Subjek kolektif yang melahirkan gagasan-gagasan yang digambarkan pengarang yang terdapat dalam novel Putroe Neng secara garis besar ada tiga
kelompok. Meskipun ketiganya pada kenyataannya pula, dan pada akhirnya melahirkan sebuah kelompok besar yang kini menjadi kelompok sosial tempat
pengarang berada. Ketiganya diklasifikasikan berdasarkan keyakinan, budaya, dan latar tempat mereka berada. Hingga akhirnya keyakinan, budaya, dan latar tempat
mereka lahir dan ada melahirkan sebuah sistem, gagasan, aspirasi, perasaan, falsafah kehidupan yang mereka jalani secara bersama-sama sesuai kelompoknya.
Adapun ketiganya adalah masyarakat Peureulak dengan Islamnya, Indra Purba dengan Animismenya, dan Seudu dengan gagasan Tiongkoknya.
4.3 Pandangan Dunia
Karya sastra menunjukkan nilai-nilai yang dikandungnya melalui pandangan dunia dan sekaligus menyampaikan maknanya. Disamping itu pula
pandangan dunia adalah identitas suatu kolektif dengan kesadaran tertentu. Meskipun demikian pandangan dunia bukanlah suatu fakta empiris melainkan
terdiri atas gagasan, aspirasi, dan perasaan yang menyebabkan bersatunya suatu kelompok sosial masyarakat tertentu.
Novel dianggap sebagai genre yang paling memadai untuk
menerjemahkan kompleksitas struktur sosial Ratna, 2002: 104. Merujuk pada pernyataan Ratna tersebut sesuai dengan situasi yang terdapat dalam novel Putroe
Neng Ayi Jufridar menggambarkan begitu banyak situasi yang menunjukkan pandangan dunia sebuah subjek kolektif. Pandangan dunia yang dimaksud adalah
pemaparan situasi cerita dengan menghadirkan nilai-nilai religi, pendidikan, pesan moral, filosofi, norma-norma, adat, tradisi, karakter, dan budaya yang dimiliki
subjek kolektifnya digambarkan oleh pengarang baik eksplisit maupun inplisit atau baik dalam bentuk narasi maupun dalam bentuk dialog para tokohnya.
Pandangan dunia yang dimiliki oleh subjek kolektif satu dengan yang lainnya menjalankan aspirasi, gagasan, dan apa yang mereka yakini secara
bersama-sama sesuai kelompoknya. Antara masyarakat Peureulak dalam hal ini adalah masyarakat penganut Islam sebagai gagasan yang diyakini dengan ilmu
agamanya dan masyarakat Indra Purba penganut Hindu dimungkinkan menganut agama Hindu karena tidak disebut secara eksplisit, namun Dewa yang disebut
yaitu Dewa Baruna adalah Dewa Hindu yaitu Dewa penjaga laut, ditambah pula dengan tradisi sesajen lihat PN: 12-19, serta masyarakat Tiongkok diwakili
oleh sekitar dua ribu orang dengan filosofi, kemajuan seni dan kerajinannya.
1. Pandangan Islam dan Masyarakat Peureulak
Salah satu subjek kolektif yang paling dominan dalam Putroe Neng adalah masyarakat Kerajaan Peureulak yang menganut sistem Islam sekaligus merupakan
komunitas yang memengaruhi lahirnya masyarakat pribumi Aceh sekarang dengan pola pikir, filosofi, karakter, pendidikan, keyakinan, dan sistem atau cara
hidup yang mereka lakukan. Karena memiliki karakter keislaman dan keyakinan yang kuat terhadap Islam masyarakat Peureulak pun hidup dengan petunjuk
Islam. Sehingga pandangan Islam memenuhi ruang gerak masyarakat Peurelak termasuk pendidikan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, 2007: 262 pendidikan berasal dari kata dasar didik mendidik, yaitu : memelihara dan memberi latihan
ajaran, pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Pendidikan mempunyai pengertian: proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau