BAB IV BENTUK PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PARA PIHAK DALAM
PERJANJIAN BAKU PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA PT. BANK SYARIAH MANDIRI PEMATANGSIANTAR
A.
Bentuk – Bentuk Perlindungan Hukum Bagi Para Pihak Dalam Klausul Perjanjian Baku Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Syariah
Mandiri Pematangsiantar.
Perlindungan hukum merupakan segala upaya untuk menjamin kepastian pelaksanaan hak atau kepentingan setiap pihak dalam perjanjian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perjanjian baku pembiayaan murabahah pada PT. Bank Syariah Mandiri Pematangsiantar telah mengatur beberapa
kepentingan yang dapat dikelompokkan sebagai berikut : 1.
Kelompok pertama, yaitu kepentingan-kepentingan pihak bank syariah sekaligus nasabah debitur. Semua hal yang menjadi
kepentingan bersama para pihak biasanya dirumuskan secara eksplisit, jelas, dan rinci dalam syarat-syarat atau isi perjanjian.
Dengan demikian, ada kepastian hukum bagi kepentingan dimaksud sehingga memberikan perlindungan hukum bagi para pihakyang
bersangkutan. 2.
Kelompok kedua, yaitu kepentingan-kepentingan sepihak bank syariah. Semua hal yang menjadi kepentingan sepihak bank syariah
telah dirumuskan dalam perjanjian secara eksplisit, jelas, dan rinci. Dalam menyalurkan dana pembiayaan pada nasabah, bank syariah
memiliki kepentingan untuk menyakinkan pihak investor dana
Universitas Sumatera Utara
bahwa: Pertama, dana disalurkan pada usaha pemenuhan kebutuhan konsumtif atau usaha yang halal. Kedua, ada kepastian pengembalian
dana disertai keuntungan berupa biaya jasa atau bagi hasil atau margin keuntungan. Oleh karena itu, bank syariah secara maksimal
berupaya memperoleh kepastian hukum dan perlindungan hukum bagi kepentingan dimaksud yaitu dengan cara merumuskan syarat-
syarat atau isi perjanjian dalam bentuk baku. 3.
Kelompok ketiga, yaitu kepentingan sepihak nasabah debitur. Walaupun perjanjian syariah dirumuskan dalam bentuk baku
standard contract, namun bank syariah membuka akses yang cukup luas bagi nasabah untuk turut serta menentukan hal-hal pokok
dalam perjanjian baku pembiayaan syariah. Hal ini dimaksudkan untuk memenuhi beberapa ketentuan hukum yang berlaku bagi bank
syariah untuk menjamin dan memberikan perlindungan hukum bagi nasabah.
1. Kelompok pertama, yaitu bentuk-bentuk kepentingan bersama pihak bank syariah dan nasabah debitur, yang telah memperoleh
perlindungan hukum dalam perjanjian baku pembiayaan murabahah pada PT. Bank Syariah Mandiri Pematangsiantar
a. Kesesuaian perjanjian baku pembiayaan dengan prinsip syariah
Kesesuaian perjanjian baku pembiayaan murabahah dengan prinsip syariah telah dilaksanakan oleh PT. Bank Syariah Mandiri Pematangsiantar.
Bank syariah telah mematuhi ketentuan Bank Indonesia yang menetapkan pokok-pokok ketentuan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, Dalam
Penjelasan Pasal 8 ayat 2 Undang-Undang No.10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan antara
Universitas Sumatera Utara
lain memuat kewajiban bank syariah untuk menyusun dan menerapkan prosedur pemberian pembiayaan berdasarkan prinsip syariah. Oleh karena
itu, setiap kegiatan pembiayaan bank syariah tidak boleh menyimpang dari Hukum Islam yang bersumber utama pada al-Quran dan hadis. Bank syariah
juga harus tunduk dibawah pengawasan yang dilakukan oleh Dewan Pengawas Syariah. Eksistensi Dewan Pengawas Syariah memberikan
implikasi bahwa setiap produk bank syariah harus mendapatkan persetujuan dari Dewan Pengawas Syariah terlebih dahulu sebelum diperkenalkan
kepada masyarakat.
