Pola makan telah diketahui sebagai salah satu faktor risiko dari masalah gizi pada ibu hamil hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh St. Fatimah dkk,
di Kabupaten Maros Sulawesi Selatan tahun 2011 menyatakan bahwa pola makan ibu hamil memiliki hubungan yang signifikan terhadap rendahnya kadar haemoglobin ibu
hamil St. Fatimah dkk, 2011. Rendahnya tingkat konsumsi besi sesuai dengan hasil penelitian Subagio,
2004, pada ibu hamil di Kecamatan Karangawen Kabupaten Demak yang menderita defisiensi besi sebesar 59,3 begitu pula hasil penelitian Wahyuni di Kabupaten
Bantul Jogjakarta menyatakan bahwa rerata konsumsi besi pada ibu hamil 15,54 setara dengan 33,78 dari AKG yang dianjurkan Harnany, 2006
Pola makan yang tidak baik akan meyebabkan asupan gizi ibu hamil tidak tercukupi sehingga berkontribusi terhadap bayi yang dilahirkan yaitu BBLR hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati dan Nur jaya di RSUD Ajjatpannge Watan Soppeng tahun 2010 menunjukkan bahwa adanya hubungan
antara status gizi ibu dengan kejadian BBLR.
2.2.2. Makanan Pantangan
Budaya berperan dalam status gizi masyarakat karena ada beberapa kepercayaan, seperti tabu mengonsumsi makanan tertentu oleh kelompok umur
tertentu yang sebenarnya makanan tersebut justru bergizi dan dibutuhkan oleh kelompok umur tersebut. Seperti ibu hamil yang tabu mengonsumsi ikan Hartriyanti
Triyanti, 2012
Universitas Sumatera Utara
Tidak tercukupinya zat gizi sebagai penyebab anemia karena masalah pangan, terkait ketersediaan pangan dan kerawanan konsumsi pangan yang dipengaruhi oleh
kemiskinan, rendahnya pendidikan, dan adatkepercayaan yang terkait dengan tabu makanan Harnany, 2006.
Pantangan atau tabu adalah suatu larangan untuk mengkonsumsi jenis makanan tabu makanan adalah suatu kebudayaan yang menentukan kapan seseorang
boleh atau tidak boleh memakan suatu makanan Suhardjo, 2003. Pada dasarnya larangan atau tabu yang mengenai makanan dapat dibagi 2
kategori: a pantangan atau larangan mengkonsumsi suatu jenis makanan berdasarkan agama atau kepercayaan, dan b pantangan atau larangan pangan yang
bukan berdasar agama, tetapi ditunkan dari nenek moyang sejak jaman dahulu, yang tidak diketahui lagi kapan dimulainya. Ada makanan pantangan yang sesuai dengan
pendapat para ilmuwan tetapi ada juga yang merugikan kesehatan dan kondisi gizi Sediaoetama, 2009
Biasanya pangan pantangan ini ditujukan untuk anak kecil, ibu hamil dan ibu menyusui. Misal anak kecil dilarang makan ikan karena takut cacingan, sakit mata
atau sakit kulit. Seperti di Kalimantan Tengah terdapat 27 jenis ikan yang menjadi pantangan ibu hamil karena dapat menyebabkan gangguan kesehatan, mabuk,
merusak badan, sulit melahirkan, dan peranakan bisa keluar Hartati, 2006. Di beberapa negara berkembang umumnya ditemukan larangan, pantangan
atau tabu tertentu bagi makanan ibu hamil. Latar belakang pantangan atau tabu tersebut didasarkan pada kepercayaan agar tidak mengalami kesulitan pada waktu
Universitas Sumatera Utara
melahirkan dan bayinya tidak terlalu besar. Ada pula penduduk di negara- negara Asia yang mempunyai kepercayaan bahwa makanan yang mengandung protein
hewani menyebabkan air susuibu beracun bagi anak bayinya Suhardjo, 2003. Di dalam wilayah Indonesia ada keyakinan bahwa wanita yang masih hamil
tidak boleh makan lele, ikan sembilan, udang, telur, dan nanas. Sayuran tertentu tak boleh dikonsumsi, seperti daun lembayung, pare, dan makanan yang digoreng dengan
minyak. Setelah melahirkan atau operasi hanya boleh makan tahu dan tempe tanpa garamnganyep, dilarang banyak makan dan minum, makanan harus
disangandibakar, bahkan setelah maghrib samasekali ibu tidak diperbolehkan makan Dinkes Pemalang, 2000. Hasil penelitian yang dilakukan Harnany di kota
Pekalongan tahun 2006 dibuktikan responden yang memiliki pantangan makan sebagian besar 85 masuk kelompok anemia.
2.2.3. Pembagian Makanan dalam Keluarga