dimaksudkan untuk memudahkan pembuktian dalam hal terjadi sengketa mengenai hak cipta.
9
Dalam pencatatan hak cipta, permohonan dapat dilakukan oleh pencipta, pegang hak cipta, pemilik hak terkait, atau kuasanya kepada
Menteri Hukum dan HAM secara tertulis dalam bahasa Indonesia. Permohonan tersebut dilakukan secara elektronik danatau non elektronik
dengan melampirkan: a. Menyertakan contoh Ciptaan, produk Hak Terkait, atau penggantinya;
b. Melampirkan surat pernyataan kepemilikan ciptaan dan Hak terkait; dan c. Membayar biaya.
Setelah itu kementrian akan melakukan pemeriksaan terhadap permohonan yang telah memenuhi persyaratan. Pemeriksaan tersebut
bertujuan untuk mengetahui Ciptaan atau Produk Hak Terkait yang diajukan tersebut tidak sama dengan ciptaan yang tercatat dalam daftar umum ciptaan
atau objek kekayaan intelektual lainnya. Dalam memberikan keputusan, kementrian dapat menerima atau
menolak permohonan dalam waktu paling lama 9 bulan terhitung sejak tanggal diterimanya permohonan. Dalam hal menerima permohonan,
menteri menerbitkan surat pencatatan Ciptaan dan mencatat dalam daftar umum Ciptaan. Dalam hal menolak Permohonan, menteri memberitahukan
penolakan tersebut secara tertulis kepada pemohon disertai alasan.
9
OK. Saidin, Aspek Hukum Kekayaan Intelektual Intellectual Property Rights, Jakarta: Rajawali Pers, 2013 h. 90
Pada Pasal 39 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, daftar umum ciptaan ini memuat:
a. nama Pencipta dan Pemegang Hak Cipta, atau nama pemilik produk Hak Terkait ;
b. tanggal penerimaan surat Permohonan; c. tanggal lengkapnya persyaratan; dan
d. nomor pencatatan Ciptaan atau produk Hak Terkait.
5. Jangka Waktu Hak Cipta
Perlindungan hak cipta atas suatu ciptaan mulai berlaku secara otomatis sejak ciptaan ada atau diumumkan. Sedangkan lama masa
perlindungan hukum yang diberikan bervariasi berdasarkan jenis ciptaan. Lamanya perlindungan hak cipta atas suatu ciptaan dapat ditinjau dari dua
sumber yaitu menurut konvensi internasional yang mengatur tentang hak cipta dan dari Undang-Undang hak cipta.
a. Menurut Konvensi Internasional Menurut ketentuan Konvensi Bern dan TRIPs, sebagian besar
ciptaan dilindungi selama masa hidup pencipta dan terus menerus berlangsung hingga 50 tahun setelah pencipta meninggal dunia.
10
Sedangkan di bidang sinematografi, lamanya perlindungan hak cipta adalah
10
Tim Lindsey, ed., Hak Kekayaan Intelektual : Suatu Pengantar, Bandung : PT. Alumni, 2013, h.122
50 tahun sejak dipublikasikan kepada publik atau 50 tahun setelah pembuatan ciptaan sinematografi tersebut.
Ciptaan di bidang fotografi atau potret diatur secara khusus dalam Pasal 7 ayat 4 Konvensi Bern, yaitu minimal 25 tahun sejak pembuatan
potret dengan catatan negara anggota bebas menentukan sendiri lamanya perlindungan terhadap fotografi atau potret. Standar lamanya perlindungan
yang ditetapkan oleh Konvensi Bern adalah standar perlindungan minimum. Berdasarkan Pasal 7 ayat 6 Konvensi Bern, negara-negara anggota
Konvensi Bern diberi kebebasan untuk menambah jangka waktu perlindungan hak cipta dari standar minimum yang ditentukan oleh
Konvensi Bern. Dalam Pasal 12 TRIPs Agreement, lamanya perlindungan hak Cipta
yang diberikan sesuai dengan ketentuan Konvensi Bern, yaitu selama hidup pencipta dan tidak boleh lebih dari 50 tahun terhadap karya lainnya, kecuali
terhadap ciptaan di bidang fotografi atau potret. b. Menurut Undang-Undang Hak Cipta di Indonesia
Pada Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 belum adanya pengaturan mengenai masa berlaku Hak Moral pencipta, sehingga
menimbulkan ketidakpastian hukum mengenai hak moral ini. Namun, pada pasal 57 ayat 1 dan 2 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang hak
cipta, hak moral pencipta untuk mencantumkan namanya pada ciptaannya, menggunakan nama aliasnya atau samarannya, mempertahankan haknya
atau hal yang bersifat merugikan kehormatan diri atau reputasinya berlaku