D. Kerangka Teoritis Dan Konseptual
1. Kerangka Teoritis
Kerangka  teoritis  adalah  konsep-konsep  yang  sebenarnya  merupakan  abstraksi dari  pemikiran  atau  kerangka  acuan  yang  pada  dasarnya  berguna  untuk
mengadakan  identifikasi  terhadap  dimensi  sosial  yang  dianggap  relevan  oleh peneliti.
Pertanggungjawaban  komando  command  responsibility  adalah  bentuk pertanggungjawaban  pidana  terhadap  komandan  militer,  atasan  polisi  maupun
atasan  sipil  lainnya  atas  tindak  pidana  pelanggaran  HAM  di  Indonesia  yang dilakukan anak buah atau bawahan  yang berada  di bawah komando  atau  kendali
efektifnya.  Berdasarkan  pandangan  Moeljatno,  Moeljatno  menyimpulkan  bahwa untuk  dikatakan  bahwa  seseorang  itu  dapat  dipertanggungjawabkan  harus
memenuhi unsur-unsur pertanggungjawaban pidana seperti berikut: a.
Melakukan perbuatan pidana sifat melawan hukum; b.
Di atas umur tertentu mampu bertanggung jawab; c.
Mempunyai  suatu  bentuk  kesalahan  yang  berupa  kesengajaan  atau kealpaan;
d. Tidak adanya alasan pemaaf.
7
Hugo  Grotius  menggunakan  analogi  ”tanggung  jawab  orang  tua”  parental responsibility  untuk  menggambarkan  pertanggungjawaban  komando:  orang  tua
bertanggung  jawab  terhadap  kesalahan  anaknya  sepanjang  anaknya  masih  ada dalam  kekuasaan  mereka.  Di  sisi  lain,  walaupun  orang  tua  memiliki  anak  yang
berada di bawah kekuasaannya namun orang tua tersebut tidak mampu lagi untuk mengendalikan  mereka,  maka  orang  tua  tersebut  tidak  lagi  harus  bertanggung
7
Moeljatno. Pertanggung Jawab Pidana, Jakarta: Aksara Baru, 1987, hlm. 164
jawab  kecuali  jika  ia  memiliki  pengetahuan.  Jadi  dalam  hal  ini  seorang  dapat dikenakan  pertanggungjawaban  atas  tindakan  yang  dilakukan  oleh  orang  lain
apabila memenuhi dua elemen, yaitu 1 pengetahuan 2 gagal untuk mencegah.
8
Akar  dari  doktrin  ini  dapat  juga  ditelusuri  melalui  sejarah  kemiliteran  dimana
syarat  untuk  menempatkan  tanggung  jawab  yang  paling  besar  ada  di  tangan komandan  militer.  Misalnya,  seorang  komandan  militer  yang  profesional  harus
selalu  menjalankan  fungsi  pengendalian  terhadap  anak  buahnya,  mengarahkan, memberi petunjuk mengenai pelaksanaan tugas-tugas yang berbahaya, mengawasi
pelaksanaan  tugas  hingga  selesai,  dan  mengambil  tindakan  disiplin  apabila  ada anak buahnya tidak atau lalai menyelesaikan tugasnya.
Doktrin ini kemudian menjadi dasar hukum bagi komandan militer atau individu
lain yang berada dalam posisi atasan atau pemegang kekuasaan komando lainnya untuk  bertanggung  jawab  secara  pidana  atas  kelalaian  atau  kegagalannya  untuk
melaksanakan  pengendalian  terhadap  anak  buahnya  sehingga  terjadi  kejahatan. Kegagalan  bertindak  failure  to  act  ini  dikatakan  sebagai  tindakan  pembiaran
ommision sehingga komandan harus bertanggung jawab. Konsep  pertanggungjawaban  komando  berlaku  bagi  seorang  atasan  dalam
pengertian  yang luas, termasuk kepala negara, kepala pemerintahan, menteri dan pimpinan
perusahaan. Dalam
doktrin hukum
Internasional mengenai
pertanggungjawaban  komando  adalah  doktrin  yang  berhubungan  dengan pertanggungjawaban  pidana  secara  individual  yang  dikembangkan  melalui
8
Lembaga Studi dan  Advokasi Masyarakat ELSAM,  Tanggung Jawab Komando Suatu Telaah Teoritis, Jakarta: ELSAM, 2005, hlm. 4.