Perlindungan Hukum Terhadap Kreditur dalam Penyelesaian Kredit

46 BAB IV PENYELESAIAN KREDIT PEMBELIAN SEPEDA MOTOR BERMASALAH PADA PT. FEDERAL INTERNATIONAL FINANCE CABANG MEDAN

A. Perlindungan Hukum Terhadap Kreditur dalam Penyelesaian Kredit

Bermasalah dalam Pembelian Sepeda Motor pada PT. Federal International Finance Cabang Medan Perlindungan Hukum Kreditur itu diatur dalam Pasal 20 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia atau selanjutnya disebut UUJF yang berbunyi : “Fidusia tetap mengikuti benda yang menjadi objek jaminan fidusia dalam tangan siapapun benda tersebut berada, kecuali pengalihan atas benda persediaan yang menjadi objek jaminan fidusia.” Ketentuan tersebut menegaskan bahwa jaminan fidusia mempunyai sifat kebendaan dan berlaku terhadap asas droit de suite, kecuali pengalihan atas benda persediaan yang menjadi objek Jaminan Fidusia. Perlindungan Hukum yang sama juga dilihat dalam Pasal 23 ayat 2 UUJF yang berbunyi : “Pemberi Fidusia dilarang mengalihkan, menggadaikan, atau menyewakan kepada pihak lain benda yang menjadi objek jaminan fidusia yang tidak merupakan benda persediaan, kecuali dengan persetujuan tertulis terlebih dahulu dari Penerima Fidusia”. Sanksi terhadap ketentuan diatas adalah Pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 UUJF, yaitu : “Setiap orang dengan sengaja memalsukan, mengubah, menghilangkan atau dengan cara apapun memberikan keterangan secara menyesatkan, yang jika hal tersebut diketahui oleh salah satu pihak tidak melahirkan perjanjian jaminan fidusia, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 satu tahun dan paling lama 5 lima tahun dan denda paling sedikit Rp. 47 10.000.000.-sepuluh juta rupiah dan paling banyak Rp. 100.000.000.-seratus juta rupiah’’. Atas segala tindakan dan kelalaian Pemberi Fidusia, Penerima Fidusia berdasarkan karena kelalaian tersebut tidak bertanggung jawab, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, yaitu : “Penerima Fidusia tidak menanggung kewajiban atas akibat tindakan atau kelalaian Pemberi Fidusia baik yang timbul dari hubungan kontraktual atau yang timbul dari perbuatan hukum sehubungan dengan penggunaan dan pengalihan benda yang menjadi objek jaminan fidusia”. Pada intinya maksud atau tujuan dari perjanjian Jaminan Fidusia dari segi Perlindungan Hukum bagi Pemberi fasilitas adalah memberikan hak istimewa atau hak didahulukan baginya guna pelunasan hutang-hutang dari Penerima fasilitas kepada Pemberi Fasilitas. Timbulnya hutang Debitur pada PT. Federal International Finance Cabang Medan karena Penerima fasilitas telah mendapatkan fasilitas pembiayaan untuk membeli barang yang menjadi objek pembiayaan, dalam hal ini khususnya kendaraan bermotor. “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak yang membuatnya” Pasal 1338 KUHPerdata. Pasal ini mengandung arti bahwa para pihak boleh membuat berbagai persetujuan atau perjanjian baik yang sudah diatur dalam Undang-Undang maupun yang tidak diatur dalam Undang-Undang akan tetapi kebebasan ini dibatasi oleh hukum yang sifatnya memaksa. 