Tingkat Kerentanan Sumber Daya Ikan Berbasis Data Produktivitas dan Suseptabilitas di Selat Sunda

TINGKAT KERENTANAN SUMBER DAYA IKAN BERBASIS
DATA PRODUKTIVITAS DAN SUSEPTABILITAS DI SELAT
SUNDA

CONNY PUJI LESTARI

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Tingkat
Kerentanan Sumber daya Ikan Berbasis Data Produktivitas dan
Suseptabilitas di Selat Sunda adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan
belum diajukan dalam bentuk apapun kepada Perguruan Tinggi manapun. Semua
sumber data dan informasi yang dikutip dari karya yang diterbitkan dan tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, November 2013
Conny Puji Lestari
NIM C24090063

ABSTRAK
CONNY PUJI LESTARI. Tingkat Kerentanan Sumber Daya Ikan Berbasis Data
Produktivitas dan Suseptabilitas di Selat Sunda. Dibimbing oleh YONVITNER
dan ACHMAD FAKHRUDIN.
Selat Sunda merupakan salah satu perairan yang menyumbang sumber
daya ikan cukup besar untuk dikonsumsi oleh masyarakat. Pemanfaatan sumber
daya tersebut dicirikan dari seberapa banyak armada kapal yang beroperasi dan
alat tangkap yang digunakan. Alat tangkap yang digunakan berpengaruh pada
keberlanjutan ikan, Keberlanjutan ikan tidak dilihat dari aspek biologisnya saja
tetapi dari aspek ekologisnya. Produktivitas dan suseptabilitas analisis merupakan
salah satu cara untuk melihat keberlanjutan ikan yang dilihat dari berbagai
parameter. Sumber daya ikan yang diambil: ikan swanggi (Priacanthus tayenus),
ikan kurisi (Nemipterus japonicus), ikan kuniran (Upeneus moluccensis), ikan
tembang (Sardinella fimbriata), dan ikan kembung lelaki (Rastralliger kanagurta).

Index kerentanan yang didapatkan menggunakan program PSA secara berturutturut sebesar 1.39, 1.42, 1.31, 1.04, dan 1.20. Hasil yang didapatkan bernilai
dibawah 1.8 yang artinya sumber daya tersebut belum tergolong rentan. PSA
membantu melihat tingkat kerentanan sumber daya ikan berbasis data serta
mengevaluasi keberlanjutan spesies yang berasal dari Selat Sunda.
Kata kunci: kerentanan, produktivitas, suseptabilitas.

ABSTRACT
CONNY PUJI LESTARI. The Vulnerability Of Resource-Based Fish Using
Productivity and Susceptability Analysis Data in Sunda Strait.Supervised by
YONVITNER and ACHMAD FAKHRUDIN
Sunda strait is one of marine water who contribute fish resources for
public consumption. The Utilization of that resource, could be characterized by
the sumof fishery armada operated daily and fishing gear that they used. The
fishing gear affect on the continuity of many species of fish who can measure by
biological and ecological aspects. Productivity and susceptibility analysis of fish
resources, its a one way to see continuity of fish resources by many parameter.
The data was taken from fish resources such as : swanggi (Priacanthus tayenus),
kurisi (Nemipterus japonicus), kuniran(Upeneus moluccensis), tembang
(Sardinella fimbriata), and kembung lelaki (Rastralliger kanagurta). Vulnerability
index which obtained from the PSA program respectively for 1.39, 1.42, 1.31,

1.04 and 1.20 for the final result is worth less than 1.80, which mean those fish
resource are considered vulnerable. The PSA program can help us to see
vulnerable level based on productivity and susceptability also able to evaluate the
continuity all fish species from Sunda strait.
Keywords: vulnerability, productivity, susceptability

TINGKAT KERENTANAN SUMBER DAYA IKAN BERBASIS
DATA PRODUKTIVITAS DAN SUSEPTABILITAS DI SELAT
SUNDA

CONNY PUJI LESTARI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan pada
Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR
2013

Judul Skripsi
Nama

Tingkat Kerentanan Surnber Daya Ikan Berbasis
Produktivitas dan Suseptabiiitas di Selat Sunda
Conny Puji Lestari

NIM

C24090063

Disetujui oieh

セ@

Dr yッョセエ・イL@


セ|@
S Pi, M Si
Pembimbing I

Tanggai Lulus:

11 1 2 2 0' 3

Dr Ir Achmad Fahrudin, M Si
Pembimbing II

Data

Judul Skripsi
Nama
NIM

: Tingkat Kerentanan Sumber Daya Ikan Berbasis Data
Produktivitas dan Suseptabilitas di Selat Sunda
: Conny Puji Lestari

: C24090063

Disetujui oleh

Dr Yonvitner, S Pi, M Si
Pembimbing I

Dr Ir Achmad Fahrudin, M Si
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir M. Mukhlis Kamal, M Sc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji syukur kepada Allah SWT karena karunia dan rahmat-Nya saya dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul Tingkat Kerentanan Sumber Daya Ikan

Berbasis Data Produktivitas dan Suseptabilitas di Selat Sunda dengan baik.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli hingga bulan September 2013 di
Pelabuhan Perikanan Pantai Labuan, Kabupaten Pandeglang, Banten dan
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana perikanan pada
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Saya atas nama pribadi mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada
Dr. Yonvitner, S.Pi, M.Si dan Dr.Ir. Achmad Fahrudin, M.Si sebagai pembimbing
yang sudah sabar dan bersedia meluangkan waktu untuk berdiskusi dan
memberikan saran sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Saya pun
mengucapkan terimakasi kepada Ir. Agus Samosir, M. Phil selaku Komisi
Pendidikan, serta pihak-pihak yang membantu baik secara psikis maupun moril.
Tidak lupa rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Mama tersayang
karena doa yang tak pernah putus, keluarga besar Alm. Ibrahim, keluarga MSP 46
Arinta, Selvia (pia), Atim, Ananda, Fauzia AW dan semua yang tidak bisa
disebutkan satu-persatu. Teman-teman FDC, mapun teman-teman yang membantu
dalam penelitian ini Komo, Uul, Abah, Epul, Ulqi, Jay, Uta, Yasa (Noescamp)
yang bersedia meluangkan waktu dan tenaganya.
Saya sebagai penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan keterbatasan. Namun saya mengharapkan bahwa hasil penelitian ini
dapat bermanfaat untuk berbagai pihak.