72
Hasil penelitian menunjukkan bahwa di setiap bank syariah terdapat Dewan Pengawas Syariah yang berfungsi mengontrol setiap
produk bank syariah, termasuk produk pembiayaan.
73
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bank syariah dan nasabah debitur saling memberikan informasi melalui komunikasi untuk kepentingan
negosiasi kesepakatan diantara mereka. Dalam hal ini, juga terlihat peran notaris, yang membantu memberikan informasi dan penjelasan pada
nasabah.
b. Penyampaian informasi isi kontrak dan segala hal yang terkait dengan kontrak secara jujur dan benar.
74
72
M. Syafii Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik, Op.Cit, hal.22
73
Hasil wawancara dengan Ibu Junita, Customer Service Officer pada PT. Bank Syariah Mandiri Pematangsiantar, Rabu, 21 Maret 2012.
74
Hasil wawancara dengan Bapak Edy Siregar, Legal Officer pada PT. Bank Syariah Mandiri Pematangsiantar, Rabu, 21 Maret 2012.
Dengan demikian, pemakaian perjanjian baku pembiayaan syariah telah meminimalisir potensi konflik yang mungkin timbul karena nasabah
tidak mempunyai kesempatan yang cukup untuk memahami isi perjanjian. Secara khusus, bank wajib memberikan informasi mengenai jumlah
Universitas Sumatera Utara
pembiayaan, jumlah angsuran, kewajiban keuangan lainnya yang harus ditanggung oleh nasabah dan tindakan yang akan dimbil oleh bank apabila
terjadi resiko pembiayaan. Khusus dalam hal perjanjian baku pembiayaan murabahah, bank harus menerangkan harga pembelian, margin keuntungan,
dan harga jual serta biaya-biaya yang dikeluarkan oleh bank syariah. Catatan peneliti bagi PT. Bank Syariah Mandiri Pematangsiantar, agar bank syariah
secara terbuka mau menyampaikan informasi kepada nasabah terkait dengan kemungkinan pembayaran angsuran di awal waktu sebelum jatuh tempo,
karena berdasarkan wawancara dengan nasabah jarang bank memberikan informasi mengenai kesempatan ini.
c. Pembagian hak dan kewajiban yang adil bagi para pihak
Salah satu bentuk penerapan prinsip-prinsip hukum perjanjian syariah dalam membuat perjanjian baku pembiayaan bank syariah adalah adanya
persamaankesetaraankesederajatan keadilan dalam menentukan hak-hak dan kewajiban-kewajiban antara bank dan nasabah. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa di dalam perjanjian baku pembiayaan murabahah pada PT. Bank Syariah Mandiri, uraian kewajiban pihak bank syariah lebih sedikit
dibandingkan uraian kewajiban pihak nasabah, sedangkan uraian hak-hak bank syariah selalu lebih banyak dibandingkan uraian hak-hak pihak nasabah.
Hal itu dapat diartikan bahwa bank syariah memiliki kepentingan sangat besar akan kepastian pengembalian dana pembiayaan oleh nasabah sehingga
memperkecil kemungkinan pembiayaan macet guna melindungi kepentingan nasabah penabung. Di dalam perjanjian baku pembiayaan syariah, tidak ada
ketentuan khusus mengenai penyerahan kembali dokumenobjek jaminan
Universitas Sumatera Utara
kepada nasabah. Peneliti mencatat hal ini penting dilakukan apabila pengikatan jaminan dilakukan dengan sistem gadai yang menggunakan objek
gadai berupa emas atau gadai tabungandepositosimpanan nasabah.
d. Pemberian persetujuan yang bebas dari para pihak
Pemberian persetujuan yang bebas dari para pihak merupakan penerapan salah satu asas perjanjian yang harus dilindungi dan dijamin dalam
kegiatan perbankan syariah, yaitu asas ridhâ’iyyah rela sama rela.