48 Kebebasan dalam membuat perjanjian tersebut harus pula memperhatikan pasal 1330 KUHPerdata terkait kecakapan seseorang dalam mengadakan sebuah perjanjian. Hal ini menunjukkan orang yang tidak cakap hukum seperti orang yang belum dewasa dan orang yang dibawah pengampuan tidak dapat dijadikan sebagai subjek dalam perjanjian. Selain itu, perjanjian tersebut harus merupakan kesepakatan sesuai pasal 1321 KUHPerdata yang mana tidak ada unsur paksaan maupun rekayasa dalam pembuatan perjanjian. Selama apa yang disepakati itu sah, artinya memenuhi syarat-syarat sahnya suatu perjanjian sebagaimana yang diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata, yaitu : a sepakat mereka yang mengikatkan dirinya; b adanya kecakapan untuk membuat suatu perikatan; c suatu hal tertentu; dan d suatu sebab yang halal. Dengan demikian, maka jika para pihak membuat Perjanjian Pembiayaan Konsumen yang telah memenuhi syarat-syarat sahnya suatu perjanjian, maka menurut hukum yang berlaku di Indonesia, Perjanjian Pembiayaan Konsumen itu mempunyai kekuatan mengikat dan berlaku sebagai Undang-Undang bagi para pihak yang membuatnya. Hal ini dapat dilihat dari adanya blanko kelengkapan dokumentasi customer yang dibuat Penerima fasilitas pada saat melakukan perjanjian pembiayaan Konsumen tersebut dengan PT. Federal International Finance Cabang Medan. Dalam hal pengajuan gugatan secara perdata terhadap Penerima fasilitas yang melakukan wanprestasi pihak Perusahaan Pembiayaan Pemberi fasilitas dapat mengajukan gugatan perdata tersebut ke Pengadilan Negeri setempat dengan tuntutan ganti rugi. Ketentuan mengenai wanprestasi, telah dimuat secara 49 tegas dalam Perjajian Pembiayaan Konsumen yang termuat dalam syarat-syarat Perjanjian Pembiayaan Konsumen dengan penyerahan hak milik secara fidusia antara PT. Federal International Finance Cabang Medan dengan Penerima fasilitas. Dalam perjanjian tersebut mengatur tentang Wanprestasi yang menyatakan bahwa, “Penerima Fasilitas atau Penerima Jaminan setuju dan mengikat diri kepada Pemberi Fasilitas danatau kuasanya mengenai terjadinya atau keadaan wanprestasi yang dengan lewatnya waktu telah cukup membuktikan terjadinya salah satu atau lebih keadaan sebagai berikut : 1. Penerima fasilitas danatau Penjamin mengajukan permohonan untuk dinyatakan pailit atau permohonan penundaan kewajiban pembayaran utang Surseance van Betaling atau Penerima fasilitas digugat pailit oleh Pemberi fasilitas; 2. Penerima fasilitas danatau Penjamin meninggal dunia, kecuali bila Penerima Hakpara ahli warisnya dapat memenuhi seluruh kewajiban Penerima fasilitas dan dalam hal ini disetujui oleh Pemberi fasilitas dalam hal Penerima fasilitas adalah perusahaan atau badan hukum atau badan usaha atau lembaga maka klausal ini tidak berlaku; 3. Penerima fasilitas danatau Penjamin ditaruh di bawah pengampuan die onder curatele gesteld zijn; 4. Penerima fasilitas lalai membayar angsuran secara penuh pada tanggal yang telah ditetapkan, atau Penerima fasilitas danatau Penjamin lalaitidak memenuhi syarat-syarat dalam perjanjian ini atau perjanjianpernyataan lain 50 yang berhubungan dan merupakan satu kesatuan dengan perjanjian ini danatau perjanjian lainnya yang terpisah dari perjanjian ini; Secara pidana Penerima fasilitas dapat dituntut dengan Pasal 372 dan Pasal 378 KUHPidana. Tindak Pidana Penipuan Pasal 372 KUHP. Tindak Pidana Penggelapan Pasal 378 KUHP. Kemudian di dalam Pasal 23 ayat 2 jo. Pasal 35 UUJF mengatur sanksi yang tegas apabila Debitur telah melakukan suatu pelanggaran tindak pidana seperti yang telah dijelaskan diatas. Adapun bunyi Pasal tersebut yaitu sebagai berikut : 1. Pasal 23 ayat 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, yaitu : “Pemberi Fidusia dilarang