Bogor, Desember 2013

Penulis

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... x
PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
Latar Belakang..................................................................................................... 1
Tujuan Penelitian ................................................................................................. 1
METODE ................................................................................................................ 1
Lokasi, Waktu, dan Jadwal Penelitian ................................................................. 1
Alat dan Bahan .................................................................................................... 2
Pengumpulan Data ............................................................................................... 2
Parameter kajian .................................................................................................. 4
Variabel Kerja atau Analisa ................................................................................. 5
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 8
Sumber Daya Ikan ............................................................................................... 8

Parameter Produktivitas dan Suseptabilitas....................................................... 10
Skoring Parameter Produktivitas dan Suseptabilitas ......................................... 12
Analisis Produktivitas dan Suseptabilitas .......................................................... 13
Pengelolaan Sumber Daya Perikanan di Selat Sunda ........................................ 15
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 16
Kesimpulan ........................................................................................................ 16
Saran .................................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 16
LAMPIRAN .......................................................................................................... 19
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... 27

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7


Keterangan Penilaian ........................................................................................ 3
Data Produktivitas ............................................................................................ 4
Data Suseptabilitas ........................................................................................... 4
Hasil Parameter Produktivitas ........................................................................ 11
Contoh Pemberian Skor Pada Parameter Produktivitas ................................. 12
Contoh Pemberian Skor Pada Parameter Suseptabilitas ................................ 13
Hasil Kerentanan ............................................................................................ 14

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7

Peta Daerah Penangkapan Perairan Selat Sunda .............................................. 2
Ikan Swanggi .................................................................................................... 8
Ikan Kurisi ........................................................................................................ 9

Ikan Kuniran ..................................................................................................... 9
Ikan Tembang ................................................................................................. 10
Ikan Kembung Lelaki ..................................................................................... 10
Grafik Hasil Analisis Produktivitas dan Suseptabilitas .................................. 14

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8

Penetapan PSA .............................................................................................. 20
Hasil Parameter Produktivitas ....................................................................... 21
Hasil Pengelompokan Data Suseptabilitas .................................................... 21
Pemberian Skor Ikan Swanggi ...................................................................... 22
Pemberian Skor Ikan kurisi ........................................................................... 23
Pemberian Skor Ikan Kuniran ....................................................................... 24
Pemberian Skor Ikan tembang ...................................................................... 25
Pemberian Skor Ikan kembung lelaki ........................................................... 26

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Aktivitas perikanan tangkap di Selat Sunda mempunyai empat pusat
pendaratan ikan yaitu di Sukanegara, Carita, Panimbang, dan Labuan. Salah satu
tempat perikanan berintensitas tinggi adalah PPP Labuan yang ditandai dengan
banyaknya jumlah armada kapal yang melakukan kegiatan bongkar muat dan
setiap tahunnya banyak pemanfaatan sumber daya ikan di wilayah tersebut. Para
nelayan kebanyakan memakai alat tangkap purse seine, pancing, gill net, cantrang,
dan rampus. Hasil tangkapan yang diperoleh berupa ikan, cumi-cumi, dan udangudangan. Banyaknya aktifitas ini memicu peningkatan pemanfaatan sumber daya
ikan termasuk di Labuan, Banten. Aktivitas penangkapan akan mempengaruhi
sumber daya ikan, jumlah potensi yang akan menentukan kelangsungan untuk
hidup dan kelestarian dimasa mendatang.
Sumber daya ikan dipengaruhi oleh natalitas dan mortalitas ikan baik alami
maupun tangkapan. Aktivitas penangkapan juga akan mempengaruhi kerentanan
stok di perairan. Penggunaan alat tangkap proses dan operasi penangkapan serta
dampak terhadap habitat akan sangat kuat pengaruhnya. Atas pemikiran tersebut
maka kajian kerentanan sumber daya ikan di pelabuhan bertujuan agar diperoleh
suatu informasi untuk melakukan upaya pemanfaatan dan pelestarian.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat tingkat kerentanan sumber daya
ikan berbasis data produktivitas dan suseptabilitas untuk mengevaluasi
keberlanjutan spesies yang berasal dari Selat Sunda.

METODE PENELITIAN
Lokasi, Waktu, dan Jadwal Penelitian
TPI Labuan terletak di Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten (Gambar
1). Sampel diambil pada bulan Juli – September 2013. Pengambilan sampel
dilaksanakan sebanyak satu kali di TPI Labuan, Banten kemudian sampel
dianalisis di Laboratorium Biologi Perikanan Departemen Manajemen Sumber
Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

2

Gambar 1 Peta Daerah Penangkapan Perairan Selat Sunda
Sumber: Peta Hidro Oseanografi (2004)
Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis,
penggaris, timbangan, label, alat bedah, benang, plastik klip, software PSA,
kamera dan untuk menganalisa data tertentu memakai FISAT. Bahan yang
digunakan adalah ikan swanggi, ikan kuniran, ikan kurisi, ikan tembang dan ikan
kembung lelaki, yang merupakan hasil tangkapan nelayan di perairan sekitar Selat
Sunda bahan lainnya yang digunakan adalah formalin.
Pengumpulan Data
Data Primer
Data primer adalah data yang langsung dikumpulkan di lapang. Data yang
dikumpulkan berasal dari data pengukuran langsung baik data ikan maupun
wawancara. Data sekunder yang dikumpulkan dari Dinas Perikanan dan penelitian
terdahulu. Sampel ikan contoh diambil secara acak dan sampel nelayan dipilih
(purposive) berdasarkan alat tangkap yang digunakan untuk tiap jenis ikan yang
diteliti. Data yang dikumpulkan meliputi data panjang dan bobot ikan. Analisis
nilai koefisien pertumbuhan (k), panjang maksimum, mortalitas alami (M) dan
pola rekruitmen dilakukan menggunakan program FISAT II. Wawancara
dilakukan terhadap beberapa responden nelayan yang mendaratkan hasil
tangkapan di PPP Labuan dengan menggunakan media kuisioner (daftar
pertanyaan). Sedangkan dokumentasi memudahkan dalam pelaksanaan artinya
apabila ada kekeliruan dalam pencatatan maka sumber datanya masih tetap atau
berubah. Metode ini juga digunakan untuk mendokumentasikan keadaan lokasi
penelitian, deskripsi profil, dan latar belakang studi.

3

Data Sekunder
Data sekunder diperoleh melalui hasil penelitian sebelumnya yaitu dari
Wulandari AS, Yulianie R, Megawati E, Fandri D, Fadlian R, Ballerena CP,
Husna F, Shelvianawati R, Safarini D 2013, Binohlan CB, Carpenter KE, Luna
FM in Fishbase. Data yang diambil meliputi data fekunditas, diameter telur
(Breeding stock), rekruitment, umur pertama kali matang gonad, food habit,
migrasi musiman dan kebiasaan beruaya ikan tersebut.
Tahapan PSA
Pengoperasian analisis produktivitas dan suseptabilitas diawali dengan
mengisi basis data dalam format excel. Kemudian memasukan data serta
pengelompokan. Parameter yang diperoleh meliputi data panjang dan bobot ikan,
maksimum umur, panjang maksimum ikan yang dapat dicapai, koefisien
Bertalanffy, mortalitas ikan, fekunditas, diameter telur (Breeding stock),
rekruitment, umur pertama kali matang gonad, kebiasaan makan ikan, migrasi
musiman, dan kebiasaan beruaya. Kesimpulan didapat secara subjektif dan
diperoleh melalui penilaian setelah pengelompokan sesuai dengan skor yang ada.
Tabel 1 Keterangan Penilaian

