun Gambar 46 dan Lampiran 30, sehingga hal ini berpengaruh besar terhadap banyaknya batang tebu yang akan dipanen. JAT rata-rata lebih
banyak pada metode-metode pengolahan tanah menggunakan bajak singkal dibanding menggunakan bajak piring Gambar 46. Intensitas pengolahan tanah
yang semakin tinggi menyebabkan JAT rata-rata semakin rendah Gambar 46 karena DST dan TPT yang terbentuk semakin tinggi Gambar 27 dan Gambar 28.
Gambar 45 Jumlah anakan tebu hingga umur ratoon 6 bulan di areal kebun II Selama masa pertumbuhan tebu tidak terdapat batang tebu rebah, atau
persentase batang tebu rebah BTR sebesar 0 untuk seluruh plot. Hal ini didukung oleh karakteristik varietas tebu TC-9 yang tahan terhadap kerebahan.
1 2
3 4
5 6
7 8
0.5 1
2 3
4 6
8 9
R1B R3B R6B
Umur Tebu bulan Jumlah Anakan Tebu batang
Metode 1 Metode 2
Metode 3 Metode 4
Metode 5 Metode 6
92
Gambar 46 Jumlah anakan tebu pada berbagai metode dan intensitas pengolahan tanah di areal kebun II
Gulma-gulma yang tumbuh di sekitar tanaman tebu terdiri atas sebelas spesies, yang meliputi gulma-gulma berdaun lebar, teki, dan rerumputan, seperti
ditunjukkan pada Tabel 13. Pada Tabel 14 dapat dilihat frekuensi pemunculan spesies gulma selama masa penelitian dari umur tebu 0.5, 1, 2, 3, 4, dan 6 bulan
setelah tanam, serta ratoon 1 bulan, 3 bulan, dan 6 bulan setelah tebang. Di antara 11 spesies gulma tersebut, rumput Janggalan, rumput Lulangan, dan Kentangan
paling banyak dijumpai tumbuh di sekitar tebu. Pada Lampiran 23 dan 24 secara
1.83 1.61