mengalihkan, menggadaikan, atau menyewakan kepada pihak lain benda yang menjadi objek jaminan fidusia yang tidak merupakan benda persediaan, kecuali dengan persetujuan tertulis terlebih dahulu dari Penerima Fidusia”. Dalam hal ini, PT. Federal International Finance Cabang Medan turut melaksanakan aturan ini. 2. Pasal 35 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, yaitu : “Pemberi Fidusia yang mengalihkan, menggadaikan atau menyewakan benda yang menjadi objek jaminan fidusia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat 2 yang dilakukan tanpa persetujuan tertulis terlebih dahulu dari Penerima Fidusia, dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 dua tahun dan dengan paling banyak Rp. 50.000.000-. lima puluh juta rupiah. 51 Adapun penyelesaian sengketa diluar Pengadilan non litigasi seperti yang dijalankan oleh PT. Federal International Finance Cabang Medan, didalam menyelesaikan kredit macet kendaraan bermotor tersebut dijelaskan sebagai berikut : a. Pada Overdueketerlambatan 1-3 hari pihak leasing yang telah bekerja sama dengan PT. Federal International Finance Cabang Medan yang berkedudukan di Kota Medan akan menelepon Penerima fasilitas dan mengingatkan bahwa Penerima fasilitas sudah terlambat melakukan pembayaran angsuran motor tersebut. b. Apabila Penerima fasilitas belum melakukan pembayaran pada keterlambatan 1 satu sampai dengan 3 tiga hari tersebut, maka pada hari ke 4 empat AR Head Bucket 1 dan 2 berdasarkan DKHC Daftar Kerja Harian Collector menugaskan ARO Account Receivable Officer untuk melakukan penagihan langsung kerumah ketempat kerja Penerima fasilitas atau alamat lain sekaligus mencari informasi keberadaan objek jaminan tersebut, penagihan ini maksimal 4 empat kali kunjungan dalam 1 satu bulan. c. Apabila Overdueketerlambatan 60 hari tidak juga dilakukan pembayaran oleh Penerima fasilitas, maka akan diterbitkan Surat Keputusan SK Penarikan objek jaminan tersebut yang dilaksanakan oleh Eksternal Collector atau yang lebih dikenal dengan sebutan Debt Collector DC dibawah kepemimpinan AR Head Bucket. d. Jika objek jaminan berhasil dilakukan penarikan oleh Eksternal Collector, disini Penerima fasilitas masih diberikan kesempatan oleh PT. Federal 52 International Finance Cabang Medan untuk melakukan penebusan terhadap kendaraan yang telah ditarik, Penerima fasilitas harus mengajukan kredit lancar, yaitu dengan membayar angsuran tertunggak ditambah dengan membayar angsuran 3 bulan dimuka ditambah dengan denda keterlambatan yang timbul dan biaya proses penarikan. Proses kredit lancar hanya bisa dilakukan maksimal 7 hari setelah tanggal objek jaminan Penerima fasilitas ditarik oleh pihak PT. Federal International Finance Cabang Medan, biaya penarikan tetap akan dikenakan kepada Penerima fasilitas walaupun Penerima fasilitas telah mengajukan kredit lancar atau melunasi kredit kendaraannya untuk mengambil kembali kendaraannya. e. Jika Eksternal Collector Bucket 3 tidak bisa melakukan penarikan objek jaminan tersebut maka secara otomatis berpindah ke Eksternal Collector Bucket 4 yang di pimpin oleh AR Head Bucket 4 yaitu pada Overdue keterlambatan 121-209 hari dan AR Head Bucket 4 disini mempunyai waktu untuk melakukan penarikan unit tersebut sampai dengan keterlambatan 209 hari. f. Apabila tetap tidak ada penyelesaian pada keterlambatan 121-209 hari maka secara sistem masuk kategori WO Write Off pada keterlambatan 210 hari, yang