75
Perjanjian baku pembiayaan murabahah pada PT. Bank Syariah Mandiri dibuat dan disiapkan oleh bank syariah, namun demikian akan
mengikat dan berlaku bagi para pihak apabila disetujui oleh nasabah debitur. Dalam semua produk perbankan syariah, modal, keuntungan, dan resiko
dibicarakan serta ditanggung berdasarkan kesepakatan. Ada beberapa point yang secara sepihak ditetapkan oleh bank syariah, yaitu: definisi, penarikan
pembiayaan, tempat pembayaran, biaya, potongan dan pajak, cidera janji, akibat cidera janji, pengakuan dan jaminan, pembatasan terhadap tindakan
nasabah, resiko, asuransi, pengawasan, penyelesaian perselisihan,
Oleh karena itu, penerapan prinsip-prinsip hukum perjanjian syariah dalam
membuat perjanjian dapat dilihat berdasarkan adanya kesepakatan dalam hal yang berkaitan dengan: besar pembiayaan, jangka waktu, tata cara
melaksanakan pembiayaan, biaya - biaya, asuransi, jaminan, dan penyelesaian yang dipilih jika terjadi perselisihan.
75
H. Muhammad Amin Suma, “Ekonomi Syariah sebagai Alternatif Sistem Ekonomi Konvensional.” Jurnal Hukum Bisnis, Volume 20, Agustus – September Jakarta: Yayasan
Pengembangan Hukum Bisnis, 2002, hal. 18, dalam Teti Indrawati Purnamasari, Perlindungan Hukum Bagi Para Phak dalam Perjanjian Baku Pembiayaan Bank Syariah di Nusa Tenggara
Barat, Jurnal Penelitian Keislaman, Vol. 4, No. 1. Desember 2007, hal.19.
Universitas Sumatera Utara
pemberitahuan, dan penutup.
76
Selain itu, ada juga beberapa point yang harus diisi sesuai dengan kebutuhan dengan persetujuan nasabah yaitu: komparisi,
jumlah pembiayaan, tujuan penggunaan pembiayaan, jangka waktu, cara pembayaran biaya, potongan, pajak, jaminan,
77
biaya administrasi, nisbah, kewajiban nasabah untuk melaporkan kegiatan
usahanya, denda keterlambatan, berlakunya ketentuan denda keterlambatan hasil denda untuk
BAZIS, kesediaan nasabah memenuhimengikuti semua peraturan dan ketentuan yang berlaku di bank.
78
e. Pengaturan sanksi denda keterlambatan pembayaran
Adanya persetujuan nasabah dalam perjanjian baku pembiayaan syariah ditegaskan oleh pihak bank. Sebagai contoh, adanya tawar menawar
mengenai besar point nisbah antara bank syariah dan nasabah debitur dilaksanakan sampai tercapai kata sepakat dan terjadi pengikatan perjanjian
baku pembiayaan yang ditandai dengan penandatanganan kontrak perjanjian pembiyaan di muka Notaris.
79
Berdasarkan hasil penelitian, perjanjian baku pembiayaan murabahah pada PT. Bank Syariah Mandiri mengatur secara tegas mengenai pemberian
sanksi denda bagi nasabah debitur yang terlambat membayar angsuran pembiayaan.
76
Perjanjian baku pembiayaan al- Murabahah Bank Syariah Mandiri Pematangsiantar, 2011
77
Hasil wawancara dengan Bapak Karim Abdillah, Marketing Officer Pembiayaan pada PT. Bank Syariah Mandiri Pematangsiantar dan Ibu Junita, Customer Service Officer pada PT.
Bank Syariah Mandiri Pematangsiantar, Rabu, 21 Maret 2012.
78
wawancara dengan Bapak Karim Abdillah, Marketing Officer Pembiayaan pada PT. Bank Syariah Mandiri Pematangsiantar, Rabu, 21 Maret 2012.
79
Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 17DSN-MUIIX2000 telah mengatur tentang sanksi atas nasabah yang mampu tetapi menunda-nunda pembayaran. Nasabah yang tidakbelum
mampu membayar karena alasan force majeure tidak boleh dikenakan sanksi.
Universitas Sumatera Utara
Peneliti menemukan bahwa pada perjanjian baku pembiayaan murabahah pada PT. Bank Syariah Mandiri Pematangsiantar yang
menyebutkan bahwa denda wajib diserahkan pada pihak bank syariah sebesar 0,00069
80
, serta tidak ada keterangan lebih lanjut bahwa untuk selanjutnya dana itu digunakan untuk kepentingan sosial. Menurut bank syariah, sistem
komputer secara otomatis akan melakukan pembukuan dana yang berasal dari sanksi denda untuk kepentingan sosial.