Bobot nilai

Atribut Skor

Kualitas Data

Bobot nilai menunjukan nilai kepentingan dari setiap
parameter. Nilai ini cukup subjektif dan diperoleh melalui
penilaian peneliti terhadap parameter mana yang paling
penting. Nilainya berkisar antara 0-4
0 = Tidak penting
1 = Kurang penting
2 = Penting
3 = Lebih penting
4 = Sangat penting
Dibagi berdasar dua parameter, produktivitas dan
suseptabilitas. Nilai dari setiap parameter berkisar 1-3
Produktivitas
1 = Tinggi
2 = Sedang
3 = Rendah
Susceptabilitas
1 = Rendah
2 = Sedang
3 = Tinggi
Berkisar antara 1-5
1 = Data banyak dan lengkap
2 = Data terbatas (temporal dan spasial)
3 = Data dari genus atau family yang sama
4 = Data baru bersifat informasi yang belum
terpublikasi
5 = Tidak ada data

Tingkat kerentanan dapat dilihat dari hasil analisis. Pembahasan data akan
dilakukan satu persatu untuk satu spesies ikan tentang tingkat kerentanan maupun
potensi ikan yang diteliti. Kemudian dapat disimpulkan seberapa rentan status
ikan yang diteliti. Batas indeks kerentanan untuk PSA adalah 1.8 atau lebih yang
menggolongkan bahwa ikan tersebut sudah rentan di alam.

4

Parameter Kajian
Kajian kerentanan berasal dari berupa pengumpulan data panjang ikan
(mm), berat ikan (gr), berat gonad (gr) dan kebiasaan makan ikan, diameter telur,
harga ikan (Rp). Data yang dikumpulkan disajikan pada tabel berikut.
Tabel 2 Data Produktivitas
Parameter
r (laju
pertumbuhan
intrinsik)
Umur maksimum
Panjang
maksimum
K (koefisien
pertumbuhan)
M (mortalitas
alami)
Fekunditas

Sumber basis data

Analisis

Pengumpulan data

length frequency

Growth Analysis

In-situ

length frequency

Length frequency analysis

In-situ

length frequency

Length frequency analysis

In-situ

length frequency

Bertalanffy

In-situ

length frequency

Persamaan empiric Pauly

In-situ

Breeding strategy

Diameter telur

Pola rekruitmen

length frequency

Age at Maturity

Sebaran dan
diameter telur

Mean Tropic level

Food habit

Telur ikan

Gravimetrik dan
volumetrik
Cohort analysis
Normsep and Gausian
distribution

In-situ and Ex-situ
In-situ and Ex-situ
In-situ
In-situ

Niche overlap (Simpson
and Jaccard index)

In-situ

Tabel 3 Data Suseptabilitas
Parameter
Management strategy
Area Overlap
Konsentrasi geografis
Vertical overlap

Sumber basis data

Analisis

Pengumpulan datan

Distribusi
Distribusi
Distribusi

In-situ/Quisioner
In-situ/Quisioner
In-situ/Quisioner

F/M

Length data

Distribusi
Distribusi
Dsitribusi
Persamaan Pauly
dan Evanof

SSB (spawning stock
biomass)
Migrasi musiman
Schooling aggregation
Morfology Affecting
Survival after Capture
Desirability/Value of the
Fishery
Fishery Impact to essential
fish habitat

Biomasa Hasil
tangkapan
Data Migrasi
Schooling
Morfology
Morfology

Ricker

In-situ

Pola Distribusi
Pola Distribusi
Morfologis
Morfologis

In-situ/Quisioner
In-situ/Quisioner
In-situ/Quisioner
In-situ/Quisioner

Nilai ekonomi ikan

Nilai produksi

In-situ/Quisioner

Habitat

Distribusi dan
habitat

In-situ/Quisioner

In-situ

5

Variabel Kerja atau Analisa
Sebaran frekuensi panjang
Analisis sebaran frekuensi panjang ikan dilakukan menggunakan data
panjang total ikan yang ditangkap. Analisis data fekuensi panjang ikan yaitu:
a) Menentukan jumlah selang kelas yang diperlukan
b) Menentukan lebar selang kelas
c) Menentukan kelas frekuensi dan memasukan frekuensi masing-masing
kelas dengan memasukkan panjang serta masing-masing ikan contoh pada selang
kelas yang telah ditentukan. Sebaran frekuensi panjang yang telah ditentukan
dalam selang kelas panjang yang sama kemudian diplotkan dalam sebuah grafik
yang menggambarkan jumlah kelompok umur (kohort) yang ada dan perubahan
posisi ukuran panjang kelompok umur yang sama.
Pendugaan L∞, K, dan t0
Koefisien pertumbuhan (K) dan L∞ dapat diduga dengan menggunakan
model pertumbuhan von Bertalanffy (Sparre dan Venema 1999) :
Lt  L (1  exp [  k (t t0 )] )

Lt adalah panjang ikan pada saat umur t (satuan waktu), L∞ adalah panjang
maksimum secara teoritis (panjang asimtotik), K adalah koefisien pertumbuhan
(per satuan waktu) dan t0 adalah umur teoritis pada saat panjang sama dengan nol.
L∞, K, dan t0 didapatkan dari hasil perhitungan dengan metode Non Parametrik
Scoring of von Bertalanffy Growth Function melalui Software ELEFAN I
(Electronic Length Frequencys Analysis) yang terintegrasi salam program FISAT
II.
Mortalitas dan laju eksploitasi
Laju mortalitas total (Z) diduga dengan kurva tangkapan yang dilinearkan
berdasarkan data komposisi panjang (Sparre dan Venema 1999) menggunakan
langkah-langkah sebagai berikut.
Langkah 1 : mengkonversikan data panjang ke data umur dengan
menggunakan inverse persamaan von Bertalanffy.
1 
L 

t ( L)  t 0  Ln1 
K  L 
Langkah 2 : menghitung waktu rata-rata yang diperlukan oleh ikan untuk

t  t ( L2 )  t ( L1 ) 

1  L  L1 

Ln
K  L  L2 

Langkah 3 : mengh
1)+∆t/2
sama dengan
1  L  L2 
 L  L2 

t 1
  t 0  Ln1  1
K 
2 L 
 2 
Langkah 4 : menurunkan kurva hasil tangkapan (C) yang dilinearkan yang
dikonversikan ke panjang

6

Ln

c( L1 , L2 )
L  L2
 c  Z *t 1
t ( L1 L2 )
2

Persamaan di atas adalah bentuk persamaan linear dengan kemiringan (b) = -Z.
Untuk laju mortalitas alami (M) diduga dengan menggunakan rumus empiris
Pauly (1980) in Sparre & Venema (1999) sebagai berikut :
Ln M = - 0,0152-0,279*Ln L∞ + 0,6543*Ln K + 0,463*Ln T

M  exp ( 0,01520, 279*LnL 0,6543*LnK 0, 463*LnT )
L∞ adalah panjang asimsotik pada persamaan pertumbuhan von Bertalanffy, K
adalah koefisien pertumbuhan pada persamaan pertumbuhan von Bertalanffy, dan
T adalah rata-rata suhu permukaan air (0oC). Laju mortalitas penangkapan (F)
ditentukan dengan :
F=Z–M
Laju eksploitasi ditentukan dengan membandingkan mortalitas penangkapan (F)
terhadap mortaliatas total (Z) (Pauly 1984) :
F
F
E