diambil alih oleh ROA Recovery Officer Area. 33 Adapun Surat Tugas ST Penarikan terbit pada overdue keterlambatan 31 hari atau kurang dari 31 hari tergantung pada history payment pembayaran Debitur apakah masuk kategori HighMediumLow. Apabila telah diketahui 33 Hasil wawancara dengan Erika Rahmadhana, selaku Personal Coordinator PT. Federal Internasional Finance Cabang Medan, tanggal 9 Februari 2015 53 kasusnya oleh ARO Account Reveible Officer karena Penerima fasilitas telah mengalihkan atau menggadaikan kendaraannya tanpa memberitahukan kepada PT. Federal International Finance Cabang Medan. PT. Federal International Finance Cabang Medan secara resmi atau Surat Tugas ST bisa terbit sebelum 31 hari apabila terdapat kasus-kasus yang tidak bisa diselesaiakan oleh ARO Account Receivable Officer atau Rem.Off Remedial Officer dengan eskalasi dan membuat analisa kasus yang lengkap tentang penyebab keterlambatan pembayaran kredit tersebut. Sedangkan Surat Keputusan Penarikan SKP terbit pada overdue keterlambatan 61 hari atau kurang dari 61 hari tergantung dari eskalasi yang dilakukan oleh Rem. Off Remedial Officer dengan membuat analisa kasus yang lengkap tentang penyebab keterlambatan tersebut dan melihat karakter Penerima fasilitas. Selanjutnya didalam menyelesaikan kredit macet yang dilakukan oleh Penerima fasilitas dalam hal ini PT. Federal International Finance Cabang Medan memberikan solusi kepada Peneriima fasilitas supaya tidak terjadinya kemacetannya pembayaran kredit, adapun tindakan tersebut yaitu dengan program rehab dan rectructure. Rehab merupakan usaha penyelamatan aset dengan pemberian fasilitas kepada Penerima fasilitas yang memiliki kendala dalam membayar angsuran untuk melakukan perubahan terhadap tanggal jatuh tempo angsuran maupun term of payment. Restructure merupakan usaha penyelamatan aset dengan pemberian fasilitas kepada Penerima fasilitas yang memiliki kendala dalam membayar 54 angsuran untuk melakukan perubahan term of payment pada perjanjian kredit seperti perubahan pada besar angsuran dan jangka waktu pembayaran berupa perpanjangan tenor. Prosedur yang telah ditetapkan oleh Direksi didalam Memo Internal itu harus dilakukan sesuai memo tersebut, karena untuk menghindari permasalahan di kemudian hari. 34 Apabila prosedur tersebut tidak dijalankan oleh karyawan PT. Federal International Finance Cabang Medan maka akan mendapatkan sanksi yang tegas yang paling berat berupa pemecatan atau jika hal tersebut berdampak merugikan PT. Federal International Finance Cabang Medan, maka karyawan tersebut akan dilaporkan ke Kepolisian untuk dilakukan penuntutan. 35 Sesuai UUJF Penerima fasilitas yang melanggar larangan tersebut dan tidak melakukan pembayaran lagi ,maka jalan terakhir yang ditempuh oleh PT. Federal International Finance Cabang Medan adalah melakukan penarikan objek Perlindungan hukum terhadap Pemberi fasilitas akibat tindakan Penerima fasilitas yang melakukan pelanggaran terhadap kontrak adalah dengan didaftarkan jaminan fidusia ke Kantor Pendaftaran Fidusia, dan akan memperoleh sertifikat jaminan fidusia berirah-irah “demi keadilan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. Hal ini memberikan kepastian hukum kepada PT. Federal International Finance Cabang Medan untuk melakukan penarikan unit kendaraan Penerima fasilitas apabila Penerima fasilitas melakukan pelanggaran kontrak atau wanprestasi. 