81
Dalam hal ini PT. Bank Syariah Mandiri melalui LAZNAS BSM Umat, yaitu lembaga amil zakat yang lahir
untuk meningkatkan kepedulian sosial dan meringankan penderitaan sesama.
82
Pilihan hukum merupakan permasalahan yang berkaitan dengan hukum mana yang akan digunakan dalam pembuatan perjanjian. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa semua perjanjian baku pembiayaan murabahah pada PT. Bank Syariah Mandiri Pematangsiantar, telah mengatur secara tegas pilihan
hukum para pihak dan cara penyelesaian sengketa yang dikehendaki apabila terjadi perbedaan penafsiran atau sengketa di antara mereka. Pilihan hukum
yang dilakukan adalah menggunakan hukum Indonesia. Cara penyelesaian sengketa yang dipilih bermacam-macam, antara lain: musyawarah mufakat,
f. Pilihan hukum dan penyelesaian sengketa
80
Pasal 4 poin kelima Akad Pembiayaan al – Murabahah pada PT. Bank Syariah Mandiri Pematangsiantar, 2011.
81
Wawancara dengan Bapak Karim Abdillah, Marketing Officer Pembiayaan pada PT. Bank Syariah Mandiri Pematangsiantar, Rabu, 21 Maret 2012.
82
Akad Pembiayaan al – Murabahah pada PT. Bank Syariah Mandiri Pematangsiantar, 2011.
Universitas Sumatera Utara
arbitrase syariah melaui Badan Arbitrase Syariah Nasional BASYARNAS, dan melalui jalur Pengadilan Negeri PN.
g. Pengaturan Force Majeure Keadaan memaksa
Semua naskah perjanjian baku pembiayaan bank syariah telah mengatur secara tegas mengenai force majeure. Walaupun terdapat perbedaan
redaksional, pada intinya PT. Bank Syariah Mandiri Pematangsiantar menetapkan force majeur sebagai hambatan sementara para pihak untuk
memenuhi perjanjian sehingga tidak menghapus perikatan di antara mereka force majeurkeadaan memaksa relatif. Dengan demikian, dalam keadaan
force majeurkeadaan memaksa, tidak berlaku sanksi denda atau pemutusan perjanjian secara sepihak dengan alasan lawan pihak tidak memenuhi
kewajiban sesuai perjanjian.
83
2. Kelompok kedua: bentuk-bentuk kepentingan sepihak pihak bank syariah yang telah memperoleh perlindungan hukum dalam
perjanjian baku pembiayaan murabahah pada PT. Bank Syariah Mandiri Pematangsiantar.
Menurut peneliti, pengaturan mengenai force mejeur dalam perjanjian baku pembiayaan syariah merupakan salah satu
penerapan prinsip moral dagang Islam, yaitu longgar dan bermurah hati pada saat menagih hutang.
a. Pembayaran kembali pokok pembiayaan, margin keuntungan atau bagi hasil secara tepat waktu.
Ketentuan ini merupakan kepentingan utama pihak bank syariah, oleh karena itu selalu diatur secara rinci dalam perjanjian baku pembiayaan.
Pencantumannya secara eksplisit sebagai bentuk hak bank syariah dan kewajiban nasabah debitur merupakan bentuk pelaksanaan ketentuan Pasal 8
83
Salim, H.S, Perkembangan Hukum Kontrak di luar KUHPerdata, Op.Cit, hal. 106
Universitas Sumatera Utara
Ayat 1 dan 2 Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang Perubahan Undang-Undang No. Tahun 1992 tentang Perbankan, yaitu itikad baik,
kemampuan dan kesanggupan nasabah untuk mengembalikan pembiayaan sesuai perjanjian.