FM Z
Laju mortalitas penangkapan (F) atau laju eksploitasi optimum menurut Gulland
(1971) in Pauly (1984) adalah:

Foptimum  M

sehingga Eoptimum  0,5

Penentuan ukuran ikan pertama kali matang gonad
Pendugaan rata-rata ukuran pertama kali ikan matang gonad dapat diduga
dengan memisahkan kelompok belum matang gonad (TKG I dan II) dan
kelompok matang gonad (TKG III dan IV). Metode yang digunakan dalam
penentuan ukuran pertama kali matang gonad adalah metode dengan perumusan
sebagai berikut :


Keterangan :
m = log panjang ikan pada kematangan gonad pertama
xk = log nilai tengah kelas panjang terakhir ukuran ikan telah matang gonad
pi = proporsi ikan matang gonad pada kelas panjang ke-I dengan jumlah ikan
pada selang panjang ke-i
ni = jumlah ikan pada kelas ke-i
qi = 1 – pi
M = panjang ikan pertama kali matang gonad sebesar antilog m, dan jika a =
0,05 maka selang kepercayaanya 95% dari m adalah :
antilog m = m ± 1,96 √

Fekunditas
Fekunditas ikan dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Effendie 2002)
berikut :
F=

7

Keterangan :
F = fekunditas (butir)
G = berat gonad (gram)
V = volume pengenceran (ml)
X = jumlah telur tiap ml (butir)
Q = berat telur contoh (gram)
Makanan sebagai indikator distirbusi
Analisis kebiasaan makanan menggunakan indeks bagian terbesar:
IPi =
Keterangan :
IPi = indeks bagian terbesar
Vi = persentase volume makanan ke i
Oi = frekuensi kejadian makanan ke i
Vertical Overlap
Vertical overlap dapat di evaluasi dari luas relung makanan
mengindikasikan bahwa jenis makanan yang dikonsumsi oleh ikan lebih beragam
sebagai penentu distribusinya. Penuntuan luas relung diketahui dengan rumus:
1
Bi 
 Pij 2
Keterangan :
Bi
= Lebar relung/luas relung ikan ke-i
∑Pij2
= jumlah kuadrat proporsi spesies ke-i kelompok ikan ke-j

Bi  1
n 1
Keterangan :
Ba
= Standarisasi Relung
Pij2
= kuadrat proporsi spesies ke-i kelompok ikan ke-j
n
= jumlah organisme pada selang yang akan dicari
Ba 

Horizontal overlap
Horizontal overlap atau tumpang tindih relung adalah penggunaan bersama
suatu sumber daya atau lebih oleh dua spesies ikan atau lebih atau tingkat
kesamaan jenis makanan antara kelompok ikan pertama dan kedua. Penentuan
nilai tumpang tindih diketahui dengan rumus:
2 Pik .Pij
CH 
 Pij 2   Pik 2
Keterangan:
CH
= Tingkat kesamaan jenis makanan
Pij
= proporsi spesies ke-i kelompok ikan ke-j
Pik
= proporsi spesies ke-i kelompok ikan ke-k
Pij2
= kuadrat proporsi spesies ke-i kelompok ikan ke-j
Pik2
= kuadrat proporsi spesies ke-i kelompok ikan ke-k

8

Pij (proporsi spesies ke-i kelompok ikan ke-j) didapat dengan rumus sebagai
berikut:
Keterangan :
Pij = proporsi spesies ke-i kelompok ikan ke-j
Nilai ekonomi
Nilai ekonomi didapat dari hasil wawancara dan data sekunder. Nilai
ekonomi yang di maksud adalah tingkat ekonomi ikan yang dikaji dibandingkan
dengan jenis ikan lainnya.
Batas nilai PSA
Batas untuk menentukan seberapa rentan yang terjadi akibat aktivitas
penangkapan adalah 1.8 yang didapatkan dari perhitungan :

Keterangan :
v = kerentanan
p = produktivitas
s = suseptabilitas

HASIL DAN PEMBAHASAN
Sumber Daya Ikan
Ikan-ikan tersebut merupakan hasil tangkapan utama maupun tangkapan
sampingan yang masih cukup tinggi harganya di pasaran. Menurut Undangundang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2004 tentang perikanan, sumber
daya ikan adalah potensi semua jenis ikan. Ikan hasil tangkapan nelayan
pandeglang yang diteliti terbagi atas kelompok ikan pelagis, demersal, karang dan
laut dalam. Berbagai jenis ikan lainnya yang dikaji sebagai berikut :
Ikan Swanggi

Gambar 2 Ikan Swanggi
Nama Ilmiah : Priacanthus tayenus
Nama FAO : Purple-spotted bigeye
Nama Umum : Swanggi, Mata goyang
Ikan swanggi termasuk ikan demersal yang hidupnya berada di kedalaman
20-200 m. Nelayan di Labuan menangkap ikan swanggi menggunakan cantrang
maupun jaring rampus. Daerah migrasinya rendah sehingga akan meningkatkan

9

tingkat overlap terhadap sumber daya ikan lainnya. Komposisi makanan ikan
swanggi berupa udang-udangan, rajungan, gastropod dan bivalvia. Ikan swanggi
termasuk ikan ekonomis penting dengan harga jual Rp12 000 / kg (Rifai 2012).
Ikan Kurisi

Gambar 3 Ikan Kurisi
Nama Ilmiah : Nemipterus japonicus
Nama FAO : Japanese threadfine bream
Nama Umum : Kurisi
Ikan kurisi merupakan ikan demersal yang hidupnya berada di kedalaman
10-120 m, hidup bergerombol dengan tingkat migrasinya rendah karena hidupnya
berada di daerah sekitar karang. Ikan kecil, crustacea, molusca (terutama
cephalopoda), polychaeta dan echinodermata merupakan makanan ikan kurisi
(Andansari 2012). Alat tangkap ikan kurisi cantrang, pancing dan jaring.
Harganya berkisar Rp15 000/kg.
Ikan Kuniran

Gambar 4 Ikan Kuniran
Nama Ilmiah
: Upeneus moluccensis
Nama FAO
: Goldband goatfish
Nama Umum
: Biji Nangka, Kuniran
Ikan kuniran termasuk ikan demersal, hidupnya berada dikedalaman 30-80m
dan hidupnya bergerombol. Makanan dari ikan kuniran berupa udang-udangan,
crustacea, ikan-ikan kecil, bivalvia (Safitri 2012). Harganya berkisar Rp8 000/kg.
Alat tangkap ikan kuniran sama dengan ikan karang lainnya yaitu cantrang dan
pancing.