34 Ibid. 35 Ibid. 55 jaminan berupa kendaraan bermotor tersebut. Kemudian perlindungan hukum Pemberi fasilitas itu diatur dalam Pasal 20 UUJF yang berbunyi : “Fidusia tetap mengikuti benda yang menjadi objek jaminan fidusia dalam tangan siapapun benda tersebut berada, kecuali pengalihan atas benda tersebut, kecuali pengalihan atas benda persediaan yang menjadi objek jaminan fidusia”. Ketentuan tersebut menegaskan bahwa Jaminan Fidusia mempunyai sifat kebendaan dan berlaku asas droit de suite, kecuali pengalihan atas benda persediaan yang menjadi objek jaminan fidusia. Perlindungan hukum yang sama juga dilihat dalam Pasal 23 ayat 2 UUJF yang berbunyi : “Pemberi Fidusia dilarang mengalihkan, menggadaikan, atau menyewakan kepada pihak lain benda yang menjadi objek jaminan fidusia yang tidak merupakan benda persediaan, kecuali dengan persetujuan tertulis terlebih dahulu dari Penerima Fidusia”. Sanksi terhadap ketentuan diatas adalah pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 UUJF, yaitu : “setiap orang dengan sengaja memalsukan, mengubah, menghilangkan atau dengan cara apapun memberikan keterangan secara menyesatkan, yang jika hal tersebut diketahui oleh salah satu pihak tidak melahirkan perjanjian jaminan fidusia, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 satu tahun dan paling lama 5 lima tahun dan denda paling sedikit Rp. 10.000.000.-sepuluh juta rupiah dan paling banyak Rp. 100.000.000.-seratus juta rupiah.’’ Atas segala tindakan dan kelalaian Pemberi Fidusia, Penerima Fidusia berdasarkan karena kelalaian tersebut tidak bertanggung jawab, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 UUJF, yaitu : “Penerima Fidusia tidak menanggung kewajiban atas akibat tindakan atau kelalaian Pemberi Fidusia baik 56 yang timbul dari hubungan kontraktual atau yang timbul dari perbuatan hukum sehubungan dengan penggunaan dan pengalihan benda yang menjadi objek jaminan fidusia”. 36 Pada intinya maksud atau tujuan dari perjanjian jaminan fidusia dari segi perlindungan hukum bagi Pemberi fasilitas adalah memberikan hak istimewa atau hak didahulukan baginya guna pelunasan hutang-hutang Penerima fasilitas padanya. Lebih jauh perlindungan hukum terhadap hak atas piutang yang didahulukan dapat dilihat pada ketentuan Pasal 27 UUJF, yaitu : 1 Penerima Fidusia memiliki hak yang didahulukan terhadap Pemberi fidusia lainnya. 2 Hak didahulukan sebagaimana, dimaksud dalam ayat 1 adalah hak Penerima Fidusia untuk mengambil pelunasan piutangnya atas hasil eksekusi benda yang menjadi objek jaminan fidusia. Hak yang didahulukan dan Penerima Fidusia tidak hapus karena adanya kepailitan dan atas likuidasi Pemberi Fidusia. Adapun beberapa hal yang dapat menunjukkan adanya perlindungan hukum terhadap Penerima Fidusia menurut UUJF, antara lain sebagai berikut : 1 Adanya lembaga pendaftaran jaminan fidusia, yang tidak lain adalah untuk menjamin kepentingan pihak yang menerima fidusia. 2 Adanya larangan Pemberi Fidusia untuk memfidusiakan ulang objek jaminan fidusia Pasal 17. 36 Ibid. 57 3 Adanya ketentuan bahwa Pemberi Fidusia tidak diperbolehkan untuk mengalihkan, menggadaikan atau menyewakan Pasal 23 sub 2. 4 Adanya ketentuan Pemberi Fidusia wajib menyerahkan benda jaminan, kalau Kreditur hendak melaksanakan eksekusi atas objek jaminan fidusia. 5 Adanya ketentuan pidana dalam Undang-Undang Jaminan Fidusia

B. Kendala yang Dihadapi Kreditur dalam Penagihan Kredit pada PT.