b. Penggunaan dana sesuai dengan tujuan permohonan pembiayaan dan tidak melanggar syariah
Ketentuan mengenai penggunaan dana pembiayaan agar sesuai dengan tujuan permohonan secara tegas diatur dalam setiap perjanjian baku
pembiayaan syariah. Hal ini merupakan bentuk pelaksanaan ketentuan bank syariah wajib melaksanakan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dan
prinsip kehati-hatian sebagaimana termuat dalam Pasal 6 huruf m, Pasal 1 ayat 12, dan Pasal 1 ayat 13 2 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998
tentang Perubahan Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan. Namun pada kenyataannya, pihak bank syariah mengakui banyak
terjadi pelanggaran dari nasabah debitur. Hal ini menjadi salah satu penghambat dalam pelaksanaan perjanjian baku pembiayaan syariah
walaupun tidak serimg dijumpai kasus seperti demikian pada PT. Bank Syariah Mandiri.
c. Kepastian pembayaran melalui jaminan tambahan dan asuransi pembiayaanasuransi jaminanasuransi jiwa nasabah
Salah satu pertimbangan bank syariah mengabulkan permohonan pembiayaan nasabah adalah jumlah jaminan yang dimiliki oleh nasabah
Universitas Sumatera Utara
debitur.
84
84
Hasil wawancara dengan Ibu Junita, Customer Service Officer pada PT. Bank Syariah Mandiri Pematangsiantar, Rabu, 21 Maret 2012.
Arti penting jaminan dalam pembiayaan syariah karena adalah bank syariah ingin mendapat kepastian bahwa pembiayaan yang diberikan
kepada nasabah debitur dapat diterima kembali sesuai dengan syaratsyarat yang telah disetujui bersama.
Penerapan jaminan pada bank syariah tidak bertentangan dengan syariat Islam sebagaimana firman Allah dalam Qs. al- Baqarah 2: 283 yang artinya:
“Jika kamu dalam perjalanan dan bermuamalah tidak secara tunaihutang piutang, sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah
ada barang tanggungan yang dipegang oleh yang berpiutang….” Dalam praktik, pembiayaan murabahah pada PT. Bank Syariah Mandiri
Pematangsiantar menerapkan
jaminan seperti halnya bank-bank konvensional. Bentuk jaminan yang diterapkan pada bank syariah adalah
sama dengan bentuk jaminan yang diterapkan pada bank konvensional, yaitu terdiri atas jaminan perorangan dan jaminan kebendaan. Hal ini dapat
diartikan bahwa sistem hukum benda yang berlaku di Indonesia bersifat tertutup closed system, sehingga para pihak yang berkepentingan wajib
memenuhi ketentuan hukum tentang lembaga jaminan yang berlaku dan tidak terbuka peluang untuk membentuk lembaga jaminan yang baru, di luar
ketentuan undang-undang tentang jaminan yang telah ada dan berlaku.
Universitas Sumatera Utara
3. Kelompok ketiga: bentuk-bentuk kepentingan sepihak pihak nasabah debitur yang memperoleh perlindungan hukum dalam perjanjian
baku pembiayaan murabahah PT. Bank Syariah Mandiri Pematangsiantar.
a. Penyerahan dana pembiayaan tepat waktu sesuai kebutuhan
nasabah
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam perjanjian baku pembiayaan murabahah pada PT. Bank Syariah Mandiri telah diatur tata cara
pencairan dana pembiayaan bagi nasabah debitur. Hal ini merupakan salah bentuk realisasi perlindungan hukum bagi nasabah debitur, sehingga yang
bersangkutan dapat menikmati hak sebagai konsumen jasa pembiayaan bank syariah, sebagaimana ditegaskan dalam ketentuan Pasal 4 Undang-Undang
No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Peneliti mencatat bahwa PT. Bank Syariah Mandiri Pematangsiantar belum mengatur dan
merealisasikan hak nasabah debitur untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan atau penggantian apabila jasa pembiayaan yang diterima tidak sesuai
dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya, sebagaimana juga dimungkinkan oleh Konsumen. ketentuan Pasal 4 Undang-Undang No. 8
Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. PT. Bank Syariah Mandiri Pematangsiantar menetapkan sejumlah
persyaratan yang harus dipenuhi oleh nasabah debitur sebelum mencairkan dana pembiayaan. Hal ini harus diartikan bahwa bank syariah konsisten
menerapkan prinsip kehati-hatian dalam penyalurkan dana pembiayaan sebagaimana digariskan oleh Bank Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
b. Pelunasan di awal waktu sebelum jatuh tempo
85
B. Upaya Penyelesaian Sengketa Apabila Terjadi Wanprestasi