10

Ikan Tembang

Gambar 5 Ikan Tembang
Nama Ilmiah : Sardinella fimbriata
Nama FAO : Fringescale sardinella
Nama Umum : Tembang
Ikan tembang termasuk ikan pelagis yang hidup pada kedalaman 0-50 m.
ikan ini hidup bergerombol dan tingkat migrasinya cukup tinggi. Berdasarkan
hasil analisis terhadap isi usus ikan tembang di perairan Selat Sunda yang
didaratkan di PPP Labuan, Banten memperlihatkan bahwa organisme makanan
ikan tembang dapat digolongkan menjadi 5 kelas, yaitu Bacillariophyceae, Ciliata,
Crustacea, Dinophyceae, dan Chaetognatha (Izzani 2012). Harga ikan tembang
berkisar Rp3 000-5 000/kg. Alat tangkap ikan tembang menggunakan purse seine.
Ikan Kembung Lelaki

Gambar 6 Ikan Kembung Lelaki
Nama Ilmiah : Rastralliger kanagurta
Nama FAO : Indian mackerel
Nama Umum : Kembung lelaki, Banjar
Ikan kembung lelaki tergolong ikan pelagis yang hidup pada kedalaman 2090 m. Menurut fishbase (2013) komposisi makanan ikan kembung lelaki berupa
plankton maupun binatang-binatang kecil lainnya. Harga ikan kembung lelaki
mencapai Rp28 000/kg. Ikan kembung lelaki ditangkap menggunakan purse seine.
Parameter Produktivitas dan Suseptabilitas
Salah satu cara untuk mengetahui kerentanan suatu spesies dalam sebuah
komunitas adalah menggunakan pendekatan Productivity and Susceptibility
Analysis (PSA). Productivity and Susceptibility Analysis mengukur tingkat resiko
atau kerentanan dari suatu stok berbasis perikanan yang dapat dikaji menggunakan
aspek produktivitas biologi dan stok perikanan maupun dari segi ekologisnya
(Apel 2012). Parameter produktivitas merupakan salah satu parameter penting

11

sebagai alat ukur mengetahui seberapa banyak regenerasi yang akan dihasilkan
suatu spesies untuk mendapatkan keturunan sehingga stok dapat bertambah.
Sedangkan resiko kerentanan stok bergantung terhadap tekanan penangkapan dan
daya tahan ikan terhadap mortalitas alami atau dengan kata lain tumpang tindih
antara distribusi kegiatan perikanan dan distribusi spesies. Tekanan penangkapan
yang dievaluasi berbasis pada produktivitas biologi dan tingkat keterancaman
terhadap penangkapan. Berikut ini merupakan tabel dari pengukuran produktivitas
dari sumber daya ikan yang diteliti.
Tabel 4 Hasil Parameter Produktivitas
Nama ikan
Parameter
r (laju pertumbuhan
intrinsik)
Umur maksimum
Panjang maksimum
k Bertalanffy
M (mortalitas
alami)
Fekunditas

Satuan

Swanggi

Kuniran

Kurisi

Tembang

Kembung
Lelaki

kg/tahun

2,16 1

6,58 10

3,16 10

10,46 10

2,54 2

tahun
cm
tahun

4,2 10
34,2
0,49
M:0,58
F:0,54
10.678835.8056

7 10
12,4
0,02
M:0,22
F:0,62 5
15.611156.3007

5,6 10
29,4
0,58
M:0,68
F:0,55
13.900139.20010

1,8 3
20,0
0,55
M:0,73
F:0,36
8.251294.5008

1,3 4
31,1
0,64

butir

M:0,72 F:0,95
9.058-55.1819

Rekruitmen (tiap
bulan dalam
%
18,44
18,79
24,96
29,19
17,5
setahun)
Umur pertama
tahun
1,1 10
0,8 10
1,4 10
0,5 10
0.7 10
matang gonad
Mean Trophic level
3,7 10
3,6 10
3,8 10
2,7 10
3,2 10
(Data food habit)
Keterangan : 1) Wulandari AS 2012; 2) Yulianie R 2012; 3) Megawati E 2012; 4)Fandri D 2012; 5) Fadlian
R 2012; 6)Ballerena CP 2012; 7) Husna F 2012; 8) Shelvianawati R 2012; 9) Safarini D 2013; 10) Binohlan
CB dan Bailly N (2012), Binohlan CB dan Sa-a P (2012), Carpenter KE dan Garilao CV (2012), Luna FM
(2012) in Fishbase

Pendugaan ukuran pertama kali matang gonad merupakan salah satu cara
untuk mengetahui perkembangan populasi dalam suatu perairan, seperti
pendugaan saat ikan akan memijah, baru memijah atau sudah selesai memijah.
Ukuran ikan pada saat pertama kali matang gonad dapat digunakan sebagai
indikator ketersediaan stok reproduktif (Budimawan et al in Ballerena 2012).
Nilai mean trophic level menandakan ikan tersebut tergolong dalam tingkat
konsumer dalam piramida makanan. Semakin rendah nilai mean trophic level ikan
tersebut menandakan tingkat produktivitasnya semakin besar. Mean trophic level
yang didapatkan untuk ikan swanggi, kuniran, kurisi, tembang, dan kembung
lelaki secara berturut-turut adalah 3.7, 3.6, 3.8, 2.7, 3.2. Menurut Patrick et al.
(2009) stok dengan nilai trophic level lebih dari 3.5 menandakan produktivitasnya
rendah, sedangkan trophic level dibawah 2.5 termasuk dalam produktivitas yang
tinggi. Piscivores dikategorikan sebagai tingkat trophic lebih tinggi, omnivore
masuk kategori menengah, dan plankton termasuk kategori lebih rendah (Pauly et
al. 1998)
Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran panjang atau berat dalam suatu
waktu. Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor
internal merupakan faktor-faktor yang berhubungan dengan ikan itu sendiri seperti

12

umur, dan sifat genetik ikan yang meliputi keturunan, kemampuan untuk
memanfaatkan makanan dan ketahanan terhadap penyakit. Faktor eksternal
merupakan faktor yang berkaitan dengan lingkungan tempat hidup ikan yang
meliputi sifat fisika dan kimia air, ruang gerak dan ketersediaan makanan dari segi
kualitas dan kuantitas (Effendie 2002). Laju mortalitas total (Z) adalah
penjumlahan laju mortalitas alami (M) dan mortalitas tangkapan (F). Mortalitas
alami yaitu mortalitas yang terjadi karena pemangsaan maupun penyakit, stress
pemijahan, kelaparan maupun usia tua (Sparre dan Venema 1999). Laju
eksploitasi (E) merupakan jumlah ikan yang ditangkap dibandingkan dengan
jumlah total ikan yang mati karena penangkapan (Pauly 1984). Semakin tinggi
tingkat eksploitasi di suatu daerah maka mortlalitas penangkapannya semakin
besar.
Skoring Parameter Produktivitas dan Suseptabilitas
Hasil parameter produktivitas dari Tabel 5 kemudian diberi skor agar dapat
diketahui nilai kepentingan dari setiap parameter, setiap parameter akan dinilai
dan diberi skor dengan parameter bobot nilai, atribut skor, dan kualitas data.
Tabel 5 Contoh Pemberian Skor Pada Parameter Produktivitas
Parameter

Satuan

Hasil

Bobot Nilai
(1-4)

Atribut
Skor (1-3)

Kualitas
Data (1-4)

r (laju pertumbuhan
intrinsik)

kg/tahun

2.16

2

3

1

Umur maksimum
Panjang maksimum

tahun
cm

4.2
34.2

2
2

3
3

4
1

k Bertalanffy

0.49

2

3

1

M (mortalitas alami)

M:0.58 F:0.54

2

3

1

10 678-835 805

2

3

1

2

2

1

2

3

4

2

1

4

Fekunditas

butir

Rekruitmen (tiap bulan
%
18.44
dalam setahun)
Umur pertama matang
tahun
1.1
gonad
Mean Tropic level
3.7
(Data food habit)
Catatan : Pemberian skor ikan lain terlampir

Kategori bobot nilai mengindikasikan kepentingan ikan baik dari segi
biologi maupun ekologi. Berdasarkan hasil tabel dapat dilihat bahwa ikan
swanggi memiliki laju pertumbuhan intrinsik sebesar 2.16/tahun sehingga bernilai
3 karena dapat dikatakan produktivitas ikan swanggi terkategori tinggi karena
melebihi 0.5. Laju pertumbuhan sedang apabila nilai berada dikisaran 0.5-0.16
dan dikatakan rendah apabila nilai kurang dari 0.16/tahun. Recruitment pattern
bernilai 2 atau dengan kata lain sedang karena hasil yang didapat 18.44 % berada
pada selang diantara 10%-75%, dikatakan tinggi apabila melebihi 75% dan
dikatakan rendah apabila kurang dari 10% yang berhasil direkrut.

13

Tabel 6 Contoh Pemberian Skor Pada Parameter Suseptabilitas
Bobot Nilai
(1-4)

Skor Atribut
(1-3)

Kualitas
Data (1-4)

2

3

2

2

3

2

2

1

2

2

3

1

2

2

1

>50%

2

1

1

Seasonal migration

ikan yang tingkat migrasinya rendah
sehingga akan meningkatkan tingkat
overlap terhadap sumber daya ikan
lainnya

2

3

1

Schooling
aggregation

Bergerombol

2

3

1

Morfology Affecting

Cantrang merupakan alat tangkap yang
ramah lingkungan sehingga tidak
berpengaruh terhadap morfologi ikan
yang di tangkap

2

3

1

65%

2

2

1

2

3

1

2

1

1

Parameter

Hasil

Management strategy

Area Overlap
Konsentrasi
Geografis
Vertikal overlap
F/M
SSB (spawning stock
biomass)

Survival after
Capture
Desirability/Value of
the Fishery
Fishery Impact to
essential fish habitat
on

tidak memiliki batasan penangkapan
karena merupakan hasil sampingan dari
penangkapan dan tidak ada langkahlangkah pertanggung jawaban yang
proaktif
>60% berada pada daerah penangkapan
>50% tersebar dari seluruh daerah
penangkapan
>60% berada pada kedalaman yang
sama
0.93

Harga jual cukup tinggi yaitu Rp
12.000/kg
alat tangkap cantrang merupakan alat
tangkap yang ramah lingkungan
sehingga tidak berpengaruh terhadap
morfologi ikan tangkapan

Catatan : Pemberian skor ikan lain terlampir

Manajemen strategi dinilai 3 karena tergolong tinggi resikonya karena
tidak ada batasan yang jelas tentang peraturan penangkapan baik wilayah, armada
maupun ukuran ikan dan tidak ada langkah-langkah pertanggung jawaban yang
proaktif. Konsentrasi geografis tergolong rendah karena stok lebih dari 50%
tersebar dari seluruh daerah penangkapan, dikatakan sedang (moderate) apabila
konsentrasi geografis berada kisaran 25% - 50% sedangkan dikatakan tinggi
apabila stok kurang dari 25%.
Analisis Produktivitas dan Suseptabilitas
Analisa produktivitas dan susceptabilitas ini dilakukan agar mengetahui
tingkat kerentanan ikan swanggi, ikan kuniran, ikan kurisi, ikan tembang dan ikan
banjar (kembung lelaki). Indeks kerentanan ikan yang diteliti disajikan pada tabel
berikut.

14

Tabel 7 Hasil Kerentanan
No.

Nama Ikan

Nama Umum

Nama Ilmiah

Indeks Kerentanan

1
2
3
4
5

Swanggi
Kuniran
Kurisi
Tembang
Kembung lelaki

purple spotted big eye
goldband goatfish
threadfin bream
fringescale sardinella
indian mackerel

Priacanthus tayenus
Upeneus moluccensis
Nemipterus japonicus
Sardinella fimbriata
Rastralliger kanagurta

1.39
1.42
1.31
1.04
1.20

Hasil indeks kerentanan yang didapat bahwa ikan kuniran memiliki indeks
kerentanan yang paling tinggi dibanding ikan-ikan yang lain yaitu sebesar 1.42
sedangkan ikan tembang memiliki index yang terkecil dibandingkan dengan ikanikan yang diteliti, yaitu sebesar 1.04. Index memperlihatkan dari kelima ikan tidak
ada index yang bernilai melebihi 1.8 yang menjadi kisaran ikan telah mengalami
kerentanan.Sehingga dapat diduga kelima ikan tersebut belum terdapat indikasi
adanya overfishing
Selain indeks kerentanan dalam PSA juga didapatkan grafik untuk
mempermudah pembacaan hasil. Grafik hasil PSA yang didapat disajikan pada
gambar berikut.

Gambar 7 Grafik Hasil Analisis Produktivitas dan Suseptabilitas
Hasil dari tabel menunjukan lingkaran hijau yang berangka menandakan
data kualitas yang dipakai adalah baik atau kebanyakan data dari hasil penelitian,
apabila data yang dipakai kurang baik maka lingkaran tersebut berwarna kuning,
apabila data yang dipakai kebanyakan dari sumber kurang terpercaya atau beda
tempat dan hanya familie yang sama (tingkat keakuratannya kurang) maka
lingkaran tersebut akan berwarna merah. Garis biru, hijau, dan ungu adalah garis
yang menandakan batas kombinasi kerentanan pada ikan. Kerentanan bisa terjadi
apabila produktivitas rendah maupun tingkat susceptibility tinggi.
Ikan 1 dan 3 memiliki produktivitas yang sama besar tetapi memiliki
suseptabilitas yang berbeda. Ikan 1 memiliki nilai suseptabilitas yang lebih tinggi
yaitu hampir mendekati angka 2.5. Stok yang memiliki nilai produktivitas yang
rendah dan memiliki susepptabilitas yang tinggi mengindikasi kerentanan
overfishing (Patrick 2009). Tetapi tetap perlu adanya pengelolaan yang baik
seperti selektivitas penangkapan. Analisis Length-based reference points (LBPR)
memasukan banyak data termasuk proporsi penangkapan sehingga mendapatkan

15

selang kelas panjang (L), 50% tingkat kematangan gonad, maksimum panjang
hingga kohort, dengan nilai yang dimasukan tersebut dapat memudahkan dalam
mengitung ikan yang layak tangkap, ukuran optimal dan ukuran besar ikan yang
dapat ditangkap, dan fekunditas ikan betina dalam populasi (Froese in Fujita et al.
2012). Metode-metode ini sangat membantu dalam mengelola sumber daya
perikanan. Manajemen sumber daya perikanan diartikan sebagai suatu kesatuan
ilmu manajemen yang ditunjukan untuk mengelola sumber daya ikan pada
kawasan, agar populasi ikan itu tidak menjadi punah dalam rangka pemanfaatan
secara lestari dan kesinambungan untuk jangka panjang (Nuitja 2010).
Pendekatan pertama yang dapat dilakukan agar sumber daya perikanan
dapat lestari dapat dengan pendekatan spesies. Pendekatan spesies ini memerlukan
data-data berbagai spesies dari suatu kawasan. Pendekatan yang kedua
menggunakan pendekatan habitat, dengan pendekatan ini kita dapat melihat pada
suatu kawasan secara ekologis suatu habitat dapat hidup terbukti dengan jumlah
populasi yang melimpah. Pendekatan terakhir merupakan pendekatan teknologi,
karena masih banyak kawasan yang masih belum termanfaatkan secara optimal,
sehingga teknologi dalam penangkapan masih sangat dikembangkan dengan tidak
merusak lingkungan atau habitat sumber daya ikan itu sendiri. Contoh alat yang
digunakan seperti Long Liner, Purse Seine, Floating Artificial Reef dan Boat for
Fish Watching. Pengelolaan perikanan seperti yang diuraikan oleh FAO (1997)
diartikan sebagai proses yang terintegrasi dalam pengumpulan informasi, analisis,
perencanaan, konsultasi, pembuatan keputusan, alokasi sumber daya dan
implementasi dari aturan-aturan main di bidang ikan dalam rangka menjamin
kelangsungan produktivitas sumber, dan pencapaian tujuan perikanan lainnya
(Widodo dan Suadi 2006). Undang–undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang
Perikanan, dijelaskan bahwa pengelolaan sumber daya ikan adalah semua upaya
yang dilakukan bertujuan untuk mencapai kelangsungan produktivitas sumber
daya hayati perairan secara optimal dan terus menerus.
Pengelolaan Sumber Daya Perikanan di Selat Sunda
Sumber daya perikanan merupakan salah satu sumber penghasilan yang
dapat meningkatkan ekonomi masyarakat tetapi butuh pengelolaan yang benar
agar tercapai perekonomian yang stabil dan tercapai kesejahteraan. Pengelolaan
sumber daya perikanan bertujuan untuk mencapai kesejahteraan para nelayan,
penyediaan bahan pangan, bahan baku industri, penghasil devisa dan mengetahui
porsi optimum pemanfaatan oleh armada penangkapan ikan serta menentukan
jumlah tangkapan yang diperbolehkan berdasarkan tangkapan maksimum lestari
(Boer dan Aziz 1995). Butuh pengelolaan yang baik dan disiplin dari para
pengawas dan pemanfaat sumber daya perikanan tersebut. Kekurangan sumber
data menjadi masalah utama untuk mengetahui pengelolaan yang tepat.
Pertimbangan sosial dalam pengambilan kebijakan pengelolaan sering
menentukan keberhasilan upaya pengelolaan dan banyak kegagalan yang terjadi
karena tidak menimbang aspek sosial (Widodo dan Suadi 2006).
Selain dari produktivitas dan suseptabilitasnya pengurangan sumber daya
juga disumbang dari perubahan iklim. Rice (2011) mengatakan bahwa
kemampuan adaptasi populasi khususnya di laut sangatlah rendah karena ketidak
pastian suhu dan kondisi yang mempengaruhinya. Hasil dari kelima ikan tersebut

16

belum terjadi indikasi rentan, sehingga dapat mengantisipasi lebih terhadap
sumber daya yang belum terkategori overfishing. Seleksivitas alat tangkap, jumlah
armada yang beroperasi, ukuran mata jaring yang sesuai dengan ikan dewasa,
membatasi hasil tnagkapan pada bulan tertentu, dan penyuluhan tentang alat
tangkap ramah lingkungan menyumbang keberlanjutan sumber daya tersebut.
Keberlangsungan sumber daya ikan tidak hanya dilihat dari aspek ekonomi saja
tetapi dari aspek biologi, ekologi dan sosial masyarakatnya.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Ikan swanggi, kuniran, kurisi, tembang dan kembung lelaki merupakan
beberapa contoh ikan bernilai ekonomis penting. Hasil yang diperoleh
menggunakan software PSA menunjukan bahwa ikan-ikan tersebut belum
tergolong rentan artinya tekanan aktivitas penangkapan belum berdampak serius
terhadap potensi keberlanjutan sumber daya ikan swanggi, kurisi, kuniran,
tembang dan kembung lelaki di Selat Sunda.
Saran
Perlu data series atau pembanding untuk melihat keberagaman dari waktu
ke waktu. Subjektivitas dapat dikurangi apabila data yang digunakan semua data
primer yang diukur atau diamati secara langsung.

DAFTAR PUSTAKA
Andansari PA. 2012. Sistem Informasi Pengkajian Stok Ikan (Studi Kasus : Ikan
Kurisi Nemipterus Japonicus, Bloch 1791 di Perairan Selat Sunda yang
Didaratkan di PPP Labuan, Pandeglang, Banten) [skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Apel A. 2012. Productivity and Susceptibility Analysis (PSA): How-To
Guide.Washington (USA): Environmental Defense Fund.
Ballerena CP. 2012. Pola Reproduksi Ikan Swanggi (Priacanthus Tayenus,
Richardson 1846) yang Didaratkan di PPP Labuan Banten [skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Binohlan CB, Bailly N. 2012. Sardinella fimbriata (Valenciennes, 1847)
Fringescale sardinella [internet]. [diacu 03 September 2013]. Tersedia dari:
http://www.fishbase.org/summary/1507
Binohlan CB, Sa-a P. 2012. Priacanthustayenus (Richardson, 1846) Purplespotted bigeye [internet]. [diacu 03 September 2013]. Tersedia dari:
http://www.fishbase.org/summary/4651
Boer M, Aziz KA .1995. Prinsip-Prinsip Dasar Pengelolaan Sumber Daya
Perikanan Melalui Pendekatan Bio-Ekonomi. Ilmu-ilmu Perairan dan
Perikanan Indonesia 3(2): 109-119.

17

Carpenter KE, Garilao CV. 2012. Nemipterusjaponicus (Bloch, 1791) Japanese
threadfin bream [internet]. [diacu 03 September 2013]. Tersedia dari:
http://www.fishbase.org/summary/4559
Effendie MI. 2002. Biologi Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Fadlian, F. 2012. Kajian Stok Ikan Kuniran (Upeneus moluccencis, Bleeker1855)
di Perairan Selat Sunda yang Didaratkan di PPP Labuan, Banten [skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Fandri D. 2012. Pertumbuhan dan Reproduksi Ikan Kembung Lelaki (Rastrelliger
kanagurta Cuvier 1817) di Selat Sunda [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Fujita R, Kendra K, Ashely A. 2012. Using Cope Punt Length-Based reference
Points To Assess and Manage Data-Limited Fish Stocks. Washington (USA):
Environmental Defense Fund.
Husna F. 2012. Reproduksi Ikan Kuniran Upeneus Moluccensis (Bleeker, 1855)
dari Perairan Selat Sunda yang Didaratkan di PPP Labuan, Banten [skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Izzani N. 2012. Kebiasaan Makanan Ikan Tembang (Sardinella fimbriata Cuvier
and Valenciennes 1847) dari Perairan Selat Sunda yang Didaratkan di PPP
Labuan, Kabupaten Pandeglang, Banten [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Luna SM. 2012. Rastrelliger kanagurta (Cuvier 1816) Indian Mackerel [internet].
[diacu
03
September
2013].
Tersedia
dari:
http://www.fishbase.org.summary/Rastrelliger-kanagurta.html.
Luna SM. 2012. Upeneus moluccensis (Bleeker, 1855) Goldband goatfish
[internet].
[diacu
03
September
2013].
Tersedia
dari:
http://www.fishbase.org/summary/4444
Megawati E. 2012. Kajian Aspek Pertumbuhan Ikan Tembang (Sardinella
fimbriata Cuvier dan Valenciennes 1847) di Perairan Selat Sunda [skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Nuitja, I N. 2010. Manajemen Sumber daya Perairan. Bogor (ID): IPB Press.
Patrick W.S, Spencer P, Ormseth O, Cope J, Field J, Kobayashi D, Gedamke T,
Cortés E, Bigelow K, Overholtz W, Link J, Lawson P. 2009. Use of
Productivity and Susceptibility Indices to Determine Stocl Vulnerability, with
Example Applications to Six U.S. Fisheries. Washington (USA): NOAA
Pauly D. 1984. Fish population dynamics in tropical waters : a manual for use
with programmable calculator. Manila (PH) : ICLARM.
Pauly D, Christensen V, Dalsgaard J, Froese R, Torres Jr F. 1998. Fishing Down
Marine Food Webs. Science. New York (USA): AAAS
Pemerintah Republik Indonesia. 2004. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Undang-undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan. Jakarta (ID):
Sekretariat Negara
Rahmi F. 2012. Pola Sebaran dan Kajian Stok Ikan Tembang (Sardinella
fimbriata Valenciennes, 1847) di Labuan, Kabupaten Pandeglang, Banten
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Rice C. Jake, Garcia M. Serge. 2011. Fisheries, Food Security , Climate Change,
and Biodiversity : Characteristics of The Sector and Perspectives on Emerging
Issues. Marine Science. Oxford (UK): ICES

18

Rifai R. 2012. Kebiasaan Makanan Ikan Swanggi (Priacanthus tayenus,
Richardson 1846) yang Didaratkan di PPP Labuan, Banten [skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Safarini, D. 2013. Potensi Reproduksi Ikan Kembung Lelaki (Rastrelliger
kanagurta Cuvier 1817)dari Perairan Teluk Banten, Kabupaten Serang
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Safitri H. 2012. Kebiasaan Makan Ikan Kuniran Upeneus moluccensis (Bleeker,
1855) Hasil Tangkapan di Perairan Selat Sunda [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Shelvinawati R. 2012. Reproduksi Ikan Tembang (Sardinella fimbriata Cuvier
and Valenciennes 1847) yang Didaratkan di PPP Labuan, Kabupaten
Pandeglang, Banten [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Sparre P & S.C. Venema. 1999. Introduksi Pengkajian Stok Ikan Tropis. Jakarta
(ID) : FAO
Tangke U. 2010. Perencanaan Disain Pengelolaan Sumber daya Perikanan
Berbasis Sistem Informasi Manajemen. Agribisnis dan Perikanan.Ternate
(ID) : Agrikan UMMU.
Widodo & Suadi. 2006. Pengelolaan Sumber daya Perikanan Laut. Yogyakarta
(ID) : UGM Press.
Wulandari AS. 2012. Pola Musiman Dan Kajian Stok Ikan Swanggi (Priacanthus
Tayenus Richardson, 1846) di Labuan, Kabupaten Pandeglang, Banten
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Yulianie, R. 2012. Pengelolaan Sumber daya Ikan Kembung Lelaki (Rastrelliger
kanagurta Cuvier 1817) Menggunakan Model Analisis Bioekonomi di PPP
Labuan, Banten [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

19

LAMPIRAN

20

Lampiran 1 Penetapan PSA
Atribut Produktivitas
r (laju pertumbuhan)
Umur maksimum
Panjang Maksimum
Koefisien Pertumbuhan
von Bartalanffy (k)
Estimasi kematian alami
Banyaknya fekunditas
Strategi pemijahan
Pola pemijahan
Umur pertama matang
gonad
Tropik level
Total Skor

Atribut Suseptabilitas

Manajemen strategi

Area overlap
Konsentrasi geografik
Vertikal overlap
Fishing Rate Relative ke M

Biomas of Spawner (SBB)

Migrasi musiman

Respon Kebiasaan
Tangkapan memengaruhi
morfologi spesies
Daya tahan setelah
penangkapan
Harga ikan

Rendah (1)
> 0.16
> 30 tahun
< 150 cm

Sedang (2)
0.5-0.16
10-30 tahun (nilai tengah 20)
60-150 cm (nilai tengah 105)

Tinggi (3)
> 0.5
< 10 tahun
< 60 cm

> 0.15

0.15-0.25 (nilai tengah 0.20)

> 0.25

> 0.20

0.20-0.40 (nilai tengah 0.30)

> 0.40

2

2

3

> 10e
≥4

10e -10e
antara 1 dan 3

> 10e4
0

frekuensi rekruitmen kecil
(< 10% selang kelas
berhasil)

frekuensi rekruitmen sedang
(antara 10% sampai 75% selang
kelas berhasil)

frekuensi rekruitmen besar
(> 75% selang kelas
berhasil)

< 4 tahun

2-4 tahun (nilai tengah 3.0)

< 2 tahun

< 3.5

2.5-3.5 (nilai tengah 3)

< 2.5

Rendah (1)

Sedang (2)

Tinggi (3)

Stok memiliki batasn
penangkapan dan langkah
proaktif ; target stok dimonitori
dengan baik

Stok memiliki batasan
penangkapan dan langkah reaktif

Stok tidak ada batasan
penangkapan monitori
tidak dilakukan dengan
baik

< 25% berada di wilayah
penanagkapan

berada antara 25% sampai 50%
di wilayah penanagkapan

berada > 50% di wilayah
penanagkapan

Distribusi stok > 50% dari total
kisaran

Distribusi stok 25% sampai
50% dari total kisaran

Distribusi stok < 25% dari
total kisaran

< 25% stok berada
dikedalaman penangkapan
yang sama

antara 25% sampai 50%
dikedalaman penangkapan
yang sama

> 50% dikedalaman
penangkapan yang